3. Tonsilitis kronik
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang rata, kriptus melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok,
dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau.
Radang amandel/tonsil yang kronis terjadi secara berulang-
ulang dan berlangsung lama. Pembesaran tonsil/amandel
bisa sangat besar sehingga tonsil kiri dan kanan saling
bertemu dan dapat mengganggu jalan pernapasan
(Manurung, 2016).
Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis
Pada pasien dewasa, rapid antigen detection test dan kultur swab tenggorok dianjurkan
pada tanda dan gejala yang mengarah pada infeksi streptokokus. Tanda dan gejala tersebut
ialah demam persisten, keringat malam, kaku badan, nodus limfe yang nyeri,
pembengkakan tonsil atau eksudat tonsilofaringeal, scarlatiniform rash, dan petekie
palatum. CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan ACP (American College of
Physicians) merekomendasikan kultur swab tenggorok atau RAT pada dewasa apabila
gejala mengarah pada infeksi streptokokus, seperti demam persisten, limfadenpati servikal
anterior yang nyeri, nyeri wajah, dan discharge nasal yang purulent.
Komplikasi Tonsillitis
Radang kronis dapat menimbulkan komplikasi ke
daerah sekitarnya berupa berupa rhinitis kronis,
sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau
limfogen dan dapat timbul endocarditis, myositis,
nefritis, artritis, dermatitis, pruritus, dan furunkulosis.
Adapun peradangan kronis pada tonsil yang dapat
menimbulkan beberapa komplikasi lainnya, seperti:
(Shalihat AO. 2015).
1. Abses parafaring yang terjadi akibat proses supurasi
kelenjar getah bening leher bagian dalam, tonsil, faring,
hidung, sinus paranasal dan mastoid (Shalihat AO.
2015)
2. Obstructive sleep apnea biasanya terjadi pada anak-
anak, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
pada orang dewasa. Hal ini dapat terjadi jika terdapat
pembesaran pada tonsil dan adenoid terutama pada
anak-anak. (Shalihat AO. 2015)
3. Abses peritonsillar, untuk abses ini bisa terjadi karena
adanya perluasan infeksi pada kapsul tonsil sehingga
mengenai jaringan sekitarnya. Pasien biasanya akan
mengeluhkan nyeri tenggorok, sulit menelan, kesulitan
membuka mulut, adanya pembesaran tonsil unilateral
dan membutuhkan penanganan berupa pemberian
antibiotik dan tonsilektomi. Biasanya komplikasi ini
sangat sering terjadi pada kasus tonsilitiss berulang.
(Shalihat AO. 2015).
Terapi Obat
1. Tonsilitis akut
a. Analgetik : Ibuprofen atau paracetamol merupakan pilihan
utama untuk analgetika pada dewasa. Ibuprofen
mempunyai hasil yang lebih baik untuk mengurangi nyeri
tenggorok daripada paracetamol. Kombinasi keduanya
tidak memberikan hasil yang signifikan pada pasien
dewasa.
b. Terapi tambahan
• Kortikkosteroid
Pemberian kortikosteroid pada anak dan dewasa dapat
memberikan perbaikan yang signifikan terhadap gejala dan
memberikan efek samping yang minimal. Penggunaan
kortikosteroid kombinasi dengan antibiotik tidak diberikan
secara rutin sebagai terapi tonsilitis, tetapi dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan gejala yang berat.
Pemberian steroid lebih dari 3 hari mungkin tidak memberikan
hasil yang lebih efektif dibandingkan dosis tunggal pada anak
• Obat kumur antiseptic
Obat kumur antiseptik yang berisi chlorhexidine atau
benzydamine memberikan hasil yang baik dalam
mengurangi keluhan nyeri tenggorok dan memperbaiki
gejala. Berdasarkan review sistematik 7 RCT yang
mengevaluasi penggunaan oral rinses, mouthwases
dan sprays pada pasien dewasa setelah menjalani
tonsilektomi, tidak terdapat bukti yang cukup untuk
menunjukkan efektivitas oral rinses, mouthwases dan
sprays.
Tn. M di rawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri di tenggorokan dan sulit
pada saat menelan pada saat pre operasi dan post operasi sesuai anjuran
dokter dan kondisi Tn.M
5. Telinga
Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan
Sekret : Tidak ada secret
Serumen : Tidak ada serumen
Ketajaman Pendengaran: Baik (tes arloji)
Tinnitus : Tidak ada tinnitus
Nyeri : Tidak Ada nyeri.
6. Hidung
Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan
Perdarahan : Tidak ada perdarahan luar
Sekresi : Tidak ada secret
Fungsi penciuman : Baik (tes pembauan)
Nyeri : Tidak ada nyeri
7. Mulut
Fungsi bicara : Suara serak dan lebih pelan
Kelembaban bibir : Lemban
Posisi ovula : Normal, berada diantara tonsil
Mukosa : Tidak ada lesi dan peradangan
Keadaan tonsil : Terdapat pembesaran dan peradangan
Stomatitis : Tidak Ada
Warna lidah : Merah muda
Tremor pada lidah : Tidak ada tremor
Kebersihan lidah : Bersih
Mulut : Tidak ada
Kelengkapan Gigi : Lengkap
Kebersihan gigi : Baik
Karies : Tidak ada
Suara parau : Tidak ada
Kesulitan menelan : Ya
Kemampuan mengunyah : Kurang
Fungsi mengecap : Baik dapat membedakan Rasa: Bersih
8. Leher
Mobilitas leher : Tidak ada kaku kuduk
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak Ada pembesaran
Pelebaran vena jugularis : Normal (3 cm)
Trakhaea : Normal tidak ada nyeri dan peradangan
9. Paru - Paru
Bentuk dada : Normal Chest
Pengembangan dada : Simetris Kiri dan Kanan
Retraksi dinding dada : Tidak ada
Tanda Jejas : Tidak ada
Taktil fremitus : Teraba kiri dan kanan
Massa : Tidak teraba massa
Dispneu : Tidak ada
Ortopneu : Tidak ada
Perkusi thorak : Sonor
Suara nafas : Normal
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada bunyi nafas tambahan
Nyeri dada : Tidak ada
10 Jantung
Iktus kordis : Tidak tampak
Ukuran jantung : Normal tidak ada pembesaran
Nyeri dada : Tidak ada
Palpitasi : Tidak ada palpitasi
Bunyi Jantung : Lup – dup
11. Abdomen
Warna Kulit : Sawo Matang
Distensi Abdomen : Tidak ada distensi abdomen
Ostomi : Tidak ada
Tanda Jejas : Tidak Ada
Peristaltik : 7 kali/Menit
Perkusi Abdomen : Timpani
Massa : Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada
12. Payudara
(Tidak di lakukan pengkajian)
13. Genetalia
(Tidak dilakukan pengkajian)
14. Pengkajian Sistem Saraf
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Koordinasi : Baik
Memori : Dapat mengingat dengan baik
Orientasi : Baik, pasien respon terhadap pertanyaan
Konfusi : Tidak ada konfusi
Keseimbangan : Baik
Kelumpuhan : Tidak ada
Gangguan Sensasi : Tidak Ada
Kejang Kejang : Tidak Ada
2. Studi diagnostic
Radiologi : Tidak ada
5. Tindakan Pengobatan
Pemasangan Infus RL 500 ml 24 Tpm (Mikro)
Paracetamol 15 mg 3x1 / Oral
Injeksi Cefotaxime 500 mg /12 Jam/IV
ANALISA DATA /KLIEN PRE OPERASI
R:
Merangsang
S:7 pengeluaran zat kimia
Rangsangan di
hantarkan ke
hipotalamus, cortex cerebri
ANALISA DATA /KLIEN PRE OPERASI
DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak gelisah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PRE OPERATIF
Implementasi dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan standar luaran
keperawatan indonesia (SLKI, 2019)
Nama pasien : Tn.M
Diagnosa Medik : Tonsilitis
N Diagnosa Hari
o Keperawatan /
Tangg Jam Implementasi Evaluasi
al
1 Nyeri Akut 19 09.00 1. Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S :Klien mengeluh
. berhubungan Oktob frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada
dengan inflamasi er Nyeri tenggorokannya
ditandai dengan : 2023 Hasil : - Skala nyeri 6
DS : 09.05 P: inflamasi pada tonsil O : Klien
-Klien mengatakan Q: nyeri tertusuk-tusuk nampak
nyeri di tenggorokan R: tengorokan meringis
- Skala nyeri 7 S: 6 A : masalah
DO: T: hilang timbul keperawatan nyeri akut
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat belum teratasi P :
- Klien tampak
atau memperingan nyeri Intervensi di lanjut
meringis dan Hasil : Menelan dapat meningkatkan nyeri
menagis dengan :
3. Memberikan teknik nonfarmakologis umtuk
- Tonsil klien - Pemberian
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
nampak akupresur, terapy music, biofeedback, terapi paracetamol 15 mg /
09.10
membesar dan pijat, aromaterapi, teknik imajinasi 3x1 / oral di
kemerahan terbimbing,kompres air hangat/dingin, terapy pertahankan
- Suara klien bermain) - Pemberian terapi
Terima kasih