Anda di halaman 1dari 44

ASUHAN KEPERAWATAN PRE

DAN POST OPERASI TONSILITIS


Kelompok 4
No Nama NPM
1 Mersi Matheos 12114201210132
2 Mony Langoru 12114201210138
3 Nadila Noya 12114201210139
4 Naomi Leinussa 12114201210141
5 Octhovina Tariola 12114201210146
6 Olry Rehy 12114201210147
7 Preity Sebenan 12114201210154
8 Rani Benyamin 12114201210161
9 Selina Kay 12114201210181
10 Sefriyona Maitale 12114201210178
Definisi

Tonsilitis merupakan peradangan pada tonsila palatina yang merupakan


bagian dari cincin Waldeyer. Cincin Waldeyer terdiri atas susunan kelenjar
limfa yang terdapat pada rongga mulut yakni: tonsil faringeal (adenoid), tonsil
palatina (tonsil faucial), tonsil lingual (tonsil pangkal lidah) tonsil tuba
Eustachius (lateral band dinding faring / Gerlach’s tonsil) (Adams G.L, et al.
1997). Sebagai bagian dari sistem imun, tonsil dapat membantu tubuh untuk
melawan infeksi yang ikut masuk Bersama minuman atau makanan dan udara
saat kita bernapas. Tetapi walau bagaimanapun juga bakteri atau virus dapat
menginfeksi tonsil yang akhirnya akan menyebabkan infeksi pada tonsil yang
kita kenal dengan tonsilitis.
Anatomi Fisiologi
Tonsillitis
Anatomi Tonsil
Pembentukan tonsil berasal dari proliferasi selsel epitel yang melapisi kantong
faringeal kedua. Tonsil dan adenoid merupakan suatu bagian terpenting dari cincin
Waldeyer. Adenoid akan mengalami regresi pada usia pubertas (Yuliani EA, et al.
2022). Tonsil palatina merupakan jaringan limfoid yang terletak pada fossa tonsil
disudut orofaring. Bagian anterior pilar tonsil dibentuk oleh otot palatopharingeus,
bagian lateral dibatasi oleh otot konstriktor superior, pada bagian superior palatum
mole, bagian inferior oleh tonsil lingual, dan bagian medial oleh ruang orofaring.
Pada permukaan bebas tonsil ditutupi oleh epitel yang meluas ke dalam tonsil dan
membentuk kantong yang dikenal dengan kripte. Epitel kripte tonsil ini bersifat
semi-permiabel, kemudian epitel ini berfungsi sebagai akses antigen baik dari
pernapasan maupun pencernaan untuk masuk ke dalam tonsil (Yuliani E.A, et al.
2022).
Fisiologi Tonsil
Tonsil palatina ialah suatu jaringan limfoepitel yang berperan dalam mekanisme
pertahanan tubuh. Mekanisme pertahanan tubuh ini ada yang bersifat spesifik dan
non-spesifik. Bila beberapa bakteri patogen masuk dan menembus lapisan epitel tonsil
maka sel-sel fagositik monoklear akan mengenal dan mengeliminasi antigen
(Ballenger, J.J. 2010). Tonsil mempunyai 2 fungsi utama yakni menangkap dan
mengumpulkan benda asing dengan efektif dan tempat produksi antibody yang
dihasilkan oleh sel plasma yang berasal dari diferensiasi limfosit B. Limfosit yang
paling banyak ditemukan di tonsil ialah limfosit B. Tonsil juga berfungsi
mematangkan sel limfosit B dan kemudian menyebarkannya ke sel limfosit yang telah
terstimulus menuju mukosa dan kelenjar sekretori diseluruh tubuh (Mustofa F.L, et al.
2020).
Klarifikasi tonsilitis

Berdasarkan lama penyakit dan penyebabnya, tonsilitis dibagi menjadi :

1. Tonsilitis Akut (Tonsilitis Viral dan Bacterial)


a. Pada tonsilitis akibat infeksi virus, gejala yang timbul menyerupai common cold dan disertai
nyeri tenggorok.
b. Infeksi bakteri yang ditandai dengan nyeri menelan, pembengkakan dan kemerahan pada
tonsil, tongsil eksudat dan limfadenopati servikal dan demam tinggi yang timbulnya (onset)
cepat, atau berlangsung dalam waktu pendek (tidak lama), dalam kururn waktu jam, hari
hingga minggu.
c. Lebih disebabkan oleh kuman streptokokus beta hemolitikus grup A, atau disebut juga
streptococcus pneumoniae, streptococcus viridian, streptococcus pyogenes.
d. Penyebab infeksi virus antara lain oleh virus Epstein Barr (tersering), Haemofilus influenza
(tonsilitis akut supuratif), dan virus coxschakie (luka-luka kecil pada palatum disertai tonsil
yang sangat nyeri).
2. Tonsilitis Akut Rekuren
Tonsilitis akut yang berulang beberapa kali dalam setahun.
3. Tonsilitis Kronik
a. Tonsilitis kronik berlangsung dalam jangka waktu yang lama
(bulan atau tahun) dan dikenal sebagai penyakit menahun.

b. Tonsilitis kronik timbul akibat rangsangan kronis dari rokok,


kebersihan mulut yang bururk, pengaruh cuaca, kelelahan fisik,
bebrapa jenis makanan, dan pengobatan tonsilitis akut yang
tidak adekuat.
c. Bakteri penyebab tonsilitis kronik sama halnya dengan tonsilitis
akut, namun kadang-kadang bakteri berubah menjadi bakteri
golongan gram negative
d. Saat pemeriksaan dapat ditemukan tonsil membesar dengan
permukaan tidak rata, kripte membesar, dan terisi detritus.
e. Beberapa literature sudah tidak menggunakan istilah tonsilitis
kronik, digantikan dengan tonsilitis akut rekuren, yaitu adanya
episode berulang dari tonsilitis akut yang diselingi dengan
interval tanpa atau dengan adanya keluhan yang tidak
signifikan.
Etiologi Tonsillitis
Peradangan pada tonsil ini dapat disebabkan oleh infeksi baik
oleh virus ataupun bakteri yakni infeksi grup A Streptococcus
Beta hemoliticus, Pneumococcus, Stphylococcus dan Haemofilus
influenza, hal ini biasanya menyerang anak-anak pada umur pra-
sekolah hingga dewasa (Ballenger, J.J. 2010). Bakteri
menyebabkan sekitar 16-30 % kasus faringotonsilitis dan grup A
Streptococcus Beta hemoliticus yang merupakan bakteri
terbanyak. Pada umumnya sama dengan tonsilitis akut tetapi
terkadang kadang kuman bisa berubah menjadi kuman gram
negatif. Tonsilitis kronis terjadi kejadian yang berulang daripada
tonsilitis akut yang dapat menyebabkan kerusakan secara
permanen pada jaringan tonsil tersebut dan kerusakan ini bisa
disebabkan oleh resolusi tidak sempurna oleh tonsilitis akut
(Shalihat AO. 2015).
Epidemiologi

Data Riskesdas 2013 menyatakan bahwa period prevalence ISPA yang


dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir berdasarkan diagnosis tenaga
medis dan keluhan penduduk sebesar 25%. Angka ini tidak jauh berbeda
dengan Riskesdas 2007, yaitu sebesar 25,5%. Karakteristik penduduk
dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada kelompok umur 1-4 tahun (25,8%)
dan tidak ada perbedaan dari jenis kelamin laki-laki dan perempuan.
Adapun data yang lebih spesifik mengenai tonsilitis di Indonesia masih
belum ada.
Patofisiologi/Pathway Tonsillitis
Saat bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,
amandel berperan sebagai filter, menyelimuti organism yang
berbahaya tersebut sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi
ringan pada amandel.Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk
antibody terhadap infeksi yang akan datang akan tetapi kadang-
kadang amandel sudah kelelahan menahan infeksi atau virus.Infeksi
bakteri dari virus inilah yang menyebabkan tonsillitis.
Manifestasi Tonsillitis
Manifestasi klinis yang muncul akan berbeda-beda pada setiap
kategori tonsilitis sebagai berikut. (Rusmarjono & Soepardi, 2016).
1. Tonsilis akut
a. Tonsilis vital
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan pada kasus
berat dapat meolak untuk minum atau makan melalui mulut.
Penderita mengalami malaise, suhu tinggi, dan nafasnya bau
(Adams, et al., 2012).
b. Tonsilis bacterial
Gejala dan tanda Masa inkubasi 2-4 hari. Gejala dan tanda yang
sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan,
demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga karena nyeri alih
(referred pain) melalui saraf N. glosofaringeus (N. IX). Pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar sub-mandibula membengkak dan nyeri tekan.
2. Tonsilitis difteri
a. Tonsillitis difteri
1) Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu
kenaikan suhu tubuh biasanya subfebris, nyeri
kepala, tidak nafsu makan, badan lemah, nadi lambat
serta keluhan nyeri menelan.
2) Gejala lokal yang tampak berupa tonsil membengkak
ditutupi bercak putih kotor yang makin lama makin
meluas dan bersatu membentuk membran semu.
Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula,
nasofaring, lanng, trakea dan bronkus dan dapat
menyumbat saluran napas. Membran semu ini
melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat
akan mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit
ini bila infeksinya berjalan terus, kelenjar limfa leher
akan membengkak sedemikian besarnya sehingga
leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut
juga Burgemeester's.
b. Tonsilitis septik
Disebabkan oleh Streptococcus hemoliticus pada susu sapi,
tapi di Indonesia jarang.
c. Angina plaut Vincent
Gejala demam sampai dengan 390 C, nyeri kepala, badan
lemah, dan kadang-kadang terdapat gangguan pencernaan.
Rasa nyeri di mulut, hipersalivasi, gigi dan gusi mudah
berdarah. Pada pemeriksaan tampak mukosa mulut dan
faring hiperemis, tampak membran putih keabuan di atas
tonsil, uvula, dinding faring, gusi, serta terdapat bau mulut
dan kelenjar sub mandibula membesar.

3. Tonsilitis kronik
Pada pemeriksaan tampak tonsil membesar dengan
permukaan yang rata, kriptus melebar dan beberapa kripti
terisi oleh detritus. Rasa ada yang mengganjal di tenggorok,
dirasakan kering di tenggorok dan napas berbau.
Radang amandel/tonsil yang kronis terjadi secara berulang-
ulang dan berlangsung lama. Pembesaran tonsil/amandel
bisa sangat besar sehingga tonsil kiri dan kanan saling
bertemu dan dapat mengganggu jalan pernapasan
(Manurung, 2016).
Pemeriksaan Penunjang Tonsilitis
Pada pasien dewasa, rapid antigen detection test dan kultur swab tenggorok dianjurkan
pada tanda dan gejala yang mengarah pada infeksi streptokokus. Tanda dan gejala tersebut
ialah demam persisten, keringat malam, kaku badan, nodus limfe yang nyeri,
pembengkakan tonsil atau eksudat tonsilofaringeal, scarlatiniform rash, dan petekie
palatum. CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan ACP (American College of
Physicians) merekomendasikan kultur swab tenggorok atau RAT pada dewasa apabila
gejala mengarah pada infeksi streptokokus, seperti demam persisten, limfadenpati servikal
anterior yang nyeri, nyeri wajah, dan discharge nasal yang purulent.
Komplikasi Tonsillitis
Radang kronis dapat menimbulkan komplikasi ke
daerah sekitarnya berupa berupa rhinitis kronis,
sinusitis atau otitis media secara perkontinuitatum.
Komplikasi jauh terjadi secara hematogen atau
limfogen dan dapat timbul endocarditis, myositis,
nefritis, artritis, dermatitis, pruritus, dan furunkulosis.
Adapun peradangan kronis pada tonsil yang dapat
menimbulkan beberapa komplikasi lainnya, seperti:
(Shalihat AO. 2015).
1. Abses parafaring yang terjadi akibat proses supurasi
kelenjar getah bening leher bagian dalam, tonsil, faring,
hidung, sinus paranasal dan mastoid (Shalihat AO.
2015)
2. Obstructive sleep apnea biasanya terjadi pada anak-
anak, tetapi tidak menutup kemungkinan dapat terjadi
pada orang dewasa. Hal ini dapat terjadi jika terdapat
pembesaran pada tonsil dan adenoid terutama pada
anak-anak. (Shalihat AO. 2015)
3. Abses peritonsillar, untuk abses ini bisa terjadi karena
adanya perluasan infeksi pada kapsul tonsil sehingga
mengenai jaringan sekitarnya. Pasien biasanya akan
mengeluhkan nyeri tenggorok, sulit menelan, kesulitan
membuka mulut, adanya pembesaran tonsil unilateral
dan membutuhkan penanganan berupa pemberian
antibiotik dan tonsilektomi. Biasanya komplikasi ini
sangat sering terjadi pada kasus tonsilitiss berulang.
(Shalihat AO. 2015).
Terapi Obat
1. Tonsilitis akut
a. Analgetik : Ibuprofen atau paracetamol merupakan pilihan
utama untuk analgetika pada dewasa. Ibuprofen
mempunyai hasil yang lebih baik untuk mengurangi nyeri
tenggorok daripada paracetamol. Kombinasi keduanya
tidak memberikan hasil yang signifikan pada pasien
dewasa.
b. Terapi tambahan
• Kortikkosteroid
Pemberian kortikosteroid pada anak dan dewasa dapat
memberikan perbaikan yang signifikan terhadap gejala dan
memberikan efek samping yang minimal. Penggunaan
kortikosteroid kombinasi dengan antibiotik tidak diberikan
secara rutin sebagai terapi tonsilitis, tetapi dapat
dipertimbangkan pada pasien dengan gejala yang berat.
Pemberian steroid lebih dari 3 hari mungkin tidak memberikan
hasil yang lebih efektif dibandingkan dosis tunggal pada anak
• Obat kumur antiseptic
Obat kumur antiseptik yang berisi chlorhexidine atau
benzydamine memberikan hasil yang baik dalam
mengurangi keluhan nyeri tenggorok dan memperbaiki
gejala. Berdasarkan review sistematik 7 RCT yang
mengevaluasi penggunaan oral rinses, mouthwases
dan sprays pada pasien dewasa setelah menjalani
tonsilektomi, tidak terdapat bukti yang cukup untuk
menunjukkan efektivitas oral rinses, mouthwases dan
sprays.

3. Terapi suportif lain


Terapi suportif lainnya yang belum memiliki bukti antara
lain analgetika dan anestetika topikal, berkumur
menggunakan air garam hangat, lozagen tenggorok,
permen keras, maupun pencuci mulut yang beku,
makanan lembut dan cairan kental, seperti es krim,
puding, serta pelembab. Steroid nasal dapat
mengurangi kebutuhan tindakan bedah pada kasus
hipertrofi adenotonslier.
c. Antibiotik
1) Amoksisilin peroral 50 mg/kgbb sekali sehari (dosis maksimum
1 g), atau 25 mg/kgbb dua kali sehari (dosis maksimum 500
mg), selama 10 hari. Penggunaan amoksisilin peroral di
Indonesia 50-60 mg/kgbb dibagi dalam 2-3 kali pemberian.
Dosis dewasa 3x500 mg.
2) Sefalosporin generasi pertama seperti cephalexin dan
cefadroxil diberikan selama 10 hari, pada beberapa penelitian
didapatkan hasil yang baik. Cephalexin peroral 20 mg/kgbb dua
kali sehari (dosis maksimum 500 mg) selama 10 hari.
Cefadroxil peroral 30 mg/kgbb sekali sehari (dosis maksimum 1
g) selama 10 hari. Sefalosporin mungkin lebih efektif
dibandingkan penisilin dalam resolusi klinis dan pencegahan
kekambuhan pada dewasa dengan faringtis steptokokus.
3) Klindamisin peroral 7mg/kgbb, 3 kali sehari (dosis maksimum
300 mg) selama 10 hari.
4) Azitromisin peroral 12 mg/kgbb sekali sehari (dosis maksimum
500 mg) selama 5 hari.
kasus
Pada tanggal 19 oktober 2023, Tn M 30 tahun,laki laki ,suku bangsa Indonesia, agama islam, Alamat jln
anggrek No RM.58-22-56 tanggal masuk rumah sakit keluarga membawa klien ke Rs bhyangkara ambon
pada tanggal 19 oktober dan di anjurkan untuk di rawat pada tahap pre operasi Klien mengeluh sakit pada
tenggorokan, susah menelan Nafsu makan klien berkurang. Nyeri bertambah hebat jika klien makan atau
minum dan terasa tidak nyaman pada tenggorokan setelah dirawat dan kembali ke rumah selesai beberapa
Minggu . Kemudian keluarga memutuskan untuk membawa klien ke Rs bhayangkara karena gejala Tonsilitis
yang muncul lagi pada tanggal 30 Oktober dan di anjurkan untuk di operasi pada saat operasi Klien masuk
ruangan OK . Post operasi Klien masuk keruangan jam 18.15. klien belum sadar, klien terpasang infus RL .
Klien tidur masih dalam posisi sims kanan dan di monitoring TTV. Jam 18.30 WIB klien masih merasakan
nyeri pasca operasi dan klien tidak bisa menelan karena efek dari pembedahan Kemudian klien tampak tidur
kembali. Jam 18.40 klien sadar penuh dan mengatakan agak nyeri pada tenggorokan. Jam 18.45 klien di
jemput dan di pindahkan ke ruangan.
Pengkajian
1. Biodata
Identitas klien
Nama Lengkap :Tn.M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur :30 tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa :
Indonesia
Pendidikan :S1
Pekerjaan : Swasta
Alamat : jln .PHB
Tanggal MRS :19
oktober dan 30 Oktober
NO RM :
2. Identitas penanggung jawab
Nama Lengkap :Ny.A
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :IRT
Hubungan Dengan Klien :Istri
Alamat :jln.PHB
Riwayat kesehatan
1. Keluhan utama: Klien mengeluh nyeri di tenggorokan,
klien mengatakan sulit menelan, skala nyeri 6, klien
mengeluh tidak nyaman.
2. Riwayat keluhan
a. Penyebab/Faktor pencetus : Inflamasi pada
tonsil
b. Sifat keluhan : Nyeri
c. Lokasi dan penyebaran : Tenggorokan
d. Skala keluhan :6
e. Mulai dan lamanya : Setiap 20 menit
dengan durasi 5-10 menit
f. Hal hal yang meringkan : Pemberian obat analgesic
Riwayat kesehatan skarang
Tn. M masuk Rumah Sakit Bhayangkara Ambon sekitar jam 08.00 Wita. Sebelum
di bawah ke Rumah Sakit Bhayangkara Ambon, Tn. M mengeluh nyeri di
tenggorokan dan sulit pada saat menelan disertai dengan keluhan tidak nyaman
kemudian Tn. M dibawah untuk memeriksa kesehatannya ke Rumah Sakit
Bhayangkara Ambon. Saat dilakukan pengkajian oleh perawat IGD di dapatkan
data Klien tampak meringis dan menagis, tonsil klien nampak membesar dan
kemerahan, klien tampak gelisah, suara klien terdengar serak, Obs. TTV : N :
128 x/menit, P : 28x/menit, S : 36,8 oC.
Riwayat kesehatan dahulu

Tn. M di rawat di rumah sakit dengan keluhan nyeri di tenggorokan dan sulit
pada saat menelan pada saat pre operasi dan post operasi sesuai anjuran
dokter dan kondisi Tn.M

Riwayat kesehatan keluarga (penyakit serupa, penyakit


keturunan dll)
Tn. A mengatakan tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit
Tonsilitis, dan penyakit keturunan seperti DM, TB Paru, Hepatitis dan penyakit
menular lainnya
Pengkajian Fisik

1. Tanda tanda vital


Tekanan darah : 120/90 Mmhg
Pernapasan : 28 x/menit
Nadi : 128 x/menit
Suhu badan : 36,8°c
2. Berat badan dan tinggi badan
Berat badan : 65 kg
Tinggi badan : 176 cm
3. Kepala
Bentuk Kepala : Bulat, tidak ada massa
Keadaan kulit Kepala : Nampak bersih tidak ada lesi dan ketombe
Nyeri kepala/Pusing : Tidak ada
Distribusi Rambut : Lebat, distribusi merata
Rambut ronton : Tidak ada rambut rontok
Alopesia : Tidak ada alopesia
Lain lain : Tidak ada
4. Mata
Kesimetrisan : Simetris kiri dan kanan
Edema Kelopak mata : Tidak ada
Ptosis : Tidak ada ptosis
Sklera : Anikterik (normal)
Konjungtiva : Merah muda (normal)
Ukuran pupil : Isokor
Ketajaman penglihatan : Visus mata 6/6
Pergerakan bola mata : Baik,dapat digerakkan ke 8 arah
Lapang pandang : Baik,dapat menjangkau lateral (sudut mata)
Diplopia : Tidak ada diplopia
Photohobia : Tidak ada
Nistagmus : Tidak ada
Refleks kornea : Berkedip normal ketika diberi rangsangan
Nyeri :Tidak ada nyeri tekan

5. Telinga
Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan
Sekret : Tidak ada secret
Serumen : Tidak ada serumen
Ketajaman Pendengaran: Baik (tes arloji)
Tinnitus : Tidak ada tinnitus
Nyeri : Tidak Ada nyeri.
6. Hidung
Kesimetrisan : Simetris Kiri dan Kanan
Perdarahan : Tidak ada perdarahan luar
Sekresi : Tidak ada secret
Fungsi penciuman : Baik (tes pembauan)
Nyeri : Tidak ada nyeri

7. Mulut
Fungsi bicara : Suara serak dan lebih pelan
Kelembaban bibir : Lemban
Posisi ovula : Normal, berada diantara tonsil
Mukosa : Tidak ada lesi dan peradangan
Keadaan tonsil : Terdapat pembesaran dan peradangan
Stomatitis : Tidak Ada
Warna lidah : Merah muda
Tremor pada lidah : Tidak ada tremor
Kebersihan lidah : Bersih
Mulut : Tidak ada
Kelengkapan Gigi : Lengkap
Kebersihan gigi : Baik
Karies : Tidak ada
Suara parau : Tidak ada
Kesulitan menelan : Ya
Kemampuan mengunyah : Kurang
Fungsi mengecap : Baik dapat membedakan Rasa: Bersih

8. Leher
Mobilitas leher : Tidak ada kaku kuduk
Pembesaran kelenjar tiroid : Tidak ada pembesaran
Pembesaran Kelenjar Limfe : Tidak Ada pembesaran
Pelebaran vena jugularis : Normal (3 cm)
Trakhaea : Normal tidak ada nyeri dan peradangan
9. Paru - Paru
Bentuk dada : Normal Chest
Pengembangan dada : Simetris Kiri dan Kanan
Retraksi dinding dada : Tidak ada
Tanda Jejas : Tidak ada
Taktil fremitus : Teraba kiri dan kanan
Massa : Tidak teraba massa
Dispneu : Tidak ada
Ortopneu : Tidak ada
Perkusi thorak : Sonor
Suara nafas : Normal
Bunyi nafas tambahan : Tidak ada bunyi nafas tambahan
Nyeri dada : Tidak ada
10 Jantung
Iktus kordis : Tidak tampak
Ukuran jantung : Normal tidak ada pembesaran
Nyeri dada : Tidak ada
Palpitasi : Tidak ada palpitasi
Bunyi Jantung : Lup – dup
11. Abdomen
Warna Kulit : Sawo Matang
Distensi Abdomen : Tidak ada distensi abdomen
Ostomi : Tidak ada
Tanda Jejas : Tidak Ada
Peristaltik : 7 kali/Menit
Perkusi Abdomen : Timpani
Massa : Tidak ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada

12. Payudara
(Tidak di lakukan pengkajian)
13. Genetalia
(Tidak dilakukan pengkajian)
14. Pengkajian Sistem Saraf
Tingkat Kesadaran : Composmentis
Koordinasi : Baik
Memori : Dapat mengingat dengan baik
Orientasi : Baik, pasien respon terhadap pertanyaan
Konfusi : Tidak ada konfusi
Keseimbangan : Baik
Kelumpuhan : Tidak ada
Gangguan Sensasi : Tidak Ada
Kejang Kejang : Tidak Ada

15. Reflex tendon


Biseps : Fleksi lengan pada sendi siku
Triseps : Ekstensi lengan bawah pada sendi siku
Lutut : Ekstensi tungkai bawah
Achiles : Plantar fleksi
16. Refleks Patologis
Babinski : Fleksi ibu jari dan pemekaran pada jari-jari
Tanda Meningeal : Tidak ada
Kaku Kuduk/Kernig sign: Tidak ada kaku kuduk
Brudzinski I : Fleksi ke dua tungkai
Brudzinski II : Tidak ada kelumpuhan

17. dan Perianal


Hemorrhoid : Tidak ada
Lesi Perianal : Tidak ada
Nyeri : Tidak ada
18. Ekstremitas
Warna kulit : Sawo Matang
Purpura/ekimosis : Tidak ada
Atropi : Tidak ada pengecilan otot
Hipertropi : Tidak ada
Lesi : Tidak ada
Pigmentasi : Tidak ada
Luka : Tidak ada
Deformitas Sendi : Tidak ada
Deformitas Tulang : Tidak ada
Tremor : Tidak mengalami tremor
Varises : Tidak ada varises
Edema : Tidak ada
Turgor Kulit : Normal tidak ada tanda dehidrasi
Kelembaban Kulit : Lembab
Capillary Refilling Time (CRT): 2 detik (normal)
Pergerakan : Normal tidak ada kekakuan
Kekakuan Sendi : Normal tidak ada kekakuan
Kekuatan Otot : Normal
Tonus Otot : Normal
Kekuatan Sendi : Normal
Nyeri : Tidak ada Nyeri
Diaphoresis : Normal (melalui kelenjar keringat)
4. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan Nilai rujukan Satuan

WBC : 11.76 4.0 – 10.00 103/uL


HGB :11.05 g/dl 11.0 – 13.0 g/dl

2. Studi diagnostic
Radiologi : Tidak ada

5. Tindakan Pengobatan
Pemasangan Infus RL 500 ml 24 Tpm (Mikro)
Paracetamol 15 mg 3x1 / Oral
Injeksi Cefotaxime 500 mg /12 Jam/IV
ANALISA DATA /KLIEN PRE OPERASI

No Data etiologi masalah


Nyeri Akut ditandai dengan : Invasi Nyeri akut berhubungan
1 kuman/bakteri/virus pada dengan inflamasi
DS : tonsil

- Klien mengatakan nyeri di tenggorokan


-
P : area tenggorokan Terjadinya inflamasi pada
tonsil
Q:

R:
Merangsang
S:7 pengeluaran zat kimia

T: sewaktu waktu (histamin, bradikinin,


serotinin)
DO:

- Klien tampak meringis dan menagis


- Tonsil klien nampak membesar dan kemerahan Merangsang imflus saraf
sekitar

Rangsangan di
hantarkan ke
hipotalamus, cortex cerebri
ANALISA DATA /KLIEN PRE OPERASI

No Data etiologi masalah

2 Gangguan rasa nyaman Infeksi primer Gangguan rasa


di tandai nyaman
dengan : berhubungan
Inflamasi dengan proses
DS :
penyakit
- Klien mengatakan nyeri di
tenggorokan Pirogen endogen
- Klien mengatakan
sulit menelan
Stimulasi di
- Klien klien mengeluh tidak hipotalamus
nyaman
DO :
ANALISA DATA /KLIEN PRE OPERASI

No Data etiologi masalah

2 Gangguan rasa nyaman Infeksi primer Gangguan rasa


di tandai nyaman
dengan :
berhubungan
Inflamasi
DS : dengan proses
penyak
- Klien mengatakan nyeri di
tenggorokan Pirogen endogen
- Klien mengatakan
sulit menelan
Stimulasi di
- Klien klien mengeluh tidak hipotalamus
nyaman
DO :
Diagnosa prioritas pre operasi
Nama : Tn.M
Ruangan :

Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar diagnosis keperawatan


indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama pada kasus Tn.M dengan tonsilitis dalam
pemenuhan kebutuhan adalah:

1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi


2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
DIAGNOSIS DAN RENCANA TINDAKAN PRE OPERASI
Nama pasien :Tn.M
Diagnosa Medik :Tonsilitis

NO Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi


Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia (SIKI)
(SLKI)
1. Nyeri Akut berhubungan Kontrol nyeri Manajeman Nyeri
dengan inflamasi ditandai Setelah dilakukan tindakan 1) Indentifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
dengan : asuhan keperawatan selama frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DS : 3 x 24 jam masalah nyeri 2) Identifikasi faktor yang memperberat atau
- Klien mengatakan akut dapat teratasi dengan memperingan nyeri
nyeri di tenggorokan kriteria hasil : 3) Berikan teknik nonfarmakologis umtuk
- Skala nyeri 7 - Melaporjkan nyeri yang mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
DO: terkontrol hipnosis, akupresur, terapy music,
- Klien tampak - Kemampuan biofeedback, terapi pijat, aromaterapi,
meringis dan menagis menggunakan teknik teknik imajinasi terbimbing, kompres air
- Tonsil klien nampak non-farmakologis hangat/dingin, terapy bermain)
membesar dan - Pengguanaan analgesik 4) Kontrol lingkungan yang memperberat rasa
kemerahan Suara nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan,
klien terdengar serak kebisingan)
5) Kolaborasi pemberian analgesik, jika perlu
NO Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia Keperawatan Indonesia (SIKI)
(SLKI)
2. Gangguan rasa nyaman Status Kenyamanan Perawatan Kenyamanan
berhubungan dengan proses Setelah dilakukan 1) Identifikasi gejala yang tidak menyenangkan
penyakit di tandai dengan : tindakan asuhan keperawatan (Mis,6, nyeri)
DS : selama 3 x 24 jam masalah 2) Berikan posisi yang nyaman
- Klien mengatakan nyeri di status kenyamanan dapat 3) Ciptakan lingkungan yang
tenggorokan teratasi dengan kriteria hasil : 4) Ajarkan terapi relaksasi
- Klien mengatakan sulit - Keluhan tidak nyaman
menelan menurun
- Klien klien mengeluh tidak
nyaman

DO :
- Klien tampak gelisah
- Klien tampak gelisah
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI PRE OPERATIF
Implementasi dilakukan tindakan keperawatan berdasarkan standar luaran
keperawatan indonesia (SLKI, 2019)
Nama pasien : Tn.M
Diagnosa Medik : Tonsilitis
N Diagnosa Hari
o Keperawatan /
Tangg Jam Implementasi Evaluasi
al
1 Nyeri Akut 19 09.00 1. Mengindentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, S :Klien mengeluh
. berhubungan Oktob frekuensi, kualitas, intensitas nyeri pada
dengan inflamasi er Nyeri tenggorokannya
ditandai dengan : 2023 Hasil : - Skala nyeri 6
DS : 09.05 P: inflamasi pada tonsil O : Klien
-Klien mengatakan Q: nyeri tertusuk-tusuk nampak
nyeri di tenggorokan R: tengorokan meringis
- Skala nyeri 7 S: 6 A : masalah
DO: T: hilang timbul keperawatan nyeri akut
2. Mengidentifikasi faktor yang memperberat belum teratasi P :
- Klien tampak
atau memperingan nyeri Intervensi di lanjut
meringis dan Hasil : Menelan dapat meningkatkan nyeri
menagis dengan :
3. Memberikan teknik nonfarmakologis umtuk
- Tonsil klien - Pemberian
mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hipnosis,
nampak akupresur, terapy music, biofeedback, terapi paracetamol 15 mg /
09.10
membesar dan pijat, aromaterapi, teknik imajinasi 3x1 / oral di
kemerahan terbimbing,kompres air hangat/dingin, terapy pertahankan
- Suara klien bermain) - Pemberian terapi
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai