TONSILITIS
Disusun Oleh :
VITA NINGTIYAN AGESTHA
NIM. 2022207209218
2. Anatomi
Tonsil terdiri dari tonsil lingual, tonsil faringeal (adenoid) dan tonsil
palatina. Tonsil palatine merupakan sepasang massa jaringan lunak dibagian
belakang faring. Terdapat satu buah tonsil palatine pada tiap sisi.Tiap tonsil
merupakan jaringan limfoid yang dilapisi epitel respirasi yang berinvaginasi
dan membentuk kripta / kriptus (Klarisa C & Fardizza F, 2014).
Tonsil palatina yang biasanya disebut tonsil saja terletak di dalam fosa
tonsil.Pada kutub atas tonsil seringkali ditemukan celah intratonsil yang
merupakan sisa kantong faring yang kedua.Kutub bawah tonsil biasanya
melekat pada dasar lidah.Permukaan medial tonsil bentuknya beraneka
6
7
3. Etiologi
Gejala umum tonsilitis kronis yaitu sakit tenggorok, disfagia, dan
demam. Penyakit tonsil mempengaruhi struktur terkait anatomi lainnya
seperti celah telinga tengah, sinus paranasal, dan gabungan saluran
pernafasan dengan bagian atas saluran pencernaan. Anak-anak yang
mengalami tonsilitis kronis memiliki pembesaran tonsil dan pembuluh darah
membesar pada permukaan tonsil (Triola, Zuhdi, & Vani, 2020).
Tanda-tanda maupun gejala tonsilitis yang sering ditemukan
diantaranya perasaan mudah lelah dan lesu, sulit berkonsentrasi, rasa tidak
enak pada tenggorokan, sulit menelan hingga rasa sakit saat menelan, nafas
atau mulut berbau serta terkadang muncul juga gangguan pada telinga dan
siklus tidur seseorang. Pengaruh non mikroba juga menjadi penyebab dari
penyakit ini seperti refluks esofagus, imunomodulator dan radikal bebas.
Radikal bebas sendiri merupakan molekul tidak stabil dan sangat reaktif
sehingga bisa menyebabkan kerusakan jaringan terutama di membrane sel
(Liwikasari, 2018).
8
4. Patofisiologi
Bakteri atau virus memasuki tubuh melalui hidung atau mulut,
amandel berperan sebagai filter atau penyaring yang menyelimuti organisme
berbahaya, sel-sel darah putih ini akan menyebabkan infeksi ringan pada
amandel. Hal ini akan memicu tubuh untuk membentuk antibodi terhadap
infeksi yang akan datang, akan tetapi kadang-kadang amandel sudah
kelelahan menahan infeksi atau virus. Infeksi bakteri dari virus inilah yang
menyebabkan tonsilitis. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, bila epitel
terkikis maka jaringan limfoid superficial mengadakan reaksi. Terdapat
pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit poli morfonuklear. Proses
ini secara klinik tampak pada korpus tonsil yang berisi bercak kuning yang
disebut detritus. Detritus merupakan kumpulan leukosit, bakteri dan epitel
yang terlepas, suatu tonsilitis akut dengan detritus disebut tonsilitis
falikularis, bila bercak detritus berdekatan menjadi satu maka terjadi
tonsilitis lakunaris.
Tonsilitis dimulai dengan gejala sakit tenggorokan ringan hingga
menjadi parah. Pasien hanya mengeluh merasa sakit tenggorokannya
sehingga nafsu makan berkurang. Radang pada tonsil dapat menyebabkan
kesukaran menelan, panas, bengkak, dan kelenjar getah bening melemah di
dalam daerah sub mandibuler, sakit pada sendi dan otot, kedinginan, seluruh
9
tubuh sakit, sakit kepala dan biasanya sakit pada telinga. Sekresi yang
berlebih membuat pasien mengeluh sukar menelan, belakang tenggorokan
akan terasa mengental. Hal-hal yang tidak menyenangkan tersebut biasanya
berakhir setelah 72 jam. Bila bercak melebar, lebih besar lagi sehingga
terbentuk membran semu (Pseudomembran), sedangkan pada tonsilitis
kronik terjadi karena proses radang berulang maka epitel mukosa dan
jaringan limfoid terkikis. Sehingga pada proses penyembuhan, jaringan
limfoid diganti jaringan parut. Jaringan ini akan mengkerut sehingga ruang
antara kelompok melebar (kriptus) yang akan diisi oleh detritus, proses ini
meluas sehingga menembus kapsul dan akhirnya timbul perlengketan
dengan jaringan sekitar fosa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan
pembesaran kelenjar limfe submandibula.
6. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis yang muncul akan berbeda-beda pada setiap
kategori tonsilitis sebagai berikut. (Rusmarjono & Soepardi, 2016).
a. Tonsilitis akut
1) Tonsilitis viral
Gejala tonsilitis viral lebih menyerupai common cold yang disertai
rasa nyeri tenggorok dan beberapa derajat disfagia. Dan pada kasus
berat dapat meolak untuk minum atau makan melalui mulut. Penderita
mengalami malaise, suhu tinggi, dan nafasnya bau.
2) Tonsilitis bacterial
Gejala dan tanda Masa inkubasi 2 – 4 hari. Gejala dan tanda yang
sering ditemukan adalah nyeri tenggorok dan nyeri waktu menelan,
demam dengan suhu tubuh yang tinggi, rasa lesu, rasa nyeri di sendi-
sendi, tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga karena nyeri alih
(referred pain) melalui saraf N. glosofaringeus (N. IX). Pada
pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat
detritus berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu.
Kelenjar sub-mandibula membengkak dan nyeri tekan. (otalgia).
b. Tonsilitis Membranosa
1) Tonsilitis difteri
Gejala umum seperti juga gejala infeksi lainnya yaitu kenaikan suhu
tubuh biasanya subfebris, nyeri kepala, tidak nafsu makan, badan
lemah, nadi lambat serta keluhan nyeri menelan. Gejala lokal yang
tampak berupa tonsil membengkak ditutupi bercak putih kotor yang
makin lama makin meluas dan bersatu membentuk membran semu.
Membran ini dapat meluas ke palatum mole, uvula, nasofaring, lanng,
trakea dan bronkus dan dapat menyumbat saluran napas. Membran
semu ini melekat erat pada dasarnya, sehingga bila diangkat akan
mudah berdarah. Pada perkembangan penyakit ini bila infeksinya
berjalan terus, kelenjar limfa leher akan membengkak sedemikian
besarnya sehingga leher menyerupai leher sapi (bull neck) atau disebut
juga Burgemeester's.
12
7. Penatalaksanaan
Tonsilitis kronis kebanyakan berasal dari bakteri yang terdapat di
parenkim tonsil dibanding permukaan tonsil, sehingga swab dari permukaan
tonsil saja dapat menjadi keliru. Penatalaksanaan medis termasuk pemberian
antibiotik sesuai kultur. Pemberian antibiotik yang bermanfaat pada
penderita tonsilitis kronis cefalosporin ditambah metronidazole,
klindamisin, amoksisilin dengan asam klavulanat jika bukan disebabkan
mononucleosis. Tonsilektomi merupakan tindakan pembedahan yang paling
sering dilakukan pada penderita tonsilitis kronis, yaitu berupa tindakan
pengangkatan jaringan tonsil palatina dari fosa tonsil (Jeyakumar, dkk.,
2013).
Kaedah tonsilektomi sangat efektif dilakukan pada anak yang
menderita tonsilitis kronis dan berulang dan indikasi absolut karena adanya
sumbatan jalan napas akibat hipertrofi tonsil, tetapi tonsilektomi dapat
menimbulkan berbagai masalah dan berisiko menimbulkan komplikasi
seperti perdarahan, syok, nyeri pasca tonsilektomi, maupun infeksi.
Tonsilitis yang disebabkan oleh virus harus ditangani secara simptomatik.
Obat kumur, analgetik, dan antipiretik biasanya dapat membantu. Gejala
yang timbul biasanya akan hilang sendiri. Efektivitas penggunaan obat
kumur masih dipertanyakan, karena bisa saja saat berkumur tidak mengenai
tonsil tetapi lebih banyak mengenai dinding faring.
13
8. Pathway
1. Pengertian
Kenyamanan merupakan suatu keadaan seseorang merasa sejahtera
atau nyaman baik secara mental, fisik maupun sosial (Keliat, Windarwati,
Pawirowiyono, & Subu, 2015). Gangguan rasa nyaman menurut SDKI
adalah perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,
psikospiritual, lingkungan dan sosial (SDKI, 2017). Kenyamanan menurut
(Keliat dkk., 2015) dapat dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Kenyamanan fisik merupakan rasa sejahtera atau nyaman secara fisik.
b. Kenyamanan lingkungan merupakan rasa sejahtera atau rasa nyaman
yang dirasakan didalam atau dengan lingkungannya
c. Kenyamanan sosial merupakan keadaan rasa sejahtera atau rasa nyaman
dengan situasi sosialnya.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respon klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung aktual atau potensial. Diagnosis
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respon klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan.
Perawat di harapkan memiliki rentang perhatian yang luas, baik pada klien
sakit maupun sehat. Respon – respon tersebut merupakan reaksi terhadap
masalah kesehatan dan proses kehidupan yang di alami klien (SDKI, 2017).
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar
diagnosis keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama yang
mungkin muncul pada kasus An. A dengan tonsilitis dalam pemenuhan
kebutuhan kenyamanan adalah:
a. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan aktual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan
berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari 3 bulan
(SDKI, 2017)
Gejala dan tanda mayor
Subjektif : 1. Mengeluh nyeri
Objektif : 1. Tampak meringis
2. Bersikap protektif (Mis, waspada, posisi menghindari
nyeri)
3. Gelisah
17
3. Intervensi
Setelah merumuskan diagnosa di lanjutkan dengan intervensi dan
aktivitas keperawatan untuk mengurangi menghilangkan serta mencegah
masalah keperawatan klien. Tahapan ini di sebut perencanaan keperawatan
yang meliputi penentuan prioritas diagnosa keperawatan, menetapkan
sasaran dan tujuan, menetapkan kriteria evaluasi serta merumuskan
intervensi serta aktivitas keperawatan (Nurarif & Kusuma, 2015). Intervensi
keperawatan berdasarkan 3 diagnosa keperawatan adalah :
Tabel 2.1 Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI)
No. Diagnosa Standar Intervensi Keperawatan
Keperawatan Indonesia (SIKI)
1. Nyeri Akut Manajeman Nyeri
berhubungan dengan Observasi
inflamasi 1) Indentifikasi lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
2) Identifikasi skala nyeri
3) Identifikasi respon nyeri non verbal
4) Identifikasi faktor yang memperberat
atau memperingan nyeri
5) Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6) Identifikasi pengaruh budaya terhadap
19
respon nyeri
7) Identifikasi pengaruh nyeri pada
kualitas hidup
8) Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di berikan
9) Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
10) Berikan teknik nonfarmakologis
umtuk mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hipnosis, akupresur, terapy
music, biofeedback, terapi pijat,
aromaterapi, teknik imajinasi
terbimbing, kompres air
hangat/dingin, terapy bermain)
11) Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis. Suhu
ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
12) Fasilitasi istirahat dan tidur
13) Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri Edukasi
14) Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
15) Jelaskan strategi meredakan nyeri
16) Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
17) Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
18) Ajarkan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
19) Kolaborasi pemberian analgesik, jika
perlu
2. Gangguan rasa Perawatan Kenyamanan
nyaman berhubungan Observasi
dengan proses 1) Identifikasi gejala yang tidak
penyakit menyenangkan (Mis, mual, nyeri,
gatal, sesak)
2) Identifikasi pemahaman tentang
kondisi, situasi dan
perasaannya
3) Identifikasi masalah emosional dan
spiritual
Terapeutik
4) Berikan posisi yang nyaman
5) Berikan kompres air dingin atau hangat
6) Ciptakan lingkungan yang nyaman
7) Berikan pemijatan
8) Berikan terapyi akupresur
20
4. Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dari proses keperawatan
yang telah di rencanakan oleh perawat untuk di kerjakan dalam membantu
pasien mencegah, mengurangi, dan menghilangkan dampak atau respon
yang di timbulkan oleh masalah keperawatan dan kesehatan, pelaksanaan
tindakan keperawatan. Implementasi dilakukan tindakan keperawatan
berdasarkan standar luaran keperawatan indonesia (SLKI) :
a. Tingkat Nyeri
Tabel 2.2 Tingkat Nyeri
No Kriteria Kriteria Hasil
Hasil
Menurun Cukum Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1. Kemampuan 1 2 3 4 5
menuntaskan
aktifitas
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
2. Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
3. Meringis 1 2 3 4 5
4. Sikap 1 2 3 4 5
protektif
5. Gelisah 1 2 3 4 5
6. Kesulitan 1 2 3 4 5
tidur
7. Menarik diri
8. Berfokus
pada diri
sendiri
9. Diaforesis
10. Perasaan
depresi
(Tertekan)
11. Perasaan
22
takut
mengalami
cedera
berulang
12. anoreksia
13. Perineum
terasa
tertekan
14. Uterus teraba
membulat
15. Ketegangan
otot
16. Pupil dilatasi
17. Muntah
18. Mual
Memburu Cukup Sedang Cukup Membaik
k Memburu Membaik
k
19. Frekuensi 1 2 3 4 5
nadi
20. Pola napas 1 2 3 4 5
21. Tekanan
darah
22. Proses
berfikir
23. Fokus
24. Fungsi
berkemih
25. Perilaku
26. Nafsu makan
27. Pola tidur
b. Kontrol Nyeri
Tabel 2.2 Kontrol Nyeri
No Kriteria Kriteria Hasil
Hasil
Menurun Cukup Sedang Cukup Meningkat
Menurun Meningkat
1. Melaporkan 1 2 3 4 5
nyeri
terkontrol
2. Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
onset nyeri
3. Kemampuan 1 2 3 4 5
mengenali
penyebab
23
nyeri
4. Kemampuan 1 2 3 4 5
menggunaka
n teknik non
–
farmakologis
5. Dukungan 1 2 3 4 5
orang
terdekat
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
6. Keluhan 1 2 3 4 5
nyeri
7. Penggunaan 1 2 3 4 5
analgesik
c. Status kenyamanan
nyaman
10. Gelisah 1 2 3 4 5
11. Kebisingan 1 2 3 4 5
12. Keluhan sulit 1 2 3 4 5
tidur
13. Keluhan 1 2 3 4 5
kedinginan
14. Keluhan 1 2 3 4 5
kepanasan
15. Gatal 1 2 3 4 5
16. Mual 1 2 3 4 5
17. Lelah 1 2 3 4 5
18. Merintih 1 2 3 4 5
19. Menangis 1 2 3 4 5
20. Iritabilitas 1 2 3 4 5
21. Menyalahkan 1 2 3 4 5
diri sendiri
22. Konfusi 1 2 3 4 5
23. Konsumsi 1 2 3 4 5
alkohol
24. Penggunaan 1 2 3 4 5
zat
25. Percobaan 1 2 3 4 5
bunuh diri
Memburuk Cukup Sedang Cukup Membaik
memburuk membaik
26. Memori 1 2 3 4 5
masalalu
27. Suhu ruangan 1 2 3 4 5
28. Pola 1 2 3 4 5
eliminasi
29. Postur tubuh 1 2 3 4 5
30. Kewaspadaan 1 2 3 4 5
31. Pola hidup 1 2 3 4 5
32. Pola tidur 1 2 3 4 5
c. Pola tidur
3. Keluhan 1 2 3 4 5
tidak puas
tidur
4. Keluhan pola 1 2 3 4 5
tidur berubah
5. Keluhan 1 2 3 4 5
istirahat tidak
cukup
Meningkat Cukup Sedang Cukup Menurun
Meningkat Menurun
6. Kemampuan 1 2 3 4 5
beraktifitas
5. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah proses keperawatan yang memungkinkan
perawat untuk menentukan apakah intervensi keperawatan telah berhasil
meningkatkan kondisi klien. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses
keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana
antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat
pada tahap perencanaan. Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus
menerus dilakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan dilanjutkan, merevisi rencana atau
menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011)
27
28
ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata
1) Identitas Klien
Nama Lengkap : An. A
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur/Tanggal Lahir : 9 Tahun
Agama : Islam
Suku Bangsa : Tolaki
Pendidikan : SD
Pekerjaan :-
Alamat : Konda
Tanggal MRS : 23 November 2022
No. RM 24 89 72
30
31
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama : Klien mengeluh nyeri di tenggorokan, klien
mengatakan sulit menelan, skala nyeri 6, klien mengeluh tidak
nyaman.
2) Riwayat Keluhan
a) Penyebab/Faktor pencetus : Inflamasi pada tonsil
b) Sifat keluhan : Nyeri
c) Lokasi dan penyebaran : Tenggorokan
d) Skala keluhan 6
e) Mulai dan lamanya : Setiap 20 menit dengan durasi 5-10 menit
f) Hal hal yang meringkan : Pemberian obat analgesik
3) Riwayat kesehatan sekarang : An. A masuk Rumah Sakit Umum
Daerah Kota Kendari sekitar jam 08.00 Wita. Sebelum di bawah ke
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari, An. A mengeluh nyeri di
tenggorokan dan sulit pada saat menelan disertai dengan keluhan tidak
nyaman kemudian An. A dibawah orang tuanya memeriksa
kesehatannya ke Rumah Sakit Umum Daerah Kota Kendari. Saat
dilakukan pengkajian oleh perawat IGD di dapatkan data Klien
tampak meringis dan menagis, tonsil klien nampak membesar dan
kemerahan, klien tampak gelisah, suara klien terdengar serak, Obs.
TTV : N : 128 x/menit, P : 28x/menit, S : 36,8oC.
3) Riwayat kesehatan dahulu : An. A mengatakan tidak pernah di rawat
di rumah sakit dengan keluhan nyeri di tenggorokan dan sulit pada
saat menelan.
4) Riwayat imunisasi
Hubungan Status Imunisasi
Pendidika
Nama L/P Umur dengan Penyakit
n BCG Polio DPT Campak
KK
9
An. A L Anak SD Tonsilitis
Tahun
c. Riwayat Keluarga/Genogram
1) Genogram
An.An.
A
9 Thn
Keterangan :
Laki – Laki :
Perempuan :
Meninggal dunia :
Klien :
Garis Perkawinan :
Garis Keturunan :
Garis Serumah :
d. Pemeriksaan Fisik
1) Tanda tanda vital
a) Tekanan darah : -
b) Pernapasan : 28 x/menit
c) Nadi : 128 x/menit
d) Suhu badan : 36,8°c
2) Berat badan dan tinggi badan
a) Berat badan : 30 kg
b) Tinggi badan :134 cm
c) IMT : 16 kg/m²
3) Perkembangan tiap tahap
Usia anak saat :
a) Berguling : 4 Bulan
b) Duduk : 7 bulan
c) merangkak : 9 Bulan
d) Berdiri : 11 Bulan
e) Berjalan : 13 Bulan
f) Senyum pertama kali kepada orang lain pada umur 4 bulan
g) Bicara pertama kali : Lupa
h) Berpakaian tanpa bantuan : Lupa
4) Riwayat Nutrisi
a) Pemberian Asi
Pertama kali disusui : Sejak dilahirkan
Cara Pemberian : Menetek/Disusui langsung
Lama pemberian : Sampai anak usia 2 Tahun
b) Pemberian Susu Formula
Alasan pemberian : Pemberian asi sudah cukupo selama 2
tahun dan setelah itu dilanjutkan dengan susu formula
Jumlah pemberian : 2 gelas / hari atau kira-kira 400 ml
c) Pemberian makanan tambahan
Pertama kali diberikan usia : 6 bulan
Jenis : Bubur lunak dan pisang
5) Pola perubahan nutrisi tiap tahap usia sampai pada nutrisi saat ini :
34
b) Koordinasi : Baik
c) Memori : Dapat mengingat dengan baik
d) Orientasi : Baik, pasien respon terhadap pertanyaan
e) Konfusi : Tidak ada konfusi
f) Keseimbangan : Baik
g) Kelumpuhan : Tidak ada
h) Gangguan sensasi : Tidak ada
i) Kejang kejang : Tidak ada
18) Reflex tendon
a) Biseps : Fleksi lengan pada sendi siku
b) Triseps : Ekstensi lengan bawah pada sendi siku
c) Lutut : Ekstensi tungkai bawah
d) Achiles : Plantar fleksi
19) Refleks Patologis
a) Babinski : Fleksi ibu jari dan pemekaran pada jari-jari
b) Tanda Meningeal : Tidak ada
c) Kaku Kuduk/Kernig sign : Tidak ada kaku kuduk
d) Brudzinski I : Fleksi ke dua tungkai
e) Brudzinski II : Tidak ada kelumpuhan
20) Anus dan Perianal
a) Hemorrhoid : Tidak ada
b) Lesi Perianal : Tidak ada
c) Nyeri : Tidak ada
21) Ekstremitas
a) Warna kulit : Sawo Matang
b) Purpura/ekimosis : Tidak ada
c) Atropi : Tidak ada pengecilan otot
d) Hipertropi : Tidak ada
e) Lesi : Tidak ada
f) Pigmentasi : Tidak ada
g) Luka : Tidak ada
h) Deformitas Sendi : Tidak ada
i) Deformitas Tulang : Tidak ada
38
f. Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan Laboratorium :
Tabel 4.1 Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan Nilai rujukan Satuan
WBC : 11.76 4.0 – 10.00 103/uL
HGB :11.05 g/dl 11.0 – 13.0 g/dl
2) Studi diagnostic
Radiologi : Tidak ada
g. Tindakan medik/pengobatan
1) Pemasangan Infus RL 500 ml 24 Tpm (Mikro)
2) Paracetamol 15 mg 3x1 / Oral
3) Injeksi Cefotaxime 500 mg /12 Jam/IV
B. Klasifikasi data
Ds : - Klien mengatakan nyeri di tenggorokan
- Klien mengatakan sulit menelan
- Skala nyeri 6
- Klien mengeluh tidak nyaman
Do : - Klien tampak meringis dan menangis
- Tonsil klien nampak membesar dan kemerahan
40
C. Analisa Data
DO: Merangsang
- Klien tampak meringis pengeluaran zat kimia
dan menagis (histamin, bradikinin,
- Tonsil klien nampak serotinin)
membesar dan
kemerahan Merangsang imflus
- Suara klien saraf sekitar
terdengar serak
Rangsangan di
hantarkan ke
hipotalamus, cortex
cerebri
Nyeri dipersepsikan
2 Gangguan rasa Infeksi primer Gangguan rasa
nyaman di tandai nyaman
dengan : Inflamasi berhubungan
DS : dengan proses
- Klien mengatakan Pirogen endogen penyakit
nyeri di tenggorokan
- Klien mengatakan Stimulasi di hipotalamus
sulit menelan
- Klien klien mengeluh Gangguan rasa nyaman
tidak nyaman
DO :
- Klien tampak gelisah
41
D. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang ditegakkan pada berdasarkan (Standar diagnosis
keperawatan indonesia (SDKI). Masalah keperawatan utama pada kasus An. A
dengan tonsilitis dalam pemenuhan kebutuhan kenyamanan adalah:
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit
42
berdasarkan
kenyamanan klien,
pencahayaan
diatur sesuai
dengan
kenyamanan klien,
jumlah
pengunjung di
batasi.
5) Mengkolaborasi
09.30 pemberian
analgesik, jika
perlu
Hasil : Pemberian
paracetamol 15 mg
3x1/oral
biofeedback, terapi
pijat, aromaterapi,
teknik imajinasi
terbimbing,
kompres air
hangat/dingin,
terapy bermain)
Hasil : Klien
dapat melakukan
terapi nafas dalam
09.20 secara mandiri
4) Mengontrol
lingkungan yang
memperberat rasa
nyeri (mis. Suhu
ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
Hasil : Pengaturan
suhu,
pencahayaan, dan
pembatasan
09.30 pengujung tetap di
pertahankan
5) Menkolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
Hasil : Pemberian
paracetamol 15 mg
3x1 / oral tetap di
pertahankan
2. Gangguan Kamis 09.35 1) Mengidentifikasi S : klien masih
rasa nyaman 24/11/202 gejala yang tidak mengeluhkan nyeri
berhubungan 2 menyenangkan O : klien masih tampak
dengan proses (Mis, mual, nyeri, gelisah
penyakit di gatal, sesak) A : masalah keperawatan
tandai dengan Hasil : Klien gangguan rasa
: masih nyaman belum
DS : mengeluhkan teratasi
- Klien nyeri pada P : Intervensi dilanjut
mengatakan 09.40 tenggorokan dengan:
48
pengujung tetap di
09.30 pertahankan.
5) Mengkolaborasi
pemberian
analgesik, jika
perlu
Hasil : Pemberian
paracetamol 15 mg
/ oral hanya ketika
nyeri timbul
2. Gangguan Jumat 09.35 1) Mengidentifikasi S : Klien mengatakan
rasa nyaman 25/11/202 gejala yang tidak nyerinya sudah
berhubungan 2 menyenangkan berkurang
dengan proses (Mis, mual, nyeri, O : Klien tidak lagi
penyakit di gatal, sesak) gelisah
tandai dengan Hasil : Klien A : Masalah keperawatan
: mengatakan gangguan rasa
DS : nyerinya sudah nyaman teratasi
- Klien berkurang P : Intervensi dilanjut
mengatakan 09.40 2) Memberikan dengan:
nyeri di posisi yang - Pemberian posisi
tenggorokan nyaman semi-fowler
- Klien Hasil : Klien - Pembatasan
mengatakan sudah dapat interaksi dengan
sulit di berikan pengujung di
menelan 09.45 posisi semi – pertahankan
- Klien klien fowler
mengeluh 3) Menciptakan
tidak lingkungan yang
nyaman nyaman
DO : Hasil :
- Klien Pembatasan
tampak jumlah interaksi
gelisah dengan pengujung
09.50 tetap di
pertahankan
4) Mengajarkan
terapi relaksasi
Hasil : Terapi
nafas dalam tetap
di lakukan ketika
nyeri timbul.