Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN PENDAHULUAN

HIPERTENSI

Oleh :
VITA NINGTIYAN AGESTHA
NPM : 2022207209218

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PRINGSEWU LAMPUNG


PROGRAM STUDY PROFESI NERS
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA PASIEN GANGUAN SISTEM CARDIOVASKULER : HIPERTENSI

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Hipertensi
Menurut WHO tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg
( untuk usia < 60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic >
95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Nugroho, 2011).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi batas normal.
Tekanan darah normal 140/90 mmHg. Tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg (Manurung, 2016)

2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :
a. Merokok : Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida suatu
vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok meningkatkan tekanan
darah juga mulai peningkatan noreprinefrin plasma dan saraf simpatetik. Merokok
menyebabkan aktivasi simpatetik, stress, oksidatif, dan efek vasopresor akut yang
dihubungkan dengan peningkatan marker inflamasi, yang akan mengakibatkan
difungsi endotel, cedera pembuluh darah, dan meningkatnya kekakuan pembuluh
darah. (Pikir dkk, 2015)
b. Obesitas : Terjadi pada 64% pasien hipertensi. Lemak badan mempengaruhi
kenaikan tekanan darah dan hipertensi. Penurunan berat badan menurunkan
tekanan darah pada pasien obesitas memberikan efek menguntungkan pada faktor
risiko yang terkait, seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, heperlipidemia, dan
hipertrofi ventrikel kiri. Individu obesitas mempunyai risiko lebih tinggi signifikan
terjadinya hipertensi. Obesitas diketahui pada hasil kombinasi disfungsi pusat
makan diotak, ketidakseimbangan asuhan energy dan pengeluaran, variasi
genetic.peningkatan risiko yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk
hipertensi, penyakit vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit traktus
bilier, osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral mengakibatkan
resistensi insulin. Akibat lanjut dari hiperinsulimenia, adalah promosi peningkatan
absorbsi Na oleh ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi. (Pikir dkk, 2015)
c. Alkoholisme : Dapat meningkatkan risiko hipertensi, namun mekanismenya belum
jelas, mungkin akibat meningkatnya transport kalsium kedalam sel otot polos
melalui peningkatan katekolamin plasma.terjadinya hipertensi lebih tinggi pada
peminum alcohol berat akibat dari aktivasi simpatetik. Pada pasien hipertensi yang
mengonsumsi alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari atau 40 ml etanol per
hari. (Pikir dkk, 2015)
d. Stress : Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang
berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan stimuli instrinsik atau
ekstrinsik yang menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun data epidemiologi menunjukkan stress
mental terkait dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan sindrom
metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami sepenuhnya.
Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas terkait pada faktor
psikososial termasuk stress kronik. Aksis hipotalamus – hipofisi – adrenal
merupakan kunci mekanisme yang menghubungkan obesitas, hipertensi, dan stress
kronis. (Pikir dkk, 2015)
e. Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja
ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin yang dapat meningkatkan tekanan
darah (Haryanto & Rini, 2015)
f. Kopi (kafein) : Kopi dapat meningkatkan secara akut tekanan darah dengan
memblok reseptor vasodilatasi adenosine dan meningkatkan neropinefrin plasma.
Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah secara akut,
dengan variasi yang luas antara individu dari ¾ mmHg sampai 15/13 mmHg.
Dimana tekanan darah akan mencapai puncak dalam satu jam dan kembali
ketekanan darah dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk, 2015)
g. Kontrasepsi oral : Hal ini disebabkan ekspansi volume karena peningkatan sintesis
hepatic subtran rennin dan aktivasi sistem renin – angiotensin – aldosteron.
Kontrasepsi esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5 mmHg, sekitar lima
persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang
menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi terkait
kontrasepsi lebih sering pada perempuan diatas 35 tahun, pada mereka yang
menggunakan kontrasepsi lebih dari 5 tahun, dan individu gemuk. Umumnya,
hipertensi reversible setelah penghentian kontrasepsi, tetai mungkin perlu beberapa
minggu. Esterogen pada postmenoupose umumnya tidak menyebabkan hipertensi,
tetapi tentu memelihara vasodilatasi diperantarai endotel. (Pikir dkk, 2015)
2. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom scushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
a. Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis, terutama dengan
kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh darah di ginjal
b. Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan darah dalam
kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi
c. Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat : penggunaan agen
antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis dapat menimbulkan hipertensi.
d. Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan Pheochromocytoma
memiliki hipertensi primer
e. Aldosteronisme primer : adanya kelebihan mineralokortikoid, terutama aldosteron,
harus dicurigai pada setiap pasien dengan trias hipertensi, hipokalemia yang tidak
dapat dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun beberapa pasien memiliki
konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi aldosteronisme primer juga harus
dipertimbangkan pada pasien dengan hipertensi resisten (Pikir dkk, 2015).

3. Tanda dan Gejala


1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan
darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidah terukur
2. Gejala yang lazim
Meliputi nyeri kepala, tekanan intrakarnial naik,dan kelelahan.
Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu :
1. Mengeluh sakit kepala, pusing dikarenakan peningkatan tekanan darah dan
hipertensi sehingga intrakarnial naik
2. Lemas, kelelahan : karena stress sehingga mengakibatkan ketegangan yang
mempengaruhi emosi, pada saat ketegangan emosi terjadi dan aktivitas saraf
simatis sehingga frekuensi dan krontaktilitas jantung naik, aliran darah menurun
sehingga suplei O2 dan nutrisi otot rangka menurun, dan terjadi lemas.
3. Susah nafas, kesadaran menurun karena terjadinya peningkatan krontaktilitas
jantung
4. Palpitasi (berdebar-debar): karena jantung memompa terlalu cepat sehingga dapat
menyebabkan berdebar-debar, Gampang marah (Nurarif & Kusuma, 2015)

4. Patofisiologi
Faktor yang berperan pengendali tekanan darah, pada dasarnya merupakan faktor yang
mempengaruhi rumus dasar : tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan
darah dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang merupakan hasil
dari aksi pompa jantung atau yang sering disebut curah jantung (cardiac output) dan
tekanan dari arteri perifer atau sering disebut resistensi perifer. Kedua penentu primer
adanya tekanan darah tersebut masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi
faktor-faktor serial yang sangat kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan
tekanan darah secara logis dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau
peningkatan resistensi perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme
yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload) atau melalui peningkatan
kontraktilitas karena rangsangan neural jantung.Meskipun faktor peningkatan curah
jantung terlibat dalam pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada
penderita hipertensi kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya
peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang normal. Pada hewan coba,
dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang, ketika diberi penambahan volume cairan,
maka tekanan darah pada awalnya akan naik sebagai konsekuensi tinggi curah jantung,
namun dalam beberapa hari, resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan
kembali ke nilai basal. Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya
perubahan property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk mengatur aliran
darah yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari jaringan. (Pikir dkk, 2015)

PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal
Menghasilkan
Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan Tidak mampu hormon epinefrin
monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
kolesterol membuang dan norepinefrin
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
pembuluh darah
arteri dan air di dalam
Meningkatnya besar
Penyempitan Peningkatan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi sel darah merah
pembuluh darah volume darah Elastisitas
endotel pembuluh pembuluh Efek konstriksi
dan sirkulasi pembuluh
darah darah arteri perifer darah menurun Volume darah
Meningkatnya dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat

Jantung bekerja keras


untuk memompa

HIPERTENSI

Otak Ginjal Indera Kenaikan beban


kerja jantung
Vasokonstriksi Retina Hidung
Suplai O2 ke Retensi Telinga
pembuluh darah Hipertrofi otot
otak menurun pembuluh darah
ginjal jantung
otak meningkat Spasme Perdarahan Suara
Sinkope Blood flow arteriole berdenging
Penurunan
Tekanan menurun fungsi otot
pembuluh darah Diplopia Gangguan jantung
Resiko tinggi meningkat
Respon RAA keseimbangan
cidera
Nyeri Resiko tinggi Resiko
kepala cidera penurunan curah
Resiko terjadi Vasokonstriksi
jatung
gangguan
perfusi jaringan
Gangguan rasa Rangsang
serebral
nyaman nyeri aldosteron

Retensi
natrium

Oedem

Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber : Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003; Sodoyo,
2006; Ruhyanuddin, 2007.
Klasifikasi Berat Ringan Hipertensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 102)
No Kategori Sistolik mmHg Distolik mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120

Menurut (Haryanto & Rini, 2015, p. 38)


Kategori Tekanan darah systole (mmHg) Tekanan darah diastole(mmHg)
Stadium 1 (ringan) 140-159 90-99
Stadium 2 (sedang) 160-179 100-109
Stadium 3 (berat) 180-209 100-119
Stadium 4 (sanga
>210 >120
tberat)

6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas
dan indicator faktpr risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia(Udjianti, 2013, p. 109)
b. Kimia darah (Udjianti, 2013)
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau faal renal
d. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin
e. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaque atheromatus
f. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer
g. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap
vasokontriksi dan hipertensi
h. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi
i. Elektrolit (Udjianti, 2013)
j. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme
atau efek samping terapi deuretik)
k. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi
l. Urine(Udjianti, 2013)
m. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengidentifikasikan difusi
renal atau diabetes
n. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma
o. Steroid urine : peningkatan kadang mengindikasikan hyperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin juga
meningkat
p. Radiologi (Udjianti, 2013)
 Intra Venous Pyelografi (IVP) mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal
pharenchymal disease urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH)
 Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
q. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi atau
disritmia(Udjianti, 2013)
r. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015)
 Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
 BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal
 Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM
s. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
t. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal
Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
7. Komplikasi
Hipertensi yang tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto & Rini, 2015) :
1. Transien Iskemik Attact
2. Stroke /CVA
3. Gagal jantung
4. Gagal ginjal
5. Infark miokard
6. Disritmia jantung

Komplikasi lainnya yaitu :


1. Pecahnya pembuluh darah serebral : aliran darah keotak tidak mengalami perubahan
masing-masing pada penderita hipertensi kronis dengan mean adrenal pressure
(MAP) 120-160 mmHg dan penderita hipertensi new onset dengan MAP antara 60-
120 mmHg. Pada keadaan hiperkapnia, autoregulasi menjadi sempit dengan batas
tertinggi 125 mmHg sehingga perubahan sedikit saja dari tekanan darah akan
menyebabkan asisdosis otak yang mempercepat timbulnya edema otak.
2. Penyakit ginjal kronik : mekanisme hipertensi pada PGK melibatkan beban volume
dan vasokontriksi. Beban volume disebabkan oleh gangguan ekskresi sodium
sedangkan vasokonstriksi berkaitan dengan perubahan parenkim ginjal.
3. Penyakit jantungkoroner : ada dua mekanisme yang diajukan mengenai hubungan
hipertensi dengan peningkatan risiko terjadinya gagal jantung. Pertama, hipertensi
merupakan faktor risiko terjadinya infark miokard akut yang dapat menyebabkan
gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri dan gagal jantung. Kedua, hipertensi
menyebabkan terjadi disfungsi diastolic dan meningkatkan risiko gagal jantung.
4. Stroke pendarahan subarachnoid : terjadi ketika terdapat kebocoran pembuluh darah
didekat otak, yang mengakibatkan ekstravasasi drah kedalam celah subarachnoid.
Penyebab tersering SAH adalah rupture mikroaneurisma ini tidak diketahui dan
diduga terkait kelainan bawaan. Pada penderita hipertensi terjadi penebalan lapisan
intima dinding arteri dan selanjutnya dapat meningkatkan tahanan dan elastisitas
dinding pembuluh darah. Ketika terjadi peningkatan tekanan pada dinding pembuluh
darah maka aneurisma akan mengalami rupture. Aneurisma dengan diameter lebih
dari 10 mm akan lebih mudah mengalami rupture.(Pikir dkk, 2015)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Jenis kelamin : Hipertensi berkaitan dengan jenis kelamin laki-laki dan usia. Namun,
pada usia tua, risiko hipertensi meningkat tajam pada perempuan dibandingkan laki-
laki. Laki-laki obesitas lebih mempunyai risiko hipertensi lebih besar dibandingkan
dengan perempuan obesitas dengan berat badan sama. (Pikir dkk, 2015)
c. Usia : Tekanan darah sistolik meningkat progresif sesuai usia dan orang lanjut usia
dengan hipertensi merupakan risiko besar untuk penyakit kardiovaskuler.(Pikir dkk,
2015, p. 5)
d. Ras : Pada multiple risk factor intervention trial, yang melibatkan lebih dari 23.000
laki-laki kulit hitam dan 325.000 laki-laki kulit putting yang dipantau selama 10
tahun, didapatkan suatu perbedaan rasial yang menarik: anggota mortalitas penyakit
jantung koroner lebih rendah pada laki-lak kulit hitam dengan tekanan diastolic
melebihi 90 mmHg dibandingkan pada laki-laki kulit putih.(Pikir dkk, 2015)
e. Status kesehatan saat ini
 Keluhan Utama
Fatingue, lemah, dan sulit bernapas. Temuan fisik meliputi peningkatan frekuensi
denyut jantung, disritmia, dan takipnea. (Udjianti, 2013)
 Alasan masuk rumah sakit
Alasan masuk rumah sakit dikarenakan pasien memiliki keluhan lemah, sulit
bernapas, dan kesadaran menurun. (Nurarif & Kusuma, 2015)
 Riwayat penyakit sekarang
Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan pada setiap gejala yaitu sakit
kepala, kelelahan, selah, susah nafas, mual, gelisah, kesadaran menurun,
pengelihatan menjadi kabur, tinnitus (telinga berdenging), palpitasi (berdebar-
debar), kaku kuduk, tekanan darah diatas normal, gampang marah. (Nurarif &
Kusuma, 2015)
1. Riwayat kesehatan terdahulu
 Riwayat penyakit sebelumnya
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelumnya.Misalnya : klien pernah memiliki riwayat penyakit gagal ginjal
dan klien mengalami sakit yang sangat berat. (Haryanto & Rini, 2015)
 Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi pada orang yang memiliki riwayat hipertensi dalam keluarga sekitar
15-35%. Suatu penelitian pada orang kembar, hipertensi terjadi 60% laki-laki
dan 30-40% perempuan. Hipertensi usia dibawah 55 tahun terjadi 3,8 kali lebih
sering pada orang dengan riwayat hipertensi keluarga (Pikir dkk, 2015)
 Riwayat pengobatan
Ada beberapa obat yang harus diminum oleh penderita penyakit hipertensi
yaitu Pengobatan anti hipertensi :
 Diuretic : semua deuretik menurunkan tekanan darah dengan meningkatkan
ekskresi natrium urin dan dengan mengurangi volume plasma, volume cairan
ekstraseluler, dan curah jantung. Mereka dapat menurunkan tekanan darah
dengan mengurangi volume vascular, seperti ditunjukkan dalam sebuah studi
oleh Gifford dan kawan-kawan dari 25 pasien.
 Angiotensin : angiotensin II bekerja secara langsung pada dinding pembuluh
dara, menyebabkan hipotrofi medial, menstimulasi pertumbuhan jaringan
ikat, dan meruksak endotel yang berujung pada aterosklerosis(Pikir dkk,
2015)
f. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum
1. Kesadaran : seorang pasien yang terkena hipertensi kesadarannya sadar dan juga
dapat mengalami penurunan kesadaran (Nurarif & Kusuma, 2015)
2. Tanda-tanda vital
a. Tekanan darah : kasus hipertensi tekanan darah yang dimiliki oleh penderita
hipertensi systole diatas 140 mmHg dan tekanan diastole diatas 90 mmHg
(Haryanto & Rini, 2015)
b. Nadi : meningkat pada arteri karotis, jugularis, pulsasi radialis; perbedaan
denyut nadi atau tidak ada denyut nadi pada beberapa area seperti arteri
popliteal, posterior tibia. (Udjianti, 2013)
 Body system
1. Sistem pernafasan : mengeluh sesak nafas saat aktivitas, takipnea, orthopnea
(gangguan pernafasan pada saat berbaring ), PND, batuk dengan atau tanpa
sputum, riwayat merokok. Temuan fisik meliputi sianosis, pengunaan otot bantu
pernapasan, terdengar suara napas tambahan (ronkhi rales, wheezing) (Udjianti,
2013)
g. Sistem kardiovaskuler
 Inspeksi : gerakan dinding abnormal
 Palpasi : denyut apical kuat
 Perkusi :denyut apical bergeser dan/ atau kuat angkat
 Auskultasi : denyut jantung takikardia dan disritmia, bunyi jantung S2 mengeras S3
(gejala CHF dini). Murmur dapat terdengar jika stenosis atau insufisiensi katup.
(Udjianti, 2013)
h. Sistem persarafan
Melaporkan serangan pusing/ pening, sakit kepala berdenyut di suboksipital, episode
mati-rasa, kelumpuhan salah satu sisi nadan. Gangguan visual (diplopia- pandangan
ganda atau pandangan kabur) dan episode epistaksis (Udjianti, 2013)
i. Sistem perkemihan
Temuan fisik produksi urine <50 ml/jam atau oliguri (Udjianti, 2013)
j. Sistem pencernaan
Melaporkan mual, muntah, perubahan berat badan, dan riwayat pemakaian
deuretik.Temuan fisik fisik meliputi berat badan normal atau obesitas, edema,
kongesti vena, distensi vena jugularis, dan glikosuria. (Udjianti, 2013)
k. Sistem integument
Suhu kulit dingin, warna kulit pucat, pengisian kapiler lambat (>2 detik), sianosis,
diaphoresis, atau flusing (Udjianti, 2013)
l. Sistem musculoskeletal
Terjadi kaku kuduk pada area leheer (Haryanto & Rini, 2015)
m. Sistem endokrin
Pada pasien dengan hipertensi biasanya tidak ditemukan adanya kelainan pada sistem
endokrin (Udjianti, 2013)
n. Sistem reproduksi
Pada klien hipertensi terjadi peningkatan TIK (tekanan intra cranial) pada saat
melakukan hubungan seksual dan terjadi gangguan reproduksi pada ibu hamil yang
memiliki hipertensi (Nurarif & Kusuma, 2015, hal. 106)
o. Sistem penginderaan
Pemeriksaan retina dapat ditemukan penyempitan atau sklerosis arteri edema atau
papiledema (eksudat atau hemoragi) tergantung derajat lamanya hipertensi (Udjianti,
2013)
p. Sistem imun
Mengalami penurunan sistem kekebalan tubuh (Manurung, 2016)

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 Penurunan Curah Jantung
 Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.
 Penyebab
1. Perubahan irama jantung
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan preload
5. Perubahan afterload
6. Gejala dan Tanda Mayor
 Subjektif
1. Perubahan irama jantung :Palpitasi
2. Perubahan preload: lelah
3. Perubahan afterload :Dipsnea
4. Perubahan kontraktilitas : paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), ortopnea,
batuk
 Objektif
1. Perubahan irama jantung : bradikardia/takikardi, gambaran EKG aritmia
2. Perubahan preload : edema, distensi vena jugularis, Central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun, hepatomegali
3. Perubahan afterload : tekanan darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba
lemah, CRT >3 detik, oliguria, warna kulit pucat dan/atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas : terdengar suara jantung S3 dan/atau S4, ejaction
fraction (EF) menurun
 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : perilaku emosional : cemas dan gelisah
Objektif
1. Perubahan preload : murmur jantung, berat badan bertambah, Pulmonary arteri
wedge pressure (PAWP)
2. Perubahan afterload : Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat/
menurun, Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun
3. Prubahan kontraktilitas : Cardiac index (CI) menurun, Left ventricular strok
work index (LVSWI) menurun, Stroke volume index (SVI) menurun
 Kondisi klinis terkait
1. Gagal jantung kongestif
2. Sindrom koroner akut
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis trikuspital
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
10. Regurgitasi pulmonal
11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan (SDKI, 2017)

Diagnosa II Nyeri Akut


 Definisi : Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan actual atau fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas
ringan hingga berat berlangsung kurang dari 3 bulan.
 Penyebab
1. Agen pencedera fisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, meoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan)
 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : Mengeluh nyeri
Objektif : tampak meringis, bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar
nyeri), gelisah, frekuensi nadi meningkat, sulit tidur
 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : (tidak tersedia)
Objektif : tekanan darah meningkat, pola napas berubah, nafsu makan berubah, proses
berpikir terganggu, menarik diri, berfokus pada diri sendiri, diaphoresis
 Kondisi Klinis Terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. Glaucoma (SDKI, 2017)

Diagnosa III Intoleransi Aktivitas


 Definisi : Ketidak cukupan energy untuk melakukan aktivitas sehari-hari
 Penyebab : ketidakseimbangan antara suplei dan kebutuhan oksigen, tirah baring,
kelemahan, imobilitas, gaya hidup monoton
 Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif : mengeluh lelah
Objektif : frekuensi jantung meningkat >20% dari kondisi istirahat
 Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : dispnea saat/setelah aktivitas, tidak nyaman setelah beraktifitas, lemah
Objektif : tekanan darah berubah >20% dari kondisi istirahat, gambaran EKG
menunjukkan aritmia saaat/ setelah aktivitas, gambaran EKG menunjukkan
iskemia, sianosis
 Kondisi klinis terkait : anemia, gagal jantung koroner, jantung koroner. penyakit
katup jantung, aritmia, penyakit paru obstrutuf kronis (PPOK), gangguan metabolic,
gangguan musculoskeletal (SDKI, 2017)
3. Intervensi
1. Penurunan curah jantung
 Tujuan
Menunjukkan curah jantung yang memuaskan, dibuktikan oleh efektivitas pompa
jantung, status sirkulasi, perfusi jaringan (organ abdomen, jantung serebral, selular,
perifer, dan pulmonal); dan status tanda-tanda vital
 Kriteria hasil
1. Mempunyai indeks jantung dan fraksi ejeksi dalam batas normal
2. Mempunyai haluaran urine, berat jenis urine, blood urea nitrogen (BUN) dan
keratin plasma dalam batas normal
3. Mempunyai warna kulit yang normal
4. Menunjukkan peningkatan toleransi terhadap aktivitas fisik (mis. Tidak
mengalami dispnea, nyeri dada, atau sinkope)
5. Menjelaskan diet, obat, aktivitas, dan batasan yang diperlukan (mis. Untuk
penyakit jantung)
6. Mengidentifikasi tanda dan gejala perburukan kondisi yang dapat dilaporkan
 Intervensi NIC
Aktivitas Keperawatan
1. Kaji dan dokumentasikan tekanan darah, adanya sianosis, status pernapasan,
dan status mental
2. Pantau tanda kelebihan cairan (mis. Edema dependen, kenaikan berat badan)
3. Kaji toleransi aktifitas pasien dengan memerhatikan adanya awitan napas
pendek, nyeri, palpitasi, atau limbung
4. Evaluasi respon psien terhadap terapi oksigen
5. Kaji kerusakan kognitif
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Jelaskan tujuan pemberian oksigen per kanula nasal atau sungkup
2. Intruksikan mengenai pemeliharaan keakuratan asupan dan haluaran
3. Ajarkan penggunaan, dosis, frekuensi, dan efek samping obat
4. Ajarkan untuk melaporkan dan menggambarkan awitan palpitasi dan nyeri,
faktor pencetus, daerah, kualitas, dan intesitas
5. Intruksikan pasien dan keluarga dalam perencanaan untuk perawatan dirumah,
meliputi pembatasan aktivitas, pembatasan diet, dan penggunaan alat terapeutik
6. Berikan informasi tentang teknik penurunan stress seperti biofeed-back,
relaksasi otot progresif, meditsi dan latihan fisik
7. Ajarkan kebutuhan untuk menimbang berat badan setiap hari
Aktivitas kolaboratif
1. Konsultasikan dengan dokter menyangkut parameter pemberian atau
penghentian obat tekanan darah
2. Berikan dan titrasikan obat antiaritmia, inotropik, nitrogliserin,dan vasodilator
untuk mempertahankan kontraktilitas, preload, dan afterload sesuai dengan
program medis atau protocol
3. Berikan antikoagulan untuk mencegah pembentukan thrombus perifer, sesuai
dengan program atau protocol (Wilkinson, 2016)

2. Nyeri akut
 Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
 Kriteria hasil
1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor
tersebut
5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic secara
teapat
7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau
tekanan darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik
9. Melaporkan pola tidur yang baik
10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal
 Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
onformasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0=
tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon
pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang dihubungi bila mengalami nyeri.
2. Intruksikan pasien menginformasikan pada perawat jika pereda nyeri tidak dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan
4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis, risiko
ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap
4 jam selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
a. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
b. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
(Wilkinson, 2016)

3. Intoleransi aktivitas
 Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat,
dan perawatan diri : ASK (dan AKSI)
 Kriteria hasil
1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut
jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam
batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat dan
atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis,
eliminasi dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar mandi)
6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
 Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang belum
dilaporrkan kepada dokter
3. Pentingnya nutrisi yang baik
4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas
5. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi) selama aktivitas
6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan
tempat kerja
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh : menyimpan alat atau benda
yang sering digunaakan ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
faktor penyebab
2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan
ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika
perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa dirumah
4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan peralatan rumah, jika perlu
5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan yang
kaya energy
7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung (Wilkinson, 2016).
DAFTAR PUSTAKA

Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: KDT.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.Hal ini
karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai
faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan
yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi
ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non
infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta
mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa
terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah
perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat
lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan
atau saat periksa ke dokter.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hipertensi ?
2. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?

1.3. Tujuan
Tujuan Umum
 Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi.
Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
 Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
 Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
 Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
 Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP DASAR HIPERTENSI


2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau Darah Tinggi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau kronis (dalam waktu yang lama).Hipertensi merupakan
kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Satu-satunya cara untuk mengetahui
hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah kita secara teratur.
Tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah kondisi medis di mana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama).Penderita yang mempunyai sekurang-
kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi.
Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi
diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat
jantung berelaksasi (diastolik).Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai
"normal".Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan
diastolik.Hipertensi biasanya terjadi pada tekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di
kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu.
2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan penyebabnya, Hipertensi dapat digolongkan menjadi 2 yaitu:
Hipertensi esensial atau primer
Penyebab pasti dari hipertensi esensial sampai saat ini masih belum dapat diketahui.Namun,
berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya
umur, stres psikologis, dan hereditas (keturunan).Kurang lebih 90% penderita hipertensi
tergolong Hipertensi primer sedangkan 10% nya tergolong hipertensi sekunder.
Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui, antara lain
kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal
(hiperaldosteronisme), dan lain lain. Karena golongan terbesar dari penderita hipertensi adalah
hipertensia esensial, maka penyelidikan dan pengobatan lebih banyak ditujukan ke penderita
hipertensi esensial.
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi peningkatan tekanan darah di dalam
arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
 Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap
detiknya
 Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut. Arteri besar
kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak dapat mengembang pada
saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut. Karena itu darah pada setiap denyut jantung
dipaksa untuk melalui pembuluh yang sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya
tekanan.
 Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan darah. Hal
ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak mampu membuang sejumlah garam
dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga
meningkat.
Oleh sebab itu, jika aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan
banyak cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi lebih kecil.
Berdasarkan faktor pemicu, Hipertensi dibedakan atas yang tidak dapat dikontrol seperti
umur, jenis kelamin, dan keturunan.Pada 70-80% kasus Hipertensi primer, didapatkan riwayat
hipertensi di dalam keluarga.Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua, maka
dugaan Hipertensi primer lebih besar.Hipertensi juga banyak dijumpai pada penderita kembar
monozigot (satu telur), apabila salah satunya menderita Hipertensi.Dugaan ini menyokong
bahwa faktor genetik mempunyai peran didalam terjadinya Hipertensi.
Sedangkan yang dapat dikontrol seperti kegemukan/obesitas, stress, kurang olahraga,
merokok, serta konsumsi alkohol dan garam.Faktor lingkungan ini juga berpengaruh terhadap
timbulnya hipertensi esensial. Hubungan antara stress dengan Hipertensi, diduga melalui aktivasi
saraf simpatis. Saraf simpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita beraktivitas, saraf
parasimpatis adalah saraf yang bekerja pada saat kita tidak beraktivitas.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermitten
(tidak menentu). Apabila stress berkepanjangan, dapat mengakibatkan tekanan darah menetap
tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti, akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan
lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh
stress yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota.
Berdasarkan penyelidikan, kegemukan merupakan ciri khas dari populasi Hipertensi dan
dibuktikan bahwa faktor ini mempunyai kaitan yang erat dengan terjadinya Hipertensi
dikemudian hari.Walaupun belum dapat dijelaskan hubungan antara obesitas dan hipertensi
esensial, tetapi penyelidikan membuktikan bahwa daya pompa jantung dan sirkulasi volume
darah penderita obesitas dengan hipertensi lebih tinggi dibandingan dengan penderita yang
mempunyai berat badan normal.

2.3 Manifestasi Klinis Hipertensi


Mekanisme Terjadinya Hipertensi Gejala-gejala hipertensi antara lain pusing, muka merah,
sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal,dan lain-lain.
Dampak yang dapat ditimbulkan oleh hipertensi adalah kerusakan ginjal, pendarahan pada
selaput bening (retina mata), pecahnya pembuluh darah di otak, serta kelumpuhan.
2.4 Pemeriksaan Penunjang Hipertensi
1. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas, anemia.
2. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.
3. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh
peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).
4. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.
6. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus
untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).
7. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.
8. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).
9. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes.
10. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya
feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian
feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
11. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.
12. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme, feokromositoma atau
disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat.
13. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal
dan ureter.
14. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/ EKG
atau takik aorta; perbesaran jantung.
15. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.
16. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi. Catatan :
Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.

2.5 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.Penurunan BB dapat menurunkantekanan
darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dankadar adosteron dalam
plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
i. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
ii. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
iii. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
iv. Tidak menimbulakn intoleransi.
v. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
vi. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.
2.6 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan
retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya
pembuluh darah otak.

1. Nama : Ny. T
2. Umur : 70 tahun
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Tani
7. Golongan Darah :-
8. No Register : 02.98.01
9. Alamat : Damuli
10. Status : Kawin
11. Keluarga Terdekat : Anak
12. Diagnosa Medis : Hipertensi
II. BIODATA PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Mi’an
2. Umur : 25 tahun
3. Hubungan dengan pasien : Anak
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Tani
6. Alamat : Selorejo ampel gading
III. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama(alasan MRS)
- Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya sesak
dan nafsu amkan menurun.
- Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas,kepalanya
pusing.
B. Riwayat penyakit sekarang
Paliatif : klien datang dengan riwayat HT dan gastritis
Quality : klien dengan keadaan pingsan
Regio : kepala pusing dan dada sesak
Saverity : skala nyeri 5
Time : ± 1 minggu yang lalu

NO Intensitas Nyeri Diskripsi


Menurut numeric = 5 - Pasien mengatakan nyeri masih bisa ditahan atau
sedang
- Pasien nampak gelisah
- Pasien nampak sedikit berpartisipasi dalam perawatan
C. Riwayat penyakit yang lalu
Klien mengatakan mempunyai riwayat hipertensi ± 3 bulan dan hanya berobat di
PUSKESMAS saja.
D. Riwayat kesehatan keluarga
Klien mengatakan bahwa dalam keluarga klien tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
yang sama seperti klien.
IV. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi

NO Pemenuhan Di rumah Di Rumah Sakit


Makan/Minum
1. Jumlah/waktu -Pagi : Klien makan porsi sedang - Pagi : klien makan sesuai
dengan nasi, sayur, lauk dan dengan diet yang diberikan
minum air putih.
-Siang : Klien makan porsi - Siang : Klien makan sesuai
sedang dengan nasi, sayur, lauk dengan diet yang diberikan.
dan minum air putih.
-Malam : Klien makan porsi - Malam : Klien makan
sedang dengan nasi, sayur, lauk sesuaidengan diet yang
dan minum air putih. diberikan.
2. Jenis - Nasi : putih. - Nasi : bubur
- Lauk : Ikan, tahu, tempe, - Lauk : Ayam
daging - Sayur : Sop
- Sayur : bayam. - Minum: air putih.
- Minum : air putih.
3. Pantangan - Rendah garam

b. Pola eliminasi
NO Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi
BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu - Pagi : BAB 1x/hari, BAK - Pagi : belum BAB, belum BAK
2x/hari. - Siang : Belum BAB, sudah BAK 1x
- Siang : BAK 2x/hari. - Malam : Belum BAB dan sudah
- Malam : BAK 2x/hari. BAK 1x
2. Warna - BAB : kuningan. -BAB : -
- BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau BAB : khas -BAB : -
BAK : khas -BAK : -
4. Konsistensi BAB : lembek -

c. Plola istirahat tidur

NO Pemenuhan Dirumah Di Rumah Sakit


Istirahat
Tidur
1. Jumlah/waktu - Pagi : ± 1 jam. - Pagi : ± 2 jam.
- Siang : ± 1 jam. - Siang : ± 2 jam.
- Malam : ± 7 jam. - Malam : ± 4 jam.
2. Gangguan Tidak mengalami Klien tidak bisa tidur karena sesak
Tidur gangguan tidur. nafas, muntah-muntah dan pusing.

d. Pola kebersihan diri/personal Hygiene

NO Pemenuhan Personal Di Rumah Di Rumah Sakit


Hygiene
1. Frekuensi mencuci 2 x/minggu Belum pernah
rambut
2. Frekuensi mandi 2x/hari Diseka 2x/hari
3. Ftekuensi gosok gigi 2x/hari Belum pernah
4. Warna Rambut. Putih beruban Putih beruban
5. Bau - -
6. Konsistensi Kusam Kusam

V. PEMERIKSAAN KEPALA,WAJAH DAN LEHER


1. Pemeriksaan Kepala
Inspeksi : Bentuk kepala Dolicephalus,kesimetrisan +, luka -.
Palpasi : Nyeri tekan +, pusing.
2. Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
a. Kelengkapan dan kesimetrisan +.
b. Warna iris merah.
c. Kelopak mata/palpebra : oedema -, peradangan -, benjolan -.
d. Pemeriksaan Visus
Tanpa Snelen Card : kurang jelas.
e. Konjungtiva dan sclera : konjungtiva anemis dn scera coklat.
3. Pemeriksaan Hidung
Inspeksi dan palpasi : Pembengkokan -, sekret -, perdarahan -, kotoran -, polip -.
4. Pemeriksaan Telinga
Inspeksi : Bentuk simetris, lesi -, peradangan -, penumpukan serumen -, perdarahan -,
perforasi -.
Palpasi : tidak ada nyeri tekan.
5. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi : Kelainan konginetal labio -, warna bibir merah muda, lesi -, caries +,
kotoran +,gigi palsu +,gingi vitis +, waarna lidah kotor, perdarahan -, abses -.
6. Pemeriksaan Wajah
Inspeksi : ekspresi wajah klien tegang, kondisi klien lesu dan letih, kelumpuhan otot-otot
facialis -.
7. Pemeriksaan Leher
Inspeksi dan palpasi:
a. Bentuk leher simetris, peradangan -, perubahan warna -, masa -.
b. Pembesaran kelenjar tiroid -.
c. Pembesaran vena jugularis +.
8. Keluhan yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan kepala, wajah, leher:
klien mengeluh kepalanya terasa pusing.
VI. PEMERIKSAAN THORAKS DAN PARU
a. Inspeksi
- Bentuk thoraks: normal chest,susunan ruas tulang belakang, bentuk dada simetris.
- Retraksi otot Bantu pernapasan : retraksi intercoste +, retraksi suprasternal-, pernapasan
cuping hidung +.
- Pola nafas : Takipneu.
b. Palpasi
Pemeriksaan taktil/vocal vermitus: -, getaran antara kanan dan kiri sama, cianosis -.
c. Perkusi
Area paru sonor
d. Auskultasi
1. Suara nafas: Area vesikuler bersih, area bronchial bersih,area bronchovasikuler bersih.
2. Suara ucapan : Eghophoni –.
3. Suara tambahan : Rales +.
e. Kelainan lain yang dirasakan klien terkait dengan pemeriksaan thoraks dan paru yaitu klien
merasa dadanya sesak ketika bernafas.

VII. PEMERIKSAAN JANTUNG


a. Inspeksi
Ictus cordis -, pulsasi pada dinding thoraks lemah.
b. Palpasi
Palsasi pada dinding thoraks teraba: tidak teraba/tidak terkaji.
c. Perkusi
Tidak ada pembesaran.
- Batas atas : ICS II.
- Batas bawah : ICS V.
- Batas kiri : ICS VMid Clavikula.
- Batas kanan : ICS IV Mid Sternalis Dextra.
d. Auskultasi
- BJ I : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
- BJ II : Terdengar “LUB” tunggal (reguler), keras.
e. Keluhan lain terkait dengan pemeriksaan jantung : tidak ada kelainan.
VIII. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
- Bentuk abdomen datar.
- Masa atau benjolan -, kesimetrisan +, bayangan pembuluh darah vena -.
b. Auskultasi
Frekuensi peristaltik usus 15x/menit.
c. Palpasi
- Hepar : Perabaan lunak.
- Lien : tidak terdapat nyeri tekan dan tidak ada pembesaran.
- Appendik : Nyeri tekan -, nyeri lepas -, nyeri menjalar kontralateral -.
d. Kelainan yang dirasakan pada saat pemeriksaan abdomen : tidak ada kelainan.
IX. PEMERIKSAAN GENETALIA
Tidak Dikaji.
X. PEMERIKSAAN MUSKULOSKELETAL
(EKSTREMITAS)
a. Inspeksi
Otot antara sisi kanan dan kiri simetris, Deformitas -, fraktur -, terpasang gips -.
b. Palpasi
- Oedem - -/- -/-
- Uji kekuatan otot 5/5 5/5

XI. PEMERIKSAAN NEUROLOGIS


Respon membuka mata spontan, respon verbal 5, respon motorik 6.Kesimpulan
compor mentris.
Memeriksa tanda-tanda rangsangan otak : peningkatan suhu -, nyeri kepala +, kaku
kuduk -, mual muntah +, kejang -, penurunan kesadaran -.
Memeriksa nervus cranialis :
- Nervus III : Ocumua latorius reaksi pupil terhadap cahaya +.
- Nervus VIII : Ketajaman pendengaran +.
- Nervus XII : Gerakan lidah menjulur dan menonjolkan lidah +.
Pemeriksaan fungsi motorik :Ukuran otot simetris, atropi -.
Pemeriksaan fungsi sensorik : Kepekaan benda tumpul +.
XII. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
a. Darah Lengkap :
Leukosit : 6,250 / µℓ
Hemoglobin : 15,4
b. Kimia darah
Ureum : 50 mg/dl
Creatinin : 0,89 mg/dl
SGDT : 20
SGPT : 16
Gula darah : 95 mg/dl
XIII. PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Tidak dilakukan pemeriksaan radiology.

XVI. TERAPI YANG TELAH DIBERIKAN


- Acran 3 x 1
- Amino drip ½ ampul
- Cairan RL 20 tetes/menit
ANALISA DATA

No Data Etiologi Prolem


1 Ds : Medulla Peningkatan
Klien mengatakan klien mempunyai Saraf simpatis tekanan darah
riwayat hipertensi Ganglia simpatis
Do : Tekanan darah
Tekanan darah klien meningkat TD : Kontriksi
175/100 mmHg Peningkatan tekanan
darah
2 Ds : Nyeri/Sakit
Keluarga klien mengatakan klien Saraf simpatis kepala
merasa sakit kepala yang sangat hebat Saraf pasca ganglion
Do : Kontriksi
Klien meringis menahan sakit kepala Sakit kepala
yang dirasakan TD : 175/100 mmHg.
ADL : Klien sakit terhambat
3 Ds : Peningkatan tekanan Gangguan pola
Keluarga klien mengatakan klien vaskuler serabral istirahat
tidak tidur semalam dan terus Saraf simpatis
merasakan sakit kepalanya. Tidak mampu mengatasi
Do : nyeri
TD : 175/100 mmHg Gangguan pola istirahat
ASL : Klien sedikit terhambat

Diagnosa keperawatan.
1. Peningkatan Tekan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya riwayat
hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2. Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien.
3. Gangguan pola tidur b/dketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien tampak
cekung, tekanan darah 175/100 mmHg.

Rncana Keperawatan
No Diagosa Tujuan Rencana Tidakan Rasional
Keprawatan Keperawatan
1 Peningkatan - Tekanan darah - Pantau tekanan - Untuk melihat
Tekan darah b/d menurun. darah perkembangan
penurunan curah - Nyeri penurunan tekanan
jantung ditandai berkurang - Berikan darah
dengan karena lingkungan - Membantu
punya riwayat tenang, nyaman, menurunkan
hipertensi kurangin aktivita. rangsangan simpatis
dengan tekanan meningkatkan
darah 175/100 relaksasi
mmHg. - Mengurangin stress
dan ketegangan yang
- Batasi jumlah mempengaruhi
kujungan tekanan darah.
- Tiazid mungkin
- Lakukan tindakan mengunakan untuk
yang nyaman menurunkan tekanan
seperiti pijatan darah fungsi ginjal
leher dan kepala. relaty normal.
- Kolaborasi dalam
pemberian obat :
tiazid
Nyeri b/d - Menurunkan - Mempertahankan - Tindakan yang
peningkatan skalah tirah baring menurunkan tekanan
vaskuler d/d rangsangan selama fase aktif. vaskular serebral dan
kepala sakit nyeri dikepala yang memperlambat
yang dirasakan respon simpatis
oleh pasien yang - Berikan tidakan efektif dalam langka
begitu hebat. nonfarmakologi mengurangi sakit
untuk kepala dan
menhilangakan komplikasi
sakit kepala - Mengurangi atau
seperti kompres mengkontrol nyeri
dingin dan pijat dan menurunkan
- Kolaborasi dalam rasangan sytem saraf
pemberian simpatis
analgesik.
Gangguan pola - Pola tidur - Batasi jumlah - Vasudilatasi pada
tidur b/dketidak klien pengunjung dan sistem saraf
tidak mampuan terpenuhi. lamanya tinggal simpatis
mengatasi nyeri - Klien tidak - Kolaborasi dalam - Memberi
d/d mata klien terbangun lagi pemberian obat ketenangan batin
tampak cekung, pada malam - Membaca ayat klen sebagai umat
tekanan darah hari suci Al – Quran muslim
175/100 mmHg. sebelum waktu
tidur
Catatan Perkembangan
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
1 TD : 175/100 mmHg. kepala klien masih
21.09.2022 - Mengurangi aktivitas pasien dan dirasakan
menghindari keributan di dalamO : TD : 175/100 mmHg.
ruangan. A : Masalah belum teratasi
- Melakukan pijatan pada pungung danP : Intervensi dilanjudkan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa - Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan
II baring selama nyeri masih terasa. nyeri klien masih terasa.
21.09.2022 - Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
- Memberikan obat analgesik asam A : masalah belum teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa - Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai dan masih sering terbangun.
21.09.2022 ribut. O : mata klien tampak cekung
- Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat P : intervensi dilanjudkan.
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
1 TD : 150/100 mmHg. kepala klien terkadang
22.09.2022 - Mengurangi aktivitas pasien dan masih dirasakan
menghindari keributan di dalamO : TD : 150/100 mmHg.
ruangan. A : Masalah Sebagian teratasi
- Melakukan pijatan pada pungung danP : Intervensi dilanjudkan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa - Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan sekali
II baring selama nyeri masih terasa. – kali nyeri klien masih
22.09.2022 - Melakukan pijatan ringan pada leher terasa.
- Memberikan obat analgesik asam O : klien tampak meringis.
mefenamat 3 x 500 mg. A : masalah sebagian
teratasi.
P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa - Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai dan masih sering terbangun.
22.09.2022 ribut. O : mata klien tampak cekung
- Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P : intervensi dilanjudkan.
1 Diagnosa - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
1 TD : 140/90 mmHg. kepala klien sudah hilang
23.09.2022 - Mengurangi aktivitas pasien danO : TD : 140/90 mmHg.
menghindari keributan di dalamA : Masalah teratasi
ruangan. P : Intervensi dihentikan
- Melakukan pijatan pada pungung dan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa - Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan sekali
II baring selama nyeri masih terasa. – kali nyeri klien masih
23.09.2022 - Melakukan pijatan ringan pada leher terasa.
- Memberikan obat analgesik asam O : wajah klien tampak
mefenamat 3 x 500 mg. rileks
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan
3 Diagnosa - Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai dan sudah bisa tertidur.
23.09.2022 ribut. O : mata klien tidak tampak
- Membacakan ayat – ayat suci Al – cekung
Quran sebelum klien istirahat. A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak
faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari
langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami
hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi
sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

1.2 Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya
melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup
sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan Jilid 6. Jakarta : EGC


Doenges, ME., Moorhouse, MF., Geissler, AC. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman
untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien.Jakarta : EGC
Guyton, AC. & Hall, JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai