HIPERTENSI
Oleh :
VITA NINGTIYAN AGESTHA
NPM : 2022207209218
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi Hipertensi
Menurut WHO tekanan sistolik ≥ 140 mmHg dan atau tekanan diastolic > 90 mmHg
( untuk usia < 60 tahun ) dan tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan atau tekanan diastolic >
95 mmHg (untuk usia > 60 tahun). (Nugroho, 2011).
Adalah peningkatan tekanan darah secara terus menerus hinggal melebihi batas normal.
Tekanan darah normal 140/90 mmHg. Tekanan sistolik lebih tinggi dari 140 mmHg
menetap atau tekanan distoolik lebih tinggi dari 90mmHg (Manurung, 2016)
2. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan.
1. Hipertensi Primer (esensial)/ Idiopatik
Disebut juga hipertensi idiopatik karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor-faktor
yang meningkatkan risiko antara lain yaitu :
a. Merokok : Rokok menghasilkan nikotin dan karbon monoksida suatu
vasokontriktor poten menyebabkan hipertensi. Merokok meningkatkan tekanan
darah juga mulai peningkatan noreprinefrin plasma dan saraf simpatetik. Merokok
menyebabkan aktivasi simpatetik, stress, oksidatif, dan efek vasopresor akut yang
dihubungkan dengan peningkatan marker inflamasi, yang akan mengakibatkan
difungsi endotel, cedera pembuluh darah, dan meningkatnya kekakuan pembuluh
darah. (Pikir dkk, 2015)
b. Obesitas : Terjadi pada 64% pasien hipertensi. Lemak badan mempengaruhi
kenaikan tekanan darah dan hipertensi. Penurunan berat badan menurunkan
tekanan darah pada pasien obesitas memberikan efek menguntungkan pada faktor
risiko yang terkait, seperti resistensi insulin, diabetes mellitus, heperlipidemia, dan
hipertrofi ventrikel kiri. Individu obesitas mempunyai risiko lebih tinggi signifikan
terjadinya hipertensi. Obesitas diketahui pada hasil kombinasi disfungsi pusat
makan diotak, ketidakseimbangan asuhan energy dan pengeluaran, variasi
genetic.peningkatan risiko yang sama juga juga telah diidentifikasi untuk
hipertensi, penyakit vascular sebral dan perifer, hiperlipidemia, penyakit traktus
bilier, osteoarthiritis, dan gout. Pada obesitas, lemak visceral mengakibatkan
resistensi insulin. Akibat lanjut dari hiperinsulimenia, adalah promosi peningkatan
absorbsi Na oleh ginjal sehingga dapat terjadi hipertensi. (Pikir dkk, 2015)
c. Alkoholisme : Dapat meningkatkan risiko hipertensi, namun mekanismenya belum
jelas, mungkin akibat meningkatnya transport kalsium kedalam sel otot polos
melalui peningkatan katekolamin plasma.terjadinya hipertensi lebih tinggi pada
peminum alcohol berat akibat dari aktivasi simpatetik. Pada pasien hipertensi yang
mengonsumsi alcohol disarankan kurang dari 30 ml per hari atau 40 ml etanol per
hari. (Pikir dkk, 2015)
d. Stress : Merangsang sistem saraf simpatis mengeluarkan adrenalin yang
berpengaruh terhadap kerja jantung. Stressor merupakan stimuli instrinsik atau
ekstrinsik yang menyebabkan gangguan fisiologi dan psikologi, dan dapat
membahayakan kesehatan. Walaupun data epidemiologi menunjukkan stress
mental terkait dengan hipertensi, penyakit kardiovaskular, obesitas, dan sindrom
metabolic, efek stress mental pada manusia belum dipahami sepenuhnya.
Prevalensi tinggi dari hipertensi pada individu obesitas terkait pada faktor
psikososial termasuk stress kronik. Aksis hipotalamus – hipofisi – adrenal
merupakan kunci mekanisme yang menghubungkan obesitas, hipertensi, dan stress
kronis. (Pikir dkk, 2015)
e. Konsumsi garam : Garam memengaruhi viskositas darah dan memperberat kerja
ginjal yang mengeluargkan rennin angiotensin yang dapat meningkatkan tekanan
darah (Haryanto & Rini, 2015)
f. Kopi (kafein) : Kopi dapat meningkatkan secara akut tekanan darah dengan
memblok reseptor vasodilatasi adenosine dan meningkatkan neropinefrin plasma.
Minum dua sampai 3 cangkir kopi akan meningkatkan tekanan darah secara akut,
dengan variasi yang luas antara individu dari ¾ mmHg sampai 15/13 mmHg.
Dimana tekanan darah akan mencapai puncak dalam satu jam dan kembali
ketekanan darah dasar setelah 4 jam. (Pikir dkk, 2015)
g. Kontrasepsi oral : Hal ini disebabkan ekspansi volume karena peningkatan sintesis
hepatic subtran rennin dan aktivasi sistem renin – angiotensin – aldosteron.
Kontrasepsi esterogen akan meningkat tekanan arah 3-6/ 2-5 mmHg, sekitar lima
persen perempuan yang menggunakan kontrasepsi oral jangka panjang
menunjukkan peningkatan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Hipertensi terkait
kontrasepsi lebih sering pada perempuan diatas 35 tahun, pada mereka yang
menggunakan kontrasepsi lebih dari 5 tahun, dan individu gemuk. Umumnya,
hipertensi reversible setelah penghentian kontrasepsi, tetai mungkin perlu beberapa
minggu. Esterogen pada postmenoupose umumnya tidak menyebabkan hipertensi,
tetapi tentu memelihara vasodilatasi diperantarai endotel. (Pikir dkk, 2015)
2. Hipertensi Sekunder
Penyebabnya yaitu : dipicu oleh obat-obatan, penyakit ginjal, sindrom scushing dan
hipertensi yang berhubungan dengan kehamilan
a. Penyakit ginjal primer : baik penyakit ginjal akut maupun kronis, terutama dengan
kelainan glomelurus atau gangguan pembuluh darah di ginjal
b. Kontrasepsi oral : kontrasepsi oral sering meningkatkan tekanan darah dalam
kisaran normal tetapi juga dapat memicu hipertensi
c. Drug induce hypertension/ hipertensi yang dipicu oleh obat : penggunaan agen
antiinflamasi nonsteroid dan antidepresan kronis dapat menimbulkan hipertensi.
d. Pheochromocytoma : sekitar setengah dari pasien dengan Pheochromocytoma
memiliki hipertensi primer
e. Aldosteronisme primer : adanya kelebihan mineralokortikoid, terutama aldosteron,
harus dicurigai pada setiap pasien dengan trias hipertensi, hipokalemia yang tidak
dapat dijelaskan, dan alkaliosis metabolic. Namun beberapa pasien memiliki
konsentrasi plasma kalium normal. Pravalensi aldosteronisme primer juga harus
dipertimbangkan pada pasien dengan hipertensi resisten (Pikir dkk, 2015).
4. Patofisiologi
Faktor yang berperan pengendali tekanan darah, pada dasarnya merupakan faktor yang
mempengaruhi rumus dasar : tekanan darah = curah jantung x resistensi perifer. Tekanan
darah dibutuhkan untuk mengalirkan darah melalui sistem sirkulasi yang merupakan hasil
dari aksi pompa jantung atau yang sering disebut curah jantung (cardiac output) dan
tekanan dari arteri perifer atau sering disebut resistensi perifer. Kedua penentu primer
adanya tekanan darah tersebut masing-masing juga ditentukan oleh berbagai interaksi
faktor-faktor serial yang sangat kompleks.Berdasarkan rumus tersebut, maka peningkatan
tekanan darah secara logis dapat terjadi karena peningkatan curah jantung dan atau
peningkatan resistensi perifer.Peningkatan curah jantung dapat melalui dua mekanisme
yaitu melalui peningkatan volume cairan (preload) atau melalui peningkatan
kontraktilitas karena rangsangan neural jantung.Meskipun faktor peningkatan curah
jantung terlibat dalam pemulaaan timbulnya hipertensi, namun temuan-temuan pada
penderita hipertensi kronis menunjukkan adanya hemodinamik yang khas yaitu adanya
peningkatan resistensi perifer dengan curah jantung yang normal. Pada hewan coba,
dengan kondisi jaringan ginjal yang berkurang, ketika diberi penambahan volume cairan,
maka tekanan darah pada awalnya akan naik sebagai konsekuensi tinggi curah jantung,
namun dalam beberapa hari, resistensi perifer akan meningkat dan curah jantung akan
kembali ke nilai basal. Perubahan resistensi perifer tersebut menunjukkan adanya
perubahan property instrinsik dari pembuluh darah yang berfungsi untuk mengatur aliran
darah yang terkait dengan kebutuhan metabolic dari jaringan. (Pikir dkk, 2015)
PATHWAYS
Obesitas Merokok Stress Konsumsi Alkohol Kurang olah Usia di atas 50 Kelainan fungsi
Feokromositoma
garam berlebih raga tahun ginjal
Menghasilkan
Penimbunan Nikotin dan karbon Pelepasan Peningkatan Tidak mampu hormon epinefrin
monoksida masuk adrenalin dan Retensi cairan kadar kortisol Meningkatnya Penebalan
kolesterol membuang dan norepinefrin
aliran darah kortisol tahanan perifer dinding aorta & sejumlah garam
pembuluh darah
arteri dan air di dalam
Meningkatnya besar
Penyempitan Peningkatan tubuh Memacu stress
Merusak lapisan Vasokonstriksi sel darah merah
pembuluh darah volume darah Elastisitas
endotel pembuluh pembuluh Efek konstriksi
dan sirkulasi pembuluh
darah darah arteri perifer darah menurun Volume darah
Meningkatnya dalam tubuh
viskositas meningkat
Aterosklerosis Tahanan
perifer
meningkat
HIPERTENSI
Retensi
natrium
Oedem
Gangguan
keseimbangan
volume cairan
Sumber : Tjokronegoro & Utama, 2001; Smeltzer & Bare, 2002; John, 2003; Sodoyo,
2006; Ruhyanuddin, 2007.
Klasifikasi Berat Ringan Hipertensi
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2015, p. 102)
No Kategori Sistolik mmHg Distolik mmHg
1 Optimal <120 <80
2 Normal 120-129 80-84
3 High Normal 130-139 85-89
4 Hipertensi
5 Grade 1 (ringan) 140-159 90-99
6 Grade 2 (sedang) 160-179 100-109
7 Grade 3 (berat) 180-209 100-119
8 Grade 4 (sangat berat) >210 >120
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Hitung darah lengkap : pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas
dan indicator faktpr risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia(Udjianti, 2013, p. 109)
b. Kimia darah (Udjianti, 2013)
c. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan perununan perfusi atau faal renal
d. Serum glukosa : hiperglisemia (diabetes mellitus adalah presipitator hipertensi) akibat
dari peningkatan kadar katekolamin
e. Kadar kolsterol atau trigliserida : peningkatan kadar mengindikasikan predisposisi
pembentukan plaque atheromatus
f. Kadar serum aldesteron : menilai adanya aldosteronisme primer
g. Studi tiroid (T3 dan T4) : menilai adanya hipertiroidisme yang berkontribusi terhadap
vasokontriksi dan hipertensi
h. Asam urat : hiperuricemia merupakan implikasi faktor risiko hipertensi
i. Elektrolit (Udjianti, 2013)
j. Serum potassium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan adanya aldosteronisme
atau efek samping terapi deuretik)
k. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi
l. Urine(Udjianti, 2013)
m. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine mengidentifikasikan difusi
renal atau diabetes
n. Urine VMA : peningkatan kadar mengindikasikan adanya pheochromacytoma
o. Steroid urine : peningkatan kadang mengindikasikan hyperadrenalisme,
pheochromacytoma, atau disfungsi pituitary, Sindrom Cushing’s kadar rennin juga
meningkat
p. Radiologi (Udjianti, 2013)
Intra Venous Pyelografi (IVP) mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti renal
pharenchymal disease urolithiasis, benign prostate hyperplasia (BPH)
Rontgen toraks : menilai adanya klasifikasi obstruktif katup jantung, deposit
kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung
q. EKG : menilai adanya hipertrofi miokard, pola stain, gangguan konduksi atau
disritmia(Udjianti, 2013)
r. Pemeriksaan Laboratorium (Haryanto & Rini, 2015)
Hb/Ht : untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengidentifikasikan faktor risiko seperti : Hipokoagubilitas, anemia.
BUN/ keratinin : memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal
Urinalisa : darah, protein, glukosa, mengisaratkan disfungsi ginjal danada DM
s. CT Scan : mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati
t. IUP : mengidentifikasikan penyebab hipertensi seperti : Batu ginjal, perbaikan ginjal
Photo dada: menunjukkan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran jantung.
7. Komplikasi
Hipertensi yang tak tertangani, dapat mengakibatkan : (Haryanto & Rini, 2015) :
1. Transien Iskemik Attact
2. Stroke /CVA
3. Gagal jantung
4. Gagal ginjal
5. Infark miokard
6. Disritmia jantung
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa 1 Penurunan Curah Jantung
Definisi : Ketidakadekuatan jantung memompa darah untuk memenuhi kebutuhan
metabolism tubuh.
Penyebab
1. Perubahan irama jantung
2. Perubahan frekuensi jantung
3. Perubahan kontraktilitas
4. Perubahan preload
5. Perubahan afterload
6. Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif
1. Perubahan irama jantung :Palpitasi
2. Perubahan preload: lelah
3. Perubahan afterload :Dipsnea
4. Perubahan kontraktilitas : paroxysmal nocturnal dyspnea (PND), ortopnea,
batuk
Objektif
1. Perubahan irama jantung : bradikardia/takikardi, gambaran EKG aritmia
2. Perubahan preload : edema, distensi vena jugularis, Central venous pressure
(CVP) meningkat/menurun, hepatomegali
3. Perubahan afterload : tekanan darah meningkat/menurun, nadi perifer teraba
lemah, CRT >3 detik, oliguria, warna kulit pucat dan/atau sianosis
4. Perubahan kontraktilitas : terdengar suara jantung S3 dan/atau S4, ejaction
fraction (EF) menurun
Gejala dan Tanda Minor
Subjektif : perilaku emosional : cemas dan gelisah
Objektif
1. Perubahan preload : murmur jantung, berat badan bertambah, Pulmonary arteri
wedge pressure (PAWP)
2. Perubahan afterload : Pulmonary vascular resistence (PVR) meningkat/
menurun, Systemic vascular resistence (SVR) meningkat/ menurun
3. Prubahan kontraktilitas : Cardiac index (CI) menurun, Left ventricular strok
work index (LVSWI) menurun, Stroke volume index (SVI) menurun
Kondisi klinis terkait
1. Gagal jantung kongestif
2. Sindrom koroner akut
3. Stenosis mitral
4. Regurgitasi mitral
5. Stenosis aorta
6. Regurgitasi aorta
7. Stenosis trikuspital
8. Regurgitasi trikuspidal
9. Stenosis pulmonal
10. Regurgitasi pulmonal
11. Aritmia
12. Penyakit jantung bawaan (SDKI, 2017)
2. Nyeri akut
Tujuan
Memperlihatkan pengendalian nyeri, yan dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5: tidak oernah, jarang, kadang-kandang, sering, atau selalu).
Mengenali awitan nyeri
Menggunakan tindakan pencegahan
Melaporkan nyeri yang dapat dikendalikan
Kriteria hasil
1. Memperlihatkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai
kenyamanan
2. Mempertahankan tingkat nyeri pada atau kurang (dengan skala 0-10)
3. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologi
4. Mengenali faktor penyebab dan menggunakan tindakan untuk memodifikasi faktor
tersebut
5. Melaporkan nyeri kepada penyedia layanan kesehatan
6. Menggunakan tindakan meredakan nyeri dengan analgesic dan non analgesic secara
teapat
7. Tidak mengalami gangguan dalam frekuensi pernapasan, denyut jantung, atau
tekanan darah
8. Mempertahankan selera makan yang baik
9. Melaporkan pola tidur yang baik
10. Melaporkan kemampuan untuk mempertahankan performa peran dan hubungan
interpersonal
Intervensi NIC
Aktivitas keperawatan
1. Gunakan laporan dari pasien sendiri sebagai pilihan pertama untuk mengumpulkan
onformasi pengkajian.
2. Minta pasien untuk menilai nyeri atau ketidaknyamanan pada skala 0 sampai 10 (0=
tidak ada nyeri atau ketidaknyamanan, 10= nyeri berat)
3. Gunakan bagan alir nyeri untuk memantau peredaan nyeri oleh analgesic dan
kemungkinan efek sampingnya
4. Kaji dampak agama, budaya, kepercayaan, dan lingkungan terhadap nyeri respon
pasien
5. Dalam mengkaji pasien, gunakan kata-kata yang sesuai usia dan tingkat
perkembangan pasien
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Sertakan dalam intruksi pemulangan pasien obat khusus yang harus diminum,
frekuensi pemberian, kemungkinan efek samping, kemungkinan interksi obat,
kewaspadaan khusus saat mengonsumsi obat tersebut (mis, pembatasan aktivitas
fisik, pembatasan diet) dan nama orang yang dihubungi bila mengalami nyeri.
2. Intruksikan pasien menginformasikan pada perawat jika pereda nyeri tidak dicapai
3. Informasikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat meningkatkan nyeri dan
tawarkan strategi koping yang disarankan
4. Perbaiki kesalahan presepsi tentang analgesic narkotik atau opioid (mis, risiko
ketergantungan atau overdosis)
Aktivitas kolaboratif
1. Kelola nyeri pasca bedah awal dengan pemberian opiate yang terjadwal (mis, setiap
4 jam selam 36 jam) atau PCA
2. Manajemen nyeri NIC
a. Gunakan tindakan pengendalian nyeri sebelum nyeri menjadi lebih berat
b. Laporkan kepada dokter jika tindakan tidak berhasil atau jika keluhan saat ini
merupakan perubahan yang bermakna dari pengalaman nyeri pasien dimasa lalu
(Wilkinson, 2016)
3. Intoleransi aktivitas
Tujuan
Menoleransi aktivitas yang bisa dilakukan, yang dibuktikan oleh toleransi aktivitas,
ketahanan, penghematan energy, tingkat kelelahan, energy psikomotorik, istirahat,
dan perawatan diri : ASK (dan AKSI)
Kriteria hasil
1. Mengidentifikasi aktivitass atau situasi yang menimbulkan kecemasan yang dapat
mengakibatkan intoleran aktivitas
2. Berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang dibutuhkan dengan peningkatan denyut
jantung, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah serta memantau pola dalam
batas normal
3. Pada (tanggal target) akan mencapai tingkat aktivitas (uraikan tingkat yang
diharapkan dari daftar pada saran penggunaan)
4. Mengungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, obat dan
atau peralatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas
5. Menampilkan aktivitas kehidupas sehrihari (AKS) dengan beberapa bantuan (mis,
eliminasi dengan bantuan ambulasi tuntuk kekamar mandi)
6. Menampilkan managemen pemeliharaan rumah dengan bantuan (mis,
membutuhkan bantuan untuk kebersihan setiap minggu)
Intervensi NIC
Aktifitas keperawatan
1. Kaji tingkat kemmpuan pasien untuk berpindah dari tempat tidur, berdiri,
ambulasi, dan melakukan AKS dan AKSI
2. Kaji respon emosi, sosial, dan spiritual terhadap aktivitas
3. Evaluasi metovasi dan keinginan pasien untuk meningkatkan aktivitas
Penyuluhan untuk pasien/keluarga
1. Penggunaan teknik napas terkontrol selama aktivitas, jika perlu
2. Mengenali tanda dan gejala intoleran aktivitas, termasuk kondisi yang belum
dilaporrkan kepada dokter
3. Pentingnya nutrisi yang baik
4. Penggunaan peralatan, seperti oksigen selama aktivitas
5. Penggunaan teknik relaksasi (mis, distraksi, fisualisasi) selama aktivitas
6. Dampak intoleran aktivitas terhadap tanggung jawab peran dalam keluarga dan
tempat kerja
7. Tindakan untuk menghemat energy, sebagai contoh : menyimpan alat atau benda
yang sering digunaakan ditempat yang mudah terjangkau
Aktivitas kolaboratif
1. Berikan pengobatan nyeri sebelum aktivitas, apabila nyeri merupakan salah satu
faktor penyebab
2. Kolaborasikan dengan alat ahli terapi okupasi, fisik (mis, untuk latihan
ketahanan), atau reasi untuk merencanakan dan memantau program aktivitas, jika
perlu
3. Untuk pasien yang mengalami sakit jiwa, rujuk pelayanan kesehatan jiwa dirumah
4. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayanan
bantuan peralatan rumah, jika perlu
5. Rujuk pasien kepelayanan kesehatan rumah untuk mendapatkan pelayan bantuan
perawatan rumah, jika perlu
6. Rujuk pasien keahli gizi untuk pelayanan diet guna meningkatlan asupan yang
kaya energy
7. Rujuk pasien kepusat rehabilitasi jantung jika keletihan berhubungan dengan
penyakit jantung (Wilkinson, 2016).
DAFTAR PUSTAKA
Budi. (2015). Hipertensi Manajemen Komperhensif. Surabaya: AUP Airlangga University Press.
Haryanto, A., & Rini, S. (2015). Keperawatan Medikal Bedah 1. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Manurung, N. (2016). Aplikasi Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler. Jakarta: KDT.
Nugroho, T. (2011). Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis
Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: Mediaction Jogja.
SDKI. (2017). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Wajan, J. (2013). Keperawatan Kardiovaskuler. Jakarta: Salemba Medika.
Wilkinson, J. M. (2016). Diagnosa Keperawatan Intervensi Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang.
Hipertensi menjadi momok bagi sebagian besar penduduk dunia termasuk Indonesia.Hal ini
karena secara statistik jumlah penderita yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Berbagai
faktor yang berperan dalam hal ini salah satunya adalah gaya hidup modern. Pemilihan makanan
yang berlemak, kebiasaan aktifitas yang tidak sehat, merokok, minum kopi serta gaya hidup
sedetarian adalah beberapa hal yang disinyalir sebagai faktor yang berperan terhadap hipertensi
ini. Penyakit ini dapat menjadi akibat dari gaya hidup modern serta dapat juga sebagai penyebab
berbagai penyakit non infeksi.
Hal ini berarti juga menjadi indikator bergesernya dari penyakit infeksi menuju penyakit non
infeksi, yang terlihat dari urutan penyebab kematian di Indoensia. Untuk lebih mengenal serta
mengetahui penyakit ini, maka kami akan membahas tentang hipertensi. Hipertensi didefinisikan
sebagai peningkatan darah sistolik lebih besar atau sama dengan 140 mmHg atau peningkatan
tekanan darah diastolik lebih besar atau sama dengan 90 mmHg(Anindya,2009).
Hipertensi menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung,
serangan jantung dan kerusakan ginjal. Tanpa melihat usia atau jenis kelamin, semua orang bisa
terkena hipertensi dan biasanya tanpa ada gejala-gejala sebelumnya. Hipertensi juga dapat
mengakibatkan kerusakan berbagai organ target seperti otak, jantung,ginjal,aorta,pembulu darah
perifer dan retina.
Oleh karena itu, negara Indonesia yang sedang membangun di segala bidang perlu
memperhatikan pendidikan kesehatan masyarakat untuk mencegah timbulnya penyakit seperti
hipertensi, kardiovaskuler, penyakit degeneratif dan lain-lain, sehingga potensi bangsa dapat
lebih dimanfaatkan untuk proses pembangunan. Golongan umur 45 tahun ke atas memerlukan
tindakan atau program pencegahan yang terarah.Hipertensi perlu dideteksi dini yaitu dengan
pemeriksaan tekanan darah secara berkala, yang dapat dilakukan pada waktu check-up kesehatan
atau saat periksa ke dokter.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi hipertensi ?
2. Apakah etiologi/ faktor pencetus hipertensi ?
3. Apakah manifestasi klinis hipertensi ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada hipertensi ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan hipertensi ?
6. Apa sajakah komplikasi dari hipertensi ?
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi ?
1.3. Tujuan
Tujuan Umum
Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan hipertensi.
Tujuan Khusus
Mengetahui dan memahami definisi hipertensi.
Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus hipertensi.
Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis hipertensi.
Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada hipertensi.
Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan hipertensi.
Mengetahui dan memahami komplikasi dari hipertensi.
Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan hipertensi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.5 Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Non Farmakologis.
Diet
Pembatasan atau pengurangan konsumsi garam.Penurunan BB dapat menurunkantekanan
darah dibarengi dengan penurunan aktivitas rennin dalam plasma dankadar adosteron dalam
plasma.
Aktivitas.
Klien disarankan untuk berpartisipasi pada kegiatan dan disesuaikan denganbatasan
medis dan sesuai dengan kemampuan seperti berjalan, jogging,bersepeda atau berenang.
Penatalaksanaan Farmakologis.
Secara garis besar terdapat bebrapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian atau
pemilihan obat anti hipertensi yaitu:
i. Mempunyai efektivitas yang tinggi.
ii. Mempunyai toksitas dan efek samping yang ringan atau minimal.
iii. Memungkinkan penggunaan obat secara oral.
iv. Tidak menimbulakn intoleransi.
v. Harga obat relative murah sehingga terjangkau oleh klien.
vi. Memungkinkan penggunaan jangka panjang.
Golongan obat - obatan yang diberikan pada klien dengan hipertensi seperti golongan
diuretic, golongan betabloker, golongan antagonis kalsium,golongan penghambat konversi
rennin angitensin.
2.6 Komplikasi
Organ organ tubuh sering terserang akibat hipertensi anatara lain mata berupa perdarahan
retina bahkan gangguan penglihatan sampai kebutaan,gagal jantung, gagal ginjal, pecahnya
pembuluh darah otak.
1. Nama : Ny. T
2. Umur : 70 tahun
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Agama : Islam
5. Pendidikan : SD
6. Pekerjaan : Tani
7. Golongan Darah :-
8. No Register : 02.98.01
9. Alamat : Damuli
10. Status : Kawin
11. Keluarga Terdekat : Anak
12. Diagnosa Medis : Hipertensi
II. BIODATA PENANGGUNG JAWAB
1. Nama : Mi’an
2. Umur : 25 tahun
3. Hubungan dengan pasien : Anak
4. Pendidikan : SD
5. Pekerjaan : Tani
6. Alamat : Selorejo ampel gading
III. ANAMNESIS
A. Keluhan Utama(alasan MRS)
- Keluhan saat masuk : klien mengatakan badannya lemah, kepalanya pusing, dadanya sesak
dan nafsu amkan menurun.
- Keluhan saat pengkajian : klien mengatakan dadanya sesak ketika bernafas,kepalanya
pusing.
B. Riwayat penyakit sekarang
Paliatif : klien datang dengan riwayat HT dan gastritis
Quality : klien dengan keadaan pingsan
Regio : kepala pusing dan dada sesak
Saverity : skala nyeri 5
Time : ± 1 minggu yang lalu
b. Pola eliminasi
NO Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit
Eliminasi
BAB/BAK
1. Jumlah/Waktu - Pagi : BAB 1x/hari, BAK - Pagi : belum BAB, belum BAK
2x/hari. - Siang : Belum BAB, sudah BAK 1x
- Siang : BAK 2x/hari. - Malam : Belum BAB dan sudah
- Malam : BAK 2x/hari. BAK 1x
2. Warna - BAB : kuningan. -BAB : -
- BAK : jernih. -BAK : kuning jernih
3. Bau BAB : khas -BAB : -
BAK : khas -BAK : -
4. Konsistensi BAB : lembek -
Diagnosa keperawatan.
1. Peningkatan Tekan darah b/d penurunan curah jantung ditandai dengan karena punya riwayat
hipertensi dengan tekanan darah 175/100 mmHg.
2. Nyeri b/d peningkatan vaskuler d/d kepala sakit yang dirasakan oleh pasien.
3. Gangguan pola tidur b/dketidak tidak mampuan mengatasi nyeri d/d mata klien tampak
cekung, tekanan darah 175/100 mmHg.
Rncana Keperawatan
No Diagosa Tujuan Rencana Tidakan Rasional
Keprawatan Keperawatan
1 Peningkatan - Tekanan darah - Pantau tekanan - Untuk melihat
Tekan darah b/d menurun. darah perkembangan
penurunan curah - Nyeri penurunan tekanan
jantung ditandai berkurang - Berikan darah
dengan karena lingkungan - Membantu
punya riwayat tenang, nyaman, menurunkan
hipertensi kurangin aktivita. rangsangan simpatis
dengan tekanan meningkatkan
darah 175/100 relaksasi
mmHg. - Mengurangin stress
dan ketegangan yang
- Batasi jumlah mempengaruhi
kujungan tekanan darah.
- Tiazid mungkin
- Lakukan tindakan mengunakan untuk
yang nyaman menurunkan tekanan
seperiti pijatan darah fungsi ginjal
leher dan kepala. relaty normal.
- Kolaborasi dalam
pemberian obat :
tiazid
Nyeri b/d - Menurunkan - Mempertahankan - Tindakan yang
peningkatan skalah tirah baring menurunkan tekanan
vaskuler d/d rangsangan selama fase aktif. vaskular serebral dan
kepala sakit nyeri dikepala yang memperlambat
yang dirasakan respon simpatis
oleh pasien yang - Berikan tidakan efektif dalam langka
begitu hebat. nonfarmakologi mengurangi sakit
untuk kepala dan
menhilangakan komplikasi
sakit kepala - Mengurangi atau
seperti kompres mengkontrol nyeri
dingin dan pijat dan menurunkan
- Kolaborasi dalam rasangan sytem saraf
pemberian simpatis
analgesik.
Gangguan pola - Pola tidur - Batasi jumlah - Vasudilatasi pada
tidur b/dketidak klien pengunjung dan sistem saraf
tidak mampuan terpenuhi. lamanya tinggal simpatis
mengatasi nyeri - Klien tidak - Kolaborasi dalam - Memberi
d/d mata klien terbangun lagi pemberian obat ketenangan batin
tampak cekung, pada malam - Membaca ayat klen sebagai umat
tekanan darah hari suci Al – Quran muslim
175/100 mmHg. sebelum waktu
tidur
Catatan Perkembangan
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
1 TD : 175/100 mmHg. kepala klien masih
21.09.2022 - Mengurangi aktivitas pasien dan dirasakan
menghindari keributan di dalamO : TD : 175/100 mmHg.
ruangan. A : Masalah belum teratasi
- Melakukan pijatan pada pungung danP : Intervensi dilanjudkan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa - Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan
II baring selama nyeri masih terasa. nyeri klien masih terasa.
21.09.2022 - Melakukan pijatan ringan pada leher O : klien tampak meringis.
- Memberikan obat analgesik asam A : masalah belum teratasi.
mefenamat 3 x 500 mg. P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa - Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai dan masih sering terbangun.
21.09.2022 ribut. O : mata klien tampak cekung
- Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat P : intervensi dilanjudkan.
No Dx dan Implementasi Evaluasi
Tanggal
1 Diagnosa - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
1 TD : 150/100 mmHg. kepala klien terkadang
22.09.2022 - Mengurangi aktivitas pasien dan masih dirasakan
menghindari keributan di dalamO : TD : 150/100 mmHg.
ruangan. A : Masalah Sebagian teratasi
- Melakukan pijatan pada pungung danP : Intervensi dilanjudkan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa - Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan sekali
II baring selama nyeri masih terasa. – kali nyeri klien masih
22.09.2022 - Melakukan pijatan ringan pada leher terasa.
- Memberikan obat analgesik asam O : klien tampak meringis.
mefenamat 3 x 500 mg. A : masalah sebagian
teratasi.
P : intervensi dilanjudkan.
3 Diagnosa - Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai dan masih sering terbangun.
22.09.2022 ribut. O : mata klien tampak cekung
- Membacakan ayat – ayat suci Al – A : masalah belum teratasi
Quran sebelum klien istirahat. P : intervensi dilanjudkan.
1 Diagnosa - Mengkaji tekanan darah. S : Keluarga mengatakan nyeri
1 TD : 140/90 mmHg. kepala klien sudah hilang
23.09.2022 - Mengurangi aktivitas pasien danO : TD : 140/90 mmHg.
menghindari keributan di dalamA : Masalah teratasi
ruangan. P : Intervensi dihentikan
- Melakukan pijatan pada pungung dan
leher.
- Memberikan obat captopril 2 x 12,5
mg.
2 Diagnosa - Mempertahankan agar klien tirah S : keluarga mengatakan sekali
II baring selama nyeri masih terasa. – kali nyeri klien masih
23.09.2022 - Melakukan pijatan ringan pada leher terasa.
- Memberikan obat analgesik asam O : wajah klien tampak
mefenamat 3 x 500 mg. rileks
A : masalah teratasi.
P : intervensi dihentikan
3 Diagnosa - Menganjurkan keluarga yag S : keluarga mengatakan klien
III berkunjung agar tidak terlalu ramai dan sudah bisa tertidur.
23.09.2022 ribut. O : mata klien tidak tampak
- Membacakan ayat – ayat suci Al – cekung
Quran sebelum klien istirahat. A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1 Kesimpulan
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah yang
abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi oleh banyak
faktor risiko.Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer
(essensial) dan hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase 90%
dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena penyebab dari
langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita yang mengalami
hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi hipertensi dibagi menjadi
dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-medis.Kontrol pada penderita hipertensi
sangat diperlukan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
1.2 Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi hendaknya
melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan pola gaya hidup
sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA