OLEH
NAMA : Sri Afriani, S.Tr.Kep
NIM : PO 530321121560
KELAS : PROGRAM STUDI PROFESI NERS 03
1. Letak Geografis
2. Batas Wilayah
Tugas tugas UPTD Puskesmas Naioni :
1. Mengumpulkan, mengolah data dan informasi, menginventarisasi permasalahan serta
melaksanakan pemecahan permasalahan yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan
masyarakat.
2. Merencanakan, melaksanakan, mengendalikan, mengevaluasi dan melaporkan
kegiatan Puskesmas;menyiapkan bahan kebijakan, bimbingan dan pembinaan serta
petunjuk teknis sesuai bidang tugasnya.
3. Melaksanakan upaya kesehatan masyarakat.
4. Melaksanakan upaya kesehatan perorangan.
5. Melaksanakan pelayanan upaya kesehatan/kesejahteraan ibu dan anak, Keluarga
Berencana, perbaikan gizi, perawatan kesehatan masyarakat, pencegahan dan
pemberantasan penyakit, pembinaan kesehatan lingkungan, penyuluhan kesehatan
masyarakat, usaha kesehatan sekolah, kesehatan olah raga, pengobatan termasuk
pelayanan darurat karena kecelakaan, kesehatan gigi dan mulut, laboratorium
sederhana, upaya kesehatan kerja, kesehatan usia lanjut, upaya kesehatan jiwa,
kesehatan mata dan kesehatan khusus lainnya serta pembinaan pengobatan tradisional.
Misi :
Mengembangkan Sumber Daya Manusia (SDM) Yang Sehat, Cerdas, Berakhlak,
Profesional dan Berdaya Saing (KUPANG SEHAT - CERDAS)
Motto Pelayanan :
Anda Sehat, Kami Bangga.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 Konsep Dasar Proses Menua
A. Definisi
Tahap usia lanjut adalah tahap di mana terjadi penurunan fungsi tubuh.
Penuaan merupakan perubahan kumulatif pada makhluk hidup, termasuk tubuh,
jaringan dan sel, yang mengalami penurunan kapasitas fungsional. Pada manusia,
penuaan dihubungkan dengan perubahan degeneratif pada kulit, tulang jantung,
pembuluh darah, paru-paru, saraf dan jaringan tubuh lainya. Kemampuan regeneratif
pada lansia terbatas, mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit.
Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh
(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori sosial, teori
genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat metabolisme dan teori
kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang berkembang dalam pembahasan
tentang teori proses menjadi tua (menua) yang hingga saat ini di anut oleh
gerontologis, maka dalam tingkatan kompetensinya, perawat perlu mengembangkan
konsep dan teori keperawatan sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas
teori proses menjadi tua (menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh
para ilmuan perlu implikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga
praktik keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan
masyarakat. Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikutip dengan pengembangan
praktik keperawatan, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap
masalah masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Secara umum, implikasi/
praktik keperawatan yang dapat dikembangkan dengan proses menua dapat
didasarkan dapat teori menua/secara biologis, psikologis, dan sosial. Berkut adalah
uraian bentuk-bentuk aplikasi asuhan keperawatan yang diberikan kepada individu
yang negalami proses penuaan, dengan didasarkan pada teori yang mendasari prose
menua itu sendiri. Iplikasi keperawatan yang diberikan di dasarkan atau asumsi
bahwa tindkan keperawatan yang diberikan lebih di tekankan pada upaya untuk
memodifikasi fakotr-faktor secara teoritis di anggap dapat mempercepat prose
penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk menunjukkan teori menua adalah
senescence. Menurut Sunaryo (2016), senescence diartikan sebagai perubahan
perilaku sesuai usia akibat penurunan kekuatan dan kemampuan adaptasi.
D. Manifestasi Klinis
Manifestasi Klinis Hipertensi Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H., & Kusuma
H., 2016), tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
1) Tidak ada gejala Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan
dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah
terdiagnosa jika tekanan darah tidak teratur.
2) Gejala yang lazim Seing dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataanya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis. Beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
Mengeluh sakit kepala, pusing, lemas, kelelahan, sesak nafas, gelisah, mual,
muntah, epistaksis, kesadaran menurun.
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / hematokrit Untuk mengkaji hubungan dari sel–sel terhadap volume
cairan (viskositas) dan dapat mengindikasikan factor–factor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia.
2. BUN
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal Glukosa Hiperglikemi (diabetes
mellitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan oleh peningkatan
katekolamin (meningkatkan hipertensi).
3. Kalium serum Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
(penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
4. Kalsium serum Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi.
5. Kolesterol dan trigliserid serum Peningkatan kadar dapat mengindikasikan
pencetus untuk adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiovaskuler)
6. Pemeriksaan tiroid Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan
hipertensi.
7. Kadar aldosteron urin/serum
F. Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat
komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan
tekanan darah dibawah 140/90 mmHg. Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi
meliputi.
1. Terapi tanpa Obat Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi
ringan dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi
tanpa obat ini meliputi :
a. Diet Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah : Restriksi garam
secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr, diet rendah kolesterol dan
rendah asam lemak jenuh, penurunan berat badan, penurunan asupan etanol,
penghentikan merokok
b. Latihan Fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging, bersepeda,
berenang dan lain-lain. Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x
perminggu.
c. Edukasi Psikologis Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi
meliputi :
1) Teknik Biofeedback Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai
untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh
yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
2) Teknik relaksasi Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang
bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara
melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh
menjadi rileks.
3) Pendidikan Kesehatan dengan tujuan pendidikan kesehatan yaitu
untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit
hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan
hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
G. Pengkajian Fokus Keperawatan Pada Lansia
Pengkajian keperawatan pada lansia adalah suatu tindakan peninjauan situasi lansia
untuk memperoleh data dengan maksud menegaskan situasi penyakit, diagnosis
masalah, penetapan kekuatan dan kebutuhan promosi kesehatan lansia. Data yang
dikumpulkan mencakup data subyektif dan data obyektif meliputi data bio, psiko,
sosial, dan spiritual, data yang berhubungan dengan masalah lansia serta data tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang berhubungan dengan masalah kesehatan
lansia seperti data tentang keluarga dan lingkungan yang ada. Pengkajian fokus pada
lansia meliputi pengkajian perubahan fisik, psikologis dan psikososial.
1. Perubahan Fisik Pengumpulan data dengan wawancara meliputi: Pandangan
lanjut usia tentang kesehatan, kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri, kekuatan fisik lanjut usia: otot,
sendi, penglihatan, dan pendengaran, kebiasaan makan, minum,
istirahat/tidur, BAB/BAK, kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat. Pengumpulaan data dengan pemeriksaan fisik: Pemeriksanaan dilakukan
dengan cara inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui
perubahan sistem tubuh.
2. Perubahan psikologis, data yang dikaji : Bagaimana sikap lansia terhadap
proses penuaan, Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak, Apakah
optimis dalam memandang suatu kehidupan, Bagaimana mengatasi stres yang
di alami, Apakah mudah dalam menyesuaikan diri, Apakah lansia sering
mengalami kegagalan, Apakah harapan pada saat ini dan akan datang, Perlu
di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam perasaan,
orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
3. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji :
a. Darimana sumber keuangan lansia
b. Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
c. Dengan siapa dia tinggal
d. Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
e. Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
f. Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
g. Siapa saja yang bisa mengunjungi
h. Seberapa besar ketergantungannya
i. Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada.
4. Perubahan spiritual, data yang dikaji:
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan
agamanya
b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan
keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir
miskin.
c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa.
d. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
Skor Kriteria
A Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar
kecil, berpakaian dan mandi
B Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari kecuali satu dari
fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi
dan satu fungsi tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi dan
satu fungsi tambahan
Lain- lain Tergantung pada sedikitnya dua fungsi tetapi tidak dapat
diklasifikasikan sebagai C, D, E atau F.
Tabel 1 Index Katz di atas untuk mencocokkan kondisi lansia dengan skor yang
diperoleh.
b. Pengkajian status kognitif
SPMSQ (Short Portable Mental Status Questionaire) adalah penilaian fungsi
intelektual lansia.
Tabel 2. Penilaian SPMSQ
H. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (misalnya iskemia) (SDKI D.0077
Hlm.172)
2. Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan (SDKI D.0055 Hlm.126)
3. Perfusi perifer tidak efektif b.d peningkatan tekanan darah (SDKI D.0009
Hlm.37)
I. Intervensi/Rencana Tindakan Keperawatan
Terapeutik
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (1.05174
hambatan lingkungan keperawatan dalam jangka Hlm.48)
waktu 1x24 jam
SDKI D.0055 Hlm.126 diharapkan gangguan pola Observasi
tidur pasien dapat teratasi 1. Identifikasi pola aktivitas dan
dengan menunjukan tidur
kriteria hasil : 2. Identifikasi factor pengganggu
Pola tidur membaik tidur (Fisik/psikologi)
(SLKI L.05046 Hlm. 96) 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (misalnya kopi, the,
2. Keluhan sering terjaga alcohol, makan yang banyak
menurun sebelum waktu tidur, minum
3. Keluhan pola tidur air yang banyak)
berubah menurun Terapeutik
4. Keluhan istirahat tidak 1. Modifikasi lingkungan
cukup menurun (misalnya pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan
tempat tidur) batasi waktu
tidur siang
2. Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi
1. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
2. Anjurkan untuk menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
3. Anjurkan relaksasi otot
autogenic atau cara non
farmakologi lainnya.
Perfusi perifer tidak efektif Setelah dilakukan tindakan Pemantauan tanda vital
keperawatan dalam jangka (1.02060 Hlm.248)
b.d peningkatan tekanan
waktu 1x24 jam
darah diharapkan keefektifan Observasi
perfusi jaringan perifer 1. Monitor tekanan darah
(SDKI D.0009 Hlm.37)
meningkat, dengan 2. Monitor nadi (frekuensi,
menunjukkan kriteria hasil: kekuatan, irama)
Perfusi Perifer Meningkat 3. Monitor pernapasan
(SLKI L.02011 Hlm. 84) (frekuensi, kedalaman)
1. Warna kulit pucat 4. Monitor suhu tubuh
menurun 5. Identifikasi penyebab
2. Nyeri ekstremitas perubahan tanda vital
menurun Terapeutik
3. Kelemahan otot Dokumentasikan hasil
menurun pemantauan
4. Kram otot menurun
5. Turgor kulit membaik Edukasi
6. Tekanan darah systole Informasikan hasil pemantauan
membaik
7. Tekanan darah diastole
membaik
J. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana
keperawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan mandiri (independent), saling
ketergantungan/kolaborasi (interdependent), dan tindakan dependen atau ketergantungan.
K. Evaluasi Keperawatan
Menurut Potter, Perry (2010:501) untuk eveluasi hasil yang diharapkan dan respons
terhadap asuhan keperawatan, dibandingkan hasil yang didapatkan pada klien saat ini
dengan hasil yang diharapkan saat perencanaan: seperti kemampuan klien untuk
mempertahankan atau memperbaiki kesejajaran tubuh, meningkatkan mobilisasi, dan
melindungi klien dari bahaya imobilisasi. Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan
unntuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi terus menerus
dilakukan terhadap respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan,
digunakan komponen SOAP/SOAPIE.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Analisis Situasi
Asuhan keperawatan gerontik merupakan salah satu praktek kerja nyata PROFESI NERS
Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Kupang Jurusan Keperawatan yang telah dilaksanakan
di keluarga lansia Ny. M.L berusia 65 tahun yang bertempat tinggal di RT 01/RW 01
Kelurahan Naioni, kecamatan Alak kota Kupang Nusa Tenggara Timur.
3.1.1 Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada hari senin, 22 November 2021 pada pukul 09.40 wita
dengan melakukan pengumpulan data secara langsung melalui wawancara dan
anamnesa di posyandu lansia pada wilayah kerja puskesmas Naioni.
3.1.2 Identitas Klien
Klien atas nama Ny. M.L, jenis kelamin perempuan berusia 65 tahun dengan status
perkawinan sudah menikah beragama Kristen protestan, pendidikan terakhir SD,
pekerjaan ibu rumah tangga dan petani, bersuku bangsa Timor. Fasilitas kesehatan yang
sering dikunjungi ketika sakit antara lain, puskesmas Naioni, puskesmas Bakunase dan
RS Boromeus Kupang.
3.1.3 Identitas Penanggung Jawab
Penanggung jawab atas nama Tn. Y.L, berusia 65 tahun, pekerjaan petani, status
kesehatan baik. Beliau merupakan suami dari pasien.
3.1.4 Pemeriksaan Fisik
Penyakit yang diderita saat ini adalah hipertensi grade I dengan kategori ringan,
keluhan yang dirasakan pasien dalam kurun waktu satu tahun terakhir, pasien
mengatakan mudah lelah, rasa sakit di dada, pusing, sakit kepala dan cemas berlebihan.
Keluhan utama saat ini/saat dilakukannya pengkajian, pasien mengatakan merasa cepat
lelah, penglihatan menjadi sedikit kabur, susah tidur, pasien mengatakan sering merasa
sakit kepala, gelisah, pusing, rasa sakit di dada dengan hasil pengkajian (skala nyeri 3,
merasakan nyeri pada saat-saat tertentu seperti hendak istirahat dan setelah melakukan
aktivitas berat, frekuensi nyeri terjadi dalam waktu 4 detik secara berulang dan seperti
tertusuk-tusuk). Pasien tampak pucat, mata cekung, konjungtiva pucat, membran
mukosa pucat. Hasil pengkajian tanda-tanda vital didapatkan bahwa TD 146/90 mmHg,
Nadi 89x/menit, suhu 36,2℃, RR 29x/menit.
Hasil pengkajian status nutrisi dan kebiasaan makan pasien didapatkan hasil
bahwa pasien mengatakan sering mengonsumsi daging berlemak, hampir tidak pernah
berolahraga, sering mengonsumsi makanan tinggi garam dan makan sei dengan sering.
Pada riwayat berat badan terjadi peningkatan berat badan saat ini dari 68 menjadi 69 kg
dengan tinggi badan 152 cm. Pola konsumsi makanan baik, dengan frekuensi makannya
banyak dan sering, makan 3 kali sehari dan bisa makan sendiri tanpa perlu bantuan
orang lain. Tidak ada masalah yang mengganggu nafsu makan pasien. Pasien tetap
dapat memenuhi kebutuhan nutrisi yang baik dengan porsi makan yang baik juga. Pola
istirahat tidur pasien kurang baik dimana pasien mengatakan sering mengalami
gangguan tidur dikarenakan sering merasa gelisah, takut dan cemas, selalu merasa nyeri
setiap malam ketika hendak tidur. Lama waktu pasien tidur adalah 4 jam. Hasil
identifikasi silsilah keluarga pasien didapatkan data pasien merupakan anak ketiga dari
delapan bersaudara. Ayah kandung pasien juga memiliki riwayat penyakit hipertensi
dalam kurun waktu 8 tahun lamanya. Sedangkan anggota keluarga yang lain tidak
memiliki riwayat penyakit yang sama.
Tingkat kesadaran pasien compos mentis dengan hasil E:4, V:5, M:6, pasien
mengatakan sering merasa lelah, terjadi perubahan BB, mengalami kesulitan tidur,
mampu menilai diri sendiri terhadap seluruh status kesehatan, dan mampu melakukan
ADL mandiri, tampak turgor kulit kering, CRT 1-3 detik, merasa sakit kepala, pusing,
pandangan kabur, merasa nyeri dan tidak nyaman pada dada, nyeri persendian seperti
kram-kram, nyeri punggung. Hasil pengkajian berat badan pasien 69kg, tinggi badan
152 cm, dari data tersebut didapatkan hasil perhitungan indeks masa tubuh atau IMT
pasien adalah 29,87 masuk dalam kategori overweight atau kelebihan berat badan.
3.2 Analisa Data
Etiologi Masalah
No Data-data (Penyebab) Keperawatan
Terapeutik
Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
Edukasi
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian analgetik
Gangguan pola tidur b.d Setelah dilakukan tindakan Dukungan Tidur (1.05174
hambatan lingkungan keperawatan dalam jangka Hlm.48)
waktu 1x24 jam
SDKI D.0055 Hlm.126 diharapkan gangguan pola Observasi
tidur pasien dapat teratasi 1. Identifikasi pola aktivitas dan
dengan menunjukan tidur
kriteria hasil : 2. Identifikasi factor pengganggu
Pola tidur membaik tidur (Fisik/psikologi)
(SLKI L.05046 Hlm. 96) 3. Identifikasi makanan dan
1. Keluhan sulit tidur minuman yang mengganggu
menurun tidur (misalnya kopi, the,
2. Keluhan sering terjaga alcohol, makan yang banyak
menurun sebelum waktu tidur, minum
3. Keluhan pola tidur air yang banyak)
berubah menurun Terapeutik
4. Keluhan istirahat tidak 1. Modifikasi lingkungan
cukup menurun (misalnya pencahayaan,
kebisingan, suhu, matras dan
tempat tidur) batasi waktu
tidur siang
2. Tetapkan jadwal tidur rutin
Edukasi
1. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
2. Anjurkan untuk menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
3. Anjurkan relaksasi otot
autogenic atau cara non
farmakologi lainnya.
3.5 Implementasi dan Evaluasi
Implementasi Hari Ke-1
Edukasi
1. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
pasien dan keluarga diajarkan
bagaimana melakukan relaksasi secara
mandiri ini merupakan metode untuk
meredakan nyeri secara sederhana
yang dapat dilakukan pasien secara
mandiri di rumah.
2. Mengkaji nyeri secara mandiri :
Mengajarkan pasien menilai rentang
respon skala nyeri 1-10 dengan
kategori-kategorinya, sehingga pasien
memahami ia berada pada kategori
nyeri apa.
Kolaborasi
Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik : Kolaborasi bersama dokter
dan apoteker jika perlu penanganan
khusus dan jika nyerinya bertambah
parah.
2. Senin, 22 II Observasi S : Pasien
November 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan mengatakan sudah
2021 tidur. paham dengan apa
Menanyakan kebiasaan pasien tidur yang sudah
Pukul 09.50 apakah pola tidurnya normal dengan disampaikan perawat
wita-selesai lama waktu tidurnya berapa lama. pasien
2. Mengidentifikasi factor pengganggu O : Pasien tampak
tidur (Fisik/psikologi) sedikit rileks,
Mengkaji kondisi fisik pasien apakah Tanda-tanda vital
ada nyeri yang mengganggu pasien TD : 149/90 mmHg,
untuk tidur, menanyakan bagaimana N:89x/mnt,
keadaan psikologis pasien apakah S:36,4℃,
baik-baik sajakah ataukah sebaliknya. RR:27x/mnt
Kaji sebanyak-banyaknya hal yang
menimbulkan kecemasan pasien A: Masalah belum
sehingga mengganggu pola tidur. teratasi
3. Mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur P: Intervensi
mengkaji jenis makanan apa saja kah terapeutik, observasi
yang biasa di konsumsi oleh pasien dan edukasi tetap
setelah itu lihat apakah jenis makanan dilanjutkan
yang dikonsumsi itu termasuk dalam
jenis makanan pantangan bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi atau
sebaliknya. Jika yang dikonsumsi itu
baik bagi kesehatannya maka perawat
menganjurkan pasien untuk terus
mengonsumsi namun apabila tidak
baik untuk kesehatan maka tidak
diperbolehkan untuk lanjut.
Terapeutik
1. Memodifikasi lingkungan (misalnya
pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras dan tempat tidur) batasi waktu
tidur siang
2. Metapkan jadwal tidur rutin
Perawat membantu pasien untuk
membuat jadwal tidur rutin untuk
pasien dan meminta agar bisa
konsisten dengan waktu atau jadwal
yang sudah dibuat
Edukasi
1. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
Saat sudah waktunya istirahat maka
harus segera istirahat, mengingatkan
pasien agar tidak mudah terpengaruh
terhadap factor-faktor pengganggu
tidur dan harus bisa istirahat dengan
baik.
2. Menganjurkan untuk menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur.
Meminta pasien agar menghindari
kopi dan the sebelum tidur atau jenis
makanan dan minuman yang
mengandung kafein.
3. Menganjurkan relaksasi otot
autogenik atau cara non farmakologi
lainnya.
Edukasi
1. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
pasien dan keluarga diajarkan
bagaimana melakukan relaksasi secara
mandiri ini merupakan metode untuk
meredakan nyeri secara sederhana
yang dapat dilakukan pasien secara
mandiri di rumah.
2. Mengkaji nyeri secara mandiri :
Mengajarkan pasien menilai rentang
respon skala nyeri 1-10 dengan
kategori-kategorinya, sehingga pasien
memahami ia berada pada kategori
nyeri apa.
Kolaborasi
Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik : Kolaborasi bersama dokter
dan apoteker jika perlu penanganan
khusus dan jika nyerinya bertambah
parah.
2. Rabu, 24 II Observasi S : Pasien
November 1. Mengidentifikasi pola aktivitas dan mengatakan sudah
2021 tidur. paham dengan apa
Menanyakan kebiasaan pasien tidur yang sudah
Pukul 09.00 apakah pola tidurnya normal dengan disampaikan perawat
Wita-selesai lama waktu tidurnya berapa lama. pasien
2. Mengidentifikasi factor pengganggu O : Pasien tampak
tidur (Fisik/psikologi) sedikit rileks,
Mengkaji kondisi fisik pasien apakah Tanda-tanda vital
ada nyeri yang mengganggu pasien TD : 149/90 mmHg,
untuk tidur, menanyakan bagaimana N:89x/mnt,
keadaan psikologis pasien apakah S:36,4℃,
baik-baik sajakah ataukah sebaliknya. RR:27x/mnt
Kaji sebanyak-banyaknya hal yang
menimbulkan kecemasan pasien A: Masalah belum
sehingga mengganggu pola tidur. teratasi
3. Mengidentifikasi makanan dan
minuman yang mengganggu tidur P: Intervensi
mengkaji jenis makanan apa saja kah terapeutik, observasi
yang biasa di konsumsi oleh pasien dan edukasi tetap
setelah itu lihat apakah jenis makanan dilanjutkan
yang dikonsumsi itu termasuk dalam
jenis makanan pantangan bagi pasien
yang memiliki riwayat hipertensi atau
sebaliknya. Jika yang dikonsumsi itu
baik bagi kesehatannya maka perawat
menganjurkan pasien untuk terus
mengonsumsi namun apabila tidak
baik untuk kesehatan maka tidak
diperbolehkan untuk lanjut.
Terapeutik
1. Memodifikasi lingkungan (misalnya
pencahayaan, kebisingan, suhu,
matras dan tempat tidur) batasi waktu
tidur siang
2. Metapkan jadwal tidur rutin
Perawat membantu pasien untuk
membuat jadwal tidur rutin untuk
pasien dan meminta agar bisa
konsisten dengan waktu atau jadwal
yang sudah dibuat
Edukasi
1. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur.
Saat sudah waktunya istirahat maka
harus segera istirahat, mengingatkan
pasien agar tidak mudah terpengaruh
terhadap factor-faktor pengganggu
tidur dan harus bisa istirahat dengan
baik.
2. Menganjurkan untuk menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur.
Meminta pasien agar menghindari
kopi dan the sebelum tidur atau jenis
makanan dan minuman yang
mengandung kafein.
3. Menganjurkan relaksasi otot
autogenik atau cara non farmakologi
lainnya.
Edukasi
1. Menganjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur.
Saat sudah waktunya istirahat maka
harus segera istirahat, mengingatkan
pasien agar tidak mudah terpengaruh
terhadap factor-faktor pengganggu
tidur dan harus bisa istirahat dengan
baik.
2. Menganjurkan untuk menghindari
makanan dan minuman yang
mengganggu tidur.
Meminta pasien agar menghindari
kopi dan the sebelum tidur atau jenis
makanan dan minuman yang
mengandung kafein.
3. Menganjurkan relaksasi otot autogenik
atau cara non farmakologi lainnya.