Anda di halaman 1dari 44

DIABETES MELITUS DENGAN

KONDISI KHUSUS

Nama kelompok :
1. MARSELINA B MOLINA
2. MAGDALENA IRMA
3. NADIA CITRA MANU (TIDAK AKTIF)
Masalah-masalah khusus dengan
diabetes melitus
1. Infeksi
Infeksi pada pasien DM sangat berpengaruh terhadap
pengendalian glukosa darah.infeksi dapat memperburuk
kendali glukosa darah,dan kadar glukosa darah yang cukup
tinggi menyebapkan kerentangan atau memperburuk infeksi
Kejadian infeksi akan sering terjadi pada pasien dengan
diabetes mellitus akibat munculnya lingkungan hiperglikemik
yang meningkatan virulensi patogen,menurunkan produksi
interleukin,menyebapkan terjadinya disfungsi kemotaksis
dan aktifitasfagositik,serta kerusakan fungsi
neutrifil,glukosuria,dan dismotitilitas gastrointestinal dan
saluran kemih.
 DM dengan Infeksi saluran kemih (ISK)

Infeksi saluran kemih lebih sering terjadi pada pasien


diabetes dan diasosiasikan dengan peningkatan komplikasi dan
pemburukan penyakit.faktor resiko yang meningkatkan
terjadinya ISK pada diabetes antar lain : control glikemi yang
inadekuat,durasi terjadinya DM yang lama,vaginitis berulang
atau pun abnormalitas anatomi saluran
 DM dengan infeksi Tuberkulosis

Diabetes diasosiasikan dengan peningkatan resiko tuberculosis


(TB) aktif pada studi control dan studi kohort,penyakit diabetes
dapat mempersulit diagnosis dan manajemen TB karena terdapat
perubahan gambaran klinis penyakit TB dan perlambat periode
konversi kultur sputum.
DM juga dapat memperngaruhi hasil pengobatan TB akibat
perlambatan reaksi mikrobiologis terhadap obat, percepatan
perkembangan infeksi,serta peningkatan resiko kematian dan
resiko TB berulang (Relapse). Obat-obat untuk diabetes dan
tuberkolusis dapat berinteraksi sehingga menghambat aktifitas
satu sama lain.penyandang diabetes mellitus yang juga
menderita tuberkolusis juga sering mengalami resiko untuk
terjadinya hepatitis ibas obat (drug induced hepatitis) akibat
obat-obatan.
Rekomendasi yang dianjurkan untuk DM dengan tuberkolusis
adalah :
 Pada pasien DM dengan tuberkolusis perlu dilakukan scrining
untuk infeksi TB,dan sebaliknya pada pasien dengan
tuberkolusis perlu dilakukan scrining diabetes
 Skrining tuberkolusis yang direkomendasikan adalah
penilaian gejala-gejala tuberculosis seperti batuk lebih dari 2
minggu pada setian pasien DM.
 Pasien DM yang menunjukan gejala tuberkolusis perlu
mendapatkan pemeriksaan lanjutan berupa pemeriksaan foto
dada dan pemeriksaan sputum tuberkolusis sebanyak tiga kali
untuk menegakan diagnosis.
DM dengan infeksi saluran pernapasan

Infeksi Streptococcus Pneunomis dan virus Influenza


merupakan infeksi tersering yang diasosiasikan dengan
diabetes. Rekomendasikan dari ADA adalah pemberian
imunisasi influenza setiap tahun pada semua pasien diabetes
yang berusia diatas 60 Thn
 DM dengan infeksi saluran perncernaan

Diabetesseriang diasosiasikan dengan peningkatan


terjadinya gastritis akibat infeksi H. Pylori. Meski
demikian,belum ada studi yang membuktikan hal
tersebut. Infeksi hepatitis lebih sering terjadi pada
 DM dengan infeksi jaringa lunak dan kulit

Infeksi jaringan lunak dan kulit yang sering dialami


penyandang diabetes mellitus adalah furunkel, abses dan
gangren.infeksi kulit yang akut seperti selulitis dan abses
umumnya disebapkan oleh kuman aerob kokus gram
positif,tetapi untuk infeksi yang sudah lama kuman penyabap
biasanya bersifat polimikrobial,yang terdiri dari kokus gram
negative,basil gram positif, dan bakteri anaerob.
 DM dengan infeksi rongga mulut

Infeksi pada gigi dan gusi (periodontal) merupakan


infeksi tersering penyandang DM, ada banyak faktor yang
menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis, di
antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor
sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan
Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang
menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang.
Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi
meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini
merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang
dewasa.
Dari seluruh komplikasi Diabetes Melitus,
Periodontitis merupakan komplikasi nomor enam terbesar
di antara berbagai macam penyakit dan Diabetes Melitus
adalah komplikasi nomor satu terbesar khusus di rongga
mulut. Hampir sekitar 80% pasien Diabetes Melitus
gusinya bermasalah. Tanda-tanda periodontitis antara lain
pasien mengeluh gusinya mudah berdarah, warna gusi
menjadi mengkilat, tekstur kulit jeruknya (stippling)
hilang, kantong gusi menjadi dalam, dan ada kerusakan
tulang di sekitar gigi, pasien mengeluh giginya goyah
sehingga mudah lepas
DM dengan infeksi telinga

Otitis eksterna maligna umunya menyerang penyandang


DM berusia lanjut dan sering disebapkan oleh bakteri
pseudomonas aeruglinosa
 DM dengan infeksi Human Immunodeficiency Virus
(HIV)

Pasien HIV seharusnya dilakukan pemeriksaan glukosa plasma puasa


untuk mengetahui sudah terjadi prediabetes atau DM tipe 2 sebelum
memulai terapi antiretroviral (ARV), pada saat terjadi perubahan terapi
ARV dan setelah 3-6 bulan setelah terapi ARV diberikan. Bila pada
pemeriksaan glukosa puasa normal,maka dilakukan pemeriksaan
glukosa puasa ulang setiap tahun. Diabetes sering terjadi pada pasien
dengan HIV,resiko diabetes dapat meningkat akibat pengunaan obat
ARV golongan protease inhibitor (P1) dan nukleosida reverse
transciptase inhibitor (NRTI).
Obat golongan P1 ini diduga dapat menimbulkan resistensi insulin
akibat tingginya kadar sitokin antiinflamasi dan penyebap apoptosis
sel-sel beta pankeas,pada pasien dengan HIV dengan
prediabetes,asupan nutrisi yang sehan dan aktfitas fisik yang
baik,sangat dianjurkan karena dapat menurunkan resiko untuk
terjadinya diabetes.
Diabetes Melitus dengan disfungsi ereksi

Prevalensi DE pada penyandang diabetes tipe 2 lebih dari 10


tahun cukup tinggi dan merupakan akibat adanya neuropati
autonom, angiopati dan problem psikis.DE sering menjadi
sumber kecemasan penyandang diabetes, tetapi jarang
disampaikan kepada dokter oleh karena itu perlu ditanyakan
pada saat konsultasi. Pengelolaan DE pada diabetes dapat
mengacu pada Penatalaksanaan Disfungsi Ereksi.DE bisa juga
dapat didiagnosis dengan menggunakan instrumen sederhana
yaitu kuesioner IIEF5 (International Index of Erectile Function
5). upaya pengobatan utama adalah memperbaiki kontrol
glukosa darah senormal mungkin dan memperbaiki faktor risiko
DE lain seperti dislipidemia, merokok, obesitas dan hipertensi.
Diabetes Melitus dengan ibadah puasa

Penyandang diabetes yang terkendali dengan pengaturan


makan saja tidak akan mengalami kesulitan untuk berpuasa.
Selama berpuasa Ramadhan, perlu dicermati adanya perubahan
jadwal, jumlah dan komposisi asupan makanan. Penyandang
diabetes usia lanjut mempunyai kecenderungan dehidrasi bila
berpuasa, oleh karena itu dianjurkan minum yang cukup. Perlu
peningkatan kewaspadaan pasien terhadap gejala-gejala
hipoglikemia. Untuk menghindarkan terjadinya hipoglikemia pada
siang hari, dianjurkan jadwal makan sahur mendekati waktu
imsak/subuh, kurangi aktivitas fisik pada siang hari dan bila
beraktivitas fisik dianjurkan pada sore hari.
Penyandang diabetes yang cukup terkendali dengan OHO dosis
tunggal, juga tidak mengalami kesulitan untuk berpuasa. OHO
diberikan saat berbuka puasa. Hati-hati terhadap terjadinya
hipoglikemia pada pasien yang mendapat OHO dengan dosis
maksimal.
Bagi yang terkendali dengan OHO dosis terbagi, pengaturan
dosis obat diberikan sedemikian rupa sehingga dosis sebelum
berbuka lebih besar dari pada dosis sahur.Untuk penyandang
diabetes DM tipe 2 yang menggunakan insulin, dipakai insulin kerja
menengah yang diberikan saat berbuka saja. Diperlukan
kewaspadaan yang lebih tinggi terhadap terjadinya hipoglikemia
pada penyandang diabetes pengguna insulin. Perlu pemantauan yang
lebih ketat disertai penyesuaian dosis dan jadwal suntikan insulin.
Bila terjadi gejala hipoglikemia, puasa dihentikan. Untuk pasien
yang harus menggunakan insulin dosis multipel dianjurkan untuk
tidak berpuasa dalam bulan Ramadhan.
Diabetes Melitus dengan pengelolaan perioperatif

Tindakan operasi, khususnya dengan anestesi umum


merupakan faktor stres pemicu terjadinya penyulit akut
diabetes, oleh karena itu setiap operasi elektif pada
penyandang diabetes harus dipersiapkan seoptimal
mungkin ,Persiapan operasi elektif maupun non-elektif dapat
dilihat pada pedoman terapi insulin di rumah sakit.
Manifestasi Klinis DM dengan kondisi khusus

 Kadar gula tidak normal


 Malaise
 Berat badan menurun
 Terdapat luka yang sulit untuk sembuh
PATWAY
Pemeriksaan Penunjang
Tabel Kadar Gula Darah
No Pemeriksaan Nilai normal Belum pasti DM,butuh DM
Pem. Lanjutan
1 Gula darah puasa 70-100 mg/dL 100-125 mg/dL >126 mg/dL
(8 jam)
2. Gula darag post <140 mg/dL 140-199 mg/dL >200 mg/dL
prandial (2 jam PP)
3. Gula darah <140 mg/dL 140-199 mg/dL >200 mg/dL
sesaat/sewaktu

o Tes laboratorium DM
Jenistes pada pasien DM dapat berupa tes saring,tesdiagnostik,tes
pemantauan terapi dan tes untuk pemantauan komplikasi .
Penatalaksanaan Medis

1. Pemberian Obat Hipoglikemik


2. Terapi insulin
KONSEP DASAR ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Diabetes Melitus dengan ISK
 Pengkajian
Dalam mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien, Dalam
mengkaji identitas beberapa data didapatkan adalah nama klien,umur, pekerjaan
orang tua, pendidikan orang tua, agama, suku, alamat.
 Keluhan utama
 Nyeri saat berkemih
 Kencing yang menetes
 Disuria
 Urgensi
 Terkadang frekuensi berkemih juga meningkat
 Rasa tidan nyaman pada perut bagian bawah
 Riwayat kesehatan masa lalu
 Riwayat infeksi saluran kencing
 Riwayat pernah menderita batu ginjal
 Riwayat penyakit Diabetes Melitus dan Jantung
 Riwayat kesehatan keluarga
 Perlu ditanyakan pada keluarga apakah salah satu anggota
keluarga ada yang pernah mengalami sakit yang sama dengan
pasien.
 Pola istirahat tidur
Adanya poliuri, dan situasi rumah sakit yang ramai akan
mempengaruhi waktu tidur dan istirahat penderita, sehingga
pola tidur dan waktu tidur penderita Pola Aktivitas Adanya
kelemahan otot  –   otot pada ekstermitas menyebabkan
penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas sehari-hari
secara maksimal, penderita mudah mengalami kelelahan.
 Pemeriksaan Fisik
 Keadaan Umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda –  tanda vital.
 Kepala Leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering
terasa tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah
bengkak dan berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata
keruh.
 Sistem integument
Kaji Turgor kulit menurun pada pasien yang sedang mengalami dehidrasi, kaji
pula adanya luka atau warna kehitaman bekas luka, kelembaban dan suhu
kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka,
tekstur rambut dan kuku.
 Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas menandakan pasien mengalami diabetes
ketoasidosis, kaji juga adanya batuk, sputum, nyeri dada. Pada  penderita DM
mudah terjadi infeksi.
 Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang,
takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegal.
 Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.Kelebihan glukosa akan dibuang dalam bentuk urin,
 Sistem musculoskeletal
Adanya katabolisme lemak, Penyebaran lemak dan, penyebaran
masa otot, Pasien juga cepat lelah, lemah.
 Sistem neurologis
Berhubungan dengan komplikasi kronis yaitu pada system
neurologis  pasien sering mengalami penurunan sensoris,
parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek lambat, kacau
mental, disorientasi.
C. Diagnosa Keperawatan ISK dengan DM
 Nyeri berhubungan dengan agens cedera biologis (Infeksiuretra,kandung

kemih )
 Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan infeksi saluran kemih

D. Intervensi Keperawatan
DX 1
 Pemberian Analgetik

 Manajemen Nyeri

 Teknik relaksasi Napas dalam

DX 2
 Manajemen cairan

 Monitoring cairan

 Pantau hasil laboratorium; elektrolit, BUN, kreatinin

 Pantau perubahan warna urin, pantau pola berkemih, masukan dan keluaran

setiap 8 jam dan pantau hasil urinalisis ulang


 Kolaborasi pemberian obat
Tuberkulosis dengan Diabetes Melitus
A. Identitas
B. Riwayat Kesehatan
 Keluhan utama : Keluhan yang sering muncul biasanya, sesak atau

nyeri dada.
 Riwayat kesehatan sekarang : Penjabaran dari keluhan utama (PQRST)

 Riwayat kesehatan dahulu : Dikaji terutama riwayat merokok, kontak

dengan penderita Tb paru, riwayat penyakit saluran pernafasan lain,


riwayat pekerjaan yang berkaitan dengan zat polutan.
 Riwayat kesehatan keluarga : Dikaji riwayat Tb paru di keluarga dan

pengobatannya.
 Kondisi tempat tinggal dan lingkungan : Dikaji kondisi rumah dan

lingkungan meliputi sumber polutan, pemaparan sinar matahari,


kelembaban ruangan, ventilasi
 Aktivitas sehari-hari : Dikaji pola nutrisi, eliminasi, aktivitas, personal

higiene dan pola tidur


 Pemeriksaan Fisik (dilakukan persistem):
 Sistem persarafan, biasanya ditemukan pasien sadar, gelisah, hingga
penurunan kesadaran.
 Sistem pernafasan, klien biasanya terlihat sesak, nyeri dada, respirasi
meningkat, mungkin batuk produktif atau darah (haemaptoe), suara
nafas ronchii/gargling, terdapat perubahan perbandingan diameter
anteroposterior dada, deviasi trakea, vocal premitus menurun.
 Sistem kardiovaskuler, biasanya heart rate meningkat , penurunan
tekanan darah, mungkin peningkatan JPV, sianosis perifer,
konjungtiva pucat.
 Sistem gastrointestinal, mungkin terjadi penurunan bising usus,
nafsu makan berkurang, keluhan mual muntah akibat obat Tb paru.
 Sistem perkemihan, biasanya ditemukan urine kemerahan sebagai
efek samping obat Tb paru.
 Sistem endokrin, biasanya ditemukan hipermetabolisme akibat
infeksi, pembesaran KGB, gula darah meningkat
 Sistem reproduksi, biasanya ditemukan gangguan
menstruasi pada wanita, penurunan hasrat sexual.
 Sistem integument, biasanya ditemukan peningkatan

diaforesis, kulit pucat dengan turgor jelek, kehilangan


lemak sub kutan.
 Sistem musculoskeletal, biasanya ditemukan penampilan

kurus, bentuk tulang dada berubah, penurunan kekuatan


otot, penurunan tonus otot.
C. Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan

membran alveolar-kapiler
 Ketidakefektifan jalan napas berhubungan dengan

bronkospasme
Dx 1 Dx 2
 Berikan posisi yang nyaman  Posisikan pasien untuk

 Monitoring pernapasan memaksimalkanventilasi


 Auskultasi suara napas
 Manajemen jalan napas
 Monitoring status
 Terapi oksigen
pernapasan dan
 Kolaaborasi pemberian
oksigenasi,sebagimanan
antibiotic mestinya
 Pemantauan hasil  Posisikan untuk

laboratorium meringankan sesak napas


 Monitoring tanda-tanda  Kolaborasi pemberian

vital antibiotic
 Manajemen batuk  Pemantauan hasil

laboratorium.
Diabetes Melitus dengan HIV
A. Identitas pasien (biodata pasien)
 Keluhan utama.

Dapat ditemukan pada pasien AIDS dengan manifestasi respiratori


ditemui keluahn utama sesak nafas. Keluhan utama lainnya dirtemui pada
pasien penyakit HIV AIDS, yaitu demam yang berkepanjangan (lebih
dari 3 bulan), diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus
menerus, penurunan berat badan lebih dari 10%, batuk kronis lebih dari 1
bulan, infeksi mulut dan tenggorokan disebabkan oleh jamur candida
albikans,pembekakan kelenjar getah bening diseluruh tubuh, munculnya
herpes zooster berulang dan bercak-0bercak gatal diesluruh tubuh.
 Riwayat kesehatan sekarang.

Dapat ditemukan keluhan yang baisanuya disampaikan pasien HIV AIDS


adalah: pasien akan mengeluhkan napas sesak (dispnea) bagi pasien yang
memiliki manifestasi respiratori, batuk-batuk, nyreri dada, dan demam,
pasien akan mengeluhkan mual, dan diare serta penurunan berat badan
drastis.
 Riwayat kesehatan dahulu Biasanya pasien pernah dirawat
karena penyakit yang sama. Adanya riwayat penggunaan narkoba
suntik, hubungan seks bebas atau berhubungan seks dengan
penderita HIV/AIDS terkena cairan tubuh penderita HIV/AIDS.
 Riwayat kesehatan keluarga Biasanya pada pasien HIV AIDS
adanya anggota keluarga yang menderita penyakit HIV/ AIDS.
Kemungkinan dengan adanya orang tua yang terinfeksi HIV.
Pengakajian lebih lanjut juga dilakukan pada riwayat pekerjaan
keluarga, adanya keluarga bekerja ditempat hiburan malam,
bekerja sebagai PSK (pekerja seks komersial).
 Eliminasi
Gejala : Diare intermitten, terus – menerus, sering dengan atau tanpa kram
abdominal, nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi
Tanda : Feces encer dengan atau tanpa mucus atau darah, diare pekat dan sering,
nyeri tekan abdominal, lesi atau abses rectal,perianal,perubahan jumlah,
warna,dan karakteristik urine.
 Makanan Cairan
Gejala : Anoreksia, mual muntah, disfagia
Tanda : Turgor kulit buruk, lesi rongga mulut, kesehatan gigi dan gusi yang
buruk, edema.
 Hygiene
Gejala : Tidak dapat menyelesaikan AKS
Tanda : Penampilan tidak rapi, kurang perawatan diri.
 Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri umum / local, rasa terbakar, sakit kepala,nyeri dada pleuritis.
Tanda : Bengkak sendi, nyeri kelenjar,nyeri tekan,penurunan rentan gerak,
pincang.
 Pernafasan
Gejala : napas pendek progresif, batuk, sesak pada dada.
Tanda : Takipnea, distress pernapasan, perubahan bunyi napas, adanya sputum.
C. Diagnosa keperawatan
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan factor biologis


 Intoleransia aktifitas ketidakseimbangan anatara suplay darah dan

oksigen
D. Intervensi Keperawatan
 Dx. 1

 Manajemen gangguan makan

 Manajemen cairan

 Tentuakan status gizi dan kemampuan pasien untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi
 Identifikasi alergi atau intoleransi makanan yang dimiliki oleh pasien

 Tentukan apa yang menjadi preferensi bagi pasien

 Kolaborasi dengan ahli gizi

 Tentukan jenis kalori bagi pasien

 Monitoring tanda-tanda vital


Dx 2
 Manajemen lingkungan

 Kolaborasi dengan ahli terapi fisik

 Bantu klien untuk memilih aktfitas yang mampu untuk

dilakukan
 Anjurkan untuk menggunakan alat bantu dalam beraktifitas

 Bantu klien untuk membuat jadawal latihan yang sesuai

 Monitoring respon fisik,sosail dan spiritual


Infeksi saluran pernapasan
A. Pengkajian
 Identitas pasien

 Keluhan Utama

Keluhan pada klien biasanya ditandai dengan gejala antar lain Demam
dan pilek  akibat infeksi pertama dan peradangan pada tenggorokan
 Riwayat penyakit keluarga

Adanya riwayat keturunan anggota keluarga yang pernah mengalami


sakit seperti penyakit klien. Salah satu anggota keluarganya menderita
penyakit asma.
 Riwayat pengobatan

Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat


alergi, catat adanya efek samping yang terjadi dimasa lalu. Klien
minum jeruk nipis dan kecap saat mengalami batuk dan sakit
tenggorokan
Pemeriksaan Fisik
 Pemeriksaan fisik difokuskan pada pengkajian sistem pernafasan :

a. Inspeksi
 Membran mukosa hidung-faring tampak kemerahan

 Tonsil tampak kemerahan dan edema

 Tampak batuk tidak produktif

 Tidak ada jaringan parut pada leher

 Tidak tampak penggunaan otot-otot pernafasan tambahan, pernafasan

cuping hidung.
b. Palpasi
 Teraba adanya pembesaran kelenjar limfe pada daerah leher/nyeri tekan

pada nodus limfe servikalis


 Tidak teraba adanya pembesaran kelenjar tyroid

C Perkusi : Suara paru normal (resonance)


 Auskultasi : Suara nafas vesikuler/tidak terdengar ronchi pada kedua

sisi     paru
B. Diagnosa
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d sekresi yang tertahan
2. Hipertermi berhubungan dengan penyakit

C. Intervensi Dx 2
Dx 1  Monitoring tanda-tanda
 Pengisapan jalan napas vital
 Monitoring tanda-tanda  Manajemen cairan
vital  Kompres hangat
 Auskultasi suara napas  Kollaborasi pemberian
 Terapi oksigen obat
 Visioterapi dada bila perlu
 Manajemen lingkungan
 Kolaborasi pemberian obat
 Manajemen syok
Infeksi saluran cerna
A. Pengkajian
 Identitas pasien (Biodata)

 Keluhan Utama

 Nyeri mulut, kerongkongan, perut atau rectum, Kesulitan

menelan, Perubahan BAB,


PEMERIKSAAN FISIK
INSPEKSI :
 pembesaran perut Kulit perut menjadi kuning, Adanya pelebaran

vena pada permukaan abdomen, Kulit dinding perut tampak tebal


 Bentuk perut Normal Simetris
PALPASI ABDOMEN
1. Tempat nyeri tekan Dimulai dari area yang tidak nyeri Nyeri
menunjukkan peradangan
2. Bagian perut yang tegang Rigit (kaku)
Pada orang dengan tegang mental, dinding perut dapat tegang
sekali dan dapat mengenai seluruh perut Pada peritonitis
seluruh perut tegang disertai nyeri menyeluruh, Gejala
kekakuan pada otot perut disebut defense muskulus.
3. Organ-organ di rongga perut
 Palpasi lambung : Meliputi 3 hal yaitu :

 Nyeri tekan

 Karsinoma/tumor lambung

 Dilatasi lambung
Palpasi hati :
 Normal : tidak teraba

 Bila teraba bagaimana sifatnya ; tajam/tumpul (tepi

hepar), permukaan ; rata/benjol, konsistensi ;


keras/kenyal.
Palpasi kandung empedu :
 Normal : tidak teraba

 Bila peradangan dijumpai tanda khas Murphy sign

yaitu terhentinya pernafasan sejenak pada puncak


inspirasi karena terasa nyeri pada saat palpasi.
Palpasi limpa
 Normal : tidak teraba

 Pada infeksi akut limpa menjadi besar dengan konsistensi

lunak.
Palpasi ginjal :
 Bagian bawah ginjal kanan dapat teraba pada orang sehat

dengan dinding perutnya lemas.


 Peradangan ginjal dapat disangsikan dengan perabaan

kandung empedu.
Palpasi colon
 Pada umumnya tidak teraba, kecuali bila berisi udara/feses

sehingga akan teraba suatu benjolan berbentuk sosis.


4. Benjolan di dalam perut
Adanya benjolan didalam perut dipalpasi untuk menentukan
; posisi, ukuran, konsistensi, bentuk dan motilitas.
5. Cairan bebas di rongga perut
 Palpasi organ sukar dilakukan

 Cara Dipping yaitu menekan dinding perut dengan cepat dan

dalam menggunakan ujung-ujung jari.


6. Palpasi lobang hernia
 Adanya penonjolan di atas dinding perut, dapat ditentukan

apakah karena tumor atau sebagian isi rongga abdomen


menonjol melalui lobang hernia.Hernia dapat ditimbulkan
karena adanya tempat-tempat yang mempunyai kelemahan
local.
B. Diagnosa Dx 2

1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif


2. Nyeri akut berhubungan dengan agens cereda biologis (infeksi)

C. Intervensi

Dx 1
 Monitoring tanda-tanda vital Dx 2
 Timbang beratbadan setiap hari dan  Kolaborasi pemberian
monitor status pasien analgesik
 Kolaborasi pemberian cairan iv
 Monitoring tanda-tanda vital
 Berikan diuretic sesaui resep
 Ajarkan penggunaan teknik
 Dukung pasien dan keluarga untuk

membantu dalam pemberian makanan relasasi nonfarmakologi


dengan baik  Melakukan pengkajian nyeri
 Monitoring reaksi pasien terhadap
 Kendali factor lingkungan
pemberian terapi elektrolit yang
direspkan yang dapat mempengaruhi
 Monitoring hasil laboratorium respon pasien terhadap
 Monitoring status hidrasi
ketidaknyamanan
EVIDENCE BASED
PRATICE NURSING

Anda mungkin juga menyukai