Pembimbing :
drg. Ceples Dian Kartika W.P, Sp. KG
Oleh:
P (Problem) :
Apasaja manifestasi klinis pasien diabetes melitus anak pada rongga mulut ?
I (Intervention) :
1. Penyakit periodontal
2. Gangguan kelanjar saliva
3. Karies
4. Infeksi jamur
5. Rongga mulut terasa terbakar dan perubahan rasa
6. Lichen planus
7. Traumatic ulser dan iritasi fibroma
8. Pemakaian antibiotik
Penyakit periodontal
Penyakit periodontal merupakan masalah gigi terbesar pada pasien diabetes, gejala ini
sudah tampak sejak awal. Hal ini berasal pada perubahan kapiler dimana terjadi
perubahan yang cepat atau lambat pada semua pasien diabetes yang ditunjukkan
dengan perubahan pada gingiva oleh karena kurangan aliran darah. Diabetes
diasosiasikan dengan respon inflamasi berlebih gingiva terhadap plak. Secara umum,
pasien dengan diabetes terkontrol dan pasien tanpa diabetes mempunyai tingkat
gingivitis yang sama apabila jumlah plak dalam kelompok tersebut juga sama.
Sementara itu, pasien diabetes tidak terkontrol mempunyai tingkat gingivitis lebih
parah. Sebuah penelitian menunjukan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2
mempunyai resiko kehilangan tulang alveolar 4 kali lipat lebih besar dari pada pasien
tanpa diabetes. Pasien diabetes tidak terkontrol juga memiliki resiko kehilangan
perlekatan gingiva lebih besar dibandingkan pasien diabetes terkontrol.
Gangguan Kelenjar Saliva
Karies Gigi
Pasien diabetes memiliki gigi karies lebih banyak dibandingkan dengan pasien non
diabetes. Prevalensi karies relative lebih tinggi pada pasien diabetes oleh karena
peningkatan kadar glukosa pada saliva dan terjadi xerostomia. Namun, diet rendah
karbohidrat pada pasien diabetes dapat mengurangi pervalensi karies. Tingkat
kolesterol dan trigliserida pada saliva lebih tinggi pada pasien anak diabetes tipe 1.
Anak-anak dengan ketergantungan insulin memiliki aliran saliva, pH, dan kapasita
buffer lebih rendah, tetapi kandungan glukosa peroksidase igA magnesium dan
konsentrasi kalsium lebih tinggi dibandin anak yang sehat.
Infeksi Jamur
Rasa adalah komponen penting dari kesehatan mulut yang berpengaruh merugikan
pada pasien diabetes. Pasien diabetes telah dilaporkan adanya peningkatan keluhan
glossodynia dan atau stomatopyrosis. Beberapa literatur melaporkan bahwa 37% dari
terdiagnosis DM tipe 2 pasien mengalami rasa terbakar pada mulut atau lidah. Rasa
terbakar mungkin karena neuropati periferal, xerostomia atau candiadiasis.
Mengontrol kadar gula darah dapat mengurangi sensasi terbakar. Clonazapam
mungkin bermanfaat pada beberapa pasien dengan keluhan sensasi terbakar.
Beberapa pasien diabetes memiliki gangguan ringan terhadap sensasi rasa manis.
Ini mungkin terkait dengan xerostomia atau reseptor glukosa yang rusak. Retinopati
dan neuropati perifer yang mempengaruhi tangan pasien sehingga dapat membatasi
kemampuan pasien untuk melakukan prosedur kebersihan rongga mulut. Pasien
mungkin mengalami dysesthesias oral yang cukup lama, sehingga dapat
mempengaruhi pemeliharaan kebersihan rongga mulut. Gejala lain dari diabetes
adalah disfagia yang disebabkan oleh perubahan kekuatan, kecepatan dan/atau
koordinasi dari otot-otot saraf kranial.
Lichen Planus
Prevalensi oral lichen planus secara signifikan lebih tinggi pada DM tipe 2
dibandingkan tipe 1. Ini mungkin efek samping oral hipoglikemik agen atau obat anti
hipertensi.
Pemakaian Antibiotik
Pasien dengan diabetes tidak terkontrol memiliki resiko komplikasi luas karena
mereka mudah terkena infeksi dan mungkin memerlukan tambahan terapi antibiotik.
Penatalaksanaan untuk kasus bedah dentoalveolar dengan pemberian antibiotik dapat
membantu mencegah kerusakan dan menunda proses penyembuhan. Infeksi orofasial
memerlukan pengawasan yang ketat. Hal yang harus dilakukan untuk pasien yang
memiliki infeksi oral akut dengan memulai pemberian terapi antibiotik sesuai dengan
terapi bedah yang akan dilakukan (misalnya: insisi dan drainase, ekstraksi,
pulpectomy).
C (Comparation) :
O (Outcome) :
1. Jadwal Kunjungan
Penderita diabetes disarankan melakukan perawatan pada pagi hari karena level
kortisol biasanya tinggi pada saat ini. Pada pasien yang menerima terapi insulin
penjadwalan seharusnya tidak bertepatan dengan aktivitas puncak dari insulin
karena pada periode ini resiko tinggi menyebabkan hipoglikemia.
2. Diet
Dokter gigi penting untuk mengetahui bahwa pasien makan secara teratur dan
meminum obat seperti biasanya. Jika pasien melewatkan sarapan untuk ke dokter
gigi tetapi masih meminum dosis normal insulin resiko hipoglikemik akan
meningkat. Pada beberapa prosedur dokter gigi dapat meminta pasien untuk
mengubah dietnya sebelum perawatan dilakukan. Pada kasus ini dosis medikasi
dapat dirubah dengan mengkonsultasikan pada dokter yang merawat pasien
tersebut.
4. Selama Perawatan
Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus di praktik dokter gigi
adalah hipoglikemik, jika kadar insulin melebihi kebutuhan fisiologis pasien dapat
mengalami penurunan parah dari kadar gula darah. Tanda awal dan gejalanya
adalah perubahan mood, kelaparan, dan kelemahan/lemas, hal ini dapat diikuti
oleh takikardi, berbicara ngelantur dan gelisah, jika tidak ditangi dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran, hipotensi, hipotermi, kejang, koma dan
meninggal. Kontrol gula darah adalah tujuan utama dari penanganan diabetes
untuk mencegah komplikasi dari penyakit.
III. Conclusion
Diabetes melitus memiliki dampak yang signifikan dalam penanganan kesehatan gigi,
sebagai dokter gigi penting untuk mengetahui management dental pada pasien
diabetes melitus dan untuk mengetahui gejala, tanda dari diabetes yang tidak
terdiagnosa, tidak terkontrol, serta tipe-tipe diabetes. Dokter gigi harus berkontribusi
untuk menjaga kesehatan pada penderita penyakit diabetes dan memiliki tanggung
jawab dalam mengidentifikasi, memeriksa, dan memanajemen pasien yang memiliki
resiko terkena diabetes.