Anda di halaman 1dari 8

JURNAL READING MANIFESTASI

DIABETES MELITUS DI RONGGA MULUT

Pembimbing :
drg. Ceples Dian Kartika W.P, Sp. KG

Oleh:

Syamsul Bachri 121611101063


Galistiyanissa W. 121611101067
Dinar Prafita S.D. 101611101068

PKL ILMU KEDOKTERAN KLINIK (IKK)


RSUD BLAMBANGAN - BANYUWANGI
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS JEMBER
2017
I. Introduction

Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit sistemik yang ditandai


dengan hiperglikemi (peningkatan gula darah) oleh karena terjadinya kerusakan
sekresi insulin atau kinerja insulin atau keduanya. Diabetes melitus dibagi menjadi
2 tipe, tipe 1 merupakan diabetes oleh karena kerusakan autoimun yang
menyerang sel B pada pancreas sehingga menyebabkan produksi insulin menurun.
Diabetes tipe 1 biasanya terlihat pada masa anak-anak tetapi satu dari empat kasus
diabetes terdiagnosa pada usia dewasa. Tingkat kejadian diabetes melitus tipe 1
pada anak-anak semakin meningkat di dunia, dengan laporan peningkatan per
tahun sebesar 2% sampaai 5% di Eropa, Timur Tengah, dan Australia. Gejala
diabetes tipe 1 pada anak-anak yang sering ditemukan adalah diabetes
ketoasidosis.

Sekitar 90-95% penderita Diabetes melitus merupakan diabetes melitus tipe 2.


Biasanya diawali dengan resisten insulin yang mana terjadi kelainan pada sel yang
menyebabkan insulin tidak dapat bekerja dengan semestinya. Dengan
meningkatnya kebutuhan insulin, pankreas secara bertahap kehilangan
kemampuan untuk memproduksi insulin. Diabetes tipe 2 dihubungkan dengan usia
tua, obesitas, riwayat diabetes keluarga, riwayat diabetes pada kehamilan. Diabetes
tipe 2 saat ini semakin sering didiagnosa pada anak-anak dan remaja. Diabetes
melitus tipe 2 sering tidak terdiagnosis selama bertahun – tahun karena
hipoglikemia berkembang secara bertahap dan pada tahap-tahap awal tidak cukup
parah untuk menimbulkan gejala umum diabetes. Gejala umum polyuria, mudah
haus, pandangan kabur, parastesi, mudah lelah, dll. Selain diabetes tipe 1 dan 2
adapula macam diabetes tipe lain yaitu diabetes yang disebabkan oleh karena masa
kehamilan dan diabetes yang disebabkan oleh penyakit lainnya.
II. PICO

P (Problem) :

Apasaja manifestasi klinis pasien diabetes melitus anak pada rongga mulut ?

I (Intervention) :

Beberapa manifestasi rongga mulut pada pasien diabetes, meliputi:

1. Penyakit periodontal
2. Gangguan kelanjar saliva
3. Karies
4. Infeksi jamur
5. Rongga mulut terasa terbakar dan perubahan rasa
6. Lichen planus
7. Traumatic ulser dan iritasi fibroma
8. Pemakaian antibiotik

Penyakit periodontal

Penyakit periodontal merupakan masalah gigi terbesar pada pasien diabetes, gejala ini
sudah tampak sejak awal. Hal ini berasal pada perubahan kapiler dimana terjadi
perubahan yang cepat atau lambat pada semua pasien diabetes yang ditunjukkan
dengan perubahan pada gingiva oleh karena kurangan aliran darah. Diabetes
diasosiasikan dengan respon inflamasi berlebih gingiva terhadap plak. Secara umum,
pasien dengan diabetes terkontrol dan pasien tanpa diabetes mempunyai tingkat
gingivitis yang sama apabila jumlah plak dalam kelompok tersebut juga sama.
Sementara itu, pasien diabetes tidak terkontrol mempunyai tingkat gingivitis lebih
parah. Sebuah penelitian menunjukan bahwa pasien diabetes melitus tipe 2
mempunyai resiko kehilangan tulang alveolar 4 kali lipat lebih besar dari pada pasien
tanpa diabetes. Pasien diabetes tidak terkontrol juga memiliki resiko kehilangan
perlekatan gingiva lebih besar dibandingkan pasien diabetes terkontrol.
Gangguan Kelenjar Saliva

Beberapa literature melaporkan bahwa xerostomia terjadi sebesar 40-80% pada


pasien diabetes. Pasien dengan diabetes tidak terkontrol memiliki aliran saliva yang
lebih rendah dari kelenjar parotis dibandingkan dengan pasien diabetes terkontrol dan
non diabetes. Gangguan penyerapan saliva dan ekskresi saliva tidak diketahui
penyebabnya namun dihubungkan dengan poliuri atau perubahan dari membrane
dasar kelenjar saliva. Penderita xerostomia mengeluhkan sering haus sebagai
manifestasi umum diabetes.

Karies Gigi

Pasien diabetes memiliki gigi karies lebih banyak dibandingkan dengan pasien non
diabetes. Prevalensi karies relative lebih tinggi pada pasien diabetes oleh karena
peningkatan kadar glukosa pada saliva dan terjadi xerostomia. Namun, diet rendah
karbohidrat pada pasien diabetes dapat mengurangi pervalensi karies. Tingkat
kolesterol dan trigliserida pada saliva lebih tinggi pada pasien anak diabetes tipe 1.
Anak-anak dengan ketergantungan insulin memiliki aliran saliva, pH, dan kapasita
buffer lebih rendah, tetapi kandungan glukosa peroksidase igA magnesium dan
konsentrasi kalsium lebih tinggi dibandin anak yang sehat.

Infeksi Jamur

Penderita diabetes memiliki peningkatan faktor predisposisi untuk manifestasi dari


oral candidiasis termasuk medial rhomboid glossitis, denture stomatitis dan angular
cheilitis. Gambaran klinis ini tidak ditemukan disemua populasi diabetes, mungkin
disebabkan karena imunosupresi kronis dan memerlukan perhatian khusus oleh
praktisi kesehatan.
Candidiasis dapat dihubungkan dengan pasien diabetes tidak terkontrol dengan
menggunakan gigi tiruan. Faktor lain kasus ini termasuk xerostomia, peningkatan
kadar glukosa saliva dan menurunnya kekebalan tubuh. Gejala klinis dari infeksi
candidiasis secara signifikan dikaitkan dengan rokok dan penggunaan gigi palsu.
Keterlibatan oral biasanya muncul ulser atau nekrosis pada palatal. Terapi infeksi
jamu biasanya menggunakan anti jamur sistemik.

Rongga Mulut terasa terbakar dan perubahan rasa

Rasa adalah komponen penting dari kesehatan mulut yang berpengaruh merugikan
pada pasien diabetes. Pasien diabetes telah dilaporkan adanya peningkatan keluhan
glossodynia dan atau stomatopyrosis. Beberapa literatur melaporkan bahwa 37% dari
terdiagnosis DM tipe 2 pasien mengalami rasa terbakar pada mulut atau lidah. Rasa
terbakar mungkin karena neuropati periferal, xerostomia atau candiadiasis.
Mengontrol kadar gula darah dapat mengurangi sensasi terbakar. Clonazapam
mungkin bermanfaat pada beberapa pasien dengan keluhan sensasi terbakar.
Beberapa pasien diabetes memiliki gangguan ringan terhadap sensasi rasa manis.
Ini mungkin terkait dengan xerostomia atau reseptor glukosa yang rusak. Retinopati
dan neuropati perifer yang mempengaruhi tangan pasien sehingga dapat membatasi
kemampuan pasien untuk melakukan prosedur kebersihan rongga mulut. Pasien
mungkin mengalami dysesthesias oral yang cukup lama, sehingga dapat
mempengaruhi pemeliharaan kebersihan rongga mulut. Gejala lain dari diabetes
adalah disfagia yang disebabkan oleh perubahan kekuatan, kecepatan dan/atau
koordinasi dari otot-otot saraf kranial.

Lichen Planus

Prevalensi oral lichen planus secara signifikan lebih tinggi pada DM tipe 2
dibandingkan tipe 1. Ini mungkin efek samping oral hipoglikemik agen atau obat anti
hipertensi.

Traumatik Ulser dan Iritasi Fibroma

Guggenheimer, dkk melaporkan bahwa pasien denga DM tipe 1 memiliki prevalensi


lebih tinggi dari ulkus oral yang traumatis dan iritasi fibroma. Penemuan ini mungkin
dihubungkan dengan pola perubahan penyembuhan luka pada pasien.
Sebelum perawatan gigi, dokter gigi harus memperoleh riwayat medis lengkap pasien
yang menunjukkan jenis diabetes yang diderita beserta komplikasinya, perlakuan,
serta status kontrol diabetes. Pasien diabetes terkontrol mendapatkan perlakukan yang
sama dengan pasien biasa, sebaiknya membiasakan bagun pagi untuk mengurangi
stress. Mereka tidak diharuskan berpuasa untuk mencegah terjadinya hipoglikemia.

Pemakaian Antibiotik

Pasien dengan diabetes tidak terkontrol memiliki resiko komplikasi luas karena
mereka mudah terkena infeksi dan mungkin memerlukan tambahan terapi antibiotik.
Penatalaksanaan untuk kasus bedah dentoalveolar dengan pemberian antibiotik dapat
membantu mencegah kerusakan dan menunda proses penyembuhan. Infeksi orofasial
memerlukan pengawasan yang ketat. Hal yang harus dilakukan untuk pasien yang
memiliki infeksi oral akut dengan memulai pemberian terapi antibiotik sesuai dengan
terapi bedah yang akan dilakukan (misalnya: insisi dan drainase, ekstraksi,
pulpectomy).

C (Comparation) :

Pasien Non Diabetes / Diabetes Pasien diabetes tidak terkontrol/DM tipe


Terkontrol 1/ DM tipe 2
Ketoacidosis
Gingivitis (Gambaran khas berwarna
violet/ungu)
Penambahan kedalam sulkus gingiva
Periodontitis > gigi goyang
Penurunan flow saliva (Xerostomia)
Karies gigi > pasien non diabetes atau
diabetes terkontrol
Oral candidiasis
Burning mouth sindrom
Traumatic ulser
Angular cheilits

O (Outcome) :

Penatalaksanaan dental pada pasien diabetes, tahap pertama adalah memanajemen


permasalahan kesehatan pasien melalui riwayat medis. Tahap kedua, dokter gigi perlu
mengerti potensi komplikasi yang dapat terjadi dari perawatan dental pasien dengan
medical compromise dan saat sebelum perawatan atau sesudah perawatan atau
perawatan kegawat daruratan diindikasikan.

1. Jadwal Kunjungan

Penderita diabetes disarankan melakukan perawatan pada pagi hari karena level
kortisol biasanya tinggi pada saat ini. Pada pasien yang menerima terapi insulin
penjadwalan seharusnya tidak bertepatan dengan aktivitas puncak dari insulin
karena pada periode ini resiko tinggi menyebabkan hipoglikemia.

2. Diet

Dokter gigi penting untuk mengetahui bahwa pasien makan secara teratur dan
meminum obat seperti biasanya. Jika pasien melewatkan sarapan untuk ke dokter
gigi tetapi masih meminum dosis normal insulin resiko hipoglikemik akan
meningkat. Pada beberapa prosedur dokter gigi dapat meminta pasien untuk
mengubah dietnya sebelum perawatan dilakukan. Pada kasus ini dosis medikasi
dapat dirubah dengan mengkonsultasikan pada dokter yang merawat pasien
tersebut.

3. Memonitoring Kadar Glukosa Darah


Berdasarkan riwayat medis pasien, aturan medikasi dan prosedur yang dilakukan
membutuhkan pengukuran kadar glukosa sebelum dilakukan tindakan, hal ini
dapat dilakukan menggunakan alat monitor glukosa darah yang lebih akurat.
Pasien dengan kadar glukosa plasma yang rendah (<70mg/dl) harus diberikan
karbohidrat oral sebelum perawatan untuk meminimalkan resiko dari
hipoglikemik.

4. Selama Perawatan

Komplikasi yang dapat terjadi pada pasien diabetes melitus di praktik dokter gigi
adalah hipoglikemik, jika kadar insulin melebihi kebutuhan fisiologis pasien dapat
mengalami penurunan parah dari kadar gula darah. Tanda awal dan gejalanya
adalah perubahan mood, kelaparan, dan kelemahan/lemas, hal ini dapat diikuti
oleh takikardi, berbicara ngelantur dan gelisah, jika tidak ditangi dapat
menyebabkan kehilangan kesadaran, hipotensi, hipotermi, kejang, koma dan
meninggal. Kontrol gula darah adalah tujuan utama dari penanganan diabetes
untuk mencegah komplikasi dari penyakit.

III. Conclusion

Diabetes melitus memiliki dampak yang signifikan dalam penanganan kesehatan gigi,
sebagai dokter gigi penting untuk mengetahui management dental pada pasien
diabetes melitus dan untuk mengetahui gejala, tanda dari diabetes yang tidak
terdiagnosa, tidak terkontrol, serta tipe-tipe diabetes. Dokter gigi harus berkontribusi
untuk menjaga kesehatan pada penderita penyakit diabetes dan memiliki tanggung
jawab dalam mengidentifikasi, memeriksa, dan memanajemen pasien yang memiliki
resiko terkena diabetes.

Anda mungkin juga menyukai