Anda di halaman 1dari 110

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lansia bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari

suatu proses kehidupan yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh

untuk beradaptasi dengan stres lingkungan. Penurunan kemampuan berbagai

organ, fungsi dan sistem tubuh itu bersifat alamiah atau fisiologis.

Penurunan tersebut disebabkan berkurangnya jumlah dan kemampuan sel

tubuh. Pada umumnya tanda proses menua mulai tampak sejak usia 45 tahun

dan akan menimbulkan masalah pada usia sekitar 60 tahun. Peningkatan

jumlah lansia tidak terlepas dari keberhasilan pembangunan nasional

indonesia. Keberhasilan itu dapat dilihat dari adanya peningkatan

kesejahteraan rakyat dan kemajuan dibidang teknologi. Peningkatan

kesejahteraan rakyat meliputi peningkatan status ekonomi, pendidikan, dan

kesehatan (Sylvia A Price, 2005).

Perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan tidak diimbangi

dengan pengetahuan yang baik sehingga manusia salah mengartikannya.

Contoh paling sering adalah kehidupan perkotaan yang sangat maju,

masyarakat kota biasanya lebih senang akan tersedianya siap saji padahal

menurut beberapa penelitian bahwa makanan tersebut banyak mengandung

1
2

zat kimia yang dapat mengganggu kesehatan. Prilaku mengkonsumsi

makanan dan minuman yang tidak sehat akan menyebabkan pencernaan

tidak sehat salah satunya penyakit gastritis (Mansjoer, 2001). Penyakit

gastritis yang dikenal sebagai infeksi saluran pencernaan bagian atas yang

banyak dikeluhkan lansia, Merupakan penyakit yang sering ditemukan dan

biasanya bersifat jinak (Sylvia A Price, 2005).

Badan penelitian kesehatan dunia WHO pada tahun

2012mengadakan tinjauan terhadap beberapa negara di dunia dan

mendapatkan hasil persentase dari angka kejadian gastritis di dunia, yaitu

Inggris 22%, China 31%, Jepang 14,5%, Kanada 35%, dan Perancis 29,5%.

Di dunia insidengastritislansia sekitar 1,8-2,1 juta dari jumlah penduduk

setiap tahun(Riskesdas, 2013). Sedangkandi indonesia jumlah penderita

Gastritis pada lansia tahun 2017 adalah sebanyak 6,4% (Riskesdas, 2017).

Berdasarkan data yang penulis dapatkan dari balai sosial lanjut usia

“mandalika” mataram pada tiga tahun terakhir yaitu tahun 2015 sebanyak 6

orang (100%), dengan penderita berjenis kelamin perempuan semua. Pada

tahun 2016 sebanyak 6orang (100%), dengan penderita berjenis kelamin

perempuan semua. Pada tahun 2017 sebanyak 4 orang (9,3%), dengan

penderita berjenis kelamin laki-laki 1 orang, perempuan 3 orang(Data

Penyakit BSLU “Mandalika” Mataram, 2017).

Faktor penyebab gastritis tersering yaitu karena pola makan yang

kurang baik dan tidak menjalankan pola hidup sehat dengan mengkonsumsi
3

makanan yang merangsang timbulnya asam lambung yang berlebihan. Selain

itu mengkonsusmsi obat-obatan kimia digitalis, rokok dan alkohol juga

merupakan faktor predisposisi dari instalasinya mukosa lambung. Tidak

hanya itu saja, ada beberapa penyebab yang dapat menimbulkan terjadinya

gastritis seperti terapi raiasi, refluks empedu, zat korosif, yang menyebabkan

kerusakan mukosa lambung. Bahkan kondisi stres ,tertekan akan

meningkatkan produksi HCL serta infeksi oleh bakteri ataupun jamur

(Brunner & Suddarth, 2002).

Penyakit gastritis dapat menyebabkan terjadinya radang pada

lambung sehingga penderita biasanya akan merasakan keluhan nyeri ulu

hati, mulas, rasa tidak nyaman pada perut, mual, muntah, perut kembung,

rasa penuh di dalam perut, bahkan rasa panas dan sering bersendawa. Selain

itu dampak dari penyakit gastritis jika dibiarkan terus-menerus dapat

merusak fungsi lambung dan resiko kanker lambung, perdarahan saluran

cerna bagian atas , anemia, hingga kematian (Brunner & Suddarth, 2002).

Upaya kuratif dan rehabilitatif melalui penambahan wawasan

perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada klayan yang

menderita gastritis serta bagaimana cara mencegah timbulnya komplikasi-

komplikasi dari gastritis tersebut dengan pemberian cairan untuk mencegah

dehidrasi karena muntah, memberikan diet lunak agar pemenuhan nutrisi

tetap terjaga dengan jenis makanan yang tidak merangsang mual muntah

sehingga lambung tidak kosong, mencegah merokok, dan memberikan


4

pengobatan sesuai indikasi. Salah satunya pemberian antasida untuk

menetralkan asam lambung. Upaya tersebut tidak terlepas dari peran perawat

tanpa mengesampingkan peran dokter dalam pemberian obat dan terapi

(Arif Mansjoer, 2010)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka permasalah yang dapat di

rumuskan adalah “Bagaimanakah Penerapan Asuhan Keperawatan

Gerontik Pada Klayan Tn. “T” Dengan Diagnosa Medis GastritisDi

Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” Mataram?.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Penulis mampu memahami dan melaksanakan Asuhan

Keperawatan gerontik Pada klayan Tn. “T” dengan diagnosa

medisGastritis di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” Mataram.

2. Tujuan Khusus

a. Menjelaskan konsep dasar gerontik meliputi : Pengertian,batas

lanjut usia, teori proses menua, perubahan fisiologi lanjut usia

dan perubahan psikososial lanjut usia.

b. Menjelaskan konsep dasar penyakit Gastrritis

meliputipengertian, anatomi fisiologi,


5

klasifikasi,penyebab,pathofisiologi dan chlinical pathway,tanda

dan gejala,pemeriksaan, penatalaksanaan, dan komplikasi.

c. Melakukan pengkajian keperawatan pada Tn. “T” dengan

diagnosa medis Gastritis di Balai Sosial Lanjut Usia

“Mandalika” Mataram.

d. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. “T” dengan

diagnosa medis Gastritis di Balai Sosial Lanjut Usia

“Mandalika” Mataram.

e. Menyusun perencanaan keperawatan pada Tn. “T” dengan

diagnosa medis Gastritis di Balai Sosial Lanjut Usia

“Mandalika” Mataram.

f. Melaksanakan tindakan keperawatan pada Tn. “T” dengan

diagnosa medis Gastritis di Balai Sosial Lanjut Usia

“Mandalika” Mataram.

g. Melakukan evaluasi keperawatan padaTn. “T” dengan diagnosa

medis gastritis di balai sosial lanjut usia “mandalika” mataram.

D. Manfaat penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat bagi Mahasiswa

Meningkatkan pengetahuan mahasiswa dalam penerapan asuhan

keperawatan khususnya pada Tn. “T” dengan diagnosa medis

gastritis di balai sosial lanjut usia “mandalika” mataram.


6

b. Manfaat bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan dapat dijadikan sebagai kajian pustaka dan pengembangan

ilmu keperawatan gerontik.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat Bagi Lahan Praktek Dan Masyarakat

Sebagai bahan masukan dalam penerapan asuhan keperawatan

gerontik khususnya pada Tn. “T” dengan diganosa medis gastritis

di balai sosial lanjut usia “mandalika” mataram.

b. Manfaat Bagi Klayan

Meningkatkan pengetahuan Klayan dalam pencegahan dan

perawatankhusunya pada Tn. “T” dengan diagnosa medis gastritis

di balai sosial lanjut usia “mandalika” mataram.

E. Waktu dan Tempat

1. Waktu

Pelaksanaan pengambilan kasus pada tanggal 05 s/d 07 Maret 2018.

2. Tempat

Tampat pengambilan kasus di Wisma Langkodi Balai Sosial Lanjut Usia

“Mandalika” Mataram.
7

BAB 2

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Gerontik

1. Pengertian

Menua (menjadi tua) suatu proses menghilangnya perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan

mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap

infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. (Constantindes 1994

dalam Aspiani 2014).

Proses menua merupakan proses yang terus-menerus (berlanjut)

secara ilmiah. Dimulai sejak lahir dan dan umumnya dialami semua

mahluk hidup. (Wahyudi Nugroho, 2000 dalam Aspiani, 2014).

Proses manua setiap individu organ tubuh juga tidak sama

cepatnya. Adakalanya orang belum tergolong lanjut usia (masih muda) tapi

kekurangan-kekurangannya menyolok (Deskripanasi).

2. Batasan Lanjut Usia

Sampai saat ini belum ada kesepakatan batas umur lanjut usia

secara pasti, karena seseorang tokoh psikologis membantah bahwa usia

dapat secara tepat menunjukan seseorang individu tersebut lanjut usia atau

belum maka kita merujuk dari berbagai pendapat dibawah ini

(Aspiani,2014)

7
8

a. Menurut WHO

Menurut badan kesehatan dunia (World Health Organization)

yang dikatakan lanjut usia tersebut dibagi kedalam tiga kategori yaitu:

a. Usia lanjut : 60-74 tahun.

b. Usia tua : 75-89 tahun.

c. Usia sangat lanjut: >90 tahun.

Menurutnya bahwa pada kelompok ini individu tersebut sudah

terjadi proses penuaan, dimana sudah terjadi perubahan aspek fungsi

seperti pada jantung, parru-paru, ginjal dan juga timbul proses degenerasi

seperti osteoporosis (pengoperasian tulang), gangguan sistem pertahanan

tubuh terhadap infeksi dan timbulnya proses alergi dan keganasan.

b. Menurut dep. Kes. RI

Departemen kesehatan republik indonesia membaginya lanjut

usia menjadi sebagai berikut:

1) Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun), keadaan ini dikatakan

sebagai masa virilitas.

2) Kelompok usia lanjut (55-64tahun) sebagai masa presenium.

3) Kelompok kelompok usia lanjut (> 65 tahun) yang dikatakan sebagai

masa senium.

c. Menurut birren dan jenner tahun 1977

Birren dan jenner mengusulkan untuk membedakan antara:

1) Usia biologis yang menunjuk pada jangka waktu seseorang sejak

lahirkan berada dalam keadaan hidup tidak mati.


9

2) Usia psikologis menunjuk kepada kemampuan seseorang untuk

mengadakan penyesuaian-penyesuaian kepada situasi hidupnya.

3) Usia sosial yang menunjukkan kepada peran yang di harapkan atau di

berikan masyarakat kepada seseorang sehubungan dengan usianya.

d. Menurut bernice neugardin tahun 1975

Membagi lanjut usia menjadi dua bagian yaitu:

1) Lanjut usia muda yang berumur antara (55-75) tahun.

2) Lanjut usia tua yaitu mereka yang berumur lebih dari 75 tahun.

e. Levinson tahun 1978

Membagi orang lanjut usia menjadi tiga kelompok yaitu:

1) Orang lanjut usia peralihan awal (50-550 tahun.

2) Orang lanjut usia peralihan menengah (55-60) tahun.

3) Orang lanjut usia peralihan akhir (60-65) tahun.

Definisi lanjut usia tersebut belum bisa dipastikan secara tepat

oleh orang keperawatan, medis dan awam, karna perlu pertimbangan

biologis, psikologis dan aspek yang lain seperti di indonesia menurut

organisasi kesehatan sedunia kantor asia selatan dan tenggara (WHO

SEARO/WHO south east asia regional peffice) di new delhi adalah 60

tahun ke atas dan di amerika 70 tahun ke atas dll.

f. Menurut uu no. 13 tahun 1998

Batasan orang dikatakan lanjut usia berdasarkan, uu no 23 tahun

1998 adalah 60 tahun. Depkes dikutip dari azis (1994) lebih lanjut

membuat penggolongan lansia menjadi tiga kelompok yaitu:


10

1) Kelompok usia dini (55-54 tahun), yakni kelompok yang baru

memasuki lansia.

2) Kelompok lansia (65 tahun ke atas).

3) Kelompok lansia risiko tinggi, yakni lansia yang lebih dari 70 tahun.

3. Teori Proses Menua

a. Teori Biologi

Teori biologis dalam proses menua mengacu pada asumsi

bahwa proses menua merupakan perubahan yang terjadi dalam struktur

dan fungsi tubuh selama masa hudup (Zairt,1980 dalam Aspiani,2014).

Teori ini lebih menekankan pada perubahan kondisi tingkat sruktural

sel atau organ tubuh, termasuk didalamnya adalah pengaruh agen

patologis.

Fokus dari teori ini adalah mencari determinan-determinan

yang menghambat proses penurunan fungsi organisme. Yang dalam

konteks sistemik, dapat mempengaruhi atau memberi dampak terhadap

organ atau sistem tubuh lainnya dan berkembang sesuai dengan

peningkatan usia kronologis (hayflick,1977 dalam Aspiani, 2014).Teori

proses menua(Boedhi,R.2006 dalam Aspiani 2014) adalah:

1) Teori Genetik Clock

Teori ini menyatakan bahwa proses menua terjadi akibat

adanya program jam genetik di dalam nuklei. Jam ini akan berputar

dalam jangka waktu tertentu dan jika jam in sudah habis putaranya
11

maka akan menyebabkan berhentinya proses mitosis. Hal ini

ditunjukkan oleh hasil penelitian hayflick (1980),dari teori itu

ditanyakan adanya hubungan antar kemampuan membelah sel

dalam kultur dengan umur spesiaes mutasi somatik (teori

errorrcatastrophe).

Hal penting lainya yang perlu diperhatikan dalam menganalisis

faktor penyebab terjadinya proses menua adalah faktor lingkungan

yang menyebabkan terjadinya mutasi somatik. Radiasi dan zat

kimia dapat memperpendek umur menurut teori ini terjadi mutasi

progresif pada DNA sel somatik akan menyebabkan terjadinya

penurunan kemampuan fungsional sel tersebut.

2) Teori Error

Menurut teori ini proses menua diakibatkan oleh

menumpuknya berbagai macam kesalahan sepanjang kehidupan

manusia akibat kesalahan tersebut akan berakibat kesalahan

metabolisme yang dapat mengakibatkan kerusakan sel dan fungsi

sel secara perlahan.

Sejalan dengan perkembangan umur sel tubuh, maka terjadi

beberapa perubahan alami pada sel pada DNA dan RNA, yang

merupakan subtansi pembangunan atau pembentuk sel baru.

Peningkatan usia mempengaruhi perubahan sel dimana sel-sel

nukleus menjadi lebih besar tetapi tidak diikuti dengan

peningkatan jumlah substansi DNA.


12

Konsep yang diajukan oleh orgel (1963)

menyampaikan bahwa kemungkinan terjadinya proses menua

adalah akibat kesalahan pada saat transkripsi sel saat sintesa

protein, yang berdampak pada penurunan kemampuan kualitas

(daya hidup) sel atau bahkan sel-sel baru relatif sedikit terbentuk.

Kesalahan yang terjadi pada proses transkripsi ini dimungkinkan

oleh karena reproduksi dari enzim dan rantai peptida (protein)

tidak dapat melakukan penggandaan substansi secara tepat.

Kondisi ini akhirnya mengakibatkan proses transkripsi sel

berikutnya juga mengalami perubahan dalam beberapa generasi

yang akhirnya dapat merubah komposisi yang berbeda dari sel

awal.

3) Teori Auto Imun

Pada teori ini, penuaan dianggap disebabkan oleh

adanya penurunan fungsi sistem imun. Perubahan itu lebih tampak

secara nyata pada lmfosit –T, disamping prubahan juga terjadi

pada limfosit kurang-B. Perubahan yang terjadi meliputi

penurunan sistem imun humoral, yang dapat menjadi faktor

predisposisi pada orang tua untuk:

a. Menurunkan resistansi melawan pertumbuhan tumor dan

perkembangan kanker.
13

b. Menurunkan kemampuan untuk mengadakan inisiasi proses

dan secara agresif memobilisasi pertahanan tubuh terhadap

partogen.

c. Meningkatkan produksi auto antigen, yang berdampak pada

semakin meningkatnya risiko terjadinya penyakit yang

berhubungan dengan auto imun.

Proses menua juga dapat terjadi akibat perubahan protein pasca

translasi yang dapat mengakibatkan berkurangnya kemampuan

sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self recognition).

Jika mutasi somatik menyebabkan terjadinya kelainan pada

permukaan sel maka hal ini akan mengakibatkan sistem imun

tubuh menganggap sel yang mengalami perubahan tersebut

sebagai sel asing dan menghancurkannya. Hal ni dibuktikan

dengan makin bertambahnya prevalensi auto antibody pada lansia.

Dipihak lain sistem imun tubuh sendiri daya pertahanannya

mengalami penurunan pada proses munua, daya serang terhadap

anti gen menjadi menurun, sehingga sel-sel patologis meningkat

sesuai dengan meningkatnya umur.

4) Teori Free Radical

Teori radikal bebas mengasumsikan bahwa proses menua

terjadi akibat kurang efektifnya fungsi kerja tubuh dan


14

hal itu mempengaruhi oleh adanya berbagai radikal bebas dalam

tubuh. Yang disebut radical bebas disini adalah molekul yang

memiliki tingkat afinitas yang tinggi, merupakan molekul,

fragmen molekul atau atom dengan elektron yang bebas tidak

berpasangan. Radikal bebas merupakan zat yang terbentuk dalam

tubuh manusia sebagai salah satu hasil kerja metabolise tubuh.

Walaupun secara normal ia terbentuk dari proses metabolisme

tubuh, tetapi ia dapat terbentuk akibat :

1) Proses oksigenasi lingkungan seperti pengaruh polutan, ozon

dan pestisida.

2) Reaksi akibat paparan dengan radiasi.

3) Sebagai reaksi berantai dengan molekul bebas lainnya.

Penuaan dapat terjadi akibat interaksi dari komponen radikal

beebas dalam tubuh manusia. Radikal bebas dapat berupa :

superoksida (02), radikal, hidroksil, dan H2O2. Radikal bebas

sangat merusak karna sangat kreaktif, sehingga dapat bereaksi

dengan DNA, protein, dan asam lemak tak jenuh. Makin tua umur

makin banyak terbentuk radikal bebas sehingga proses

pengerusakan terus terjadi, kerusakan organel sel makin banyak

akhirnya sel mati.

Radikal bebas yang reaktif mampu merusak sel,

termasuk mitikondria, yang akhirnya mampu menyebabkan


15

cepatnya kematian (apoptosis) sel, menghambat proses

reproduksi sel. Hal lain yang mengganggu fungsi sel tubuh

akibat radikal bebas adalah bahwa radikal bebas yang ada

dalam tubuh dapat menyebabkan mutasi pada transkrip DNA-

RNA pada genetik walaupun ia tidak mengandung DNA.

Dalam sistem syaraf dan jaringan otot, dimana radikal bebas

memiliki tingkat afinitas yang relatif tinggi dibanding lainya ,

terdapat atau ditemukan substansi yang disebut juga dengan

lipofusin, yang dapat digunakan juga untuk mengukur usia

kronologis seseorang.

Lipofusin yang merupakan pigmen yang diperkaya

dengan lemak dan protein ditemukan terakumulasi dalam

jaringan orang-orang tua. Kesehatan kulit berangsur-angsur

menurun akibat suplai oksigen dan nutrisi yang semakin sedikit

yang akhirnya dapat mengakibatkan kematian jaringan kulit itu

sendiri.

Vitamin C dan E merupakan dua substansi yang

dipercaya dapat menghambat kerja radikal bebas (sebagai

antioksidan) yang memungkinkan menyebabkan kerusakan

kulit.
16

5) Teori Kolagen

Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel tubuh rusak.

6) Wear teory biologi

Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan menyebabkan

percepatan kerusakan jaringan dan melambatnya perbaikan sel

jaringan.

b. Teori Psikososial

Menurut Nugroho, Wahyudi. (2000) teori psikososial adalah:

1) Aktivity Theory (aktifitas teori)

Teori ini menyatakan bahwa seorang individu harus mampu

exis dan aktif dalam kehidupan sosial untuk mencapai kesuksesan

di hari tua (havigurst dan albrech.1963). aktifitas dalam teori ini

dipandang sebagai sesuatu yang vital untuk mempertahankan rasa

kepuasaan pribadi dan kosie diri yang positif. Teori ini

berdasarkan pada asumsi bahwa :

1) Aktif lebih baik dari pada pasif

2) Gembira lebih baik dari pada tidak gembira

3) Orang tua adalah orang yang baik

2) Continuitas Theory (Teori Kontinuitas)

Teori ini memandang bahwa kondisi tua merupakan kondisi

yang selalu terjadi dan secara berkesinambungan yang harus

dihadapi oleh lanjut usia.


17

Adanya suatu kepribadian berlanjut yang menyebabkan adanya

suatu pola prilaku yang meningkatkan stres.

3) Disanggement Theory

Putusnya hubungan dengan dunia luar seperti dengan masyarakat,

hubungan dengan individu lain.

4) Theory Stratisfikasi Usia

Karena orang yang digolongkan dalam usia tua akan

mempercepat proses penuaan.

5) Theory kebutuhan manusia

Orang yang bisa mencapai aktualisasi menurut penelitian 5%

dan tidak semua orang dalam mencapai kebutuhan yang

sempurna.

6) Jung Theory

Terdapat tingkatan hidup yang mempunyai tugas dalam

perkembangan kehidupan.

7) Course Of Human Life Theory

Seseorang dalam hubungan dengan lingkungan ada tingkat

maksimumnya.

8) Development Task Theory

Tiap tingkat kehidupan mempunyai tugas perkembangan sesuai

dengan usianya.
18

c. Environmental Theory (Teori Lingkungan)

1) Radiation Theory (teori radiasi)

Setiap hari manusia terpapar dengan adanya radiasi baik karna

sinar ultra violet maupun dalam bentuk gelombang-gelombang

mikro yang telah menumbuk tubuh tanpa merasa yang dapat

mengakibatkan perubahan susunan DNA dalam sel hidup atau

bahkan rusak dan mati.

2) Stres Theory (Teori Stres)

Stres fisik maupun psikologi dapat mengakibatkan pengeluaran

neurotransmiter tertentu yang dapat mengakibatkan perfusi

jaringan menurun sehingga jaringan mengalami kekurangan

oksigen dan mengalami gangguan metabolisme sel sehingga

mengalami penurunan jumlah cairan dalam sel dan penurunan

jumlah cairan dalam sel dan penurunan eksisitas membran sel.

3) Pollution Theory (Teori Polusi)

Tercemarnya lingkungan dapat mengakibatkan tubuh

mengalami gangguan pada sistem psikoineuroimunologi yang

seterusnya mempercepat terjadinya proses menua dengan

perjalanan yang masih rumit untuk dipelajari.

4) Exposure theory (teori pemaparan)

Terpaparnya sinar matahari yang mempunyai kemampuan

mirip dengan sinar ultra yang lain mampu mempengaruhi


19

susuanan DNA sehingga proses penuaan atau kematian sel bisa

terjadi.

4. Perubahan Fisiologi Lanjut Usia

a. Sel

1) Lebih sedikit jumlahnya.

2) Lebih besar ukurannya.

3) Berkurangnya jumlah cairan tubuh, Berkurangnya cairan

intraseluler.

4) Menurunya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati.

5) Jumlah sel otak menurun.

6) Terganggunya mekanisme perbaikan sel.

7) Otak menjadi atrofi beratnya berkurang 5-20%.

b. Sistem Kardiovaskuler

Perubahan Yang Terjadi Pada sistem kardiovaskuler antara lain:

1) Elastisitas dinding aorta menurun.

2) Katup jantung menebal dan menjadi kaku.

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun1% setiap tahun

sesudah berumur 20 tahun, hal ini menyebabkan menurunya

kontraksi dan volumenya.

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah, kurangnya efektifitas

pembuluh darah perifer untuk oksigenasi, perubahan posisi dari

tidur ke duduk, atau duduk ke berdiri bisa menyebabkan tekanan


20

darah menurun yaitu menjadi 65 mmHg yang dapat mengakibatkan

pusing mendadak.

5) Tekanan darah meninggi diakibatkan oleh meningkatnya resistensi

dari pembuluh darah perifer: sistolis normal kurang lebih 170

mmHg, diastolis normal kurang lebih 70 mmHg.

c. Sistem Pernafasan

Perubahan yang terjadi pada sistem pernafasan antara lain:

1) Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku.

2) Menurunnya aktifitas dari silia.

3) Paru-paru kehilangan elastisitas: kapasitas residu meningkat,

menarik nafas lebih berat, kapasitas pernafasan maksimum

menurun dari kedalaman bernafas menurun.

4) Alveoli ukuranya melebar dari biasanya dan jumlahnya berkurang.

5) O2 pada arteri menurun menjadi 75% mmHg.

6) CO2 pada arteri tidak berganti.

7) Kemampuan untuk batuk berkurang.

8) Kemampuan pegas dinding dada, dan kekuatan otot pernafasan

akan menurun seiring dengan pertambahan usia.

d. Sistem Persarafan

Perubahan yang terjadi pada sistem persyarafan antara lain:

1) Berat otak menurun menjadi 10-20 % (setiap orang berkurang sel

saraf setiap harinya).

2) Cepatnya menurun hubungan persarafan.


21

3) Lambat dalam respon dan waktu untuk bereaksi, khususnya dengan

stres.

4) menegecilnya saraf panca indra : berkurangnya penglihatan,

hilangnya pendengaran, mengecilnya saraf penciuman dan perasa,

lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya ketahanan

terhadap dingin.

5) Kurang sensitif terhadap sentuhan.

e. Sistem Gastrointestinal

Perubahan yang terjadi pada sistem gastrointestinal antara lain:

1) Kehilangan gigi : penyebab utama adanya periodontal disease yang

biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk serta gizi buruk.

2) Indra pengecap menurun: adanya iritasi yang kronis dan selaput

lendir, atropi indra pengecap (kurang lebih 80%), hilangnya

sensitivitas dari saraf pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit.

3) Esofagus melebar.

4) Lambung : rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun), asam

lambung menurun, waktu mengososngkan menurun.

5) Peristaltik melemah dan biasanya timbul konstipasi.

6) Fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu).

7) Liver (hati): makin mengecil dan menurunnya tempat penyimpanan,

berkurangnya aliran darah.


22

f. Sistem Genitourinaria

Perubahan yang terjadi pada sistem genitourinaria antara lain:

1) Ginjal

Merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh

melalui urin darah yang masuk ke ginjal, disaring oleh satuan unit

terkecil dari ginjal yang disebut nefron. Kemudian mengecil dan

nefron mengalami atrofi, aliran darah ke ginjal menurun sampai

50%, fungsi tubulus berkurang akibat kurangnya kemampuan

mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinnuria

(biasanya +1) BUN (blood urea nitrogen) meningkat sampai 21

mg%, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.

2) Vesika urinaria (kandung kemih)

Otot-otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200 ml

atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat, vesika

urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga

mengakibatkan meningkatnya retensi urin.

3) Pembesaran prostat kurang lebih 75% dialami pria pada usia di atas

65 tahun.

g. Sistem Endokrin

1) Produksi dari hampir semua hormon menurun.

2) Fungsi parathiroid dan sekresinya tidak berubah.


23

3) Pituitari: pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dari hanya

didalam pembuluh darah, berkurangnya produksi dari ACTH

(adrenocorticotropic hormone) dan LH (leutinezing hormone).

4) Menurunnya aktivitas tyroid, menurunnya BMR (basal metabolic

rate), dan menurunnya daya pertukaran zat.

5) Menurunnya produksi aldosteron.

6) Menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya :

progesteron,estrogen dan testosteron.

h. Sistem Indra Pendengaran, Penglihatan, Perabaan Dll.

Organ sensori pendengaran, penglihatan, pengecap , peraba, dan

penghirup memungkinkan kita berkomunikasi dengan lingkungan.

Pesan yang diterima dari sekitar kita membuat tetap mempunyai

orientasi, ketertarikan dan pertentangan. Kehilangan sensorik akibat

penuaan merupakan saat dimana lansia menjadi kurang kinerja fisiknya

dan lebih banyak duduk:

1) Sistem pendengaran

a) Presbiakuisis (gangguan pendengaran). Hilangnnya

kemampuan pendengaran pada telinga dalam terutama

terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang

tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia

diatas 65 tahun.

b) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.


24

c) Terjadinya pengumpulan serumen dapat mengeras karena

meningkatnya keratin.

d) Pendengaran menurun pada lanjut usia yang mengalami

ketegangan jiwa atau stres.

2) Sistem Penglihatan

a) Spingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon

terhadap sinar karna lebih berbentuk sfesis (bola).

b) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa) menjadi katarak,

jelas menyebabkan gangguan penglihatan.

c) Peningkatan ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat dan susah melihat dalam

cahaya gelap.

d) Hilangnya daya akomodasi.

e) Menurunnya lapang pandang : berkurangnnya luas

pandangannya.

f) Menurunnya daya pembedaan warna biru/hijau pada skala.

3) Rabaan

Indra peraba memberikan kesan yang paling intim dan yang

paling mudah untuk menterjemahkan. Bila indera lain hilang

rabaan dapat mengurangi perasaan sejahtera. Meskipun reseptor

lain akan menumpuk dengan bertambahnya usia, namun tidak

pernah menghilang.
25

4) Pengecap dan penghidu

Empat rasa dasar yaitu manis, asam, asin, dan pahit. Diantara

semuanya rasa manis yang paling tumpul pada lansia. Maka jelas

bagi kita mengapa mereka senang membubuhkan gula secara

berlebihan. Rasa yang tumpul menyebabkan kesukaan terhadap

makanan yang asin dan banyak berbumbu. Harus dianjurkan

penggunaan rempah, bawang merah dan putih, lemon untuk

mengurangi garam dalam menyedapkan masakan.

i. Sistem Integumen

Fungsi kulit meliputi proteksi, perubahan suhu, sensasi dan

sekresi. Dengan bertambahnya usia, terjadilah perubahan intrinsik dan

ekstrensik yang mempengaruhi penampilan kulit.

1) Kulit mengkerut atau keriput akibat hilangnya jaringan lemak.

2) Permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

kreatinasi serta perubahan ukuran dan bentuk-bentuk sel epidermis).

3) Menurunnya respon terhadap trauma.

4) Mekanisme proteksi kulit menurun:

a) Produksi serum menurun.

b) Penurunan serum menurun.

c) Gangguan pigmentasi kulit.

5) Kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu.

6) Rambut dalam hidung dan telinga menebal.


26

7) Berkurangnya elastisitas akibat dari menurunnya cairan dan

vaskularisasi.

8) Pertumbuhan kuku lebih lambat.

9) Kuku jari menjadi keras dan rapuh.

10) Kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk.

11) Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.

12) Kuku menjadi pudar dan kurang bercahaya.

j. Sistem Muskuloskletal

Penurunan progresif dan gradual masa tulang mulai terjadi

sebelum usia 40 tahun:

1) Tulang kehilangan density (cairan) makin rapuh dan osteoporosis.

2) Kifosis.

3) Pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas.

4) Discus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tingginya

berkurang).

5) Persendian membesar dan menjadi kaku.

6) Tendon mengkerut dan mengalami sklerosis.

7) Atrofi serabut otot (otot-otot serabut mengecil) : serabut-serabut

otot mengecil sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot-

otot kram dan menjadi tremor.

8) Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh.

Peningkatan kesehatan untuk fungsi muskuloskletal :


27

Osteoporosis merupakan masalah yang terjadi pada lansia.

Deminarisasi yang terjadi osteoporosis dipercepat dengan hilangnya

estrogen, inaktivitas dan diet rendah kalsium tinggi fosfat

k. Sistem Reproduksi Dan Seksualitas.

1) Vagina

Orang-orang yang makin menua seksual intercourse masih

juga membutuhkannya, tidak ada batasan umur tertentu. Fungsi

seksual seseorang berhenti, frekuensi sexual intercourse cenderung

menurun secara bertahap tiap tahun tetapi kapasitas untuk

melakukan dan menikmati berjalan terus sampai tua. Selaput lendir

vagina menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi

berkurang, reaksi sifatnya menjadi alkali dan terjadi perubahan

warna.

2) Menciutnya Ovari Dan Uterus.

3) Atrofi payudara.

4) Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa,

meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

5) Dorongan seksual menetap sampai usia di atas 70 tahun (asal

kondisi kesehatan baik) yaitu:

a) Kesehatan seksual dapat diupayakan sampai masa lanjut usia.

b) Hubungan seksual secara teratur membantu mempertahankan

kemampuan seksual.

c) Tidak terlalu cemas karna merupakan perubahan alami.


28

6) Produksi etrogen dan progesteron oleh ovarium menurun saat

menopause. Perubahan yang terjadi pada sistem reproduksi wanita

meliputi penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan

hilangnya elastisitas, penurunan sekresi vagina, mengakibatkan

kekeringan, gatal, dan menurunkan keasaman vagina: involusi

(atrofi) uterus dan ovarium, dan penurunan tonus pubokoksigius,

mengakibatkan lemasnya vagina dan perinium. Perubahan tersebut

mengakibatkan perdarahan vagina dan nyeri saat bersenggama.

Pada pria lansia penis dan testis menurun ukurannya dan kadar

androgen berkurang.

5. Perubahan Psikososial Pada Lanjut Usia

Psikologi penuaan yang berhasil dicerminkan pada kemampuan

individu lansia beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial dan emosional

serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup. Karena

perubahan dalam pola hidup tiak dapat dihindari sepanjang hidup, individu

harus memperlihatkan kemampuan untuk kembali bersemangat dan

keterampilan koping ketika menghadapi stres dan perubahan.

Ada beberapa macam perubahan psikososial yang terjadi pada

lansia menurut Wahyudi Nugroho, (2000).

a. Pensiun

Nilai seseorang sering diukur oleh produktifitasnya dan

identitas dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaannya.Bila


29

seseorang pensiun, ia akan mengalami kehilangan-kehilangan antar

lain:

1) Kehilangan finansial (income berkurang).

2) Kehilangan status (dulu mempunyai jabatan posisi yang cukup

tinggi, lengkap dengan segala aktivitasnya).

3) Kehilangan teman/kenalan atau relasi.

4) Kehilangan pekerjaan/kegiatan.

b. Merasakan atau sadar akan kematian.

c. Perubahan dalam cara hidup , yaitu memasuki rumah perawatan,

bergerak lebih sempit.

d. Ekonomi, akibat pemberhentian dari jabatan, meningkatnya biaya

hidup, bertambahnya biaya pengobatan.

e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.

g. Gangguan saraf pancaindra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Rangkaian dari kehilanagan ,yaitu kehilangan hubungan dengan

teman-teman dan keluarga.

i. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik : perubahan terhadap

gambaran diri, perubahan konsep diri.


30

6. Masalah-masalah Psikososial Lanjut Usia

Menurut Maramis (2009) masalah yang sering terjadi pada lansia

adalah depresi dan dimensia. Depresi adalah suatu jenis keadaan perasaan atau

emosi dengan komponen psikologis seperti rasa sedih, susah, merasa tidak

berguna, gagal, putus asa dan penyesalan atau berbentuk penarikan diri,

kegelisahan atau agitasi sedangkan demensia adalah gangguan progresif kronik

yang dicirikan dengan kerusakan berat pada proses kognitif dan disfungsi

kepribadian serta perilaku.

B. Konsep Dasar Medis Gastritis

1. Pengertian

Gastritis adalah peradangan lokal atau menyebar pada mukosa

lambung, yaitu bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri

atau bahan iritan lain (Brunner & Suddarth, 2002).

Gastritis merupakan peradangan yang mengenai mukosa lambung.

Peradangan ini dapat mengakibatkan pembekakan mukosa lambung samapi

terlepasnya epitel mukosa supervesial yang menjadi penyebab penting

dalam gangguan saluran pencernaan. pelepasan epitel akan merangsang

timbulnya proses inflamasi pada lambung. (Sukarmin, 2011).

Gastritis merupakan suatukeadaan peradangan atau perdarahan

mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau juga

local(Sylvia A Price, 2005).


31

2. Anatomi dan Fisiologi

a. Anatomi Lambung
Esophagus
Lower esophageal FUNDUS
sphincter
SEROSA
CURVA MUSKULARIS
BODY Longitudinal Lay
Lasser Curvature
Circular Layer
PYLORUS Oblique layer

Greater curvature

Pyloric
Duodenum Rugae Of Mucosa
Sphincter
PYLORIC
PYLORIC PYLORIC ANTRUM
Canal CANAL
CANAL

Gambar 2.1 Pembagian Daerah Anatomi Lambung(Tortora & Derrickson, 2009)

Lambung adalah organ pencernaan yang paling melebar, dan

terletak di antara bagian akhir dari esofagus dan awal dari usus halus.

Lambung merupakan ruang berbentuk kantung mirip huruf J, berada di

bawah diafragma, terletak pada regio epigastrik, umbilikal, dan

hipokondria kiri pada regio abdomen (Tortora & Derrickson, 2009).

Secara anatomik, lambung memiliki lima bagian utama, yaitu

kardiak, fundus, badan (body), antrum, dan pilori Kardia adalah daerah

kecil yang berada pada hubungan gastroesofageal (gastroesophageal

junction) dan terletak sebagai pintu masuk ke lambung Fundus adalah


32

daerah berbentuk kubah yang menonjol ke bagian kiri di atas kardia.

Badan (body) adalah suatu rongga longitudinal yang berdampingan

dengan fundus dan merupakan bagian terbesar dari lambung. Antrum

adalah bagian lambung yang menghubungkan badan (body) ke pilorik dan

terdiri dari otot yang kuat. Pilorik adalah suatu struktur tubular yang

menghubungkan lambung dengan duodenum dan mengandung spinkter

pilorik (Schmitz & Martin, 2008).

b. Histologi Lambung

Dinding lambung tersusun dari empat lapisan dasar utama, sama

halnya dengan lapisan saluran cerna secara umum dengan modifikasi

tertentu yaitu lapisan mukosa,submukosa, muskularis eksterna, dan serosa

(Schmitz &Martin, 2008).

1) Lapisan mukosa terdiri atas epitel permukaan, lamina propia, dan

muskularis mukosa. Epitel permukaan yang berlekuk ke dalam

lamina propia dengan kedalaman yang bervariasi, dan membentuk

sumur-sumur lambung disebut foveola gastrika. Epitel yang

menutupi permukaan dan melapisi lekukan-lekukan tersebut adalah

epitel selapis silindris dan semua selnya menyekresi mukus alkalis.

Lamina propia lambung terdiri atas jaringan ikat longgar yang

disusupi sel otot polos dan sel limfoid. Muskularis mukosa yang

memisahkan mukosa dari submukosa dan mengandung otot polos

(Tortora & Derrickson, 2009).


33

2) Lapisan sub mukosa mengandung jaringan ikat, pembuluh darah,

sistem limfatik, limfosit, dan sel plasma. Sebagai tambahan yaitu

terdapat pleksus submukosa (Schmitz & Martin, 2008).

3) Lapisan muskularis propia terdiri dari tiga lapisan otot, yaitu (1)

inner oblique, (2) middle circular, (3) outer longitudinal. Pada

muskularis propia terdapat pleksus myenterik (Schmitz & Martin,

2008). Lapisan oblik terbatas pada bagian badan (body) dari lambung

(Tortora & Derrickson, 2009).

4) Lapisan serosa adalah lapisan yang tersusun atas epitel selapis

skuamos (mesotelium) dan jaringan ikat areolar (Tortora &

Derrickson, 2009). Lapisan serosaadalah lapisan paling luar dan

merupakan bagian dari viseral peritoneum (Schmitz & Martin, 2008).

Lumen of stomach
Gastric Pits

Simple
Simple columnar
columnar epithelium
epithelium
Lamina propia mucosa

Gastric gland
Lymphatic nodule Sub mucosa
Muscularis muscosae
Lympatic vessel
venule MUSCULARIS
arteriole
Oblique layor of muscle
Circular layer of muscle Serosa
Longitudinal layer of muscle

Gambar 2.2 Histologi Dari Lambung (Tortora & Derrickson, 2009)


34

c. Fisiologi Sekresi Getah Lambung

Setiap hari lambung mengeluarkan sekitar 2 liter getah lambung.

Sel-sel yang bertanggung jawab untuk fungsi sekresi, terletak di lapisan

mukosa lambung. Secara umum, mukosa lambung dapat dibagi menjadi

dua bagian terpisah :

1) mukosa oksintik yaitu yang melapisi fundus dan badan (body)

2) daerah kelenjar pilorik yang melapisi bagian antrum. Sel-sel kelenjar

mukosa terdapat di kantong lambung (gastric pits), yaitu suatu

invaginasi atau kantung pada permukaan luminal lambung. Variasi

sel sekretori yang melapisi invaginasi ini beberapa diantaranya

adalah eksokrin, endokrin, dan parakrin(Sherwood, 2010). Ada tiga

jenis sel tipe eksokrin yang ditemukan di dinding kantung dan

kelenjar oksintik mukosa lambung, yaitu :

a) Sel mukus yang melapisi kantung lambung, yang menyekresikan

mukus yang encer.

b) Bagian yang paling dalam dilapisi oleh sel utama (chief cell) dan

sel parietal. Sel utama menyekresikan prekursor enzim

pepsinogen.

c) Sel parietal (oksintik) mengeluarkan HCl dan faktor intrinsik.

Oksintik artinya tajam, yang mengacu kepada kemampuan sel ini

untuk menghasilkan keadaan yang sangat asam.


35

Semua sekresi eksokrin ini dikeluarkan ke lumen lambung dan

mereka berperan dalam membentuk getah lambung (gastric juice )

(Sherwood, 2010).

Sel mukus cepat membelah dan berfungsi sebagai sel induk bagi

semua sel baru di mukosa lambung. Sel-sel anak yang dihasilkan dari

pembelahan sel akan bermigrasi ke luar kantung untuk menjadi sel epitel

permukaan atau berdiferensiasi ke bawah untuk menjadi sel utama atau

sel parietal. Melalui aktivitas ini, seluruh mukosa lambung diganti setiap

tiga hari (Sherwood, 2010).

Kantung-kantung lambung pada daerah kelenjar pilorik terutama

mengeluarkan mukus dan sejumlah kecil pepsinogen, yang berbeda

dengan mukosa oksintik. Sel-sel di daerah kelenjar pilorik ini jenis selnya

adalah sel parakrin atau endokrin. Sel-sel tersebut adalah sel

enterokromafin yang menghasilkan histamin, sel G yang menghasilkan

gastrin, sel D menghasilkan somatostatin. Histamin yang dikeluarkan

berperan sebagai stimulus untuk sekresi asetilkolin, dan gastrin. Sel G

yang dihasilkan berperan sebagai stimuli sekresi produk protein, dan

sekresi asetilkolin. Sel D berperan sebagai stimuli asam (Sherwood,

2010).

d. Sistem Pertahanan Mukosa Lambung

Lambung dapat diserang oleh beberapa faktor endogen dan faktor

eksogen yang berbahaya. Sebagai contoh faktor endogen adalah asam

hidroklorida (HCl), pepsinogen/pepsin, dan garam empedu, sedangkan


36

contoh substansi eksogen yang dapat menyebabkan kerusakan mukosa

lambung adalah seperti obat, alkohol, dan bakteri. Sistem biologis yang

kompleks dibentuk untuk menyediakan pertahanan dari kerusakan mukosa

dan untuk memperbaiki setiap kerusakan yang dapat terjadi (Kasper,

Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Sistem pertahanan dapat dibagi menjadi tiga tingkatan sawar yang

terdiri dari preepitel, epitel, dan subepitel. Pertahanan ini pertama adalah

lapisan mukus bikarbonat, yang berperan sebagai sawar psikokemikal

terhadap beberapa molekul termasuk ion hidrogen. Mukus dikeluarkan

oleh sel epitel permukaan lambung. Mukus tersebut terdiri dari air (95%)

dan pencampuran dari lemak dan glikoprotein (mucin). Fungsi gel mukus

adalah sebagai lapisan yang tidak dapat dilewati air dan menghalangi

difusi ion dan molekul seperti pepsin. Bikarbonat, dikeluarkan sebagai

regulasi di bagian sel epitel dari mukosa lambung dan membentuk gradien

derajat keasaman (pH) yang berkisar dari 1 sampai 2 pada lapisan lumen

dan mencapai 6 sampai 7 di sepanjang lapisan epitel sel (Kasper, Hauser,

Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson Epitelium, 2008).

Lapisan sel epitel berperan sebagai pertahanan lini selanjutnya

melalui beberapa faktor, termasuk produksi mukus, tranpoter sel epitel

ionik yang mengatur pH intraselular dan produksi bikarbonat dan taut erat

intraselular. Jika sawar preepitel dirusak, sel epitel gaster yang melapisi

sisi yang rusak dapat bermigrasi untuk mengembalikan daerah yang telah

dirusak (restitution).
37

Proses ini terjadi dimana pembelahan sel secara independen

danmembutuhkan aliran darah yang tidak terganggu dan suatu pH alkaline

di lingkungan sekitarnya. Beberapa faktor pertumbuhan (growth factor)

termasuk epidermal growth factor ( EGF), transforming growth factor

(TGF)α dan basic fibroblast growth factor (FGF), memodulasi proses

pemulihan. Kerusakan sel yang lebih besar yang tidak secara efektif

diperbaiki oleh proses perbaikan (restitution), tetapi membutuhkan

proliferasi sel.

Regenerasi sel epitel diregulasi oleh prostaglandin dan faktor

pertumbuhan (growth factor) seperti EGF dan TGF α. Bersamaan dengan

pembaharuan dari sel epitel, pembentukan pembuluh darah baru

(angiogenesis) jugaterjadi pada kerusakan mikrovaskular. Kedua faktor

yaitu FGF dan VEGF penting untuk meregulasi angiogenesis di mukosa

lambung (Kasper, Hauser, Longo, Braunwald, Fauci, & Jameson

Epitelium, 2008). Sistem mikrovaskular yang luas pada lapisan

submukosa lambung adalah komponen utama dari pertahanan subepitel,

yang menyediakan HCO3¯, yang menetralisir asam yang dikeluarkan oleh

sel parietal. Lebih lagi, sistem mikrosirkulasi menyediakan suplai

mikronutrien dan oksigen dan membuang metabolit toksik (Kasper,

Hauser, Longo, Braunwald, Fauci,& Jameson Epitelium, 2008).

Prostaglandin memainkan peran yang penting dalam hal pertahanan

mukosa lambung.
38

Mukosa lambung mengandung banyak jumlah prostaglandin yang

meregulasikan pengeluaran dari mukosa bikarbonat dan

mukus,menghambat sekresi sel parietal, dan sangat penting dalam

mengatur aliran darah dan perbaikan dari sel epitel (Kasper, Hauser,

Longo, Braunwald, Fauci, & JamesonEpitelium, 2008).

3. Patofisiologi dan Clinical Pathway

a. Pathofisiologi

Patofisiologi Menurut Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, (1999)

adalah :

1) Gastritis Akut

Gastritis akut dapat disebabkan oleh karena stres, zat kimia

misalnya obat-obatan dan alkohol, makanan yang pedas, panas

maupun asam. Pada orang yang mengalami stres akan terjadi

perangsangan saraf simpatis NV (Nervus vagus) yang akan

meningkatkan produksi asam klorida (HCl) di dalam lambung.

Adanya HCl yang berada di dalam lambung akan menimbulkan rasa

mual, muntah dan anoreksia.Zat kimia maupun makanan yang

merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner, yang berfungsi

untuk menghasilkan mukus, mengurangi produksinya. Sedangkan

mukus itu fungsinya untuk memproteksi mukosa lambung agar

tidak ikut tercerna.


39

Respon mukosa lambung karena penurunan sekresi mukus

bervariasi diantaranya vasodilatasi sel mukosa gaster. Lapisan

mukosa gaster terdapat sel yang memproduksi HCl (terutama

daerah fundus) dan pembuluh darah. Vasodilatasi mukosa gaster

akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia juga dapat

menyebabkan rasa nyeri. Rasa nyeri ini ditimbulkan oleh karena

kontak HCl dengan mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat

penurunan sekresi mukus dapat berupa eksfeliasi (pengelupasan).

Eksfeliasi sel mukosa gaster akan mengakibatkan erosi pada sel

mukosa. Hilangnya sel mukosa akibat erosi memicu timbulnya

perdarahan. Perdarahan yang terjadi dapat mengancam hidup

penderita, namun dapat juga berhenti sendiri karena proses

regenerasi, sehingga erosi menghilang dalam waktu 24-48 jam

setelah perdarahan.

2) Gastritis Kronis

Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif.

Organisme ini menyerang sel permukaan gaster, memperberat

timbulnya desquamasi sel dan muncullah respon radang kronis pada

gaster yaitu: destruksi kelenjar dan metaplasia. Metaplasia adalah

salah satu mekanisme pertahanan tubuh terhadap iritasi, yaitu

dengan mengganti sel mukosa gaster, misalnya dengan sel

desquamosa yang lebih kuat. Karena sel desquamosa lebih kuat

maka elastisitasnya juga berkurang. Pada saat mencerna makanan,


40

lambung melakukan gerakan peristaltik tetapi karena sel

penggantinya tidak elastis maka akan timbul kekakuan yang pada

akhirnya menimbulkan rasa nyeri. Metaplasia ini juga

menyebabkan hilangnya sel mukosa pada lapisan lambung,

sehingga akan menyebabkan kerusakan pembuluh darah lapisan

mukosa. Kerusakan pembuluh darah ini akan menimbulkan

perdarahan.
41

b. Chlinical Pathway Pada Gastritis

Penyebab
Penyebab

Stres Zat Kimia (obat- Makanan pedas, Mikroorganisme,


obatan, alkohol) merangsangm asam, panas virus, bakteri

Merangsang Produksi sel


Helicobacter
saraf simpatis epitelkolumner
pylori
(NV)

Produksi asam Mukosa lambung Kerusakan permukaan gaster


Klorida (HCL) tidak terproteksi Desquamasi sel (Gastritis kronis)
Lambung
Vasodilatasi sel
mukosa gaster Respon Radang Kronis
Mual, muntah
(Gastritis kronis)

Eksfeliasi lambung
Anoreksia
(mengelupas dan
Menstimulasi mekanisme
erosi)
pertahanan gaster terhadap iritasi
oleh metaplasia
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari HCL meningkat
kebutuhan Diganti dengan sel Desquamosa
Nyeri
Penurunan elastistisitas lambung

Cemas Gangguan istirahat tidur


Kekakuan gerakan peristaltik
gaster
Hilangnya sel mukosa pada
lapisan lambung
Kekakuan gerakan peristaltik
Kerusakan pembuluh darah gaster
lapisan mukosa

Gangguan saluran cerna


Perdarahan pada lambung

Kurang volume cairan Kurang pengetahuan

Gambar 2.6Pathway Gastritis(Price, Sylvia dan Wilson, Lorraine, 1999 dalam Aspiani, 2014)
42

4. Tanda dan Gejala

Keluhan yang dirasakan oleh penderita gastritis dapat bermacam-

macam atau sering tidak mempunyai keluhan. Keluhan yang sering

dirasakan pada klien gastritis menurut Mansjoer, (2001) adalah :

1. Gastritis akut

a. Sindrome dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual kembung dan

muntah.

b. Perdarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena.

c. Kemudian berlanjut dengan tanda-tanda anemia pasca perdarahan.

2. Gastritis kronis

a. Sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati.

b. Anoreksia, nausea.

c. Pada pemeriksaan fisik tidak terjadi kelainan.

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doengoes, (1999) pemeriksaan penunjang gastritis antara lain:

a. Endoskopi : akan tampak erosi multi yang sebagian biasanya berdarah

dan letaknya tersebar.

b. Pemeriksaan Hispatologi : akan tampak kerusakan mukosa karena erosi

tidak pernah melewati mukosa muskularis.

c. Pemeriksaan radiology.

d. Pemeriksaan laboratorium.
43

e. Analisa gaster : untuk mengetahui tingkat sekresi HCL, sekresi HCL

menurun pada klien dengan gastritis kronik.

f. Kadar serum vitamin B12 : Nilai normalnya 200-1000 Pg/ml, kadar

vitamin B12 yang rendah merupakan anemia megalostatik.

g. Kadar hemagiobi, hematokrit, trombosit, leukosit dan albumin.

h. Gastroscopy.Untuk mengetahui permukaan mukosa (perubahan)

mengidentifikasi area perdarahan dan mengambil jaringan untuk biopsi.

i. EGD(Esofagogastriduodenoskopi)=tes diagnostik kunci

untukperdarahan GI atas, dilakukan untuk melihat sisi perdarahan /

derajat ulkus jaringan / cedera.

j. Angiografi = vaskularisasi GI dapat dilihat bila endoskopi tidak dapat

disimpulkan atau tidak dapat dilakukan. Menunjukkan sirkulasi kolatera

dan kemungkinan isi perdarahan.

k. Amilase serum = meningkat dengan ulkus duodenal, kadar rendah

diduga gastritis.

6. Penatalaksanaan

Menurut Brunner And Suddarth (2001) penatalaksanaan medis

dari gastritis akut dan kronik masing-masing yaitu :

a. Gastritis akut

Penatalaksanaan medis dari gastritis akut meliputi :

1) Diet lambung, dengan porsi sedikit namun sering

2) Mengurangi atau menghindari minuman beralkohol


44

3) Menghindari atau mengatasi penyebab apabila dapat dijumpai

4) Pemberian obat-obatan H2 blocking, antasida atau obat-obatan ulkus

lambung yang lain.

b. Gastritis kronis

Penatalaksanaan medis dari gastritis kronis meliputi :

1) Dilatasi dengan memodifikasi diet klien.

2) Meningkatkan istirahat.

3) Mengurangi stres.

4) Pengobatan terhadap gastritis kronik autoimun diberikan vitamin B

Complek secara parenteral.

5) Gastritis kronik helicobacter pilory dapat diatasi dengan antibiotik

seperti :

 Tetrasiklin.

 Amoxilin.

 Metronidazole.

 Kalritrom.

7. Komplikasi

Komplikasi dari penyakit gastritis menurut Arif Mansjoer (2001)

adalah:

a. Perdarahan saluran cerna bagian atas.

b. Ulkus peptikum
45

Ulkus apabila prosesnya sangat hebat sehingga terjadi erosi mukosa

saluran gastrointestinal yang disebabkan terlalu banyaknya asam

hidroklorida pepsin.

c. Anemia karna gangguan absorpsi vitamin B complex.

d. Perforasi jarang terjadi.

C. Konsep Asuhan Keperawatan

Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk

memecahkan suatu masalah yang terjadi pasien (Hidayat, 2002).

Proses keperawatan adalah salah satu alat bagi perawat untuk

memecahkan suatu masalah yang terjadi pasien (Hidayat, 2002).

Asuhan keperawatan adalah faktor penting dalam survival pasien dan dalam

aspek-aspek pemeliharaan, rehabilitatif, dan preventif perawatan kesehatan

(Doenges, 1999).

Langkah-langkah dalam penerapan asuhan keperawatan meliputi :

pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, tindakan

keperawatan, dan evaluasi keperawatan.


46

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan langkah utama dari proses

keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien

sehingga akan diketahui berbagai permasalahannya (Hidayat, 2004).

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan

merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data

dari berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi

status kesehatan klien (Iyer et al, 1996).

Hal-hal yang perlu dikaji pada klien dengan gastritisyaitu :

a. Pengumpulan Data

1) Identitas

Identitas klien yang dikaji pada penyakit sistem pencernaan

gastritis adalah usia, karna ada beberapa penyakit pencernaan

termasuk gastritis banyak terjadi pada klien dengan usia diatas

60 tahun.

2) Keluhan utama

Keluhan yang sering ditemukan di penyakit pencernaan gastritis

yaitu mengeluh nyeri uluh hati dan mual muntah.

3) Riwayat penyakit sekarang

Riwayat kesehatan pada saat ini berupa uraian mengenai

penyakit yang diderita oleh klien dari mulai timbulnya keluhan

yang dirasakan pada klien dibawa ke Rumah Sakit, dan apakah

pernah memeriksakan diri ke tempat lain selain rumah sakit


47

umum serta pengobatan yang pernah diberikan dan bagaimana

perubahannyab dan data yang didapatkan saat pengkajian.

4) Riwayat penyakit dahulu

Riwayat kesehatan yang lalu seperti riwayat penyakit

hematologis sebelumnya, riwayat pekerjaan pada pekerja yang

berhubungan dengan riwayat konsumsi makanan yang

merangsang atau pedas, penggunaan obat-obatan, riwayat

mengkonsumsi alkohol dan merokok.

5) Riwayat penyakit keluarga

Yang perlu dikaji adalah apakah dalam keluarga ada yang

menderita penyakit yang sama seperti faktor genetik/keturunan.

6) Pola kebiasaan sehari-hari yang perlu dikaji adalah aktifitas-

aktifitas apa saja yang yang biasa dilakukan sehubungan dengan

adanya nyeri uluh hati dan mual muntah.

7) Pemeriksaan fisik

a) Keadaan umum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan

pencernaan seperti gastritis biasanya lemah.

b)Kesadaran

Kesadaran klien biasanya Composmentis,Apatis sampai

Somnolen.

c) Tanda-tanda vital

(1) Terdiri dari: suhu normal biasanya: (37 C).


48

(2) Nadi meningkat (70-82x/menit).

(3) Tekanan darah menurun.

(4) Pernafasan biasanya mengalami normal atau meningkat.

d)Pemeriksaan review of system (ROS)

(1) Sistem pernafasan (B1: Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau

masih dalam batas normal.

(2) Sistem Sirkulasi (B2: Bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apikal,

sirkulasi perifer, warna dan kehangatan.

(3) Sistem persarafan (B3: Brain)

Kaji adanya kehilangan gerakan/sensasi, spasme otot,

terlihat kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata atau

kejelasan meningkat, disertai pupil. Agitasi (mungkin

berhubungan dengan nyeri/ansietas).

(4) Sistem perkemihan (B4: Bleder)

Perubahan pola berkemih. Seperti inkontinensia urin,

disuria, distensi kandung kemih, warna dan bau urin,

dan kebersihannya.

(5) Sistem pencernaan (B5: Bowel)

Konstipasi, konsisten feces, frekuensi eliminasi,

auskultasi bising usus, anoreksia, adanya distensi

abdomen, nyeri tekan abdomen.


49

(6) Sistem muskulosekletal (B6: Bone)

Kaji adanya nyeri berat tiba/tiba atau mungkin

terlokalisasi pada area jaringan, dapat berkurang pada

imobilisasi, kontraktur atrofi otot, laserasi kulit dan

perubahan warna.

8) Pola Fungsi Kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Menggambarkan pesepsi, pemeliharaan, dan penanaganan

kesehatan.

b)Pola nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan dan

elektrolit, nafsu makan, pola makan, diet, kesulitan menelan,

mual/muntah, dan makanan kesukaan.

c) Pola eliminasi

Menjelaskan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi,

ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi, dan

penggunaan kateter.

d)Pola tidur dan istirahat

Menggambarkan pola tidur , istirahat, dan persepsi terhadap

energi, jumlah lama tidur siang dan malam, masalah tidur

dan insomnia.
50

e) Pola aktifitas dan istirahat

Menggambarkan pola aktifitas, latihan, fungsi pernafasan

dan sirkulasi, riwayat penyakit jantung, frekuensi , irama

dan kedalaman pernafasan , pengkajian indeks KATZ.

INDEKS KATZ

SCORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari, kecuali satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, dan
satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi, berpakaian, ke


kamar kecil, dan satu fungsi tambahan.

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari kecuali mandi, berpakaian,


berpindah dan satu fungsi tambahan.

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain – Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat di klasifikasikan sebagai
lain C, D, E, F, dan G

Penilaian :
 Indeks Katz A : mandiri untuk 6 aktivitas
 Indeks Katz B : mandiri untuk 5 aktivitas
 Indeks Katz C : mandiri, kecuali bathing dan satu fungsi lain
 Indeks Katz D : mandiri, kecuali bathing, dressing dan 1 fungsi lain
 Indeks Katz E : mandiri, kecuali bathing, dressing, toileting dan satu fungsi lain
 Indeks Katz F : mandiri, kecuali bathing, dressing, toileting, transferring dan satu fungsi lain
 Indeks Katz G : tergantung pada orang lain untuk 6 aktivitas

Tabel 2.1 penilaiain aktifitas berdasarkan indeks katz(Allen,1998 dalam aspiani.2014)


51

f) Pola Hubungan Dan Peran

Menggambarkan dan mengetahui peran dan hubungan klien

terhadap anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal,

pekerjaan, tidak punya rumah, dan masalah keuangan.

Pengkajian APGAR keluarga.

No Sko
Uraian Fungsi
r

1 Saya puas bahwa saya tidak dapat kembali pada keluarga (tenan-
Adaptation 1
teman) saya untuk membantu pada waktu sesutu menyusahkan saya

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya membicarakan


Partneship 1
sesuatu dengan saya dan mengungkapkan masalah dengan saya

3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman) saya menerima dan 1


mendukung keinginan saya untuk melakukan aktevitas atau arah Growth
baru

4 Saya puas dengan cara keluarga (eman-teman) saya


mengekpresikan efek dan berespon terhadap emosi-emosi saya Affection 1
seperti marah,sedih atau mencintai

5 Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya menyediakan


waktu bersama-sama Resolve 1

Penilaian :

Pertanyaan-Pertanyaan Yang Dijawab


Total 1
 Selalu=Skor 2
 Kadang-kadang=skore 1
 Hampir tidak pernah=Skore 0

Tabel 2.2 APGAR Keluarga dengan lanjut usia (Allen,1998 dalam aspiani.2014)
52

g) Pola Sensori Dan Kognitif

Menjelaskan pola persepsi sensori dan kognitif. Pola

persepsi sensori meliputi: pengkajian penglihatan,

pendengaran, perasaan dan pembau. Pada klien katarak

dapat ditemukan gejala gangguan penglihatan perifer,

kesulitan menfokuskan kerja dengan merasa diruang gelap.

Sedangkan tandanya adalah tampak kecoklatan atau putih

susu pada pupil., peningkatan air mata. Pengkajian Status

Mental Menggunakan Tabel Short Portable Mental Status

Quesionare (SPMSQ).

Skor
No Pertanyaan Jawaban
+ -

1 Tanggal berapa hari ini ?

2 Hari apa sekar?ang ini ?

3 Apa nama tempat ini

4 Dimana alamat Anda ?

5 Berapa Umur Anda ?

6 Kapan Anda Lahir ?

7 Siapa Presiden Indonesia sekarang?

8 Siapa Presiden sebelumnya?

9 Siapa nama kecil Ibu Anda ?

10 Kurang 3 dari 20 dan tetep pengurangan 3 dari setiap


angka baru,semua secara menurun 1

Jumlah Kesehatan Total


53

Penilaian

1 Kesalahan 0 – 2 = Fungsi intelektual utuh


2. Kesalahan 3 – 4 = Kerusakan intelektual Ringan
3. Kesalahan 5 – 7= Kerusakan intelektual Sedang
4. Kesalahan 8 – 10 = Kerusakan intelektual Berat

Tabel 2.3 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ )

(Allen,1998 dalam aspiani.2014)

h) Pola Persepsi Dan Konsep Diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi

terhadap kemampuan konsep diri. Konsep diri

menggambarkan gambaran diri ,harga diri, peran , identitas

diri. Manusia sebagai sistem terbuka dan mahluk bio-psiko-

sosio-kultural-spiritual, kecemasan, ketakutan, dan dampak

terhadap sakit. Pengkajian tingkat depresi menggunakan

tabel Inventaris Depresi Back.


54

Tabel Inventaris Depresi Back.

Skor Uraian

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih atau/tidak bahagia dimana saya tak dapet


menghadapinya

2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1 Saya merasa sedih/galau

0 Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapat
membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan

1 Saya merasa berkecil hati mengenai masa depan

0 Saya tidak begitu peimis atau kecil hati tentang masa depan

C. Rasa kegagalan

3 Saya benar- benar gagal sebagai orang tua(suami/istri)

2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan

1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak merasa gagal

D. Ketidak puasan

3 Saya tidak merasa puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

0 Saya tidak merasa tidak puas

E. Rasa bersalah

3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya mersa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang baik
55

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah

F. Tidak menyukai diri sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya diri saya sendiri

1 Saya tidak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G. Membahayakan diri sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai membahayakan diri sendiri

H. Menarik diri sendiri dari social

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak perduli
pada mereka

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan mempunyai
sedikit perasaan pada mereka

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya

0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 Saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik

J. Perubahan gambaran diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan

2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan saya dan
ini membuat saya tidak tertarik

1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik


56

0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada sebelumnya

K. Kesukitan kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk melakukan
sesuatu

1 Saya memerluka upaya tambahan untuk memulai melakukan sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya merasa lelah dari yang biasanya

0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia

3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang

1 Nafsu makan saya tidak sebaik sebelumnya

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Tabel 2.4 Inventaris Depresi Back (IDB) (Allen,1998 dalam aspiani.2014)

Penilaian:

 0-4 Depresi Tidak Ada/Minimal

 5-7 Depresi Ringan

 8-15 Depresi Sedang

 16+ Depresi Berat


57

i) Pola seksual dan Reproduksi

Menggambarkan kepuasan atau masalah terhadap

seksualitas.

i) Pola Mekanisme/Penanggulangan Stress Dan Koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress.

j) Pola Tata Nilai Dan Kepercayaam

Menggambarkan dan menjelaskan pola, milai keyakinan

termasuk spiritual. (Allen.1998).

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah keputusan klinis mengenai

seseorang, keluarga, atau masyarakat sebagai akibat dari masalah-

masalah kesehatan/proses kehidupan yang aktual atau potensial.

Diagnosa keperawatan memberikan dasar-dasar pemilihan intervensi

untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat (North

America Nursing Diagnose Association, 1990).

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang

menguraikan respons manusiawi (keadaan kesehatan atau pola

interaksi yang bergantian antara aktual dan potensial) dari individu

atau kelompok dimana perawat dapat secara legal mengidentifikasi

dimana perawat dapat meminta suatu intervensi yang pasti untuk


58

memelihara keadaan kesehatan, untuk mengurangi, menghilangkan

atau mencegah perubahan (Carpenito, 1998).

Klasifikasi diagnosa keperawatan menurut Carpenito (1998),

adalah :

a. Diagnosa Keperawatan Aktual

Diagnosa keperawatan aktual menyajikan keadaan yang secara

klinis telah divalidasi melalui batasan karakteristik mayor yang

dapat diidentifikasi.

b. Diagnosa Keperawatan Risiko dan Risiko Tinggi

Diagnosa risiko adalah keputusan klinis bahwa idividu, keluarga,

atau komunitas sangat rentan untuk mengalami masalah, dibanding

yang lain pada situasiyang sama atau hampir sama.

c. Diagnosa Keperawatan Kemungkinan

Diagnosa kemungkinan adalah pernyataan tentang masalah-

masalah yang diduga masih memerlukan data tambahan.

d. Diagnosa Keperawatan Sehat atau Wellness

Diagnosa keadaan sehat adalah ketentuan klinis mengenai individu,

kelompok atau masyarakat dalam transisi dari kesehatan khusus ke

tingkat kesehatan yang lebih baik.

e. Diagnosa Keperawatan Syndrome

Diagnosa Keperawatan Sindrom merupakan diagnosa yang terdiri

dari kelompok diagnosa keperawatan aktual dan resiko yang

diperkirakan ada karena situasi atau peristiwa tertentu.


59

Langkah-langkah diagnosa keperawaatan menurut Nursalam

Tahun 2001 :

1) Klasifikasi dan analisa data.

2) Interpretasi data.

3) Validasi data.

4) Perumusan diagnosa keperawatan.

Beberapa Diagnosa Keperawatan yang muncul pada klien dengan

gastritismenurut Aspiani, tahun 2016 adalah:

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia, fisik,

pskologi) ditandai dengan klien melaporkan nyeri secara verbal

atau nonverbal, posisi untuk mengurangi nyeri , ekspresi wajah

meringis.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan,

mencerna, mengabsorpsi makanan karna faktor biologi, psikologi

atau ekonomi yang ditandai dengan BB 20% lebih atau dibawah

ideal , klien melaporkan intake makanan yang kurang dari

kebutuhan, membran mukosa dan konjungtiva pucat, mudah

merasa kenyang sesaat setelah mengunyah makanan, melaporkan

kurang makan , melaporkan perubahan sensasi rasa, penurunan BB

dengan intake yang adekuat , keengganan untuk makan, kram

abdomen, kurang berminat terhadap makanan.


60

c. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume

cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan ditandai

dengan klien mengeluh haus, turgor kulit menurun, membran

mukosa atau kulit kering, nadi meningkat, TD menurun,

penurunan urin output, peningkatan suhu tubuh, kehilangan BB

mendadak.

d. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang paparan,mudah

lupa, misinterprestasi informasi, keterbatasan kognitif ditandai

dengan : klien mengungkapkan adanya masalah, klien mengikuti

instruksi kurang akurat.

e. Cemas berhubungan dengan krisis situasional, perubahan status

kesehatan ditandai dengan produktivitas berkurang, Klien tampak

gelisah, klien mudah tersinggung, klien tampak khawatir, klien

tampak cemas, repirasi meningkat, suara bergetar, klien sulit

konsenrasi.

f. Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri ditandai dengan

klienmengungkapkan tidak bisa tidur. Klien tampak lesu/

lemah.Tidur tidak puas, Menurunnya kemampuan fungsi, posisi

untuk mengurangi nyeri , ekspresi wajah meringis.


61

3. Rencana Keperawatan

Rencana Keperawatan adalah suatu dokumen tulisan tangan

dalam menyelesaikan masalah tujuan dan intervensi (Nursalam,

2001).

Rencana keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan

oleh perawat untuk membantu klien beralih dari status kesehatan saat

ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan

(Potter dan Perry, 2005).

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan menurut

Nursalam tahun (2001) terdiri dari :

a. Menentukan prioritas masalah.

Melalui pengkajian, perawat akan mampu

mengidentifikasi respon klien yang aktual atau potensial yang

memerlukan suatu tindakan. Dalam menentukan perencanaan

perlu menyusun suatu sistem untuk menentukan diagnosa yang

akan diambil tindakan pertama kali.

b. Menentukan kriteria hasil.

Menurut Alfaro (1994), Tujuan klien merupakan

pernyataan yang menjelaskan suatu prilaku klien, keluarga atau

kelompok yang dapat diukur setelah intervensi keperawatan

diberikan.
62

Penulisan kriteria hasil didasari oleh “SMART”, yaitu :

S : Spesifik

Tujuan Harus spesifik dan tidak menimbulkan arti

ganda

M : Measurable

Tujuan keperawatan harus harus dapat diukur,

khususnya tentang perilaku klien: dapat dilihat,

didengar, diraba, dirasakan dan dibau.

A : Achievable

Tujuan harus dapat dicapai.

R : Reasonable

Tujuan harus dapat dipertanggungjawabkan secara

ilmiah.

T : Time

Harus dapat diukur berapa lama waktu yang akan

dicapai.

c. Menentukan rencana tindakan.

Menurut Carpenito (1998) Rencana tindakan adalah rencana

yang disusun oleh perawat untuk kepentingan tindakan

keperawatan bagi perawat yang menulis dan perawat lainnya.


63

d. Dokumentasi.

Format rencana keperawatan membantu perawat untuk

memproses informasi yang didapatkan selama tahap pengkajian

dan diagnosa keperawatan.

Tabel 2.5 Rencana Keperawatan pada Klien dengan Gastritis (Aspiani,2014).


Diagnosa Tujuan dan Kriteria
No. Intervensi (NIC)
Keperawatan Hasil (NOC)
(1) (2) (3) (4)
a. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan keperawatan (Pain Manajemen) :
dengan agen injuri diharapkan klien dapat: Pengkajian :
(biologi, kimia, 1. Mengontrol nyeri 1. Lakukan pengkajian nyeri secara
fisik, pskologi) (pain control) komprehensif termasuk lokasi,
ditandai dengan Dengan kriteria: karakteristik, durasi, frekuensi,
klien melaporkan a. Klien dapat kualitas, intensitas dan faktor
nyeri secara verbal menegetahui presipitasi dan skala nyeri (0-10)
atau nonverbal, penyebab nyeri, 2. Observasi reaksi nonverbal dari
posisi untuk onset nyeri, ketidaknyamanan.
mengurangi nyeri , mampu 3. Gunakan komunikasi terapeutik agar
ekspresi wajah menggunakan pasien dapat mengekspresikan nyeri.
meringis. teknik 4. Kaji latar belakang budaya klien.
nonfarmakologi 5. Berikan motivasi kepada klayan
untuk mengurangi untuk mencegah atau menghindari
nyeri, dan tindakan makanan dan minuman yang dapat
pencegahan nyeri. menimbulkan peningkatan asam
b. Klien mampu lambung..
mengenal tanda- 6. Kaji pengalaman individu terhadap
tanda pencetus nyeri, keluarga dengan nyeri kronis.
nyeri untuk 7. Evaluasi tentang keefektifan dari
mencari tindakan mengontrol nyeri yang
pertolongan. telah digunakan.
c. Melaporkan bahwa 8. Berikan dukungan terhadap klien
nyeri berkurang dan keluarga.
dengan 9. Berikan informasi tentang nyeri
menggunakan seperti: penyebab, berapa lama
manajemen nyeri. terjadi, dan tindakan pencegahan.
2. Menunjukan tingkat 10. Kontrol faktor-faktor lingkungan
nyeri (Pain Level) yang dapat mempengaruhi respon
a. Klien melaporkan klien terhadap ketidaknyamanan
nyeri dan (misalnya temperatur ruangan,
pengarunya pada penyinaran, dll).
tubuh.
b. Klien mampu
64

(1) (2) (3) (4)


c. mengenal skala, 11. Tingkatkan istirahat yang cukup.
intensitas, 12. Ajarkan penggunaan teknik non
frekuensi, dan farmakologi (misalnya:relaksasi,
lamanya episode guided imagery, terapi music,
nyeri. distraksi, aplikasi panas dingin
d. Klien mengatakan massase).
rasa nyaman 13. Evaluasi keefektifan dari tindakan
setelah nyeri mengontrol nyeri berdasarkan
berkurang. respon klien.
e. Tanda-tanda vital 14. Anjurkan klien berdiskusi tentang
dalam batas pengalaman nyeri secara tepat.
normal. 15. Monitor kenyamanan klien terhadap
Ekspresi wajah tenang. manajemen nyeri.
16. Bantu klien mengidentifikasikan
faktor presipitasi nyeri baik aktual
maupun potensial.
17. Lakukan pengkajian terhadap klien
dengan nyaman dan lakukan
monitoring dari rencana yang dibuat.
18. Hilangkan faktor yang dapat
meningkatkan pengalaman nyeri
(misalnya: rasa takut,kelelahan, dan
kurang pengetahuan)
19. Pertimbangkan keinginan klien
untuk berpartisipas, dukungan dari
keluarga dekat dan kontra indikasi
strategi penurunan nyeri yang
dipilih.
20. Lakukan tehnik variasi untuk
mengurangi nyeri (farmakologi, non
farmakologi dan interpersonal).
21. Observasi tanda-tanda vital..
22. Informasikan kepada tim kesehatan
lainnya/anggota keluarga saat
tindakan non farmakologi dilakukan
untuk pendekatan preventif.

Pemberian Analgetik (Analgetik


Administration)
1. Tentukan lokasi nyeri, kualitas,
karakteristik, dan keparahan
sebelum pengobatan.
2. Berikan obat dengan prinsip 5 benar.
3. Cek riwayat alergi obat.
4. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik
pertama kali.
5. Berikan Bantu klayan minum obat-
obatan yang mengurangi nyeri karna
peningkatan asam lambung seperti
ranitidine dan antasida (Kolaborasi).
65

(1) (2) (3) (4)


Ketidakseimbangan Setelah dilakukan Manajemen nutisi (nutrition
b. nutrisi kurang dari tindakan keperawatan management) dan monitor nutrisi
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan (monitoring nutrition) :
berhubungan nutrisi adekuat (status Pengkajian :
dengan nutrisi :asupan makanan, 1. Kaji adanya alergi makanan.
ketidakmampuan cairan, dan zat gizi) 2. Identifikasi faktor penyebab mual
dalam adekuat dengan kriteria: dan muntah.
memasukkan, a. Adanya 3. Identifikasi faktor-faktor yang
mencerna, peningkatan berpengaruh terhadap hilangnya
mengabsorpsi berat badan nafsu makan klien.
makanan karna sesuai tujuan 4. Monitor turgor kulit.
faktor biologi, b. Tidak terjadi 5. Tanyakan makanan kesukaan klien.
psikologi atau penurunan berat 6. Tentukan kemampuan klien untuk
ekonomi yang badan yang memenuhi kebutuhan nutrisi.
ditandai dengan BB berarti 7. Pantau kandungan kalori dan nutrisi
20% lebih atau c. Klien mampu pada catatan asupan.
dibawah ideal , mengidentifikas 8. Anjurkan masukan kalori yang tepat
klien melaporkan i kebutuhan yang sesuai dengan gaya hidup.
intake makanan nutrisi 9. Monitor lingkungan selama makan.
yang kurang dari d. Intake nutisi 10. Anjurkan klien banyak makan buah
kebutuhan, dan cairan dan minum.
membran mukosa adekuat 11. Timbang berat badan klayan.
dan konjungtiva e. Klien 12. Ajarkan klien/keluarga tentang
pucat, mudah melaporkan makanan bergizi dan tidak maha.
merasa kenyang keadekuatan 13. Berikan informasi yang tepat tentang
sesaat setelah tingkat energi kebutuhan nutrisi dan bagaimana
mengunyah memenuhinya.
makanan, 14. Instruksikan klien agar menarik
melaporkan kurang nafas dalam, perlahan dan menelan
makan , secara sadar untuk mengurangi mual
melaporkan dan muntah.
perubahan sensasi 15. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
rasa, penurunan BB menentukan jumlah kalori dan
dengan intake yang nutrisi yang dibutuhkan klayan.
adekuat , 16. Berikan obat antiemetik sebelum
keengganan untuk makan atau sesuai jadwal yang di
makan, kram anjurkan.
abdomen, kurang 17. Tawarkan makanan dalam porsi
berminat terhadap besar di siang hari ketika nafsu akan
makanan. tinggi.
18. Kaji kemampuan klayan untuk
mendapatkan nutrisi yang
dibutuhkan.
19. Minimalkan faktor yang dapat
menyebabkan mual dan muntah.
20. Tawarkan hygine mulut sebelum
makan.
66

(1) (2) (3) (4)


21. Berikan umpan balik positif pada
klien yang menunjukan peningkatan
nafsu makan.
22. Berikan makanan yang sesuai
pribadi klien, budaya dan agama.
23. Tawarkan snack (misalnya:
minuman dan buah-buahan segar)
bila memungkinkan.
24. Berikan makanan bergizi, tinggi
kalori yang dapat dipilih.

d.Kurang volume Setelah dilakukan Manajemen cairan


c. cairan berhubungan tindakan keperawatan (fluid management):
dengan kehilangan diharapkan tidak terjadi 1. Pertahankan input dan output yang
volume cairan kurang volume cairan adekuat.
secara aktif, dengan kriteria: 2. Monitor status hidrasi (kelembaban
kegagalan a. Status hidrasi membran, nadi adekurat dan tekanan
mekanisme adekuat. darah).
pengaturan ditandai b. Status nutrisi 3. Monitor vital sign sesuai kebutuhan.
dengan klien asupan makanan 4. Monitor status nutisi.
mengeluh haus, dan cairan 5. Monitor masukan makanan/cairan
turgor kulit adekuat. dan hitung inteke cairan.
menurun, membran c. Klien dapat 6. Motivasi keluarga untuk membantu
mukosa atau kulit mempertahanka klien makan.
kering, nadi n keseimbangan 7. Monitor intake dan output.
meningkat, TD cairan dalam 8. Monitor tekanan darah,denyut nadi
menurun, tubuh. dan respirasi.
penurunan urin 9. Monitor membran mukosa dan
output, peningkatan turgor kulit.
suhu tubuh, 10. Kelola cairan sesuai kebutuhan.
kehilangan BB 11. Perhatikan kecepatan pemberian
mendadak. cairan intravena.
12. Kelola pemberian obat-obatan yang
meningkatkan urin output sesuai
kebutuhan.

Kurang Setelah dilakukan Pendidikan kesehatan : proses


d. pengetahuan tindakan keperawatan penyakit (teaching pregnancy
berhubungan diharapkan pengetahuan processs)
dengan kurang klien tentang Pengkajian :
paparan,mudah penyakitnya meningkat 1. Kaji tingkat pengetahuan klien
lupa, (knowledge disease berhubungan dengan penyakitnya.
misinterprestasi process) dengan kriteria: 2. Berikan informasi kepada klayan
informasi, a. Menjelaskan tentang kondisinya.
keterbatasan proses 3. Berikan informasi tentang tindakan
kognitif ditandai penyakitnya . diagnostikyang dilakukan.
dengan : klien b. Menjelaskan 4. Diskusikan perubahan prilaku yang
mengungkapkan penyebab dapat mencegah komplikasi.
adanya masalah, penyakitnya. 5. Sediakan waktu bagi klayan untuk
klien mengikuti c. Menjelaskan menanyakan beberapa pertanyaan
instruksi kurang efek dari dan mendiskusikan
akurat. penyakit. permasalahannya.
67

(1) (2) (3) (4)


d. Menjelaskan 6. Sediakan lingkungan yang kondusif
tindakan- untuk belajar.
tindakan untuk 7. Berikan informasi kepada klien
meminimalkan tentang kondisinya.
progresi 8. Berikan informasi tentang tindakan
penyakitnya. diagnostik yang dilakukan.
9. Diskusikan perubahan prilaku yang
dapat mencegah komplikasi.
10. Sediakan waktu bagi klien untuk
menanyakan beberapa pertanyaan
dan mendiskusikan
permasalahannya.
11. Rencanakan penyesuaian dalam
penanganan bersama klien dan
dokter untuk memfasilitasi
kemampuan klien mengikuti
kemampuan untuk mengikuti
penanganan yang dianjurkan.
12. Berinteraksi kepada klien dengan
cara yang tidak menghakimi untuk
memfasilitasi pengajaran.

Cemas Setelah dilakukan asuhan Menurunkan Kecemasan (Anxiety


e berhubungan keperawatan diharapkan Reduction):
dengan krisis orang tuan klien mampu 1. Gunakan ketenangan dalam
situasional, mengontrol cemas pendekatan untuk menenangkan
perubahan status (Anxiety Control), klien.
kesehatan ditandai dengan kriteria : 2. Jelaskan seluruh prosedur tindakan
dengan a. Klien tampak kepada klien dan perasaan yang
produktivitas merencanakan mungkin muncul pada saat
berkurang, strategi koping melakukan tindakan.
Klien tampak untuk situasi yang 3. Berusaha memahami keadaan klien
gelisah, klien membuat stres. situasi stres yang dialami klien.
mudah tersinggung, b. Klien dapat 4. Berikan informasi mengenai
klien tampak mempertahankan diagnosa, prognosis dan tindakan.
khawatir, klien penampilan peran. 5. Temani klien untuk memberikan
tampak cemas, c. Klien melaporkan kenyamanan dan mengurangi
repirasi meningkat, tidak ada gangguan ketakutan.
suara bergetar, klien persepsi sensori. 6. Dorong keluarga untuk menemani
sulit konsenrasi. d. Klien melaporkan klien sesuai kebutuhan.
tidak ada 7. Dorong klien untuk megungkapkan
manifestasi perasaan, pengharapan, dan
kecemasan secara ketakutannya.
fisik. 8. Identifikasi tingkat kecemasan klien.
e. Klien melaporkan 9. Berikan aktivitas hiburan untuk
manifestasi prilaku mengurangi ketegangan
akibat kecemasan : 10. Kontrol stimulasi sesuai kebutuhan
tidak ada. klien.
f. Klien dapat 11. Dengarkan dengan penuh perhatian.
68

(1) (2) (3) (4)


meneruskan aktivitas 12. Ciptakan hubungan saling percaya.
yang dibutuhkan 13. Bantu klien untuk mengungkapkan
meskipun ada hal yang membuat cemas.
kecemasan. 14. Tentukan kemampuan klien dalam
g. Klien menunjukan membuat keputusan.
kemampuan untuk 15. Ajarkan klien tentang teknik
berfokus kepada relaksasi.
pengetahuan dan 16. Observasi gejala verbal dan non-
keterampilan yang verbal dari kecemasan.
baru.
h. Klien dapat
mengidentifikasi
gejala yang
merupakan indikator
kecemasan.
Gangguan pola Setelah dilakukan asuhan Sleep Enchancement :
f. tidur berhubungan keperawatan diharapkan 1. Fasilitasi untuk mempertahankan
dengan nyeri istirahat tidur klien aktifitas sebelum tidur
ditandai dengan terpenuhi Sleep 2. Ciptakan lingkungan yang nyaman.
klien Enchancement dengan 3. Kolaborasi pemberian obat tidur.
Mengungkapkan kriteria : 4. Diskusikan dengan pasien dan
tidak bisa tidur. a. Jumlah tidur dalam keluarga tentang tehnik tidur pasien.
Klien tampak lesu/ batas normal 6-8 5. Instruksikan untuk memonitor tidur
lemah. jam/hari. pasien.
Tidur tidak puas, b. Pola tidur, kualitas 6. Memonitor waktu makan dan minum
Menurunnya dalam batas normal. dengan waktu tidur.
kemampuan fungsi, c. Perasaan segar 7. Jelaskan pada klien penyebab
posisi untuk sesudah tidur atau gangguan tidur dan kemungkinan
mengurangi nyeri , istirahat. cara untuk menghindari.
ekspresi wajah d. Klien mampu 8. Ciptakan suasana yang tenang dan
meringis. beristirahat/tidur mendukung.
dalam waktu yang 9. Hindari kebisingan pada lingkungan
cukup. klien
e. Klien mengung- 10. Beri kesempatan klien untuk
kapkan sudah bisa mengungkapkan penyebab gang-
tidur. guan tidur.
f. Klien mampu 11. Kolaborasi dengan keluarga untuk
menjelaskan faktor mengatasi penyebab gangguan tidur.
penghambat tidur 12. Determinasi efek-efek medikasi
terhadap pola tidur.
13. Jelaskan pentingnya tidur yang
adekuat.
14. Monitor/catat kebutuhan tidur klien
setiap hari dan jam.
69

4. Pelaksanaan Keperawatan

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik (Iyer et al., 1996).

Tahap tindakan perawatan menurut Nursalam (2001), yaitu :

a. Persiapan

Kegiatan persiapan meliputi :

1) Review antisipasi tindakan keperawatan.

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan.

3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.

4) Mempersiapkan peralatan (resources) yang diperlukan.

5) Mempersiapkan lingkungan yang kondusif.

6) Mengidentifikasi aspek-aspek hukum dan etik.

b. Perencanaan.

Fokus tahap pelaksanaan tindakan keperawatan adalah

kegiatan pelaksanaan tindakan dari perencanaan untuk memenuhi

kebutuhan fisik dan emosional (Nursalam, 2001).

Tindakan keperawatan dibedakan berdasarkan kewenangan

dan tanggung jawab perawat secara profesional sebagaimana

terdapat dalam standar praktek keperawatan, yaitu :

1) Independent

Tindakan keperawatan idependent adalah suatu kegiatan yang

dilaksanakan oleh perawat tanpa petunjuk dan perintah dari

dokter atau tenaga kesehatan lainnya.


70

2) Interdependent.

Interdependent adalah tindakan keperawatan yang

menjelaskan suatu kegiatan yang memerlukan suatu kerjasama

dengan tenaga kesehatan lainnya, misalnya tenaga sosial, ahli

gizi, fisioterapi dan dokter.

3) Dependent.

Tindakan dependent berhubungan dengan pelaksanaan rencana

tindakan medis. Tindakan tersebut menandakan suatu cara

dimana tindakan medis dilaksanakan.

c. Dokumentasi

Pelaksanaan tindakan keperawatan harus diikuti oleh pencatatan

yang lengkap dan akurat terhadap suatu kejadian dalam proses

keperawatan.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses

keperawatan yang menandakan seberapa jauh diaognosa keperawatan,

rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui

evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang

terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan dan pelaksanaan

tindakan (Ignatavicus & Bayne, 1994).

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien dalam

mencapai tujuan.
71

Komponen evaluasi keperawatan menurut Pinnel & Meneses (1986),

yaitu :

a. Menentukan kriteria, standar, dan pertanyaan evaluasi.

b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan

standar.

d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

Tipe-tipe pernyataan evaluasi :

a. Pernyataan evaluasi formatif.

Pernyataan formatif merefleksikan observasi perawat dan

analisis terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan.

Dilakukan pada setiap selesai tindakan.

b. Pernyataan evaluasi sumatif.

Pernyataan sumatif merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis

observasi dan analisis mengenai status kesehatan klien terhadap

waktu. Pernyataan-pernyataan ini menguraikan kemajuan terhadap

pencapaian kondisi yang dijelaskan dalam hasil yang diharapkan.

Evaluasi hasil atau sumatif yang dilakukan dengan

membandingkan antara respon klien dan tujuan khusus serta umum

yang telah ditentukan kriteria hasil.

Tolak ukur yang digunakan untuk menilai pencapaian tujuan

pada tahap evaluasi ini adalah kriteria hasil ang telah dibuat pada
72

tahap perencanaan.dengan berpatokan pada kriteria hasil tersebut

dinilai apakan masalah telah teratasi seluruhnya atau sebagaian

atau belum sama sekali atau justru timbul masalah baru.

selanjutnya perkembangan respon klayan dituangkan ke dalam

catatan perkembangan klayan diuraikan berdasarkan SOAPIER

menurut Hidayat (2002), yaitu:

S  Subyektif keluhan-keluhan yang dirasakan klayan (apa

yang dikatakan klien),

O  Obyektif apa yang dilihat, dicium, diraba, dan diukur

perawat

A  Analisa kesimpulan perawat tentang kondisi klien

P  Planing plan or care rencana tindakan keperawatan yang

akan diberikan pada klayan

I  Implementasi tindakan yang dilakukan berdasarkan

rencana

E  Evaluasi berisi tentang sejauhmana rencana dan tindakan

evaluasi yang telah dilakukan dan sejauh mana masalah

klien teratasi

R  Reasesment bila berhasil evaluasi menunjukkan masalah

belum teratasi, pengkajian ulang perlu dilakukan kembali

melalui peroses pengumpulan data Subyektif, dan

Obyektif, dan proses analisa lainya.


73

BAB 3

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn “T” DENGAN DIAGNOSA MEDIS


GASTRITISDI WISMA LANGKO BALAISOSIAL LANJUT USIA MANDALIKA
“MATARAM” NUSA TENGGARA BARATTANGGAL 05 s/d 07 Maret 2018

A. Pengkajian

1. Pengumpulan Data

a. Identitas

Nama : Tn “T”

Umur : 67 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tempat dan tanggal lahir : 31 Desember 1951

Pendidikan Terakhir : Tsanawiah/SMP

Pekerjaan : -

Agama : Islam

Status perkawinan : Kawin

Bahasa yang digunakan : Sasak/Indonesia

Tinggi Badan/Berat Badan : 53 kg/160 cm

Penampilan : Rapi

Alamat : Dasan Baru Nurbaya

Pringgarata Lombok Tengah

Orang Yang Mudah Dihubungi : Anak

Alamat Dan Nomor Telepon : Lombok Tengah/ -

73
74

b. Keluhan Utama

Klayan mengatakan nyeri pada ulu hati dengan skala nyeri 7 (0-10).
c. Riwayat Penyakit Sekarang

Klayan mengeluh nyeri ulu hati disertai mual muntah, nafsu makan

menurun, klayan mengatakan kesulitan menelan, Klayan tampak

meringis , klayan tampak memegang perut kiri bagian atas, klayan

merasakan seperti ditusuk-tusuk pada bagian ulu hati, skala nyeri 7 (0-

10), hilang timbul serta klayan merasa lemah. Nyeri sangat dirasakan

setelah klayan makan makanan yang pedas dan

berbumbu,Provokative/Paliative:Klayan sering mengkonsumsi

makanan yang pedas dan berbumbu, Quality/Quantity:Klayan tampak

memegang perut,Region: Klayan mengeluh sakit pada ulu hati,

Severity Scale: Skala 7 (0-10), Timing:Pada pagi, siang, dan malam

hari. Klayan tidak tau cara mengobati penyakitnya ketika kambuh,

klayan terlihat bingung dan bertanya-tanya tentang cara menangani

penyakitnya.

d. Riwayat Penyakit Dahulu

Klayan mengatakan pernah mengalami batuk pilek dan

demam dalam satu tahun terakhir. Klayan mengatakan tidak memiliki

riwayat alergi obat maupun makanan, klayan biasanya minum kopi

setelah makan.
75

e. Riwayat Penyakit Keluarga

Klayan mengatakan bahwa saat ini tidak ada anggota

keluarga yang mengalami keluhan yang sama seperti apa yang

dialaminya saat ini ataupun penyakit menular lain seperti TBC dan

penyakit keturunan seperti hipertensi dan kencing manis, keluhan yang

biasa dialami keluarga yaitu hanya pilek dan sembuh dengan berobat

kepuskesmas.

Genogram

Gambar 3.1 Genogram Tn.“T”

Keterangan:
: Meninggal

: Laki-laki
: Perempuan
: Hubungan perkawinan
: Garis Keturunan
: Klayan
f. Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan Umum : lemah

2) Kesadaran : Composmentis
76

3) Tanda-tanda Vital

a) Suhu :37,6 C

b) Nadi :86x/menit

c) Pernafasan :22x/menit

d) Tekanan Darah:100/70 mmHg

4) Pemeriksaan Fisik (Body Of System)

a) Sistem Pernafasan (B1: Breathing)

Inspeksi : Pernafasan teratur, tidak ada bendungan

vena jugularis, irama inspirasi dan

ekspirasi reguler, Pernafasan 22x/menit

Perkusi : Suara paru sonor

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, ekspansi dada

simetris

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, tidak ada suara

nafas tambahan.

b) Sistem Sirkulasi (B2:Blood)

Inspeksi : Tidak tampak denyut apeks jantung

perkusi : Bunyi jantung pekak

Palpasi : Pergerakan dinding dada simetris,teraba

denyut jantung di intercosta v. Tidak

ada nyeri tekan


77

Auskultasi : S1 (Lub) dan S2 (Dub) reguler, tidak

ada bunyi jantung tambahan, TD:100/70

mmHg, nadi : 86x/menit.

c) Sistem Persyarafan (B3: Brain)

Kesadaran Composmentis, glasglow coma scale (GCS) :

(E3, V4, M6), Klayan tidak bisa melihat dengan jelas (rabun)

klayan menggunakan kaca mata, pendengaran klayan sudah

menurun, dan klayan masih dapat mebedakan benda kasar,

halus, panas, dan dingin.

d) Sistem Perkemihan

Klayan buang air kecil 2x sehari yaitu 1x pada pagi hari

dan 1xpada malam hari, warna urine kuning jernih, bau khas

urine, klayan tidak merasakan sakit pada waktu buang air kecil,

volume urine 1000 ml/24 jam.

e) Sistem Pencernaan (B5: Bowel)


Inspeksi : Bentuk normal, tidak ada lesi , tidak ada
edema dan tidak terdapat benjolan.
Auskultasi : Bising usus terdengar 12x/menit
Perkusi : Suara abdomen tympani
Palpasi : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati atau
epigastrium
f) Sistem Muskuloskletal (B6: Bone)

Klayan masih mampu melakukan aktivitas, klayan juga

mengatakan kedua lututnya terasa nyeri apabila melakukan


78

aktivitas terlalu berat dan masih bisa melakukan mobilisasi

dengan mandiri.

5 5

5 5
Keterangan :
0 : Otot tidak mampu bergerak
1 : Jika otot ditekan masih terasa ada kontraksi
2 : Dapat menggerakkan otot atau bagian yang lemah
sesuai perintah.
3 : Dapat menggerakkan otot dengan tahanan
4 : Dapat bergerak dan dapat melawan hambatan
yang ringan
5 : Bebas bergerak dan dapat melawan tahanan

g) Pemeriksaan Pola Fungsi kesehatan

1) Pola Persepsi dan Tata Laksana Hidup Sehat

Klayan masih bisa ikut melaksanakan kegiatan

senam yang dilaksanakan setiap hari selasa dan jumat di

Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” Mataram atau

pemeliharaan dan penanganan kesehatan.

2) Pola Nutrisi

a) Sebelum Sakit
Klayan mengatakan makan 3x sehari tetapi

tidak teratur dan menghabiskan 1 porsi makanan

dengan lauk pauk lengkap.

b) Saat Sakit

Klayan mengatakan nafsu makan menurun,

porsi makan yang diberikan tidak dihabiskan (1/2 porsi)


79

karna setiap masuk makanan terasa mual dan muntah,

klayan mendapat bubur dari bagian gizi di

BSLU,minum air putih kurang lebih 3-4 gelas/ hari dan

ditambah dengan roti tawar yang diberikan oleh

keluarga saat berkunjung.

3) Pola Eliminasi

a) Sebelum Sakit

BAB: klayan mengatakan BAB 2X sehari pada

malam hari dan pagi hari, warna kuning kecoklatan,

bau khas feses. BAK: klayan mengatakan BAK 4-5 kali

sehari, warna kuning jernih, bau khas urine.

b) Saat Sakit

BAB: klayan BAB 1x sehari pada pagi atau sore

hari, konsistensi lembek, warna kuning pekat, bau khas

feses. BAK : klayan mengatakan BAK 1-2 kali sehari,

warna kuning pekat, jumlah kurang lebih 1000 cc/

setiap kali BAK, bau khas urine.

4) Pola Tidur Dan Istirahat

Pola tidur klayan tidak ada gangguan, klayan biasa

tidur siang dari jam 13.30 setelah melaksanakan ibadah

sholat zuhur sampai jam 15.00, klayan tidur pada malam

hari dari pukul 22.00 malam sampai 05.00 pagi.


80

5) Pola aktivitas dan latihan

Klayan dapat melakukan kegiatan aktivitas tanpa

dibantu orang lain dan melakukan aktivitas seperti :

menyapu dan berkebun setiap harinya.

Tabel 3.1 Indeks Katz Dengan Lansia Pada Klayan Tn. ”T” Dengan
Diagnosa Medis Gastritis.

INDEKS KATZ

SCORE KRITERIA

A Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke


kamar kecil, berpakaian dan mandi.

B Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari,


kecuali satu dari fungsi tersebut.

C Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari


kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.

D Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari


kecuali mandi, berpakaian, dan satu fungsi tambahan

E Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari


kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsi
tambahan.

F Kemandirian dalam semua aktivitas hidup sehari-hari


kecuali mandi, berpakaian, berpindah dan satu fungsi
tambahan.

G Ketergantungan pada enam fungsi tersebut.

Lain – Ketergantungan pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak


lain dapat di klasifikasikan sebagai C, D, E, F, dan G

Kesimpulan:
Penilaian indeks katz lansia pada klayan Tn “T”

mendapatkan score A yaitu kemandirian dalam hal makan,

kontinen, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan

mandi.
81

6) Pola hubungan dan peran

Hubungan klayan baik terhadap anggota keluarga dan

masyarakat tempat tinggal, dan tidak ada masalah

keuangan.

Tabel 2.3 Apgar Keluarga Lansia Pada Klayan Tn “T” dengan diagnosa
medis Gastritis.

No Uraian Fungsi Skor

1 Saya puas bahwa saya tidak dapat kembali


pada keluarga (tenan-teman) saya untuk
Adaptation 1
membantu pada waktu sesuatu menyusahkan
saya

2 Saya puas dengan cara keluarga (teman-


teman) saya membicarakan sesuatu dengan
Partneship 2
saya dan mengungkapkan masalah dengan
saya

3 Saya puas bahwa keluarga (teman-teman)


saya menerima dan mendukung keinginan
Growth 2
saya untuk melakukan aktevitas atau arah
baru

4 Saya puas dengan cara keluarga (eman-


teman) saya mengekpresikan efek dan
Affection 2
berespon terhadap emosi-emosi saya seperti
marah,sedih atau mencintai

5 Saya puas dengan cara teman-teman saya


dan saya menyediakan waktu bersama-sama Resolve 2

PENILAIAN :

Pertanyaan-Pertanyaan Yang Dijawab


Total 9
 Selalu=Skor 2
 Kadang-kadang=skore 1
 Hampir tidak pernah=Skore 0

Kesimpulan:

Skor 9: Tn “T” mengatakan selalu merasa puas dengan semua

anggota keluarga maupun sesama penghuni panti lainnya,

klayan selalu diberikan support saat sedih maupun senang.


82

7) Pola sensori dan kognitif

Klayan menggunakan alat bantu pengelihatan karna

pengelihatan klayan kabur, pupil klayan tampak berwarna putih

susu , pendengaran klayan cukup jelas, perasa dan pembau

klayan baik.

Tabel 2.3 Short Portable Mental Status Questionnaire (SPMSQ ) Pada


Klayan Tn.”T” Dengan Diagnosa Medis Gastritis.

Skor No
Pertanyaan Jawaban
+ -

1 Tanggal berapa hari ini ? Lupa

2 Hari apa sekarang ini ? Senin

3 Apa nama tempat ini Mandalika

4 Dimana alamat Anda ? Lombok tengah

5 Berapa Umur Anda ? 66 tahun

6 Kapan Anda Lahir ? 31 Desember 1951

7 Siapa Presiden Indonesia sekarang? Jokowi

8 Siapa Presiden sebelumnya? Soekarno

9 Siapa nama kecil Ibu Anda ? Anah

10 Kurang 3 dari 20 dan tetep 17, 14, 11,9, 6, 3


pengurangan 3 dari setiap angka
baru,semua secara menurun 1

Jumlah Kesehatan Total Benar 8, salah 2

Kesimpulan :

Dari hasil penilaian tidak ada kerusakan pada intelektual

klayan, Fungsi intelektual klayan utuhdengan kesalahan 0-2.


83

8) Pola persepsi dan konsep diri

a) Pola Persepsi

Klayan mengatakan bahwa klayan senang dengan

dirinya, nyaman dengan keadaan disekitarnya, dan

merasa senang di wisma langko.

b) Konsep Diri

(1) Body Image/ Citra Tubuh

Klayan mengatakan dia senang dengan bentuk

dirinya.

(2) Self Esteen (Harga Diri)

Klyan mengatakan bahwa dirinya sudah tua dan

mengatakan masih tergantung pada orang

disekitarnya.

(3) Ideal Diri

Klayan mengatakan harapanya selama dirumah

baik-baik saja.

(4) Identitas Diri

Klayan mengatkan bahwa dirinya biasa dipanggil

Tn “T”.

(5) Peran Diri

Klyan mengatakan sering mengikuti kegiatan yang

dilakukan dirumah.
84

Tabel 3.4 Inventaris Depresi Back Pada Klayan Tn.”T” Dengan Diagnosa Medis
Gastritis.

Skor Uraian

A. Kesedihan

3 Saya sangat sedih atau/tidak bahagia dimana saya tak dapet


menghadapinya

2 Saya galau/sedih sepanjang waktu dan saya tidak dapat keluar darinya

1 Saya merasa sedih/galau

0 Saya tidak merasa sedih

B. Pesimisme

3 Saya merasa bahwa masa depan adalah sia-sia dan sesuatu tidak dapet
membaik

2 Saya merasa tidak mempunyai apa-apa untuk memandang kedepan

1 Saya merasa berkecil hati mengengenai masa depan

0 Saya tidak begitu peimis atau kecil hati tentang masa depan

C. Rasa kegagalan
3 Saya bener- bener gagal sebagai orang tua(suami/istri)

2 Bila melihat kehidupan ke belakang semua yang dapat saya lihat hanya
kegagalan

1 Saya merasa telah gagal melebihi orang pada umumnya

0 Saya tidak m erasa gagal

D. Ketidak puasan
3 Saya tidak merasa puas dengan segalanya

2 Saya tidak lagi mendapatkan kepuasan dari apapun

1 Saya tidak menyukai cara yang saya gunakan

E. Rasa Bersalah

3 Saya merasa seolah-olah sangat buruk atau tidak berharga

2 Saya merasa sangat bersalah

1 Saya mersa buruk/tak berharga sebagai bagian dari waktu yang


baik
85

0 Saya tidak merasa benar-benar bersalah

F. Tidak menyukai diri sendiri

3 Saya benci diri saya sendiri

2 Saya muak dengan diri saya diri saya sendiri

1 Saya tiadak suka dengan diri saya sendiri

0 Saya tidak merasa kecewa dengan diri sendiri

G. Membahayakan diri sendiri

3 Saya akan membunuh diri saya sendiri jika saya mempunyai


kesempatan

2 Saya mempunyai rencana pasti tentang tujuan bunuh diri

1 Saya merasa lebih baik mati

0 Saya tidak mempunyai pikiran-pikiran mengenai


membahayakan diri sendiri

H. Menarik diri sendiri dari social

3 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan tidak
perduli pada mereka

2 Saya telah kehilangan semua minat saya pada orang lain dan
mempunyai sedikit perasaan pada mereka

1 Saya kurang berminat pada orang lain dari pada sebelumnya

0 Saya tidak kehilangan minat pada orang lain

I. Keragu-raguan

3 Saya tidak dapat membuat keputusan sama sekali

2 Saya mempunyai banyak kesulitan dalam membuat keputusan

1 saya berusaha mengambil keputusan

0 Saya membuat keputusan yang baik

J. Perubahan gambaran diri

3 Saya merasa bahwa saya jelek atau tampak menjijikan


86

2 Saya merasa bahwa ada perubahan permanent dalam penampilan


saya dan ini membuat saya tidak tertarik

1 Saya kuatir bahwa saya tampak tua atau tidak menarik

0 Saya merasa bahwa saya tampak lebih buruk dari pada


sebelumnya

K. Kesukitan kerja

3 Saya tidak melakukan pekerjaan sama sekali

2 Saya telah mendorong diri saya sendiri dengan keras untuk


melakukan sesuatu

1 Saya memerluka upaya tambahan untuk memulai melakukan


sesuatu

0 Saya dapat bekerja kira-kira sebaik sebelumnya

L. Keletihan

3 Saya sangat lelah untuk melakukan sesuatu

2 Saya merasa lelah untuk melakukan sesuatu

1 Saya merasa lelah dari yang biasanya

0 Saya tidak merasa lebih lelah dari biasanya

M. Anoreksia

3 Saya tidak mempunyai nafsu makan sama sekali

2 Nafsu makan saya sangat memburuk sekarang

1 Nafsu makan saya tidak sebaek sebelumnya

0 Nafsu makan saya tidak buruk dari yang biasanya

Kesimpulan :

Tn “T” tidak mengalami depresi, penilaian tingkat depresi klayan yaitu

0-4 (tidak adadepresi/normal).


87

9) Pola Seksual Dan Reproduksi

Tidak terkaji

10) Pola Mekanisme Atau Penanggulangan Stres Dan Koping

Disaat klayan mengalami stres klayan pergi ke masjid

untuk berdzikir dan berdoa berserah diri bahwa apa yang di

alami memiliki jalan kluar.

11) Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan

Klayan hanya percaya kepada Allah SWT, menjalankan

sholat lima waktu dan berdzikir.

12) Therapi

Tabel 3.5 Therapy/Obat-obatan


No Nama Obat Dosis Keterangan
1 Ranitidine 3x1 Tablet
2 Sucralfat 3x2 Sirup

2. Pengelompoka Data

a. Data Subyektif

1) Klayan mengeluh nyeri ulu hati dan mual muntah.

2) Skala nyeri 7 (0-10)

3) Klayan mengatakan nafsu makan klayan menurun.

4) Klayan mengatakan kesulitan menelan.

5) Klayan mengatakan minum 4 gelas/hari


88

b. Data Obyektif

1) Klayan tampak lemah mukosa bibir kering .

2) Klayan tampak sering memegang perut bagian kiri atas.

3) Nyeri yang dirasakan hilang timbul.

4) Klayan tampak meringis.

5) Klayan tampak terlihat lemah.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Analisa Data

Tabel 3.6 Analisa Data Pada Klayan Tn “T” Dengan Diagnosa Medis
Gastritis
NO DATA (SIGN/SYMPTOM) ETIOLOGI PROBLEM
(1) (2) (3) (4)
1 Data Subjektif : Sering mengkonsumsi Nyeri
1. Klayan mengatakan maknanpedas dan Akut
nyeri ulu hati skala berbumbu
nyeri 7 (0-10), disertai
mual muntah.
2. Klayan mengatakan Iritasi sel epitel columner
nafsu makan menurun lambung
dan hanya makan saat
nyeri berkurang.
Data Objektif : Produksi mukosa
1. Klayan tampak lambung berkurang
meringis kesakitan
saat nyeri timbul.
2. Ekspresi wajah klayan Respon lambung
tegang vasodilatasi mukosa
TD : 100/70 mmHg
N : 86x/menit
S : 36,6 c Produksi asam lambung
RR :22X/menit meningkat
P: Provokative/Paliative
Klayan sering
mengkonsumsi makanan Iritasi lambung
yang pedas dan
berbumbu.
Q: Quality/Quantity nyeri
Klayan tampak
memegang perut.
R: Region
Klayan mengeluh sakit
89

(1) (2) (3) (4)


pada ulu hati.
S: Severity Scale
Skala 7(0-10).
T :Timing
Pada pagi, siang, dan
malam hari.

2 Data Subjektif : Sering mengkonsumsi Ketidakseimbagan


1. Klayan mengatakan maknanpedas dan nutrisi kurang
nafsu makan menurun berbumbu dari kebutuhan
dan kesulitan menelan.
2. Klayan mengatakan
nyeri ulu hati skala Iritasi sel epitel columner
nyeri 7 (0-10), disertai lambung
mual muntah.
3. Klayan mengatakan
badan terasa lemah. Produksi mukosa
4. Klayan mengatakan lambung berkurang
mual muntah.

Data Objektif : Respon lambung


1. Keadaan umumlemah vasodilatasi mukosa
2. Klayan hanya makan
sedikit (1/2 porsi) dari
yang disediakan Produksi asam lambung
3. TB: 160 cm ,BB meningkat
sebelum sakit 53 kg,
BB saat sakit : 50 kg
Anoreksia

3 Data Subjektif Keterbatasan kognitif Kurang


1. Klayan mengatakan pengetahuan
tidak tau cara
mengobati penyakitnya misinterprestasi informasi
ketika kambuh.
Data Subjektif
1. klayan terlihat bingung ketidaktahuan tatalaksana
dan bertanya-tanya penyakit Gastritis
tentang cara menangani
penyakitnya.

klayan bertanya tentang


penyakitnya
90

2. Rumusan Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung, peningkatan

asam lambung, ditandai dengan : klayan mengeluh nyeri ulu hati

disertai mual muntah, klayan mengatakan nafsu makan menurun,

klayan tampak meringis, klayan tampak memegang perut kiri bagian

atas, nyeri terasa tertusuk-tusuk, skala nyeri 7 (0-10), hilang timbul,

nyeri dirasakan setelah klayan mengkonsumsi makan makanan pedas

dan berbumbu, tanda-tanda vital : telanan darah : 100/70 mmHg, nadi:

86x/menit, suhu : 36,6 c, RR: 22x/menit.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan anoreksia, mual, muntah ditandai dengan : klayan mengatakan

nafsu makan menurun, klayan mengeluh nyeri ulu hati, klayan

mengatakan ada kesulitan menelan, keadaan umum klayan lemah,

tinggi badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 53 kg berat badan saat

sakit 50 kg.

c. Kurang pengetahuan berhubungan dengan misinterprestasi

informasiyang ditandai dengan klayan tidak tau cara mengobati

penyakitnya ketika kambuh,klayan terlihat bingung dan bertanya-tanya

tentang penyakit dan cara menangani penyakitnya.


91

C. Rencana Keperawatan

Tabel 3.7 Rencana Keperawatan Pada Klayan Tn “T” Dengan Diagnosa Medis

Gastrits.

No Diagnosa Tujuan Intervensi


(1) (2) (3) (4)
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tndakan 6. Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan keperawatan selama 3x24 jam secara komprehensif termasuk
dengan iritasi siharapkan nyeri akut teratasi lokasi, karakteristik, durasi,
mukosa lambung, dengan kriteria hasil : frekuensi, kualitas, faktor
peningkatan asam 1. Mampu mengontrol nyeri presipitasi dan skala nyeri (0-
lambung (tahu penyebab nyeri, 10).
mampu menggunakan 7. Observasi reaksi nonverbal
tehnik non farmakologi dari ketidaknyamanan.
untuk mengurangi nyeri, 8. Ajarkan tehnik relaksasi dan
mancari bantuan) distraksi (nafas dalam dan
2. Melaporkan bahwa nyeri membaca).
berkurang dengan 9. Berikan motivasi kepada
menggunakan manajemen klayan untuk mencegah atau
nyeri. menghindari makanan dan
3. Skala nyeri 2 (0-10) minuman yang dapat
4. Menujukan postur tubuh menimbulkan peningkatan
rileks asam lambung.
10. Bantu klayan minum obat-
obatan yang mengurangi nyeri
karna peningkatan asam
lambung seperti ranitidine dan
antasida (Kolaborasi).
11. Observasi tanda-tanda vital.

2 Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tndakan 1. Kaji adanya alergi makanan.


nutrisi kurang dari keperawatan selama 3x24 jam 2. Kolaborasi dengan ahli gizi
kebutuhan tubuh siharapkan Ketidakseimbangan untuk menentukan jumlah
berhubungan nutrisi kurang dari kebutuhan kalori dan nutrisi yang
dengan tubuh dapat teratasi dengan dibutuhkan klayan.
anoreksi,mual, kriteria hasil : 3. Kaji kemampuan klayan
muntah 1. Adanya peningkatan berat untuk medapatkan nutrisi
badan sesuai tujuan. yang dibutuhkan.
2. Berat badan ideal sesuai 4. Timbang berat badan klayan.
dengan tinggi badan. 5. Monitor lingkungan selama
3. Mampu mengidentifikasi makan.
kebutuhan nutrisi. 6. Monitor turgor kulit.
4. Tidak ada tanda-tanda
malnutrisi.
5. Menunjukan peningkatan
fungsi pengecapan dari
menelan.
6. Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti.
92

(1) (2) (3) (4)


3 Kurang Setelah dilakukan tindakan Pendidikan kesehatan : proses
pengetahuan keperawatan diharapkan penyakit (teaching pregnancy
berhubungan pengetahuan klien tentang processs)
dengan penyakitnya meningkat Pengkajian :
misinterprestasi (knowledge disease process) 1. Kaji tingkat pengetahuan
informasi. dengan kriteria: klien berhubungan
d. Menjelaskan proses dengan penyakitnya.
penyakitnya . 2. Berikan informasi
e. Menjelaskan kepada klien tentang
penyebab kondisinya.
penyakitnya. 3. Berikan informasi
f. Menjelaskan tindakan- tentang tindakan
tindakan untuk diagnostik yang
meminimalkan dilakukan.
progresi penyakitnya 4. Diskusikan perubahan
prilaku yang dapat
mencegah komplikasi.
5. Sediakan waktu bagi
klien untuk menanyakan
beberapa pertanyaan dan
mendiskusikan
permasalahannya.
93

D. Tindakan Keperawatan

Tabel 3.8Tindakan Keperawatan Pada Klayan Tn. “T” Dengan Diagnosa

Medis Gastritis.

Hari/Tgl No
Tindakan Respon Hasil Paraf
Jam Dx.
(1) (2) (3) (4) (5)
Senin I 1. Melakukan pengkajian 1. Klayan mengeluh nyeri
05/03/2018 nyeri secara komprehensif epigastrium/ ulu hati
08.00 termasuk lokasi, disertai mual muntah,
karakteristik, durasi, tampak meringis, skala
frekuensi, kualitas, faktor nyeri 7 (0-10),
presipitasi dan skala nyeri
(0-10). 2. Rekasi wajah klayan tampak
08.15 2. Mengobservasi reaksi meringis.
nonverbal dari
ketidaknyamanan. 3. Klayan mencoba tehnik
08.30 3. Mengajarkan tehnik relaksasi nafas dalam dan
relaksasi (nafas dalam). klayan tampak lebih rileks.

08.45 II 1. Mengkaji adanya alergi 1. Klayan mengatakan tidak


makanan. ada alergi makanan dan
minuman.

09.50 2. Berkolaborasi dengan ahli 2. Klayan mendapatkan diet


gizi untuk menentukan lunak sepert bubur, telur dan
jumlah kalori dan nutrisi sayur-sayuran yang direbus.
yang dibutuhkan klayan.
10.00 3. Mengkaji kemampuan 3. Klayan mendapatkan nutrisi
klayan untuk medapatkan yang diberikan di Balai
nutrisi yang dibutuhkan. Sosial Lanjut Usia
“Mandalika” NTB.

10.15 1. Kaji tingkat pengetahuan 1. Klayan masih bingung dan


III klien berhubungan tidak mengerti mengenai
dengan penyakitnya. kondisi penyakitnya.
10.30 2. Berikan informasi kepada 2. Klayan mendengarkan dan
klien tentang kondisinya. memperhatikan penjelasan
perawat.
10.45 3. Berikan informasi tentang 3. Klayan mendengarkan,
tindakan diagnostik yang memperhatikan penjelasan
dilakukan. dan demonstrasi perawat.
94

(1) (2) (3) (4) (5)


Selasa I 1. Mengajarkan tehnik 1. Klayan tampak mampu
06/03/2018 relaksasi (nafas dalam). mempraktikan tehnik nafas
08.00 dalam dengan mandiri.
2. Menganjurkan klayan 2. Klayan tampak kooperatif
08.15 membaca buku atau dan menonton Tv.
menonton TV untuk
mengalihkan perhatian
(distraksi).
08.30 3. Menggunakan tehnik 3. Klayan menunjuk perut kiri
komunikasi terapeutik bagian atas sambil
agar klayan dapat meringis.
mengekspresikan nyeri.
08.45 4. Memberikan obat- 4. Klayan mendapat obat:
obatan sesuai dengan ranidine 3x1
program terapi.
08.50 5. Mengevaluasi 5. Klayan mengatakan nyeri
keefektifan kontrol sedikit berkurang
nyeri.
09.10 II 1. Mengkaji kemampuan 1. Klayan mendapatkan
klayan untuk medapatkan nutrisi yang diberikan di
nutrisi yang dibutuhkan. Balai Sosial Lanjut Usia
“Mandalika” NTB.
09. 15 2. Mengkaji kebiasaan 2. Klayan mengatakan
makan klayan, waktu makan 3x sehari dengan
makan dan frekuensi. pola yang tidak teratur.

09.30 3. Timbang berat badan 3. Berat badan klayan saat


klayan. ini: 50 Kg.

09.45 4. Monitor turgor kulit. 4. Elastisitas turgor kulit


klayan kurang baik.

09.50 III 1. Berikan informasi tentang 1. Klayan mendengarkan,


tindakan diagnostik yang memperhatikan penjelasan
dilakukan. dan demonstrasi perawat.
10.00 2. Diskusikan perubahan 2. Klayan kooperatif dan
prilaku yang dapat terlihat aktif saat diskusi
mencegah komplikasi. berlangsung.
10.15 3. Sediakan waktu bagi 3. Klayan mengajukan
klien untuk menanyakan pertanyaan kepada perawat
beberapa pertanyaan dan mengenai masalah yang
mendiskusikan. sedang di diskusikan.
95

(1) (2) (3) (4) (5)


Rabu I 1. Mengobservasi reaksi 1. Klayan tampak tidak
07/03/2018 nonverbal dari meringis kesakitan
08.00 ketidaknyamanan.
2. Memberikan obat-obatan 2. Klayan telah diberikan
08.15 sesuai dengan program ranitidine 3x1 tablet,
terapi. sucralfat syrup 3x2 sendok

08.30 3. Mengevaluasi keefektifan 3. Klayan mengatakan nyeri


kontrol nyeri. berkurang, skala nyeri
1 (0-10), klayan tampak
rileks

08.45 II 1. Mengkaji kemampuan 1. Klayan mendapatkankan


klayan untuk medapatkan makanan bubur, telur, dan
nutrisi yang dibutuhkan. sayur-sayuran yang
direbus di BSLU
mandalika
08.50 2. Mengkaji kebiasaan 2. Klayan makan teratur 3x
makan klayan, waktu sehari pada pagi, siang,
makan dan frekuensi. dan malam hari dengan
makanan yang tidak
terlalu berbumbu.
09.00 3. Berkolaborasi dengan ahli 3. Klayan mendapatkan diet
gizi untuk menentukan lunak seperti bubur, telur
jumlah kalori dan nutrisi dan sayur-sayuran yang
direbus.

09.15 III 1. Berikan informasi kepada 1. Klayan mendengarkan


klien tentang kondisinya. dan memperhatikan
09.30 2. Diskusikan perubahan penjelasan perawat.
prilaku yang dapat 2. Klayan kooperatif dan
mencegah komplikasi. terlihat aktif saat diskusi
09.45 3. Berikan informasi tentang berlangsung.
tindakan diagnostik yang 3. Klayan mendengarkan,
dilakukan. memperhatikan
penjelasan dan
demonstrasi perawat
96

E. Catatan Perkembangan

Catatan Perkembangan Pada Klayan Tn.”T” Dengan Diagnosa Medis

Gastritis.

NO HARI/TGL/JAM DX. CATATAN PERKEMBANGAN PARAF

(1) (2) (3) (4) (5)


1 Senin 05/03/2018 I S:
Pk. 13.00 wita  klayan mengatakan masih nyeri pada ulu
hati.
 Tingkat nyeri Skala 6 (0-10),
O:
 Klayan tampak meringis kesakitan
 Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,6 C
RR : 22x/menit
A: masalah belum teratasi
P: intervensi dilanjutkan
 Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif.
 Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
 Mengajarkan tehnik relaksasi (nafas
dalam).

S:
 Klayan mengatakan tidak ada nafsu
Pk. 13.30 wita II
makan.
O:
 Porsi makan tidak dihabiskan.
A: masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan
 Mengkaji adanya alergi makanan.
 Berkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan nutrisi
yang dibutuhkan klayan.
 Mengkaji kemampuan klayan untuk
medapatkan nutrisi yang dibutuhkan

S:
Pk. 14.00 wita III  Klayan mengatakan tidak tau cara
mengobati penyakitnya ketika kambuh.
O:
 klayan terlihat bingung dan bertanya-tanya
tentang cara menangani penyakitnya.
A: Masalah belum teratasi.
97

(1) (2) (3) (4) (5)


P: intervensi dilanjutkan
 Kaji tingkat pengetahuan klien
berhubungan dengan penyakitnya.
 Berikan informasi kepada klien
tentang kondisinya.
 Berikan informasi tentang tindakan
diagnostik yang dilakukan.

2 Selasa 06/03/2018 I S:
Pk. 13.00 wita  Klayan mengatakan masih nyeri ulu hati,
tapi sedikit berkurang, skala nyeri 4 (0-
10),hilang timbul.
O:
 Ekspresi wajah klayan masih meringis
 Vital Sign : TD : 110/70 mmHg
Nadi : 86x/menit
Suhu : 36,6 C
RR : 22x/menit
A: masalah teratasi sebagian.
P: intervensi dilanjutkan
 Menggunakan tehnik komunikasi
terapeutik agar klayan dapat
mengekspresikan nyeri.
 Memberikan obat-obatan sesuai
dengan program terapi.
 Mengevaluasi keefektifan kontrol
nyeri.

S:
 Klayan mengatakan nafsu makan
Pk. 13.30 wita II sedikit meningkat.
 Klayan mengatakan menghabiskan
setengah porsi dari satu porsi yang
diberikan di panti
O:
 Klayan diberikan diet lunak dari panti
 Turgor kulit tampak mulai sedikit
membaik.
 Berat badan klayan 50 kg
A: masalah teratasi sebagian
P: intervensi dilanjutkan
 Mengkaji kemampuan klayan untuk
medapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
 Mengkaji kebiasaan makan klayan,
waktu makan dan frekuensi.
 Timbang berat badan klayan.
98

(1) (2) (3) (4) (5)


Pk. 14.00 wita III S:
 Klayan mengatakan tidak tau cara
mengobati penyakitnya ketika kambuh.
O:
 klayan terlihat bingung dan bertanya-tanya
tentang cara menangani penyakitnya.
A: Masalah belum teratasi.
P: intervensi dilanjutkan
 Berikan informasi kepada klien
tentang kondisinya.
 Berikan informasi tentang tindakan
diagnostik yang dilakukan.

Rabu I S:
3 07/03/2018  Klayan mengatakan nyeri ulu hati
Pk. 13.00 wita berkurang, skala nyeri 1 (0-10).
 Klayan mengatakan rileks.
O:
 Ekspresi wajah klayan tampak rileks.
 Vital Sign : TD : 120/80 mmHg
Nadi : 80x/menit
Suhu : 36,6 C
RR : 20x/menit
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

S:
13.30 wita II  Klayan mengatakan nafsu makan
meningkat.
 Klayan mengatakan menghabiskan satu
porsi makanan yang diberikan di panti.
O:
 Klayan tampak menghabiskan satu
porsi makanan.
 Berat badan klayan 50,3 kg.
A: masalah teratasi
P: intervensi dihentikan

S:
Pk. 14.00 III
 Klayan mengatakan tau cara mengobati
penyakitnya ketika kambuh.
O:
 klayan tidak lagi bingung dan bertanya-
tanya tentang cara menangani
penyakitnya.
A: Masalah teratasi.
P: intervensi dihentikan
99

BAB 4
PEMBAHASAN

Dalam Bab pembahasan ini penulis menjelaskan mengenai

kesenjangan antara tinjauan teori dengan gambaran kasus dalam

pelaksanaan proses keperawatan gerontik pada Tn. “T” dengan

diagnosa medis gastritis di wisma langko balai sosial lanjut usia

“Mandalika” Mataram. pembahasan ini dilakukan pada setiap proses

keperawatan yaitu dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,

implementasi dan evaluasi

A. Pengkajian

Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan

adanya kesenjangan antara tinjauan teori dengan gambaran khusus.

Pada gambaran kasus penulis menemukan adanya persamaan

antara tinjauan teori dengan gambaran kasus.

Seperti pada kasus Tn. “T” di wisma langko Balai Sosial

Lanjut Usia “Mandalika” Mataram dengan keluhan yaitu nyeri ulu

hati disertai mual munta, secara umum hasil pengakjian pada

klayan Tn. “T” sesuai dengan yang tercantum dalam teori yaitu

pengkajian keluhan utama pada klayan gastritis yaitu nyeri ulu

hati. Riwayat kesehatan sekarang klayan mengeluh nyeri ulu hati

disertai mual muntah serta nafsu makan menurun.

101
100

Pada tinjauan Kasus, penulis melakukan pengkajian

berdasarkan konsep yang ada di teori, namun tidak semua

pengkajian dilakukan seperti mengakaji pola seksualitas dan pola

genetalia. Secara umum penulis sudah melakukan pengkajian

sesuai dengan konsep dan sesuai format pengkajian, ada hal yang

terdapat dalam konsep dan terdapat pada tinjauan kasus tetapi ada

pula yang ada ditinjauan kasus namun tidak ada di konsep.

Pada konsep teori, pemeriksaan-pemeriksaan penunjang

yang perlu dilakukan untuk menegakkan diagnosa antara lain

pemeriksaan darah, pemeriksaan pernafasan, pemeriksaan feses,

endoskopi saluran cerna bagian atas maupun rontgen saluran cerna

bagian atas. Pada kasus Tn. “T” dari lima pemeriksaan itu hanya

satu yang dilakukan yaitu yaitu pemeriksaan darah dan

pemeriksaan yang lain tidak dilakukan karna kurang alat

pemeriksaan disamping pertimbangan –pertimbangan lain seperti

ekonomis, efisien dan efektifitas terapi yang sudah tampak

hasilnya dalam kurun waktu yang singkat sehingga dengan hanya

melihat gejala-gejala klinik dan tanda-tanda yang khas dari

gastritis dokter dapat menegakkan diagnosa pastinya tanpa

menunggu pemeriksaan pemeriksaan yang seharusnya dilakukan.

B. Diagnosa Keperawatan

Pada diagnosa keperawatan, tidak semua diganosa

keperawatan yang ada pada teori bisa muncul pada saat


101

dilakukannya perumusan diagnosa keperawatan. Diagnosa

keperawatan yang ada pada teori antara lain :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri (biologi, kimia,

fisik, pskologi) ditandai dengan klien melaporkan nyeri secara

verbal atau nonverbal, posisi untuk mengurangi nyeri

,ekspresi wajah meringis.

2. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan,

mencerna, mengabsorpsi makanan karna faktor biologi,

psikologi atau ekonomi yang ditandai dengan BB 20% lebih

atau dibawah ideal , klien melaporkan intake makanan yang

kurang dari kebutuhan, membran mukosa dan konjungtiva

pucat, mudah merasa kenyang sesaat setelah mengunyah

makanan, melaporkan kurang makan , melaporkan perubahan

sensasi rasa, penurunan BB dengan intake yang adekuat ,

keengganan untuk makan, kram abdomen, kurang berminat

terhadap makanan.

3. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme pengaturan

ditandai dengan klien mengeluh haus, turgor kulit menurun,

membran mukosa atau kulit kering, nadi meningkat, TD

menurun, penurunan urin output, peningkatan suhu tubuh,

kehilangan BB mendadak.
102

4. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang

paparan,mudah lupa, misinterprestasi informasi, keterbatasan

kognitif ditandai dengan : klien mengungkapkan adanya

masalah, klien mengikuti instruksi kurang akurat.

Diagnosa keperawatan yang penulis dapatkan pada

kasus adalah :

a. Nyeri akut berhubungan dengan iritasi mukosa lambung,

peningkatan asam lambung, ditandai dengan : klayan

mengeluh nyeri ulu hati disertai mual muntah, klayan

mengatakan nafsu makan menurun, klyan tampak meringis,

klayan tampak memegang perut kiri bagian atas, nyeri terasa

tertusuk-tusuk, skala nyeri 7 (0-10) hilang timbul, nyeri

dirasakan setelah klayan mengkonsumsi makan makanan

pedas dan berbumbu, tanda-tanda vital: tekanan darah:

100/70 mmHg, nadi: 86x/menit, suhu : 36,6 C, RR:

22x/menit.

b. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan

berhubungan dengan anoreksia ditandai dengan : klayan

mengatakan nafsu makan menurun, klayan mengeluh nyeri

ulu hati disertai mual muntah, klayan mengatakan ada

kesulitan menelan, keadaan umum klayan lemah, tinggi

badan 160 cm, berat badan sebelum sakit 53 kg berat badan

saat sakit 50 kg.


103

c. Kurangpengetahuan berhubungan dengan misinterprestasi

informasi yang ditandai dengan klayan tidak tau cara

mengobati penyakitnya ketika kambuh,klayan terlihat

bingung dan bertanya-tanya tentang penyakit dan cara

menangani penyakitnya.

Diagnosa keperawatan yang tercantum pada teori, namun

tidak terdapat pada kasus klayan yaitu :

1. Kurang volume cairan berhubungan dengan kehilangan

volume cairan secara aktif, kegagalan mekanisme

pengaturan ditandai dengan klien mengeluh haus, turgor

kulit menurun, membran mukosa atau kulit kering, nadi

meningkat, TD menurun, penurunan urin output,

peningkatan suhu tubuh, kehilangan BB mendadak.

Penulis kemukakan bahwa dari hasil pengkajian pada data

ini ditemukan 4 diagnosa keperawatan yaitu semuanya

adalah masalah aktual. Dari 4 hanya hanya 3 diagnosa yang

sama dengan landasan teori, karna ada data-data yang

mendukung munculnya diagnosa tersebut. Hal ini

merupakan respon klayan terhadap penyakitnya.

Diagnosa Kurang volume cairan berhubungan dengan

kehilangan volume cairan secara aktif dan kegagalan

mekanisme pengaturan, tidak muncul pada kasus karna tidak


104

ditemukan data yang menunjang munculnya diagnosa

tersebut.

C. Rencana Keperawatan

Perencanaan adalah acuan yang terdiri beberapa intervensi

keperawatan yang direncanakan dapat mengatasai diagnosa

keperawatan sehingga klayan dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya.

Pada dasarnya perencanaan ini merupakan suatu proses yang

dinamis, berorientasi pada tujuan yang berubah-ubah sesuai

kondisi klyan Tn.“T”, semuanya telah mengacu dan sesuai dengan

konsep teori yang ada dan sesuai dengan kondis klayan Tn “T”,

semuanya telah mengacu dan sesuai dengan Nanda NIC NOC

sehingga dapat dilakukan secara terarah. Sedangkan dalam

melakukan prioritas masalah akan sangat tergantung dari kondisi

klayan saat itu.

Rumusan tujuan dan kriteria hasil yang telah penulis terapkan

dalam pemberian asuhan keperawatan terhadap TN. “T” secara

umum telah dapat dicapai sesuai dengan batas waktu yang telah

ditentukan sebelumnya yaitu : 3x24 jam.

Penulis telah menyusun rencana keperawatan yang telah

diberikan terhadap Tn. “T” sesuai dengan tinjauan teori dan

diagnosa keperawatan yang muncul, penulis telah melaksanakan

sepenuhnya intervensi yang telah disusun pada tahap

implementasi.
105

D. Tindakan Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan mengacu pada

rencana keperawatan pada Tn. “T”. Sedangkan pada kasus, tahap

pelaksanaan dilaksanakan sesuai dengan landasan teori dimana

penulis menerapkan rencana asuhan keperawatan yang telah

disusun pada tahap perencanaan.

Kesenjangan yang ada antara teori dan kasus adalah

persiapan alat dan bahan pada saat melakukan tindakan

keperawatan masih ada yang tidak sesuai. Dalam mengurangi

kebiasaan klayan yang sulit dilakukan karna klyan tidak

memperhatikan pola makan yang baik dan senang akan makanan

yang pedas dan berbumbu. Dalam penerapan asuhan keperawatan

klayan akan dapat memperlihatkan dan menjaga pola makan yang

baik dan teratur sehingga klayan dapat mengurangi kekambuhan

yang terjadi.

E. Evaluasi Keperawatan

Tahap evaluasi adalah tahap akhir dari proses

keperawatan yang merupakan tahap perbandingan hasil yang telah

dicapai dari kriteria hasil yang disebut pada perencanaan. Dari

empat diagnosa yang mucul pada gambaran data-data, semuanya

telah dapat teratasi menggunakan evalusi perkembangan adalah

SOAP. Adapun pada tahap evalusi ini penulis sudah melakukan

evalusi dengan melihat respon hasil pasien atau kriteria tujuan dari
106

bebrapa diagnosa yang penulis buat, makan semua diagnosa dapat

teratasi, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya

adalah fasilitas yang tersedia cukup memadai, klayan cukup

kooperatif selama dilakukan perawatan, serta peran perawat yang

selalu memperhatikan kebutuhan klayan dan memeberikan

perawatan sesuai dengan prosedur sehingga klayan dengan kondisi

membaik setelah menjalani perawatan selama tiga hari.


107

BAB 5

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kesimpulan ini akan diuraikan berdasarkan urutan asuhan keperawatan yaitu:

1. Pengkajian

Tahap pengkajian pada Tn. “T” dialaksanakan sesuai dengan konsep yaitu

diawali dengan pengumpulan data dengan melakukan wawancara

langsung dengan klayan. Klayan Tn. “T” mngeluh nyeri ulu hati disertai

mual muntah, nafsu makan menurun. Jadi data yang didapatkan dari hasil

pengkajian Tn.”T” hampir sama dengan konsep teori walaupun ada

beberapa data yang tidak ditemukan pada kasus nyata karna berkaitan

dengan respon masing-masing individu yang berbeda terhadap suatu

penyakit

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan dirumuskan sesuai dengan masalah yang

ditemukan dari hasil pengkajian melalui wawancara dan observasi yang

dilakukan pda Tn.”T”. Namun perlu diperhatikan perbedaan yang timbul

antara konsep teori dan tinjauan kasus. Dalam karya tulis ilmiah ini

diagnosa keperawatan yang muncul pada landasan teori terdapat juga pada

tinjauan kasus, namun ada satu diagnosa yang tidak muncul karna tidak

107
108

ditemukan data yang menunjang untuk menegakkan diagnosa tersebut saat

melakukan pengkajian.

3. Rencana Keperawatan

Menentukan prioritas keperawatan merupakan hal yang harus dilakukan

pada tahap perencanaan ini dan selanjutnya menulis rencana keperawatan.

Pada tahap ini penulis sudah membuat perencanaan sesuai dengan

diagnosa yang muncul pada klayan Tn.”T”. penulis menyusunnya

berdasarkan pada kebutuhan klayan pada saat itu dan kebutuhan yang

mengancam jiwa.

4. Tindakan Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan sesuai dengan

prioritas masalah dan fasilitas yang ada. Dalam tindakan keperawatan ini

semua tindakan dilaksanakan sesuai dengan teori sehingga tujuan dapat

dicapai. Pada tahap ini penulis tidak mengalami banyak kesulitan karena

klayan sangat kooperatif. Penulis sudah melaksanakan tindakan

berdasarkan rencana yang telah dibuat.

5. Evaluasi Keperawatan

Berdasarkan respon hasil selama melakukan tindakan semua

masalah yang ada dapat teratasi dengan tujuan yang ingin dicapai.

Evaluasi dilaksanakan melalui catatan perkembangan yang menggunakan

sistem SOAP.
109

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mencoba memberikan beberapa

saran untuk kesempurnaan dan keberhasilan pelaksanaan asuhan keperawatan

secara umum dan khususnya keperawatan pada klayan gastritis, antara lain:

1. Bagi Institusi Pendidikan

Dalam melakukan asuhan keperawatan pada klayan dengan gastritis,

bukanlah hal yang mudah, membutuhkan pengetahuan dan keterampilan

yang memadai serta keberanian, curahan pikiran, dan tenaga yang tidak

sedikit. Oleh karena itu penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini dapat

dijadikan sebagai kajian pustaka dan pengembangan ilmu keperawatan.

2. Bagi Lahan Prakek

Antara konsep dengan kenyataan dilapangan tidak serta merta harus

sesuai, seperti dalam hal sarana prasarana yang tidak lengkap dilapangan,

sehingga penulis berharap untuk selanjutnya sarana dan prasarana

terutama di Balai Sosial Lanjut Usia “Mandalika” Mataram NTB bisa

tersedia dengan lengkap untuk menunjang keberhasilan pelaksanaan

asuhan keperawatan untuk peneliti selanjutnya, serta sebagai bahan

masukan dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya pada klayan

dengan gastritis.

3. Bagi Peneliti Sendiri


110

Bagi penulis sendiri diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan penulis

dalam penerapan asuhan keperawatan khususnya pada klayan dengan

gasritis. Diharapkan pula setelah melakukan asuhan keperawatan ini,

diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dari segi pengetahuan, sikap

dan keterampilan sehingga dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada

kasus-kasus yang lain untuk selanjutnya.

4. Bagi Peneliti Selanjutnya

Melakukan asuhan keperawatan bukanlah hal yang mudah, oleh karena itu

penulis selanjutnya diharapkan agar mampu meningkatkan pengetahuan

dan keterampilan yang memadai, seperti dalam proses pengkajian harus

benar-benar secara mendetail, sehingga dalam penentuan diagnosa,

perumusan intervensi dan seterusnya sampai evaluasi akan lebih mudah,

sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai.

Anda mungkin juga menyukai