LAPORAN PENDAHULUAN
Oleh:
NIM: 70900119025
(...........................................)
(...........................................)
2020
Departemen Keperawatan Gerontik
KATA PENGANTAR
Makassar, Maret
2020
Penulis
Departemen Keperawatan Gerontik
BAB I
KONSEP DASAR LANSIA
A. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun (Price, 2012). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2011). Menurut Keliat
(1999) dalam Nurarif(2015).Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13
Tahun 2010 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nurarif, 2015).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Nahas, 2010).
B. Batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli
karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai
indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori
psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO)
mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :
C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
Departemen Keperawatan Gerontik
6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
j. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) selaput lendir vagina menurun/kering.
2) menciutnya ovarium dan uterus.
3) atropi payudara.
4) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
5) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik.
F. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Muttaqin,
2011).Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Departemen Keperawatan Gerontik
BAB II
KONSEP DASAR MEDIS
A. Pengertian
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan
yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi (Soenarwo, 2011).
Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh kejadian
biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara proses
degradasi dan sintesis dari kondrosit matriks ektraseluler tulang rawan sendi dan
tulang subkondral.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi
dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan
dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban
tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.
B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
1) Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
2) Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.
C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
a. Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
Departemen Keperawatan Gerontik
b. Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
c. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
d. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
e. Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
f. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi kronik, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran
synovial dan sel- sel radang.
g. Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi
akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga
memperceat proses degenerasi
h. Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
i. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
Departemen Keperawatan Gerontik
2. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan.Ketika lingkungan sekitarnya yang
tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit
ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup
dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area-area yang biasa
terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.
D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada
bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
E. Manifestasi klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
Departemen Keperawatan Gerontik
3. Kaku pagi
4. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan
7. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)
G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit.Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
Departemen Keperawatan Gerontik
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data
dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
kronik atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amatiwarna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Melakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial.
1) Mencatat bila ada deviasi (keterbatasan !erak sendi).
2) Mencatat bila ada krepitasi.
3) Mencatat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
4) Melakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral.
c. Mencatat bia ada atrofi, tonus yang berkurang.
d. Mengukur kekuatan otot.
e. Mengkaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya.
f. Mengkaji aktivitas/kegiatan sehari-hari.
4. Aktivitas/istirahat
Gejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda: malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
5. Kardiovaskur
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
Departemen Keperawatan Gerontik
6. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
7. Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau
cairan adekuat: mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
8. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri, ketergantungan pada orang lain.
9. Neurosensori
Gejala: kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda: pembengkakan sendi simetri.
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala: fase kronik dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
11. Keamanan
Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
12. Interaksi social
B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Intoleransi Aktivitasberhubungan dengan imobilitas
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan usia ≥ 60 tahun
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletas
7. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(PPNI, 2017).
Departemen Keperawatan Gerontik
C. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Luaran
No. Intervansi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri Kronik Nyeri menurun Manajemen Nyeri
berhubungan dengan
kondisi Observasi
muskuloskeletal 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kronis durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik
Terapeutik
1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS,
hipnosis, akupresur, dll)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istrahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.
(SIKI, 2018)
Departemen Keperawatan Gerontik
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau berjalan
Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan
(SIKI, 2018)
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat
(SIKI, 2018).
Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis.
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika
diperlukan
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur
4. Anjrkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidru REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkonstribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja.
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya.
(SIKI, 2018).
Terapeutik
1. Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
3. Diskusikan perubahan akibat puberitas,
kehamilan dan penuaan
4. Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka,
penyakit, pembedahan)
5. Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatab perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan mengkuti kelompok
pendukung
4. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
5. Latih peningkatan penampilan diri
6. Latih pengungkapan kemampuan diri
terhadap orang lain maupun kelompok
(SIKI, 2018).
Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
2. Siaokan keperluan pribadi
3. Dampingi dalam melakukan perawatan
diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima leadaan
ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan ritunitas perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
(SIKI, 2018).
7. Defisit Pengetahuan Pengerahuan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan
Meningkat
kurang terpapar Observasi
informasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Identifikasi faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat
Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
(SIKI, 2018).
Departemen Keperawatan Gerontik
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth, (2013) .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2.Jakarta : EGC
Corwin. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler. A., C, (2014). Rencana Asuhan
Keperwatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan Pasien.Edisi :
3. Jakarta:EGC
Frase, S. Blakeman, T. (2016).Asuhan keperawatan Lansia-Gerontik, 7, pp. 21-32
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
SistemPerkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical
Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University
Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta;
MediAction.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia “Definisi dan Indikator
Diagnostik”. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia “Definisi dan Tindakan”.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Volume 2 Edisi 8.Jakarta : EGC.