Anda di halaman 1dari 25

Departemen Keperawatan Gerontik

LAPORAN PENDAHULUAN

LANJUT USIA (LANSIA)

Oleh:

Ulfahmi Azmawi Zainul, S.Kep

NIM: 70900119025

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR


INSTITUSI

(...........................................)
(...........................................)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN ALAUDDIN MAKASSAR


Departemen Keperawatan Gerontik

2020
Departemen Keperawatan Gerontik

KATA PENGANTAR

Tiada kalimat yang paling pantas penulis panjatkan selain


puji syukur kehadirat Allah SWT yang telahmelimpahkan rahmat
dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis masih
diberi kesempatan dan nikmat kesehatan untuk menyelesaikan
suatu hasil karya berupa “laporan pendahuluan Osteoporosis”
Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada baginda
Rasulullah Muhammad SAW sebagai Sang Rahmatan Lil Alamin
dan para sahabat, yang telah berjuang untuk menyempurnakan
akhlak manusia di atas bumi ini.

Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tentu ada

kelemahan dan kekurangan dalam laporan pendahuluan ini, baik

dalam hal sistematika, pola penyampaian, bahasa, materi dan

sebagai akumulasi pengalaman penyusun dalam membaca,

mengamati, mendengar dan berbicara isi laporan kasus ini masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dari segenap pembaca,

penyusun mengharapkan kritik dan saran untuk lebih

meningkatkan mutu penulisan selanjutnya.

Makassar, Maret

2020

Penulis
Departemen Keperawatan Gerontik

BAB I
KONSEP DASAR LANSIA

A. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75
tahun (Price, 2012). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya
dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi
tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan
secara terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2011). Menurut Keliat
(1999) dalam Nurarif(2015).Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan
pada daur kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13
Tahun 2010 Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang
telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Nurarif, 2015).
Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat
diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap
perkembangan kronologis tertentu (Nahas, 2010).

B. Batasan Lansia
Batasan seseorang dikatakan Lanjut usia masih diperdebatkan oleh para ahli
karena banyak faktor fisik, psikis dan lingkungan yang saling mempengaruhi sebagai
indikator dalam pengelompokan usia lanjut. Proses peneuan berdasarkan teori
psikologis ditekankan pada perkembangan). World Health Organization (WHO)
mengelompokkan usia lanjut sebagai berikut :

1. Middle Aggge (45-59 tahun)


2. Erderly (60-74 tahun)
3. Old (75-90 tahun)
4. Very old (> 91 tahun)

C. Proses Menua
Menua adalah proses yang mengubah seorang dewasa sehat menjadi seorang
yang frail dengan berkurangnya sebagian besar cadangan sistem fisiologis dan
Departemen Keperawatan Gerontik

meningkatnya kerentanan terhadapa berbagai penyakit dan kematian ( Muttaqin,


2011).
Terdapat dua jenis penuaan, antara lain penuaan primer, merupakan proses
kemunduran tubuh gradual tak terhindarkan yang dimulai pada masa awal kehidupan
dan terus berlangsung selama bertahun-tahun, terlepas dari apa yang orang-orang
lakukan untuk menundanya. Sedangkan penuaan sekunder merupakan hasil penyakit,
kesalahan dan penyalahgunaan faktor-faktor yang sebenarnya dapat dihindari dan
berada dalam kontrol seseorang (Corwin, 2011).

D. Perubahan- perubahan yang terjadi pada lansia


1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin dan
integumen
a. Sistem pernafasan pada lansia.
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume udara
inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk sehingga
potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang& mengempisnya ) sehingga jumlah
udara pernafasan yang masuk keparu mengalami penurunan, kalau pada
pernafasan yang tenang kira kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas permukaan normal
50m²), menyebabkan terganggunya prose difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu prose
oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri juga
menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh sendiri.
7) kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret & corpus alium
dari saluran nafas berkurang sehingga potensial terjadinya obstruksi.
b. Sistem persyarafan.
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan.
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir.
Departemen Keperawatan Gerontik

3) Mengecilnya syaraf panca indera.


4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya syaraf
pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu dengan rendahnya
ketahanan terhadap dingin.
c. Perubahan panca indera yang terjadi pada lansia.
Penglihatan
1) Kornea lebih berbentuk skeris.
2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar.
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa).
4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap kegelapan
lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi.
6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang.
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada skala.
Pendengaran.
1) Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
2) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama
terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi, suara yang tidak
jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada usia diatas umur 65 tahun.
3) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis.
4) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena meningkatnya
kreatin.
Pengecap dan penghidu
1) Menurunnya kemampuan pengecap.
2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera makan
berkurang.
Peraba
1) Kemunduran dalam merasakan sakit.
2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.
d. Perubahan cardiovaskuler pada usia lanjut.
1) Katub jantung menebal dan menjadi kaku.
2) Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya.
Departemen Keperawatan Gerontik

3) Kehilangan elastisitas pembuluh darah.


4) Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk (duduk ke berdiri) bisa menyebabkan
tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg (mengakibatkan pusing
mendadak).
5) Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah
perifer (normal ± 170/95 mmHg ).
e. Sistem genitalia dan urinaria.
1) Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50%, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurangnya kemampuan mengkonsentrasi urin, berat
jenis urin menurun proteinuria (biasanya+1),BUN meningkat sampai 21 mg
%,nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat.
2) Vesika urinaria/kandung kemih, Otot otot menjadi lemah, kapasitasnya
menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi BAK meningkat,
vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut usia sehingga
meningkatnya retensi urin.
3) Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun.
4) Atropi vulva.
5) Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya lebih
alkali terhadap perubahan warna.
6) Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi kapasitas
untuk melakukan dan menikmati berjalan terus.
f. Sistem endokrin / metabolik pada lansia.
1) Produksi hampir semua hormon menurun.
2) Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah.
3) Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada di
pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH dan LH.
4) Menurunnya aktivitas tiriod turun dan menurunnya daya pertukaran zat.
5) Menurunnya produksi aldosteron.
6) Menurunnya sekresi hormon bonads: progesteron, estrogen, testosteron.
7) Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari sumsum
tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa (stess).
Departemen Keperawatan Gerontik

g. Perubahan sistem pencernaan pada usia lanjut.


1) Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang biasa
terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk dan gizi yang buruk.
2) Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir,
atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari syaraf pengecap
dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit.
3) Esofagus melebar.
4) Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam lambung
menurun, waktu mengosongkan menurun.
5) Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi.
6) Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu ).
7) Liver (hati), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah.
h. Sistem muskuloskeletal
1) Tulang kehilangan densikusnya Ù rapuh.
2) Resiko terjadi fraktur.
3) Kyphosis.
4) Persendian besar & menjadi kaku.
5) Pada wanita lansia > resiko fraktur.
6) Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas.
7) Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek (tinggi badan
berkurang ).
i. Perubahan sistem kulit & karingan ikat.
1) Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak.
2) Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
3) Kelenjar kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak
begitu tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi.
4) Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen.
5) Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan luka
luka kurang baik.
Departemen Keperawatan Gerontik

6) Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh.
7) Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna rambut
kelabu.
8) Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang menurun.
9) Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun.
10) Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang
banyak rendahnya akitfitas otot.
j. Perubahan sistem reproduksi dan kegiatan sexual.
1) selaput lendir vagina menurun/kering.
2) menciutnya ovarium dan uterus.
3) atropi payudara.
4) testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan secara
berangsur berangsur.
5) dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi kesehatan
baik.

E. Perubahan-perubahan Mental/ Psikologis


Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental adalah :
1. Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
2. Kesehatan umum
3. Tingkat pendidikan
4. Keturunan (herediter)
5. Lingkungan
6. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian
7. Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga.
9. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri dan
perubahan konsep diri.
Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih sering
berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang, kekakuan mungkin oleh karena
faktor lain seperti penyakit-penyakit.
Kenangan (memory) ada dua;1) kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai
berhari-hari yang lalu, mencakup beberapa perubahan,2) Kenangan jangka pendek
atau seketika (0-10 menit), kenangan buruk.
Departemen Keperawatan Gerontik

Intelegentia Quation; 1)tidak berubah dengan informasi matematika dan


perkataan verbal, 2)berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan psikomotor
terjadi perubahan pada daya membayangkan, karena tekanan-tekanan dari faktro
waktu.

F. Perubahan Spiritual
Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya (Muttaqin,
2011).Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berpikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Departemen Keperawatan Gerontik

BAB II
KONSEP DASAR MEDIS

A. Pengertian
Osteoartritis adalah kondisi dimana sendi terasa nyeri akibat inflamasi ringan
yang timbul karena gesekan ujung- ujung tulang penyusun sendi (Soenarwo, 2011).
Osteoartritis didefinisikan sebagai penyakit yang diakibatkan oleh kejadian
biologis dan mekanik yang menyebabkan gangguan keseimbangan antara proses
degradasi dan sintesis dari kondrosit matriks ektraseluler tulang rawan sendi dan
tulang subkondral.
Osteoartritis yang dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif atau
osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi) merupakan kelainan sendi yang paling
sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan ketidakmampuan (disabilitas).
Secara klinis osteoartritis ditandai dengan nyeri, deformitas, pembesaran sendi
dan hambatan gerak pada sendi-sendi tangan dan sendi besar. Seringkali berhubungan
dengan trauma maupun mikrotrauma yang berulang-ulang, obesitas, stress oleh beban
tubuh dan penyakit-penyakit sendi lainnya.

B. Klasifikasi
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi:
1) Tipe primer (idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang
berhubungan dengan osteoartritis.
2) Tipe skunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah mengalami fraktur.

C. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pencetus dari Osteoartritis yang banyak meyebabkan gejala,
meliputi:
a. Umur
Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan dengan bertambahnya usia
dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan endapannya berbentuk
pigmen yang berwarna kuning.
Departemen Keperawatan Gerontik

b. Pengausan
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui 2 mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
c. Kegemukan
Faktor kegemukan akan menambah beban pada sendi penopang berat badan,
sebaliknya nyeri atau cacat yang disebabkan oleh osteoartritis mengakibatkan
seseorang menjadi tidak aktif dan dapat menambah kegemukan
d. Trauma
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
e. Keturunan
Herbeden node merupakan salah satu bentuk osteortritis yang biasa ditemukan
pada pria yang kedua orang tuanya terkena osteoartritis sedangkan wanita,
hanya salah satu dari orang tuanya yang terkena.
f. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematoid, infeksi kronik, infeksi kronis) menimbulkan reaksi
peradangan dan pengeluaran enzim perusak matrik rawan sendi oleh membran
synovial dan sel- sel radang.
g. Joint mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormone pertumbuhan, maka rawan sendi
akan menebal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil/ seimbang sehingga
memperceat proses degenerasi
h. Penyakit Endokrin
Pada hipertiroidisme terjadi produksi air dan garam- garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehinggga merusak sifat fisik
rawan sendi, ligament. Tendon, synovial, dan kulit pada diabetes melitus,
glukosa akan menyebabkan produksi proteaglandin menurun.
i. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis,penyakit wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan homosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/ pirofosfat dalam rawan sendi.
Departemen Keperawatan Gerontik

2. Faktor Presipitasi
Mereka yang terdiagnosis osteoartritis, sangatlah diperlukan adanya
perhatian lebih mengenai keadaan lingkungan.Ketika lingkungan sekitarnya yang
tidak mendukung. Maka kemungkinan besar klien akan merasakan gejala penyakit
ini. Banyak diantaranya ketika keadaan suhu lingkungan sekitar klien yang cukup
dingin, maka klien akan merasa ngilu, kekakuan sendi pada area-area yang biasa
terpapar, sulit untuk mobilisasi dan bahkan kelumpuhan.

D. Patofisiologi
Penyakit sendi degeneratif merupakan suatu penyakit kronik, tidak meradang,
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
mengalami kemunduran dan degenerasi disertai dengan pertumbuhan tulang baru pada
bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan kondrosit
yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga diawali oleh
stress biomekanik tertentu. Pengeluaran enzim lisosom menyebabkan dipecahnya
polisakarida protein yang membentuk matriks di sekeliling kondrosit sehingga
mengakibatkan kerusakan tulang rawan.Sendi yang paling sering terkena adalah sendi
yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
vertebralis.Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
Osteoartritis pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan.
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya cedera
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.

E. Manifestasi klinis
1. Nyeri sendi, keluhan utama
2. Hambatan gerak sendi, gangguan ini biasanya semakin berat dengan pelan- pelan
sejalan dengan bertambahnya rasa nyeri.
Departemen Keperawatan Gerontik

3. Kaku pagi
4. Krepitasi, rasa gemeretak (kadang- kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
5. Pembesaran sendi (deformitas)
6. Perubahan gaya berjalan
7. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
gangguan gerak, rasa hangat yang merata dan warna kemerahan)

F. Pemeriksaan Diagnostik (Penunjang)


1. Foto sinar X pada sendi- sendi yang terkena. Perubahan-perubahan yang dapat
ditemukan adalah
a. Pembengkakan jaringan lunak
b. Penyempitan rongga sendi
c. Erosi sendi
d. Osteoporosis juksta artikuler
2. Tes Serologi
a. BSE Positif
b. Darah, bisa terjadi anemia dan leukositosis
3. Pemeriksaan radiologi
a. Periarticular osteopororsis, permulaan persendian erosi
b. Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, sub luksasi dan ankilosis
4. Aspirasi sendi
Cairan sinovial menunjukkan adanya kekurangan serta proses radang aseptik,
cairan dari sendi dikultur dan bisa diperiksa secara makroskopik.

G. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
deformitas atau kerusakan struktur penunjang sendi dengan perjalanan
penyakit.Pergeseran ulnar atau jari, subluksasi sendi metakarpofalangeal, deformitas
bautonmere dan leher angsa pada kaki terdapat protrusi (tonjolan) kaput metatarsal
yang timbul sekunder dari subluksasi metatarsal.
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus
peptikum yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat anti inflamasi
nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying
Departemen Keperawatan Gerontik

antirhematoid drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan


mortalitas utama pada arthritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik akibat
vaskulitis.

H. Terapi/ Tindakan Penanganan


Prinsip utama pengobatan penyakit osteoartritis adalah dengan mengistirahatkan
sendi yang terserang. Karena jika sendi yang terserang terus digunakan akan
memperparah peradangan. Dengan mengistiratakan sendi secara rutin dapat
mengurangi rasa nyeri yang ditimbulkan.Embidaian bisa digunakan untuk imobilisasi
dan mengistiratkan satu atau beberapa sendi.Tetapi untuk mencegah kekakuan dapat
dilakukan beberapa gerakkan yang sistematis. Obat- obat yang digunakan untuk
mengobati penyakit ini adalah:
1. Obat anti peradangan non steroid, yang paling sering digunakan adalah aspirin dan
ibuprofen. Obat ini mengurangi pembengkakan sendi dan mengurangi nyeri.
2. Obat slow-acting. Obat ini ditambahkan jika terbukti obat anti peradangan non
steroid tidak efektif setelah diberikan selama 2-3 bulan atau diberikan segera jika
penyakitnya berkembang cepat.
3. Kortikosteroid, misalnya prednison merupakan obat paling efektif untuk
mengurangi peradangan dibagian tubuh manapun. Kortikosteroid efektif digunakan
pada pemakaian jangka pendek, dan kurang efektif bila digunakan dalam jangka
panjang. Obat ini tidak memperlambat perjalanan pnyakit ini dan pemakaian
jangka panjang mengakibatkan berbagai efek samping., yang melibatkan hampir
setiap orang.
4. Obat Imunosupresif (contoh metotreksat,azatioprin, dan cyclophosphamide) efektif
unuk mengatasi artritis yang berat. Obat ini menekan peradangan sehingga
pemakaian kortikosteroid bisa dihindari atau diberikan dengan dosis rendah.
Ada sejumlah cara penatalaksanaan yang sengaja dirancang untuk mencapai
tujuan- tujuan ini. Pendidikan, istirahat, latihan fisik dan termoterapi, gizi dan obat-
obatan.
1. Langkah pertama dari program penatalaksanaan ini adalah memberikan pendidikan
yang cukup tentang penyakit kepada pasien, keluarganya dan siapa saja yang
Departemen Keperawatan Gerontik

berhubungan dengan pasien. Pendidikan yang di berikan meliputi pengertian


tentang patofisiologis, penyebab, dan prognosis penyakit ini, semua kompnen
program penatalaksanaan termasuk regimen obat yang kompleks, sumber- sumber
bantuan untuk mengatasi penyakit ini, dan metode-metode efektif tentang
penatalaksanaan yang diberikan oleh tim kesehatan. Proses pendidikan ini harus
dilakukan secara terus menerus. Bantuan dapat diperoleh melalui club penderita.
Badan- badan kemasyarakatan dan dari orang- orang lain yang juga pendeita
artritis reumatoid serta keluarga mereka.
2. Istirahat penting karena osteartiritis biasanya disertai rasa lelah yang hebat.
Walaupun rasa lelah dan kekakuan sendi itu bisa timbul setiap hari, tetapi ada
masa- masa ketika pasien merasa lebih baik atau lebih berat. Kekakuan dan rasa
tidak nyaman dapat meningkat apabila beristirahat, hal ini berarti bahwa pasien
dapat mudah terbangun dari tidurnya pada malam hari karena nyeri.
3. Latihan- latihan spesifik dapat bermanfaat dalam mempertahankan fungsi sendi.
Latihan ini mencakup gerakan aktif dan pasif pada semua sendi yang sakit,
sedikitnya dua kali sehari. Kompres panas pada sendi- sendi yang sakit dan
bengkak mungkin dapat mengurangi nyeri. Mandi parafin dengan suhu yang bisa
diatur dan mandi dengan suhu panas dan dingin dapat dilakukan di rumah.
4. Tindakan operatif dapat dilakukan apabila tindakan diatas sudah tidak dapat
menolong pasien lagi. Penggantian engsel (artoplasti) dilakukan dengan mengganti
engsel yang rusak dan diganti dengan alat lain yang terbuat dari plastik atau metal
yang disebut prostesis. Pembersihan sambungan (debridemen) dapat dilakukan
dengan mengangkat serpihan tulang rawan yang rusak yang mengganggu
pergerakan dan menyebabkan nyeri saat pergerakan tulang. Penataan tulang dapat
dipilih jika artroplasti tidak dipilih pada kondisi tertentu, seperti osteoartritis pada
anak dan remaja. Penataan ini dilakukan agar sambungan/ engsel tidakmenerima
beban saat melakukan pergerakan.
Departemen Keperawatan Gerontik

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data
dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ
lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi
kronik atau remisi dan keberadaaan bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya.
2. Riwayat Kesehatan
a. Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai. 
b. Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode waktu sebelum pasien
mengetahui dan merasakan adanya perubahan pada sendi.
3. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral),
amatiwarna kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan. 
b. Melakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial.
1) Mencatat bila ada deviasi (keterbatasan !erak sendi).
2) Mencatat bila ada krepitasi.
3) Mencatat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan.
4) Melakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral.
c. Mencatat bia ada atrofi, tonus yang berkurang.
d. Mengukur kekuatan otot.
e. Mengkaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya.
f. Mengkaji aktivitas/kegiatan sehari-hari.
4. Aktivitas/istirahat
Gejala: nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress
dengan sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda: malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau
kelainan pada sendi dan otot.
5. Kardiovaskur
Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik
kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal.
Departemen Keperawatan Gerontik

6. Integritas ego
Gejala: Faktor-faktor stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan sosial, keputusan dan
ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas diri misal
ketergantungan pada orang lain, dan perubahan bentuk anggota tubuh.
7. Makanan / cairan
Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau
cairan adekuat: mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda: penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
8. Hygiene
Gejala: berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri, ketergantungan pada orang lain.
9. Neurosensori
Gejala: kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari
tangan.
Tanda: pembengkakan sendi simetri.
10. Nyeri/kenyamanan
Gejala: fase kronik dari nyeri (disertai/tidak disertai pembengkakan jaringan
lunak pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan (terutama pada pagi hari).
11. Keamanan
Gejala: kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki,
kesulitan dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan
menetap, kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
12. Interaksi social

B. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri kronik berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis
2. Intoleransi Aktivitasberhubungan dengan imobilitas
3. Risiko Jatuh berhubungan dengan usia ≥ 60 tahun
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan hambatan lingkungan
5. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi tubuh
6. Defisit perawatan diri berhubungan dengan gangguan muskuloskeletas
7. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
(PPNI, 2017).
Departemen Keperawatan Gerontik

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Luaran
No. Intervansi Keperawatan
Keperawatan Keperawatan
1. Nyeri Kronik Nyeri menurun Manajemen Nyeri
berhubungan dengan
kondisi Observasi
muskuloskeletal 1. Identifikasi lokasi, karakteristik,
kronis durasi, frekuensi, kualitas dan
intensitas nyeri
2. Identifikasi skala nyeri
3. Identifikasi respon nyeri non verbal
4. Identifikasi faktor yang memperberat
dan memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan dan
keyakinan tentang nyeri
6. Identifikasi pengaruh budaya terhadap
respon nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah diberikan
9. Monitor efek samping penggunaan
analgetik

Terapeutik
1. Berikan terapi nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (Mis. TENS,
hipnosis, akupresur, dll)
2. Kontrol lingkungan yang memperberat
rasa nyeri (mis. suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
3. Fasilitasi istrahat dan tidur
4. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi meredakan
nyeri

Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
4. Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik, jika
perlu.

(SIKI, 2018)
Departemen Keperawatan Gerontik

2. Intoleransi Aktivitas Manajemen Energi


Aktivitasberhubungan
Membaik Observasi
dengan imobilitas
1. Identifikasi gangguan fungsi tubuh
yang mengakibatkan kelelahan
2. Monitor kelelahan fisik dan emosional
3. Monitor pola dan jam tidur
4. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
selama melakukan aktivitas

Terapeutik
1. Sediakan lingkungan nyaman dan
rendah stimulus (mis. cahaya, suara,
kunjungan)
2. Lakukan latihan rentang gerak pasif
dan/atau aktif
3. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
4. Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur,
jika tidak dapat berpindah atau berjalan

Edukasi
1. Anjurkan tirah baring
2. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
3. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
4. Ajarkan strategi koping untuk
mengurangi kelelahan

Kolaborasi
1. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang
cara meningkatkan asupan makanan

(SIKI, 2018)

3. Risiko Jatuh Pencegahan Jatuh


berhubungan dengan
usia ≥ 60 tahun Observasi
1. Identifikasi faktor resiko jatuh
(misalnya usia>60 tahun, penurunan
tingkat kesadaran, defisit kognitif,
hipotensi ortostatik, gangguan
keseimbangan, gangguan penglihatan,
neuropati)
2. Identifikasi resiko jatuh, setidaknya
Departemen Keperawatan Gerontik

sekali setiap sift atau sesuai dengan


kebijakan institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang
meningkatkan resiko jatuh (mis. Lantai
licin, penerangan kurang)
4. Hitung resiko jatuh dengan
menggunakan skala (mis. Fall Morse
Scale, Humpy Dumpy Scale,) jika perlu.
5. Monitor kemampuan berpindah dari
tempat tidur ke kursi roda atau
sebaliknya.
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan kepada pasien dan
keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi
roda selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi
terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh
dekat dengan pemamtauan perawat dari
nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis. Kursi
roda, walker).
7. Dekatkan bel pemanggil dalam
jangkauan pasien

Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika
membutuhkan bantuan untuk berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang
tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga
keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki
untuk meningkatkan keseimbangan saat
berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel
pemanggil untuk memanggil perawat
(SIKI, 2018).

4. Gangguan pola tidur Pola Tidur Dukungan Tidur


berhubungan dengan
Membaik
hambatan lingkungan Observasi
1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor pengganggu tidur
Departemen Keperawatan Gerontik

(Fisik dan/atau psikologis)


3. Identifikasi makanan dan minuman
yang mengganggu tidur (kopi, teh,
alkohol, makan mendekati waktu tidur,
minum banyak air sebelum tidur)
4. Identifikasi obat tidur yang dikonsumsi

Terapeutik
1. Modifikasi lingkungan (mis.
pencahayaan, kebisingan, suhu, matras
dan tempat tidur)
2. Batasi waktu tidur siang, jika
diperlukan
3. Fasilitasi menghilangkan stress sebelum
tidur
4. Tetapkan jadwal tidur rutin
5. Lakukan prosedur untuk meningkatkan
kenyamanan (mis. pijat, pengaturan
posisi, terapi akupresur)
6. Sesuaikan jadwal pemberian obat
dan/atau tindakan untuk menunjang
siklus tidur terjaga
Edukasi
1. Jelaskan pentingnya tidur cukup selama
sakit
2. Anjurkan menepati kebiasaan waktu
tidur
3. Anjurkan menghindari
makanan/minuman yang mengganggu
tidur
4. Anjrkan penggunaan obat tidur yang
tidak mengandung supresor terhadap
tidru REM
5. Ajarkan faktor-faktor yang
berkonstribusi terhadap gangguan pola
tidur (mis. psikologis, gaya hidup,
sering berubah shift bekerja.
6. Ajarkan relaksasi otot autogenik atau
cara nonfarmakologi lainnya.
(SIKI, 2018).

5. Gangguan citra tubuh Citra Tubuh Promosi Citra Tubuh


berhubungan dengan
Membaik
perubahan fungsi Observasi
tubuh 1. Identifikasi harapan citra tubuh
Departemen Keperawatan Gerontik

berdasarkan tahab perkembangan


2. Identifikasi budaya, agama, jenis
kelamin, dan umur terkait citra tubuh
3. Identifikasi perubahan citra tubuh yang
mengakibatkan isolasi sosial
4. Monitor frekuensi pernyataan kritik
terhadap diri sendiri
5. Monitor apakah pasien bisa melihat
bagian tubuh yang berubah

Terapeutik
1. Diskusikan perubahan tubuh dan
fungsinya
2. Diskusikan perbedaan penampilan fisik
terhadap harga diri
3. Diskusikan perubahan akibat puberitas,
kehamilan dan penuaan
4. Diskusikan kondisi stress yang
mempengaruhi citra tubuh (mis. Luka,
penyakit, pembedahan)
5. Diskusikan cara mengembangkan
harapan citra tubuh secara realistis
6. Diskusikan persepsi pasien dan
keluarga tentang perubahan citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga tentang
perawatab perubahan citra tubuh
2. Anjurkan mengungkapkan gambaran
diri terhadap citra tubuh
3. Anjurkan mengkuti kelompok
pendukung
4. Latih fungsi tubuh yang dimiliki
5. Latih peningkatan penampilan diri
6. Latih pengungkapan kemampuan diri
terhadap orang lain maupun kelompok
(SIKI, 2018).

6. Defisit perawatan diri Perawatan Diri Dukungan Perawatan Diri


berhubungan dengan
Meningkat
gangguan Observasi
muskuloskeletas 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
perawtan diri sesuai usia
2. Monitor tingkat kemandirian
3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
kebersihan diri, berpakaian, berhias dan
makan
Departemen Keperawatan Gerontik

Terapeutik
1. Sediakan lingkungan yang terapeutik
2. Siaokan keperluan pribadi
3. Dampingi dalam melakukan perawatan
diri sampai mandiri
4. Fasilitasi untuk menerima leadaan
ketergantungan
5. Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak
mampu melakukan perawatan diri
6. Jadwalkan ritunitas perawatan diri

Edukasi
1. Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan
(SIKI, 2018).
7. Defisit Pengetahuan Pengerahuan Edukasi Kesehatan
berhubungan dengan
Meningkat
kurang terpapar Observasi
informasi 1. Identifikasi kesiapan dan kemampuan
menerima informasi
2. Identifikasi faktor yang dapat
meningkatkan dan menurunkan
motivasi perilaku hidup bersih dan
sehat

Terapeutik
1. Sediakan materi dan media pendidikan
kesehatan
2. Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai
kesepakatan
3. Berikan kesempatan untuk bertanya

Edukasi
1. Jelaskan faktor risiko yang dapat
mempengaruhi kesehatan
2. Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
3. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
(SIKI, 2018).
Departemen Keperawatan Gerontik

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth, (2013) .Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
volume 2.Jakarta : EGC
Corwin. 2011. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., & Geissler. A., C, (2014). Rencana Asuhan
Keperwatan pedoman untuk Perencanaan Keperawatan Pasien.Edisi :
3. Jakarta:EGC
Frase, S. Blakeman, T. (2016).Asuhan keperawatan Lansia-Gerontik, 7, pp. 21-32
Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
SistemPerkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Nahas, Meguid El & Adeera Levin.2010.Chronic Kidney Disease: A Practical
Guide to Understanding and Management. USA : Oxford University
Press.
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta;
MediAction.
PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia “Definisi dan Indikator
Diagnostik”. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia “Definisi dan Tindakan”.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI
Price, S. A., & Wilson, L. M. (2012). Patofisiologi konsep klinis proses-proses
penyakit. Jakarta: EGC
Smeltzer, S.2013. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan
Suddarth.Volume 2 Edisi 8.Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai