Oleh :
TRI MURTINURAINI
11192154
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. Teori Menua
Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh
(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori sosial,
teori genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat
metabolisme dan teori kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang
berkembang dalam pembahasan tentang teori proses menjadi tua (menua) yang
hingga saat ini di anut oleh gerontologis, maka dalam tingkatan
kompetensinya, perawat perlu mengembangkan konsep dan teori keperawatan
sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses menjadi tua
(menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh para ilmuan perlu
implikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga praktik
keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan
masyarakat.
3. Perubahan Cardiovaskuler
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
d. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak )
e. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg )
4. Perubahan Sistem Genito Urinaria
a. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50
%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya +
1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin
c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
d. Atropi vulva
e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
f. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus
c. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada
di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH
dan LH
d. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron
c. Kyphosis
c. Gangguan halusinasi
C. Definisi Penyakit
D. Etiologi
1. Faktor Keturunan
penderita hipertensi
2. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :
d. Kebiasaan hidup
F. Klasifikasi / Derajat
1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
G. Pathway
Sumber: (Smeltzer & Bare, 2008)
3. Methyldopa
4. MgSO4
7. Tensigard 3 x 1 tablet
8. Amlodipine 1 x 5-10 mg
Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada
penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat
ini meliputi :
penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,
bersepeda, berenang dan lain - lain. Intensitas olah raga yang baik antara
60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal
a. Tehnik Biofeedback
ketegangan.
b. Tehnik relaksasi
lanjut.
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / Hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor - faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN ( Blood Urea Nitrogen )
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
4. Kalium Serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan Trigliserid Serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan Tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
BAB II
A. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan system tubuh. Pendekatan yang digunakan
dalam melakukan pemeriksaan fisik yaitu Head to toe. Dilakukan Wawancara
seperti
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
2. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia
C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.
Intervensi :
a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Intervensi :
Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman.
Intervensi :
Intervensi :
Intervensi :
Kriteria Hasil : Klien paham dengan tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan
Intervensi :
D. Evaluasi Keperawatan