Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PADA NY. R DENGAN HIPERTENSI


KEPERAWATAN GERONTIK

Oleh :

TRI MURTINURAINI

11192154

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERTAMEDIKA
JAKARTA 2020/2021

BAB I
TINJAUAN TEORI

A. Teori Menua
Ada beberapa teori tentang penuaan, sebagaimana dikemukakan oleh
(Maryam, 2008), yaitu teori biologi, teori psikologi, teori kultural, teori sosial,
teori genitika, teori rusaknya sistem imun tubuh, teori menua akibat
metabolisme dan teori kejiwaan sosial. Berdasarkan pengetahuan yang
berkembang dalam pembahasan tentang teori proses menjadi tua (menua) yang
hingga saat ini di anut oleh gerontologis, maka dalam tingkatan
kompetensinya, perawat perlu mengembangkan konsep dan teori keperawatan
sekaligus praktik keperawatan yang didasarkan atas teori proses menjadi tua
(menua) tersebut. Postulat yang selama ini di yakini oleh para ilmuan perlu
implikasikan dalam tataran nyata praktik keperawatan, sehingga praktik
keperawatan benar-benar mampu memberi manfaat bagi kehidupan
masyarakat.

Perkembangan ilmu keperawatan perlu diikutip dengan pengembangan praktik


keperawatan, yang pada akhirnya mampu memberikan kontribusi terhadap
masalah masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat. Secara umum,
implikasi/ praktik keperawatan yang dapat dikembangkan dengan proses
menua dapat didasarkan dapat teori menua/secara biologis, psikologis, dan
sosial. Berkut adalah uraian bentuk-bentuk aplikasi asuhan keperawatan yang
diberikan kepada individu yang negalami proses penuaan, dengan di dasarkan
pada teori yang mendasari prose menua itu sendiri. Iplikasi keperawatan yang
diberikan di dasarkan atau asumsi bahwa tindkan keperawatan yang diberikan
lebih di tekankan pada upaya untuk memodifikasi faktor - faktor secara teoritis
di anggap dapat mempercepat prose penuaan. Istilah lain yang digunakan untuk
menunjukkan teori menua adalah senescence. Menurut Sunaryo (2016),
senescence diartikan sebagai perubahan perilaku sesuai usia akibat penurunan
kekuatan dan kemampuan adaptasi.
Seseorang dikatakan lansia ialah apabila berusia 60 tahun atau lebih, karena
faktor tertentu tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya baik secara
jasmani,rohani maupun sosial (Nugroho, 2012). Usia 65 tahun merupakan
batas minimal untuk kategori lansia,setiap lansia adalah unik oleh karena itu
perawat harus memberikan pendekatan yang berbeda antara satu sama lainya
(Potter et al 2009)

Usia 65 tahun merupakan batas minimal untuk kategori lansia,setiap lansia


adalah unik oleh karena itu perawat harus memberikan pendekatan yang
berbeda antara satu sama lainya (Potter et al 2009)
1. Batasan umur lansia menurut kesehatan dunia ( WHO ) meliputi :
a. Usia pertengahan ( middle age ) ( 45-59 tahun )
b. Lanjut usia ( elderly ) ( 60-74 tahun )
c. Lanjut usia tua ( old ) ( 75-90 tahun )
d. Usia sangat tua ( very old ) ( di atas 90 tahun)

2. Menurut Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age ) > 65 tahun,masa


lanjut usia itu sendiri di bagi tiga batasan umur yaitu Young old 70 -75
tahun,Old 75-80 tahun,very old > 80 tahun. (Efendi, 2009)

3. Menurut Dra. Ny. Jos Masdani ( psikolog dari universitas Indonesia ),


lanjut usia merupakan kelanjutan usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi
menjadi empat bagian, yaitu :
a. Fase iuventus, antara usia 25-40 tahun
b. Fase verilitas, antara usia 40-50 tahun
c. Fase praesenium, antara usia 55-65 tahun
d. Fase senium, antara usia 65 tahun hingga tutup usia
B. Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Proses Menua

Banyak faktor yang menyebabkan seseorang menjadi tua melalui proses


penuaan yang kemudian menyebabkan sakit, dan akhirnya membawa pada
kematian. Pada dasarnya, berbagai faktor itu dapat dikelompokkan menjadi
faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas,
hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem
kekebalan yang menurun dan gen. Faktor eksternal yang utama adalah gaya
hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan
ekonomi. Jika faktor penyebab itu dapat dihindari, maka proses penuaan tentu
dapat dicegah, diperlambat, bahkan mungkin dihambat dan kualitas hidup
dapat dipertahankan. Artinya, usia harapan hidup menjadi lebih panjang
dengan kualitas hidup yang baik (Pangkahila, 2011).

Dan faktor-faktor tersebut mempengaruhi perubahan yang terjadi pada lansia,


yaitu seperti :
1. Perubahan Fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai kesemua sistem organ tubuh,
diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria,
endokrin dan integumen.
a. Sistem Pernafasan Pada Lansia :
1) Otot pernafasan kaku dan kehilangan kekuatan, sehingga volume
udara inspirasi berkurang, sehingga pernafasan cepat dan dangkal.
2) Penurunan aktivitas silia menyebabkan penurunan reaksi batuk
sehingga potensial terjadi penumpukan sekret.
3) Penurunan aktivitas paru ( mengembang & mengempisnya )
sehingga jumlah udara pernafasan yang masuk keparu mengalami
penurunan, kalau pada pernafasan yang tenang kira - kira 500 ml.
4) Alveoli semakin melebar dan jumlahnya berkurang ( luas
permukaan normal 50m²), menyebabkan terganggunya proses
difusi.
5) Penurunan oksigen (O2) Arteri menjadi 75 mmHg menggangu
prose oksigenasi dari hemoglobin, sehingga O2 tidak terangkut
semua kejaringan.
6) CO2 pada arteri tidak berganti sehingga komposisi O2 dalam arteri
juga menurun yang lama kelamaan menjadi racun pada tubuh
sendiri.
7) Kemampuan batuk berkurang, sehingga pengeluaran sekret &
corpus alium dari saluran nafas berkurang sehingga potensial
terjadinya obstruksi.
b. Sistem Persyarafan Pada Lansia :
1) Cepatnya menurunkan hubungan persyarafan
2) Lambat dalam merespon dan waktu untuk berfikir
3) Mengecilnya syaraf panca indera
4) Berkurangnya penglihatan, hilangnya pendengaran, mengecilnya
syaraf pencium & perasa lebih sensitif terhadap perubahan suhu
dengan rendahnya ketahanan terhadap dingin.

2. Perubahan Panca Indera


a. Penglihatan
1) Kornea lebih berbentuk skeris
2) Sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya respon terhadap sinar
3) Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa)
4) Meningkatnya ambang pengamatan sinar : daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam cahaya gelap.
5) Hilangnya daya akomodasi
6) Menurunnya lapang pandang & berkurangnya luas pandang
7) Menurunnya daya membedakan warna biru atau warna hijau pada
skala
b. Pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) :
1) Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara, antara lain nada nada yang tinggi,
suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata kata, 50 % terjadi pada
usia diatas umur 65 tahun
2) Membran timpani menjadi atropi menyebabkan otosklerosis
3) Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras karena
meningkatnya kreatin
c. Pengecap dan penghidu
1) Menurunnya kemampuan pengecap
2) Menurunnya kemampuan penghidu sehingga mengakibatkan selera
makan berkurang
d. Peraba
1) Kemunduran dalam merasakan sakit
2) Kemunduran dalam merasakan tekanan, panas dan dingin.

3. Perubahan Cardiovaskuler
a. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
b. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1 % pertahun sesudah
berumur 20 tahun. Hal ini menyebabkan menurunnya kontraksi dan
volumenya
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
d. Kurangnya efektifitasnya pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur keduduk ( duduk ke berdiri ) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
( mengakibatkan pusing mendadak )
e. Tekanan darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer (normal ± 170/95 mmHg )
4. Perubahan Sistem Genito Urinaria
a. Ginjal, Mengecil dan nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, penyaringan diglomerulo menurun sampai 50
%, fungsi tubulus berkurang akibatnya kurangnya kemampuan
mengkonsentrasi urin, berat jenis urin menurun proteinuria ( biasanya +
1 ) ; BUN meningkat sampai 21 mg % ; nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat.
b. Vesika urinaria / kandung kemih, Otot otot menjadi lemah,
kapasitasnya menurun sampai 200 ml atau menyebabkan frekwensi
BAK meningkat, vesika urinaria susah dikosongkan pada pria lanjut
usia sehingga meningkatnya retensi urin
c. Pembesaran prostat ± 75 % dimulai oleh pria usia diatas 65 tahun
d. Atropi vulva
e. Vagina, Selaput menjadi kering, elastisotas jaringan menurun juga
permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang, reaksi sifatnya
lebih alkali terhadap perubahan warna.
f. Daya sexual, Frekwensi sexsual intercouse cendrung menurun tapi
kapasitas untuk melakukan dan menikmati berjalan terus

5. Perubahan Sistem Endokrin / Metabolik

a. Produksi hampir semua hormon menurun

b. Fungsi paratiroid dan sekesinya tak berubah

c. Pituitary, Pertumbuhan hormon ada tetapi lebih rendah dan hanya ada
di pembuluh darah dan berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH
dan LH
d. Menurunnya aktivitas tiriod Ù BMR turun dan menurunnya daya
pertukaran zat
e. Menurunnya produksi aldosteron

f. Menurunnya sekresi hormon bonads : progesteron, estrogen, testosteron


g. Defisiensi hormonall dapat menyebabkan hipotirodism, depresi dari
sumsum tulang serta kurang mampu dalam mengatasi tekanan jiwa
(stess)

6. Perubahan Sistem Pencernaan

a. Kehilangan gigi, Penyebab utama adanya periodontal disease yang


biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi kesehatan
gigi yang buruk dan gizi yang buruk
b. Indera pengecap menurun, Adanya iritasi yang kronis dari selaput
lendir, atropi indera pengecap (± 80 %), hilangnya sensitivitas dari
syaraf pengecap dilidah terutama rasa manis, asin, asam & pahit
c. Esofagus melebar

d. Lambung, rasa lapar menurun (sensitivitas lapar menurun ), asam


lambung menurun, waktu mengosongkan menurun.
e. Peristaltik lemah & biasanya timbul konstipasi

f. Fungsi absorbsi melemah ( daya absorbsi terganggu )


g. Liver ( hati ), Makin mengecil & menurunnya tempat penyimpanan,
berkurangnya aliran darah

7. Perubahan Sistem Muskuloskeletal


a. Tulang kehilangan densikusnya rapuh

b. Resiko terjadi fraktur

c. Kyphosis

d. Persendian besar & menjadi kaku

e. Pada wanita lansia > resiko fraktur

f. Pinggang, lutut & jari pergelangan tangan terbatas


g. Pada diskus intervertebralis menipis dan menjadi pendek ( tinggi badan
berkurang ) :
1) Gerakan volunter Ù gerakan berlawanan

2) Gerakan reflektonik Ù Gerakan diluar kemauan sebagai reaksi


terhadap rangsangan pada lobus
3) Gerakan involunter Ù Gerakan diluar kemauan, tidak sebagai
reaksi terhadap suatu perangsangan terhadap lobus
4) Gerakan sekutu Ù Gerakan otot lurik yang ikut bangkit untuk
menjamin efektifitas dan ketangkasan otot volunteer

8. Perubahan Sistem Kulit Dan Jaringan Ikat


a. Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak
b. Kulit kering & kurang elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya
jaringan adiposa
c. Kelenjar keringat mulai tak bekerja dengan baik, sehingga tidak begitu
tahan terhadap panas dengan temperatur yang tinggi
d. Kulit pucat dan terdapat bintik bintik hitam akibat menurunnya aliran
darah dan menurunnya sel sel yang meproduksi pigmen
e. Menurunnya aliran darah dalam kulit juga menyebabkan penyembuhan
luka luka kurang baik
f. Kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan rapuh
g. Pertumbuhan rambut berhenti, rambut menipis dan botak serta warna
rambut kelabu
h. Pada wanita > 60 tahun rambut wajah meningkat kadang kadang
menurun
i. Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun
j. Keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas
yang banyak rendahnya akitfitas otot
9. Perubahan Sistem Reproduksi Dan Kegiatan Seksual
a. Perubahan sistem reprduksi
1) Selaput lendir vagina menurun / kering
2) Mengecilnya ovarium dan uterus
3) Atropi payudara
4) Testis masih dapat memproduksi meskipun adanya penurunan
secara berangsur - angsur
5) Dorongan sex menetap sampai usia diatas 70 tahun, asal kondisi
kesehatan baik
b. Kegiatan seksual
Seksualitas adalah kebutuhan dasar manusia dalam manifestasi
kehidupan yang berhubungan dengan alat reproduksi. Setiap orang
mempunyai kebutuhan sexual, disini kita bisa membedakan dalam tiga
sisi, yaitu :
1) Fisik, secara jasmani sikap sexual akan berfungsi secara biologis
melalui organ kelamin yang berhubungan dengan proses reproduksi
2) Rohani, secara rohani tertuju pada orang lain sebagai manusia,
dengan tujuan utama bukan untuk kebutuhan kepuasan sexualitas
melalui pola pola yang baku seperti binatang dan
3) Sosial, secara sosial untuk kedekatan dengan suatu keadaan intim
dengan orang lain yang merupakan suatu alat yang apling
diharapkan dalam menjalani sexualitas
Seksualitas pada lansia sebenarnya tergantung dari caranya, yaitu
dengan cara yang lain dari sebelumnya, membuat pihak lain
mengetahui bahwa ia sangat berarti untuk anda. Juga sebagai pihak
yang lebih tua tampa harus berhubungan badan, msih banyak cara lain
unutk dapat bermesraan dengan pasangan anda. Pernyataan pernyataan
lain yang menyatakan rasa tertarik dan cinta lebih banyak mengambil
alih fungsi hubungan seksualitas dalam pengalaman seks.
10. Perubahan Mental / Psikologis

a. Faktor - faktor yang mempengaruhi perubahan mental, yaitu :


1) Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat Pendidikan
4) Keturunan (herediter)
5) Lingkungan
6) Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan
ketulian
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri dan perubahan konsep diri

Perubahan kepribadian yang drastis keadaan ini jarang terjadi lebih


sering berupa ungkapan yang tulus dari perasaan seseorang,
kekakuan mungkin oleh karena faktor lain seperti penyakit-
penyakit.
Kenangan (memory) ada dua, yaitu :

a) Kenangan jangka panjang, berjam-jam sampai berhari-hari


yang lalu, mencakup beberapa perubahan
b) Kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit), kenangan
buruk

Intelegentia Quation, yaitu :

a) Tidak berubah dengan informasi matematika dan perkataan


verbal
b) Berkurangnya penampilan, persepsi dan keterampilan
psikomotor terjadi perubahan pada daya membayangkan,
karena tekanan - tekanan dari faktor waktu
11. Perubahan Proses Pengaruh Penuaan Pada Fungsi Psikososial

a. perubahan fisik, sosial mengakibatkan timbulnya penurunan fungsi,


kemunduran orientasi, penglihatan, pendengaran mengakibatkan
kurangnya percaya diri pada fungsi mereka
b. Mundurnya daya ingat, penurunan degenerasi sel sel otak

c. Gangguan halusinasi

d. Lebih mengambil jarak dalam berinteraksi

e. Fungsi psikososial, seperti kemampuan berfikir dan gambaran diri

12. Perubahan Spiritual

Agama atau kepercayaan makin terintegarsi dalam kehidupannya


(Maslow,1970). Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal
ini terlihat dalam berpikir dan bertindak dalam sehari-hari. (Murray dan
Zentner,1970).

C. Definisi Penyakit

Hipertensi adalah keadaan sesorang yang mengalami peningkatan tekanan


darah diatas normal sehingga mengakibatkan peningkatan angka morbiditas
maupun mortalitas,tekanan darah fase sistolik 140 mmHg menunjukan fase
darah yang sedang di pompa oleh jantung dan fase sistolik 90 mmHg
menunjukan fase darah yang balik ke jantung (Triyanto,2014).

Hipertensi merupakan gangguan kesehatan yang ditandai adanya tekanan


sistolik >140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. Pada populasi lansia,
hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg. Tekanan sistolik 150 - 155 mmHg dianggap masih normal
pada lansia (Sudarta, 2013).

D. Etiologi

1. Elastisitas dinding aorta menurun

2. Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah

berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa darah menurun

menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.

4. Kehilangan elastisitas pembuluh darah Hal ini terjadi karena kurangnya

efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi

5. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer

Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,

datadata penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor Keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi

2. Ciri Perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah :

a. Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )

b. Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )


c. Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )

d. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :

1) Konsumsi garam yang tinggi (melebihi dari 30 gr)


2) Kegemukan atau makan berlebihan
3) Stress
4) Merokok
5) Minum alcohol
6) Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

E. Tanda Dan Gejala


Hipertensi sulit dideteksi oleh seseorang sebab hipertensi tidak memiliki
tanda/ gejala khusus. Gejala - gejala yang mudah untuk diamati seperti terjadi
pada gejala ringan yaitu pusing atau sakit kepala, cemas, wajah tampak
kemerahan, tengkuk terasa pegal, cepat marah, telinga berdengung, sulit tidur,
sesak napas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, mata berkunang - kunang,
mimisan (keluar darah di hidung) (Fauzi, 2014; Ignatavicius, Workman, &
Rebar, 2017).
Selain itu, hipertensi memiliki tanda klinis yang dapat terjadi, diantaranya
adalah (Smeltzer, 2013)

1. Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi bahwa tidak ada abnormalitas lain


selain tekanan darah tinggi
2. Perubahan yang terjadi pada retina disertai hemoragi, eksudat,
penyempitan arteriol, dan bintik katun-wol (cotton-wool spots) (infarksio
kecil), dan papiledema bisa terlihat pada penderita hipertensi berat
3. Gejala biasanya mengindikasikan kerusakan vaskular yang saling
berhubungan dengan sistem organ yang dialiri pembuluh darah yang
terganggu.
4. Dampak yang sering terjadi yaitu penyakit arteri koroner dengan angina
atau infark miokardium.
5. Terjadi Hipertrofi ventrikel kiri dan selanjutnya akan terjadi gagal jantung.

6. Perubahan patologis bisa terjadi di ginjal (nokturia, peningkatan BUN,


serta kadar kreatinin).
7. Terjadi gangguan serebrovaskular (stroke atau serangan iskemik transien
TIA yaitu perubahan yang terjadi pada penglihatan atau kemampuan
bicara, pening, kelemahan, jatuh mendadak atau hemiplegia transien atau
permanen.

F. Klasifikasi / Derajat

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Darmojo, 1977):

1. Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg
dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.
2. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160
mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

Hipertensi dapat diklasifikasikan berdasarkan tekanan darah pada orang


dewasa menurut Triyono (2014)
Kategori Tekanan Darah Tekanan Darah
Sistolik Diastolik
Normal <130 mmHg <85 mmhg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 ringan 140-159 mmHg 90-99 mmHg
Stadium 2 sedang 160-179 mmHg 100-109 mmHg
Stadium 3 berat 180-209 mmHg 110-119 mmHg
Stadium 4 maligna ≥210 mmHg ≥120 mmHg

Menurut Smeltzer (2013),berdasarkan penyebab terjadinya hipertensi terbagi


atas 2 bagian yaitu :
1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya,dan sering terjadi pada populasi dewasa
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain,
seperti penyempitan arteri renali, Ginjal, Glomerulonefritis, Pielonefritis,
Nekrosis tubular akut, Tumor, Vascular, Aterosklerosis, Hiperplasia,
Trombosis, Aneurisma, Emboli kolestrol, Vaskulitis, Kelainan endokrin,
DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme, Saraf, Stroke, Ensepalitis,
kehamilan. Selain itu dapat juga diakibatkan karena Obat – obatan
Kontrasepsi oral Kortikosteroid, medikasi tertentu dan penyebab lainnya.

G. Pathway
Sumber: (Smeltzer & Bare, 2008)

H. Penatalaksanaan Secara Medis


Menurut Irwan (2016) Hipertensi ringan sampai sedang, dicoba dulu diatasi
dengan pengobatan non medikamentosa selama 2 - 4 minggu. Medikamentosa
hipertensi stage 1 mulai salah satu obat berikut :
1. Hidroklorotiazid (HCT) 12,5-25 mg/hari dosis tunggal pagi hari
2. Propanolol 2 x 20-40 mg sehari

3. Methyldopa

4. MgSO4

5. Kaptopril 2-3 x 12,5 mg sehari

6. Nifedipin long acting (short acting tidak dianjurkan) 1 x 20-60 mg

7. Tensigard 3 x 1 tablet

8. Amlodipine 1 x 5-10 mg

9. Diltiazem (3 x 30-60 mg sehari) kerja panjang 90 mg sehari. Sebaiknya


dosis dimulai dengan yang terendah, dengan evaluasi berkala dinaikkan
sampai tercapai respons yang diinginkan. Lebih tua usia penderita,
penggunaan obat harus lebih hati-hati. Hipertensi sedang sampai berat
dapat diobati dengan kombinasi HCT + propanolol, atau HCT + kaptopril,
bila obat tunggal tidak efektif. Pada hipertensi berat yang tidak sembuh
dengan kombinasi di atas, ditambahkan metildopa 2 x 125-250 mg.

Penderita hipertensi dengan asma bronchial jangan beri beta blocker. Bila ada
penyulit/ hipertensi emergensi segera rujuk ke rumah sakit.

I. Penatalaksanaan Terapi Komplementer

Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan

sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa obat

ini meliputi :

1. Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :


a. Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
2. Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan terarah yang dianjurkan untuk

penderita hipertensi adalah olah raga yang mempunyai empat prinsip yaitu:

Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti lari, jogging,

bersepeda, berenang dan lain - lain. Intensitas olah raga yang baik antara

60-80 % dari kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal

yang disebut zona latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit

berada dalam zona latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan

paling baik 5 x perminggu.

3. Edukasi Psikologis, pemberian edukasi psikologis untuk penderita


hipertensi meliputi :

a. Tehnik Biofeedback

Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan

pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar

oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan biofeedback terutama

dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan

migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan

ketegangan.

b. Tehnik relaksasi

Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk

mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita

untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks

c. Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )

Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan

pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien


dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih

lanjut.

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin / Hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan (viskositas)
dan dapat mengindikasikan factor - faktor resiko seperti
hiperkoagulabilitas, anemia
2. BUN ( Blood Urea Nitrogen )
Memberikan informasi tentang perfusi ginjal
3. Glukosa
Hiperglikemi (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi ) dapat
diakibatkan oleh peningkatan katekolamin ( meningkatkan hipertensi )
4. Kalium Serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama ( penyebab )
atau menjadi efek samping terapi diuretik.
5. Kalsium Serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
6. Kolesterol dan Trigliserid Serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya
pembentukan plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
7. Pemeriksaan Tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi

8. Kadar Adosteron Urin / Serum


Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
9. Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya
diabetes
10. Asam Urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
11. Steroid Urin
Kenaikkan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
12. IVP ( Intravenous Pyelography )
Dapat mengidentifikasi penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim
ginjal, batu ginjal / ureter
13. Foto Dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
14. CT Scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
15. EKG ( Elektrocardiogram )
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit
jantung hipertensi.

BAB II

Rencana Asuhan Keperawatan Berdasarkan Teori

Menurut Depkes (2012) dimaksudkan untuk memberikan bantuan, bimbingan,


pengawasan, perlindungan dan pertolongan kepada lanjut usia secara individu
maupun kelompok seperti lingkungan keluarga atau di rumah, Panti werdha atau
puskesmas yang diberikan oleh perawat. Untuk asuhan keperawatan yang masih
dapat dilakukan anggota keluarga atau bukan tenaga keperawatan diperlukan
latihan sebelumnya atau bimbingan langsung pada waktu tenaga keperawatan
melakukan asuhan keperawatan di rumah sakit atau panti.
Adapun asuhan keperawatan dasar yang diberikan, disesuaikan pada kelompok
lanjut usia, apakah lanjut usia aktif atau pasif, antara lain :
1. Lanjut usia aktif : asuhan keperawatan dapat berupa dukungan tentang
personal hygiene, kebersihan gigi dan mulut atau pembersihan gigi palsu,
kebersihan diri termasuk kepala, rambut, badan, kuku, mata serta telinga;
kebersihan lingkungan seperti tempat tidur, dan ruangan; maknana yang
sesuai misalnya porsi kecil bergizi, bervariaasi dan mudah dicerna dan
kesegaran jasmani.
2. Untuk lanjut usia pasif : hal yang perlu diperhatikan pada dasarnya sama
seperti di atas, khususnya bagi lansia yang lumpuh perlu dicegah terjadinya
dekubitus.

A. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Fisik dapat dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi untuk mengetahui perubahan system tubuh. Pendekatan yang digunakan
dalam melakukan pemeriksaan fisik yaitu Head to toe. Dilakukan Wawancara
seperti
1. Pandangan lanjut usia tentang kesehatannya
2. Kegiatan yang mampu dilakukan lanjut usia

3. Kebiasaan Lanjut usia merawat diri sendiri

4. Kekuatan fisik lanjut usia otot, sendi, penglihatan dan pendengaran

5. Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, buang air besar/kecil

6. Kebiasaan gerak badan.olah raga.senam lanjut usia

7. Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang sangat bermakna dirasakan

8. Kebiasaan lanjut usia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam


minum obat.
9. Masalah - masalah seksual yang dirasakan
B. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular.

2. intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
3. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan
peningkatan tekanan vaskuler serebral.
4. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan gangguan sirkulasi.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output ditandai
dengan pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah untuk melakukan
aktivitasnya secara mandiri, Pasien terlihat dibantu orang lain saat melakukan
aktivitas

6. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses penyakit

C. Intervensi Keperawatan
1. Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan
peningkatan afterload, vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi
ventricular.
Tujuan : Afterload tidak meningkat, tidak terjadi vasokonstriksi, tidak terjadi
iskemia miokard.

Kriteria Hasil : Klien berpartisifasi dalam aktivitas yang menurunkan tekanan


darah / bebankerja jantung, mempertahankan TD dalam rentang individu yang
dapat diterima, memperlihatkan normal dan frekwensi jantung stabil dalam
rentang normal pasien.

Intervensi :

a. Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer

c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas


d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler

e. Catat edema umum

f. Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas.

g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditemapt tidur/kursi


h. Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan.

i. Lakukan tindakan yang nyaman sepert pijatan punggung dan leher

j. Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan

k. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah

l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi

m. Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum,


ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2.
Tujuan : Aktivitas pasien terpenuhi.

Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /


diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur.

Intervensi :

a. Kaji toleransi pasien terhadap aktivitas dengan menggunkan parameter :


frekwensi nadi 20 per menit diatas frekwensi istirahat.
b. catat peningkatanTD, dipsnea, atau nyeri dada, kelelahan berat dan
kelemahan, berkeringat, pusig atau pingsan. (Parameter menunjukan respon
fisiologis pasien terhadap stress, aktivitas dan indicator derajat pengaruh
kelebihan kerja/ jantung).
c. Kaji kesiapan untuk meningkatkan aktivitas contoh : penurunan kelemahan /
kelelahan, TD stabil, frekwensi nadi, peningkatan perhatian padaaktivitas
dan perawatan diri. (Stabilitas fisiologis pada istirahatpenting untuk
memajukan tingkat aktivitas individual)
d. Dorong memajukan aktivitas / toleransi perawatan diri. (Konsumsioksigen
miokardia selama berbagai aktivitas dapat meningkatkan jumlah oksigen
yang ada.Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatantiba-tiba pada
kerja jantung).
e. Berikan bantuan sesuai kebutuhan dan anjurkan penggunaan kursi mandi,
menyikat gigi / rambut dengan duduk dan sebagainya. (teknik penghematan
energi menurunkan penggunaan energi dan sehingga membantu
keseimbangan suplai dan kebutuhan oksigen
f. Dorong pasien untuk partisifasi dalam memilih periode aktivitas. (Seperti
jadwal meningkatkan toleransi terhadap kemajuan aktivitas danmencegah
kelemahan).

3. Gangguan rasa nyaman : nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan


peningkatan tekanan vaskuler serebral.
Tujuan : Tekanan vaskuler serebral tidak meningkat.

Kriteria Hasil : Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala dan tampak
nyaman.

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan


b. Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
c. Batasi aktivitas
d. Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
e. Beri obat analgesia dan sedasi sesuai pesanan
f. Beri tindakan yang menyenangkan sesuai indikasi seperti kompres es, posisi
nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinas, hindari konstipasi

4. Potensial perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung


berhubungan dengan gangguan sirkulasi.

Tujuan : Sirkulasi tubuh tidak terganggu.

Kriteria Hasil : Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik


seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada
keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.

Intervensi :

a. Pertahankan tirah baring; tinggikan kepala tempat tidur


b. Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan
pemantau tekanan arteri jika tersedia.
c. Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai pesanan
d. Amati adanya hipotensi mendadak.
e. Ukur masukan dan pengeluaran
f. Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai pesanan.
g. Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan.

5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan cardiac output


ditandai dengan pasien mengatakan badannya terasa lemas dan susah
untuk melakukan aktivitasnya secara mandiri, Pasien terlihat dibantu
orang lain saat melakukan aktivitas

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam


diharapkan pasien dapat melakukan aktivitasnya sendiri dengan kriteria hasil
Kriteria Hasil : Klien dapat berpartisipasi dalam aktivitas yang di inginkan /
diperlukan, melaporkan peningkatan dalam toleransi aktivitas yang dapat
diukur

Intervensi :

a. meningkatnya energi untuk melakukan aktivitas

b. menurunnya gejala – gejala intoleransi aktivitas

c. Berikan dorongan untuk aktivitas / perawatan diri bertahap jika dapat


ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan
d. Instruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energy

e. Beri jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu


istirahat sepanjang siang dan sore

6. Kurangnya pengetahuan b.d kurangnya informasi tentang proses


penyakit

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan diharapkan terjadi peningkatan


pengetahuan pada klien dengan KH

Kriteria Hasil : Klien paham dengan tentang proses penyakit dan regimen
pengobatan

Intervensi :

a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar.termasuk orang terdekat.

Rasional : kesalahan konsep dan menyangkal diagnose karena perasaan


sejahtera yang sudah lama dinikmati mempengaruhi minat pasien dan/orang
terdekat untuk mempelajari penyakit,kemajuan,dan prognosis.bila pasien
tidak menerima realitas bahwa membutuhkan pengobatan continue,maka
perubahan prilaku tidak akan dipertahankan.
b. Terapkan dan nyatakan batas TD normal.jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung,pembuluh darah ,ginjal dan otak.
Rasioanal :Memberikan dasar untuk pemahaman tentang peningkatan TD
dan mengklarisifikasi istilah medis yang sering digunakan.pemahaman
bahwa TD tinggi dapat terjadi tanpa gejala adalah ini untuk memungkinkan
pasien melanjutkan pengobatan meskipun ketika merasa sehat.
c. Hindari mengatakan TD normal dan gunakan istilah”terkontrol dengan baik
“saat menggambarkan tekanan darah pasien TD pasien dalam batas yang
normal.
Rasional :Karena pengobatan untuk pasien hipertensi adalah sepanjang
kehidupan,maka dengan penyampaian ide”terkontrol”akan membantu
pasien untuk memahami kebutuhan untuk melanjutkan
pengobatan/medikasi

D. Evaluasi Keperawatan

Anda mungkin juga menyukai