Anda di halaman 1dari 46

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny ST dengan HIPERTENSI

DI SUSUN OLEH

FRILLY RAMPENGAN

711440118036

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN MANADO

PRODI DIPLOMA III JURUSAN KEPERAWATAN

2020
LAPORAN PENDAHULUAN
A. Lanjut Usia
1. Pengertian lansia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum, seseorang
dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia bukan suatu
penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang ditandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres lingkungan.
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini berkaitan dengan
penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan kepekaan secara individual
(Efendi, 2009).
2. Batasan lansia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1 ayat 2 yang
berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam puluh) tahun
ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi empat
kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut usia
(elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat tua
(very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu : pertama (fase
inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55 tahun, ketiga (fase
presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65 hingga tutup usia. d.
Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia (geriatric age): > 65
tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu sendiri dibagi menjadi tiga
batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80
tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan
kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler,
sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin
dan integumen.
1) Keseluruhan
Berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body
mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang elastis
karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat dan terdapat
bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan menurunnya sel-sel
yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki menjadi tebal dan
rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat, rambut menipis atau
botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya.
Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang menurun,
keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.

2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan otot
akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa
darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output, berkurangnya
heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas pembuluh darah, tekanan
darah meningkat akibat meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer,
bertaTn. Sanjang dan lekukan, arteria termasuk aorta, intima bertambah tebal,
fibrosis.
4) Sistem perkemiha
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal menurun
sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi tubulus
berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin menurun,
proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot yang melemah,
frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit dikosongkan pada pria
akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran prostat (75% usia di atas 65
tahun), bertambahnya glomeruli yang abnormal, berkurangnya renal blood
flow, berat ginjal menurun 39-50% dan jumlah nephron menurun, kemampuan
memekatkan atau mengencerkan oleh ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku, menurunnya
aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli ukurannya melebar dari
biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri menurun menjadi 75 mmHg,
berkurangnya maximal oxygen uptake, berkurangnya reflek batuk.
6) Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa lapar
menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung menurun,
peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan konstipasi, kemampuan
absorbsi menurun, produksi saliva menurun, produksi HCL dan pepsin
menurun pada lambung.
7) Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan hilangnya
respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya ambang pengamatan
sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat cahaya
gelap), berkurangnya atau hilangnya daya akomodasi, menurunnya lapang
pandang (berkurangnya luas pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap
warna yaitu menurunnya daya membedakan warna hijau atau biru pada skala
dan depth perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran timpani
menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen sehingga
mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratif osikel,
bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya persepsi nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol, reaksi
menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya aktifitas sel
T, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH, FSH
dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme menurun,
menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi hormon gonads yaitu
progesteron, estrogen dan aldosteron. Bertambahnya insulin, norefinefrin,
parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan uterus,
atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun adanya penurunan
berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai di atas usia 70 tahun, asal
kondisi kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega, asam,
setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi. Faktor
yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak
diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia cukup
beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan menciptakan
minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun memberikan kesempatan
untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari
lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk-duduk di
rumah. Perubahan psikososial yang lain adalah merasakan atau sadar akan
kematian, kesepian akibat pengasingan diri lingkungan sosial, kehilangan hubungan
dengan teman dan keluarga, hilangnya kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan
konsep diri dan kematian pasangan hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan
dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan

B. Hipertensi
1. Pengertian Hipertensi
Tekanan darah yaitu jumlah gaya yang diberikan oleh darah di bagian dalam
arteri saat darah dipompa ke seluruh sistem peredaran darah. Tekanan darah tidak
pernah konstan. Tekanan darah dapat berubah drastis dalam hitungan detik dan
menyesuaikan diri dengan tuntutan pada saat itu (Herbert Benson,dkk,2012). Hipertensi
atau yang lebih dikenal dengan tekanan darah tinggi adalah penyakit kronik akibat
desakan darah yang berlebihan dan hampir tidak konstan pada arteri. Tekanan
dihasilkan oleh kekuatan jantung ketika memompa darah. Hipertensi berkaitan dengan
meningkatnya tekanan pada arterial sistemik baik diastolik maupun sistolik atau kedua-
duanya secara terus-menerus (Sutanto,2010).

2. Klasifikasi Hipertensi
WHO (World Health Organization) dan ISH (International Society of
Hypertension) mengelompokan hipertensi sebagai berikut:
Tabel 1.1. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO – ISH
Kategori Tekanan darah Tekanan darah
sistol (mmHg) diastol (mmHg)
Optimal <120 <80
Normal <130 <85
Normal-tinggi 130-139 85-89
Grade 1 (hipertensi ringan) 140-149 90-99
Sub group (perbatasan) 150-159 90-94
Grade 2 (hipertensi sedang) 160-179 100-109
Grade 3 (hipertensi berat) >180 >110
Hipertensi sistolik terisolasi ≥140 <90
Sub-group (perbatasan) 140-149 <90
Sumber: (Suparto, 2010)
3. Jenis Hipertensi
Menurut Herbert Benson, dkk, berdasarkan etiologinya hipertensi dibedakan menjadi
dua, yaitu:
a. Hipertensi esensial (hipertensi primer atau idiopatik) adalah hipertensi yang tidak
jelas penyebabnya. Hal ini ditandai dengan terjadinya peningkatan kerja jantung
akibat penyempitan pembuluh darah tepi. Lebih dari 90% kasus hipertensi termasuk
dalam kelompok ini. Penyebabnya adalah multifaktor, terdiri dari faktor genetik,
gaya hidup, dan lingkungan.
b. Hipertensi sekunder, merupakan hipertensi yang disebabkan oleh penyakit sistemik
lain yaitu, seperti renal arteri stenosis, hyperldosteronism, hyperthyroidism,
pheochromocytoma, gangguan hormon dan penyakit sistemik lainnya (Herbert
Benson, dkk, 2012).
4. Gejala Hipertensi
Gejala-gejala hipertensi, yaitu: sakit kepala, mimisan, jantung berdebar-debar,
sering buang air kecil di malam hari, sulit bernafas, mudah lelah, wajah memerah,
telinga berdenging, vertigo, pandangan kabur. Pada orang yang mempunyai riwayat
hipertensi kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat ataupun
kecenderungan yang berlebihan akan terjadi vasokonstriksi perifer yang akan
menyebabkan terjadinya hipertensi temporer (Kaplan N.M, 2010).
5. Patofisiologi Hipertensi
Peningkatan curah jantung dapat terjadi melalui 2 cara yaitu peningkatan volume
cairan (preload) dan rangsangan syaraf yang mempengaruhi kontraktilitas jantung.
6. Pathway Hipertensi
Faktor predisposisi: usia, jenis kelamin, stress, kurang
olahraga, genetik, konsentrasi garam.

Kerusakan vaskuler pembuluh darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak

Resistensi pembuluh darah otak

Nyeri tengkuk/kepala

Gangguan pola tidur


Sumber : Huda Nurarif & Kusuma H., (2015)

7. Komplikasi Hipertensi
a. Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak atau akibat embolus
yang terlepas dari pembuluh non otak yang terkena tekanan darah.
b. Dapat terjadi infrak miokardium apabila arteri koroner yang aterosklerotik tidak
menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk trombus yang
menghambat aliran darah melalui pembuluh tersebut.
c. Dapat terjadi gagal ginjal karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi pada
kapiler-kapiler ginjal, glomelurus. Dengan rusaknya glomelurus, darah akan
mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksik dan kematian.
d. Ensefalopati (kerusakan otak) dapat terjadi terutama pada hipertensi maligna.
Tekanan yang sangat tinggi pada kelainan ini menyebabkan peningkatan tekanan
kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang interstisium di seluruh susunan saraf
pusat (Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
8. Cara Pencegahan Hipertensi
a. Penurunan berat badan
b. Mengurangi tingkat stress
c. Olahraga
d. Mengontrolkan diri rutin jika mempunyai riwayat hipertensi keturunan(Huda
Nurarif & Kusuma H, 2015).
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium
1) Hb/Ht: untuk mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan
(viscositas) dan dapat mengindikasikan faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,
anemia.
2) BUN/kreatinin: memberikan informasi tentang perfusi/ fungsi ginjal.
3) Glukosa: hiperglikemi ( DM adalah pencetus hipertensi) dapat di akibatkan
oleh pengeluaran kadar ketokolamin.
4) Urinalisa: darah, protein, glucosa, mengisyaratkan disfungsi ginjal dan adanya
DM.

b. CT Scan: mengkaji adanya tumor cerebral, encelopati.


c. RKG: dapat menunjukan pola regangan dimana luas, peninggian gelombang P
adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi.
d. IUP: mengidentifikasi penyebab hipertensi seperti batu ginjal, perbaikan ginjal.
e. Photo dada: menunjukan destruksi klasifikasi pada area katup, pembesaran
jantung(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
10. Penatalaksanaan Hipertensi
Penanganan hipertensi dibagi menjadi dua yaitu:
a. Penanganan secara farmakologi
Pemberian obat deuretik, betabloker, antagonis kalsium, golongan penghambat
konversi rennin angiotensi(Huda Nurarif & Kusuma H, 2015).
b. Penanganan secara non-farmakologi
1) Pemijatan untuk pelepasan ketegangan otot, meningkatkan sirkulasi darah, dan
inisiasi respon relaksasi. Pelepasan otot tegang akan meningkatkan
keseimbangan dan koordinasisehingga tidur bisa lebih nyenyak dan sebagai
pengobat nyeri secara non-farmakologi.
2) Menurunkan berat badan apabila terjadi gizi berlebih (obesitas).
3) Meningkatkan kegiatan atau aktifitas fisik.
4) Mengurangi asupan natrium.
5) Mengurangi konsumsi kafein dan alkohol (Widyastuti, 2015).
C. Insomnia
1. Pengertian
Insomnia adalah ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan tidur baik
kualitas maupun kuantitas.Jenis insomnia ada 3 macam yaitu insomnia inisial atau tidak
dapat memulai tidur, insomnia intermitten atau tidak bisa mempertahankan tidur atau
sering terjaga dan insomnia terminal atau bangun secara dini dan tidak dapat tidur
kembali (Potter, 2005).
Untuk menyembuhkan insomnia, maka terlebih dahulu harus dikenali
penyebabnya.Artinya, kalau disebabkan penyakit tertentu, maka untuk mengobatinya
maka penyakitnya yang harus disembuhkan terlebih dahulu (Aman, 2005).

2. Penyebab Insomnia
Sebab-sebab terjadinya insomnia antara lain :
a. Suara atau bunyi : Biasanya orang dapat menyesuaikan dengan suara atau bunyi
sehingga tidak mengganggu tidurnya. Misalnya seseorang yang takut diserang atau
dirampok, pada malam hari terbangun berkali-kali hanya suara yang halus
sekalipun.
b. Suhu udara : Kebanyakan orang akan berusaha tidur pada suhu udara yang
menyenangkan bagi dirinya. Bila suhu udara rendah memakai selimut dan bila suhu
tinggi memakai pakaian tipis, insomnia ini sering dijumpai didaerah tropic.
c. Tinggi suatu daerah ; Insomnia merupakan gejala yang sering dijumpai pada
mountain sickness (mabuk udara tipis), terjadi pada pendaki gunung yang lebih dari
3500 meter diatas permukaan air laut.
d. Penggunaan bahan yang mengganggu susunan saraf pusat : insomnia dapat terjadi
karena penggunaan bahan-bahan seperti kopi yang mengandung kafein, tembakau
yang mengandung nikotin dan obatobat pengurus badan yang mengandung
anfetamin atau yang sejenis.
e. Penyakit psikologi : Beberapa penyakit psikologi ditandai antara lain dengan
adanya insomnia seperti pada gangguan afektif, gangguan neurotic, beberapa
gangguan kepribadian, gangguan stress pascatrauma dan lain-lain (Joewana, 2006).
3. Tipe-tipe insomnia
Insomnia terdiri atas tiga tipe :
a. Tidak bisa masuk atau sulit masuk tidur yang disebut juga insomniainisial dimana
keadaan ini sering dijumpai pada orang-orang muda.Berlangsung selama 1-3 jam
dan kemudian karena kelelahan iabias tertidur juga. Tipe insomnia ini bisa diartikan
ketidakmampuanseseorang untuk tidur.
b. Terbangun tengah malam beberapa kali, tipe insomnia ini dapat masuktidur dengan
mudah, tetapi setelah 2-3 jam akan terbangun dan tertidurkembali, kejadian ini
dapat terjadi berulang kali. Tipe insomnia inidisebut jaga intermitent insomnia.
c. Terbangun pada waktu pagi yang sangat dini disebut juga insomniaterminal,
dimana pada tipe ini dapat tidur dengan mudah dan cukupnyenyak, tetapi pada saat
dini hari sudah terbangun dan tidak dapat tidur lagi (Erry 2000)
4. Dampak Insomnia
Insomnia dapat memberi efek pada kehidupan seseorang, antara lain :
a. Efek fisiologis : Karena kebanyakan insomnia diakibatkan oleh stress
b. Efek psikologis : Dapat berupa gangguan memori, gangguan berkonsentrasi,
kehilangan motivasi, depresi dan lain-lain.
c. Efek fisik/somatic : Dapat berupa kelelahan, nyeri otot, hipertensi dan sebagainya.
d. Efek sosial : Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
e. Kematian orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam.
Hal ini mungkin disebabkan karena penyakit yang mengindiksi insomnia yang
memperpendek angka harapan hidup atau karena higharousal state yang terdapat
pada insomnia. Selain itu, orang yangmenderita insomnia memiliki kemungkinan 2
kali lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan
orangyang normal (Turana, 2007).
D. Resiko Jatuh
1. Definisi
Jatuh sering terjadi atau dialami oleh usia lanjut. Banyak faktor berperan di
dalamnya, baik faktor intrinsic dalam diri lansia tersebut seperti gangguan gaya
berjalan, kelemahan otot ekstremitas bawah, kekakuan sendi, sinkope dan dizzines, serta
faktor ekstrinsik seperti lantai yang licin dan tidak rata, tersandung benda-benda,
penglihatan kurang karena cahaya kurang terang, dan sebagainya.
Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata, yang
melihat kejadian mengakibatkan seseorang mendadak terbaring/terduduk di lantai /
tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka (Reuben,
1996 ).
2. Prevalensi
Berdasar survai di masyarakat AS, Tinetti ( 1992 ) mendapatkan sekitar 30%
lansia umur lebih dari 65 tahun jatuh setiap tahunnya, separuh dari angka tersebut
mengalami jatuh berulang.
Reuben dkk ( 1996 ) mendapatkan insiden jatuh di masyarakat AS pada umum
lebih dari 65 tahun berkisar ⅓ populasi lansia setiap tahun, dengan rata-rata jatuh
0,6/orang. Insiden di rumah – rumah perawatan (nursing home) 3 kali lebih banyak
( Tinetti, 1992 ). 5 % dari penderita jatuh ini mengalami patah tulang atau memerlukan
perawatan di rumah sakit.
Kane dkk ( 1994 ) mendapatkan dari survai masyarakat di AS ⅓ lansia umur
lebih dari 65 tahun menderita jatuh setiap tahunnya dan sekitar 1/40 memerlukan
perawatan rumah sakit. Sedangkan di rumah – rumah perawatan sekitar 50%
penghuninya mengalami jatuh dengan akibat antara 10 – 25%nya memerlukan
perawatan di rumah sakit.
3. Morbiditas
Kecelakan merupakan penyebab kematian no.6 di Amerika Serikat tahun 1992,
dan no.5 pada 1994 untuk penderita lansia, 2/3 nya akibat jatuh. Kematian akibat jatuh
sangat sulit diidentifikasi karena sering tidak disadari oleh keluarga atau dokter
pemeriksanya, sebaliknya jatuh juga bisa merupakan akibat penyakit lain misalnya
serangan jantung mendadak. (Tinetty, 1992).
Fraktur kolum femoris merupakan merupakan komplikasi utama akibat jatuh
pada lansia, diderita oleh 200.000 lebih lansia di AS pertahun, sebagian besar wanita. Di
estimasikan 1% lansia yang jatuh akan mengalami fraktur kolum femoris, 5% akan
mengalami fraktur tulang lain seperti iga, humerus, pelvis dan lain-lain, 5% akan
mengalami perlukaan jaringan lunak. Perlukaan jaringan lunak yang serius seperti
subdural hematom, hemarthroses, memar dan keseleo otot juga sering merupakan
komplikasi akibat jatuh.( Kane et al, 1994 ).
Fraktur kolum femoris merupakan fraktur yang berhubungan dengan proses
menua dan osteoporosis. Wanita mempunyai risiko tinggi dibanding laki – laki untuk
terjadinya fraktur dan perlukaan akibat jatuh.Risiko untuk terjadinya perlukaan akibat
jatuh merupakan efek gabungan dari penurunan respon perlindungan diri ketika jatuh
dan besar kekuatan terbantingnya (Reuben, 1996).
4. Faktor Resiko
Untuk dapat memahami faktor risiko jatuh, maka harus dimengerti bahwa
stabilitas badan ditentukan atau dibentuk oleh:
a. Sistem sensori
Yang berperan di dalamnya adalah: visus ( penglihatan ), pendengaran, fungsi
vestibuler, dan proprioseptif. Semua gangguan atau perubahan pada mata akan
menimbulkan gangguan penglihatan. Semua penyakit telinga akan menimbulkan
gangguan pendengaran. Vertigo tipe perifer sering terjadi pada lansia yang diduga
karpena adanya perubahan fungsi vestibuler akibat proses manua. Neuropati perifer
dan penyakit degeneratif leher akan mengganggu fungsi proprioseptif ( Tinetti,
1992 ). Gangguan sensorik tersebut menyebabkan hampir sepertiga penderita lansia
mengalami sensasi abnormal pada saat dilakukan uji klinik.
b. Sistem saraf pusat ( SSP )
SSP akan memberikan respon motorik untuk mengantisipasi input sensorik.
Penyakit SSP seperti stroke, Parkinson, hidrosefalus tekanan normal, sering diderita
oleh lansia dan menyebabkan gangguan fungsi SSP sehingga berespon tidak baik
terhadap input sensorik ( Tinetti, 1992 ).
c. Kognitif
Pada beberapa penelitian, dementia diasosiasikan dengan meningkatkan risiko
jatuh.
d. Muskuloskeletal ( Reuben, 1996; Tinetti, 1992; Kane, 1994; Campbell, 1987;
Brocklehurs, 1987 ).
e. Faktor ini disebutkan oleh beberapa peneliti merupakan faktor yang benar – benar
murni milik lansia yang berperan besar terhadap terjadinya jatuh.Gangguan
muskuloskeletal. Menyebabkan gangguan gaya berjalan (gait) dan ini berhubungan
dengan proses menua yang fisiologis. Gangguan gait yang terjadi akibat proses
menua tersebut antara lain disebabkan oleh:

1) Kekakuan jaringan penghubung


2) Berkurangnya massa otot
3) Perlambatan konduksi saraf
4) Penurunan visus / lapang pandang
5) Kerusakan proprioseptif
Yang kesemuanya menyebabkan:
1) Penurunan range of motion ( ROM ) sendi
2) Penurunan kekuatan otot, terutama menyebabkan kelemahan ekstremitas
bawah
3) Perpanjangan waktu reaksi
4) Kerusakan persepsi dalam
5) Peningkatan postural sway ( goyangan badan )
Semua perubahan tersebut mengakibatkan kelambanan gerak, langkah
yang pendek, penurunan irama, dan pelebaran bantuan basal.Kaki tidak dapat
menapak dengan kuat dan lebih cenderung gampang goyah. Perlambatan reaksi
mengakibatkan seorang lansia susah / terlambat mengantisipasi bila terjadi
gangguan seperti terpleset, tersandung, kejadian tiba – tiba, sehingga
memudahkan jatuh.
5. Penyebab Jatuh Pada Lansia
Penyebab jatuh pada lansia biasanya merupakan gabungan beberapa faktor,
antara lain: ( Kane, 1994; Reuben , 1996; Tinetti, 1992; campbell, 1987; Brocklehurs,
1987 ).
a. Kecelakaan : merupakan penyebab jatuh yang utama ( 30 – 50% kasus jatuh
lansia ), Murni kecelakaan misalnya terpeleset, tersandung.
b. Gabungan antara lingkungan yang jelek dengan kelainan – kelainan akibat proses
menua misalnya karena mata kurang awas, benda – benda yang ada di rumah
tertabrak, lalu jatuh, nyeri kepala dan atau vertigo, hipotensi orthostatic,
hipovilemia / curah jantung rendah, disfungsi otonom, penurunan kembalinya darah
vena ke jantung, terlalu lama berbaring, pengaruh obat-obat hipotensi, hipotensi
sesudah makan.

c. Obat – obatan
1) Diuretik / antihipertensi
2) Antidepresen trisiklik
3) Sedativa
4) Antipsikotik
5) Obat – obat hipoglikemia
6) Alkohol
d. Proses penyakit yang spesifik
Penyakit – penyakit akut seperti :
1) Kardiovaskuler : – aritmia
2) stenosis aorta
3) sinkope sinus carotis
4) Neurologi : – TIA
5) Stroke
6) Serangan kejang
7) Parkinson
8) Kompresi saraf spinal karena spondilosis
9) Penyakit serebelum
10) Idiopatik ( tak jelas sebabnya)
11) Sinkope : kehilangan kesadaran secara tiba-tiba
a) Drop attack ( serangan roboh )
b) Penurunan darah ke otak secara tiba – tiba
c) Terbakar matahari
6. Faktor Lingkungan Yang Sering Dihubungkan Dengan Kecelakaan Pada Lansia
a. Alat – alat atau perlengkapan rumah tangga yang sudah tua, tidak stabil, atau
tergeletak di bawah
b. tempat tidur atau WC yang rendah / jongkok
c. tempat berpegangan yang tidak kuat / tidak mudah dipegang
d. Lantai yang tidak datar baik ada trapnya atau menurun
e. Karpet yang tidak dilem dengan baik, keset yang tebal / menekuk pinggirnya, dan
benda-benda alas lantai yang licin atau mudah tergeser
f. Lantai yang licin atau basah
g. Penerangan yang tidak baik (kurang atau menyilaukan)
h. Alat bantu jalan yang tidak tepat ukuran, berat, maupun cara penggunaannya.
7. Faktor Situasional Yang Mungkin Mempresipitasi Jatuh
( Reuben, 1996; Campbell, 1987 )
a. Aktivitas
Sebagian besar jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas biasa seperti
berjalan, naik atau turun tangga, mengganti posisi. Hanya sedikit sekali ( 5% ),
jatuh terjadi pada saat lansia melakukan aktivitas berbahaya seperti mendaki
gunung atau olahraga berat. Jatuh juga sering terjadi pada lansia dengan banyak
kegiatan dan olahraga, mungkin disebabkan oleh kelelahan atau terpapar bahaya
yang lebih banyak. Jatuh juga sering terjadi pada lansia yang imobil ( jarang
bergerak ) ketika tiba – tiba dia ingin pindah tempat atau mengambil sesuatu tanpa
pertolongan.
b. Lingkungan
Sekitar 70% jatuh pada lansia terjadi di rumah, 10% terjadi di tangga, dengan
kejadian jatuh saat turun tangga lebih banyak dibanding saat naik, yang lainnya
terjadi karena tersandung / menabrak benda perlengkapan rumah tangga, lantai
yang licin atau tak rata, penerangan ruang yang kurang
c. Penyakit Akut
Dizzines dan syncope, sering menyebabkan jatuh. Eksaserbasi akut dari penyakit
kronik yang diderita lansia juga sering menyebabkan jatuh, misalnya sesak nafas
akut pada penderita penyakit paru obstruktif menahun, nyeri dada tiba – tiba pada
penderita penyakit jantung iskenmik, dan lain – lain.
8. Komplikasi
Jatuh pada lansia menimbulkan komplikasi – komplikasi seperti : ( Kane, 1994;
Van – der – Cammen, 1991 )
a. Perlukaan ( injury )
1) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya
jaringan otot, robeknya arteri / vena.
2) Patah tulang ( fraktur ) : Pelvis, Femur ( terutama kollum ), humerus, lengan
bawah, tungkai bawah, kista.
3) Hematom subdural
b. Perawatan rumah sakit
1) Komplikasi akibat tidak dapat bergerak ( imobilisasi )
2) Risiko penyakit – penyakit iatrogenic
c. Disabilitas
1) Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik
2) Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan pembatasan
gerak
3) Resiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan ( nursing home )
4) Kematian
9. Pencegahan
Usaha pencegahan merupakan langkah yang harus dilakukan karena bila sudah
terjadi jatuh pasti terjadi komplikasi, meskipun ringan tetap memberatkan.
Ada 3 usaha pokok untuk pencegahan, antara lain : ( Tinetti, 1992; Van – der –
Cammen, 1991; Reuben, 1996 )
a. Identifikasi faktor resiko
Pada setiap lansia perlu dilakukan pemeriksaan untuk mencari adanya
faktor intrinsik risiko jatuh, perlu dilakukan assesmen keadaan sensorik,
neurologik, muskuloskeletal dan penyakit sistemik yang sering mendasari /
menyebabkan jatuh.
Keadaan leingkungan rumah yang berbahaya dan dapat menyebabkan
jatuh harus dihilangkan. Penerangan rumah harus cukup tetapi tidak menyilaukan.
Lantai rumah datar, tidak licin, bersih dari benda – benda kecil yang susah dilihat.
Peralatan rumah tangga yangsudah tidak aman ( lapuk, dapat bergeser sendiri )
sebaiknya diganti, peralatan rumah ini sebaiknya diletakkan sedemikian rupa
sehingga tidak mengganggu jalan / tempat aktifitas lansia. Kamar mandi dibuat
tidak licin, sebaiknya diberi pegangan pada dindingnya, pintu yang mudah
dibuka.WC sebaiknya dengan kloset duduk dan diberi pegangan di dinding.
Obat – obatan yang menyebabkan hipotensi postural, hipoglikemik atau
penurunan kewaspadaan harus diberikan sangat selektif dan dengan penjelasan
yang komprehensif pada lansia dan keluargannya tentang risiko terjadinya jatuh
akibat minum obat tertentu.
Alat bantu berjalan yang dipakai lansia baik berupa tongkat, tripod, kruk
atau walker harus dibuat dari bahan yang kuat tetapi ringan, aman tidak mudah
bergeser serta sesuai dengan ukuran tinggi badan lansia.
b. Penilaian keseimbangan dan gaya berjalan ( gait )
Setiap lansia harus dievaluasi bagaimana keseimbangan badannya dalam
melakukan gerakan pindah tempat, pindah posisi.Penilaian postural sway sangat
diperlukan untuk mencegah terjadinya jatuh pada lansia.Bila goyangan badan pada
saat berjalan sangat berisiko jatuh, maka diperlukan bantuan latihan oleh
rehabilitasi medik. Penilaian gaya berjalan ( gait ) juga harus dilakukan dengan
cermat apakah penderita mengangkat kaki dengan benar pada saat berjalan, apakah
kekuatan otot ekstremitas bawah penderita cukup untuk berjalan tanpa bantuan.
Kesemuanya itu harus dikoreksi bila terdapat kelainan / penurunan.
c. Mengatur / mengatasi fraktur situasional
Faktor situasional yang bersifat serangan akut / eksaserbasi akut, penyakit
yang dideriata lansia dapat dicegah dengan pemeriksaan rutin kesehatan lansia
secara periodik.Faktor situasional bahaya lingkungan dapat dicegah dengan
mengusahakan perbaikan lingkungan seperti tersebut diatas. Faktor situasional yang
berupa aktifitas fisik dapat dibatasi sesuai dengan kondisi kesehatan penderita.Perlu
diberitahukan pada penderita aktifitas fisik seberapa jauh yang aman bagi penderita,
aktifitas tersebut tidak boleh melampaui batasan yang diperbolehkan baginya sesuai
hasil pemeriksaan kondisi fisik.Bila lansia sehat dan tidak ada batasan aktifitas
fisik, maka dianjurkan lansia tidak melakukan aktifitas fisik sangat melelahkan atau
beresiko tinggi untuk terjadinya jatuh.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY S.T DENGAN HIPERTENSI

A. Pengkajian
A. IDENTITAS

Nama   Lansia         : ny S.T

Tempat/tgl lahir    : amurang, 13 agustus 1957

Nama Keluarga /wisma         :

Jenis kelamin          : Perempuan

Umur                       : 63   th

Kategori                  : Elderly       

Status                      : Janda

Agama                    : Protentas  

Suku                        : Minahasa 

Tingkat pendidikan : SMP 

Lama tinggal di panti               : -

Sumber pendapatan :
Oma bekerja sebagai penjaga kost di manibang, malalayang dan mendapatkan gaji 750.000/2
minggu

Keluarga yang dapat dihubungi :


Ada, ………………….
Tidak …………………..

Riwayat Pekerjaan  : penjaga Kost

B. RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan yang dirasakan saat ini :


(1) Nyeri dada (2) Pusing    (3) Sesak (4) Jantung berdebar   (5) Nyeri sendi     (6)
Penglihatan kabur (7) gangguan pola tidur
..

Apa keluhan yang anda rasakan tiga bulan terakhir :


(1) Nyeri dada     (2) Pusing       (3) Batuk (4) Panas          (5) Sesak (6) Jantung berdebar      (7)
Nyeri sendi         (8) Penglihatan kabur (9) gangguan pola tidur

Penyakit saat ini : Hipertensi

Kejadian penyakit 3 bulan terakhir : (1) Nyeri Sendi/Rematik     (2) Mata  (3) Hipertensi

C. STATUS FISIOLOGIS

Postur tulang belakang lansia : Membungkuk 


Tanda-tanda vital dan status gizi :
(1) Suhu                  : 36 C
(2) Tekanan darah  : 140/90 Mmhg
(3) Nadi                   : 97x/menit
(4) Respirasi            : 24x/menit
(5) Berat badan       : 47
(6) Tinggi badan      : 157
(IMT)                       : 29,93

PENGKAJIAN HEAD TO TOE

1.Kepala                 :
Kebershhan : kotor
Kerontokan rambut : ya
Keluhan  : tidak

2. Mata
Konjungtiva  : anemis
Sklera :tidak
Strabismus : ya/tidak
Penglihatan : Kabur
Peradangan : Ya/tidak
Riwayat katarak &nbrp : tidak
Keluhan : tidak
Penggunaan kacamata  : ya

3. Hidung
Bentuk : simetris
Peradangan : tidak
Penciuman : terganggu

4. Mulut dan tenggorokan


Kebersihan : baik
Mukosa : kering
Peradangan/stomatitis : tidak
Gigi geligi : karies,  ompong
Radang gusi  : tidak
Kesulitan mengunyah : tidak
Kesulitan menelan : tidak

5. Telinga
Kebersihan  : tidak
Peradangan : tidak
Pendengaran : tidak terganggu

6. Leher
Pembesaran kelenjar thyroid : tidak
JVD  : tidak
Kaku kuduk  : tidak

7. Dada
Bentuk dada : normal chest
Retraksi  : tidak
Wheezing  : tidak
Ronchi  : tidak
Suara jantung tambahan : ada/tidak
Ictus cordis : ICS …………………

8. Abdomen
Bentuk : flat
Nyeri tekan : tidak
Kembung : tidak
Supel  : tidak
Bising usus   : tidak
Massa  : tidak, regio

9. Genetalia
Kebersihan : baik
Haemoroid : tidak
Hernia  : tidak

10. Ekstremitas
Kekuatan otot :          (skala 1 – 5 )
Kekuatan otot : Melawan grafitasi tapi tidak ada tahanan

Rentang gerak : terbatas


Deformitas : tidak
Tremor  : tidak
Edema kaki : ya, pitting edema
Penggunaan alat bantu : tidak ada
Refleks
Kanan Kiri

Biceps + -
Triceps - -
Knee - -
Achiles + +

Keterangan             :
Refleks + : normal
Refleks -  : menurun/meningkat

11. Integumen
Kebersihan : baik
Warna : pucat
Kelembaban : Kering
Gangguan pada kulit : /tidak
12. Test Koordinasi / Keseimbangan :
No. Aspek penilaian Keterangan Nilai
1 Berdiri dengan postur normal 45 4
2 Berdiri dengan postur normal 45 4
(mata tertutup)
3 Berdiri dengan saru kaki Kanan :20 2
Kiri     :18
4 Berdiri, fleksi trunk, dan berdiri ke 45 4
posisi netral
5 Berdiri, lateral dan fleksi trunk 45 4
6 Berjalan, tempatkan salah satu 45 4
tumit didepan jari kaki yang lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 45 4
8 Berjalan mengikuti tanda gambar 45 4
pada lantai
9 Berjalan mundur 40 3
10 Berjalan mengikuti lingkaran 45 4
11 Berjalan dengan tumit 25 2
12 Berjalan dengan ujung kaki 25 2
JUMLAH
Intepretasi :……………
Kriteria penilaian : Keterangan :
4 : Melakukan aktifitas dengan 42 – 54 : Melakukan aktifitas dengan
lengkap lengkap
3 : Sedikit Bantuan (Untuk 28 – 41 : Sedikit Bantuan (Untuk
keseimbangan) keseimbangan)
2 : Dengan bantuan sedang 14 – 27 : Dengan bantuan sedang
sampai maksimal sampai maksimal
1 : Tidak mampu melakukan < 14      : Tidak mampu melakukan
aktifitas aktifitas

D. PENGKAJIAN PSIKOSOIAL
Berikan tanda centang pada sesuai dengan pengkajian

Hubungan Hubungan dengan orang lain diluar wisma


dengan didalam panti
orang lain Tidak dikenal 
dalam Sebatas kenal
wisma :  Mampu berinteraksi
Tidak Mampu kejasama
dikenal
Sebatas
kenal
Mampu
berinteraksi
Mampu
kejasama

Kebiasaan Stabilitas emosi


lansia Labil
berinteraksi Stabil 
ke wisma Iritabel
lainnya  Datar
dalam panti Jelaskan :
Selalu …………………………………………………
Sering …..
Jarang
Tidak
pernah

Motivasi Frekwensi kunjungan keluarga


penghuni 1 kali/bulan
panti 2 kali/bulan
Kemampua Tidak pernah
n sendiri
Terpaksa

1. Pengkajian Masalah emosional


Pertanyaan tahap 1
Apakah klien mengalami susah tidur?
- Ya, klien sering susah tidur
Ada masalah atau banyak pikiran?
- Tidak ada
Apakah klien murung atau menangis sendiri?
- Tidak, klien terlihat semangat saat mengerjakan pekerjaannya sebagai penjaga kost
Apakah klien sering was-was atau kuatir?
- tidak
                                       Lanjutkan pertanyaan tahap 2 jika jawaban ya 1 atau lebih

Pertanyaan tahap 2
Keluhan lebih dari 3 bulan atau lebih dari 1 bulan 1 kali dalam satu bulan?
- Tentang uang dan kehidupan sendiri
Ada masalah atau banyak pikiran?
- Ya, karena klien merasa lelah saat harus membersihkan rumah, tapi karena butuh uang
untuk kehidupan sehari-hari, klien rela menjalankan tugasnya
Ada gangguan atau masalah dengan orang lain?
- Tidak, klien tidak pernah bermasalah dengan orang lain
Menggunakan obat tidur atau penenang atas anjuran dokter?
- tidak
Cenderung mengurung diri?
- tidak

Lebih dari 1 atau sama dengan 1 jawaban ya, maka masalah emosional ada atau ada gangguan
emosional
 
Gangguan emosional
Kesimpulan :klien tidak memiliki gangguan emosional

2. Tingkat kerusakan intelektual


Dengan menggunakan SPMSQ (short portable mental status quesioner).

Ajukan beberapa pertanyaan pada daftar dibawah ini :

Benar Salah Nomor Pertanyaan


 1 Tanggal berapa hari ini ?
 2 Hari apa sekarang ?
 3 Apa nama tempat ini ?
 4 Dimana alamat anda ?
 5 Berapa umur anda ?
 6 Kapan anda lahir ?
 7 Siapa presiden Indonesia ?
 8 Siapa presiden Indonesia
sebelumnya ?
 9 Siapa nama ibu anda ?
 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap
pengurangan 3 dari setiap
angka baru, secara
menurun
JUMLAH

Interpretasi :
Salah 0 – 3              : Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5              : Fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6 – 8              : Fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9 – 10            : Fungsi intelektual kerusakan berat

Kesimpulan : fungsi intelektual utuh

3. IDENTIFIKASI ASPEK KOGNITIF

Dengan menggunakan MMSE (Mini Mental Status Exam)


No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar :
Tahun       :
Musim      :
Tanggal    :
Hari          :
Bulan        :
2 Orientasi 5 4 Dimana sekarang kita berada ?
Negara
Propinsi
Kabupaten/kota
Panti
Wisma
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi, meja,
kertas), kemudia ditanyakan kepada klien,
menjawab :
kursi
meja
kertas
4 Perhatian 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari 100
dan kemudia kurangi 7 sampai 5 tingkat.
kalkulasi Jawaban :
93
86
79
72
65
5 Mengingat 3 2 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 3 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1.
2

Minta klien untuk mengulangi kata berkut :


“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab :

Minta klien untuk mengikuti perintah berikut


yang terdiri 3 langkah.
Ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilanti.
1.
2.
3.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila
aktifitas sesuai perintah nilai satu poin.
“tutup mata anda”

Perintahkan kepada klien untuk menulis


kalimat dan menyalin gambar.
Total nilai 30 20
Interpretasi hasil :
24 – 30    : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23    : gangguan kognitif sedang
0 -  17                      : gangguan kognitif berat
Kesimpulan : gangguan kognitif sedang

E. PENGKAJIAN PERILAKU TERHADAP KESEHATAN


Kebiasaan merokok : Tidak merokok
 Kebiasaan minum alkohol : Tidak pernah
 Minum Kopi : Ya  :  1 gelas/hari

PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN USIA LANJUT


1. Apakah anda sudah mengerti tentang makanan yang sehat  :
Sudah tahu tapi kurang jelas
2. Apakah anda sudah mengerti tentang penyakit yang anda derita :
Sudah tahu tapi kurang jelas
3. Apakah anda sudah mengerti tentang pencegahan penyakit-penyakit pada usia lanjut :
Belum tahu
4. Apakah anda sudah mengerti tentang latihan-latihan fisik untuk usia lanjut :
tidak tahu

POLA PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI :


Pola pemenuhan kebutuhan nutrisi
1. Frekwensi makan
Tidak teratur
2. Jumlah makanan yang dihabiskan
½ porsi yang dihabiskan
3. Makanan tambahan
Kadang-kadang dihabiskan

Pola pemenuhan cairan

Frekwensi minum
> 3 gelang sehari

Jenis Minuman
(1) Air putih  (2) Kopi   (3) susu

Pola kebiasaan tidur


Jumlah waktu tidur :> 6 jam

Gangguan tidur berupa : susah tidur

Penggunaan waktu luang ketika tidak tidur : santai, ketrampilan

Pola eliminasi BAB


Frekwensi BAB : 2 kali sehari

Konsisitensi : Lembek

Gangguan BAB : Tidak ada

Pola BAK
Frekwensi BAK :1 – 3 kali sehari

Warna urine : Kuning keruh

Pola aktifitas
Kegiatan produktif lansia yang sering dilakukan
Membantu kegiatan dapur
Berkebun
Pekerjaan rumah tangga
Ketrampilan tangan

Pola Pemenuhan Kebersihan Diri


Mandi : 1 kali sehari
Memakai sabun : ya 

Sikat gigi : 1 kali sehari


Menggunakan pasta gigi :ya

Kebiasaan berganti pakaian bersih :1 kali sehari

Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

N KRITERIA DENGA MAND Skor KETERAN


O N IRI yg GAN
BANTU dida
AN pat
1 Makan 5 10 10 Frekuensi,
Jumlah
Jenis
2 Minum 5 10 10 Frekuensi,
Jumlah
Jenis
3 Berpindah dari 5-10 15 15
kursi roda ke
tempat tidur,
atau sebaliknya
4 Personal toilet 0 5 5 Frekuensi
(cuci muka,
menyisir
rambut, gosok
gigi)
5 Keluar masuk 5 10 5
toilet (mencuci
pakaian,
menyeka tubuh,
menyiram)
6 Mandi 5 15 15 Frekuensi
7 Jalan di 0 5 5
permukaan datar
8 Naik turun 5 10 5
tangga
9 Mengenakan 5 10 10
pakaian
1 Kontrol bowel 5 10 10 Frekuensi :
0 (BAB) Konsistensi :
1 Kontrol Bladder 5 10 10 Frekuensi :
1 (BAK) Warna :
1 Olah 5 10 5 Jenis :
2 raga/latihan Frekuensi :
1 Rekreasi/pemanf 5 10 5 Jenis :
3 aatan waktu Frekuensi :
luang
Jumlah : 110

Interpretasi :
5 - 60 : Ketergantungan total
65 – 125        : Ketergantungan sebagian
130                : Mandiri
Kesimpulan : Ketergantungan sebagian

F. PENGKAJIAN LINGKUNGAN

PEMUKIMAN
Luas bangunan :

Bentuk bangunan : Rumah kost


Jenis bangunan : Permanen 

Atap rumah : seng 


Dinding : sebagian tembok, sebagian kayu

Lantai : semen 

Kebersihan lantai : baik


Ventilasi : 15 % luas lantai

Pencahayaan : Baik 

Pengaturan penataan perabot : baik 

Kelengkapan alat rumah tangga : lengkap 

SANITASI

Penyediaan air bersih (MCK) : Sumur          

Penyediaan air minum: Beli (aqua)  


Pengelolaan jamban : bersama 

Jenis jamban : Leher angsa  

Jarak dengan sumber air : < 10 meter           

Sarana pembuangan air limbah (SPAL) : Lancar  


Petugas sampah : dikelola dinas

Polusi udara :Rumah tangga 


Pengelolaan binatang pengerat : tidak  

FASILITAS

Peternakan : tidak   

Sarana olah raga : tidak ada


Taman : tidak ada
Ruang pertemuan : ada                   

Sarana hiburan : ada      

Sarana ibadah
(1) ada        Jenis, Alkitab

KEAMANAN DAN TRANSPORTASI


Keamanan

Sistem keamanan lingkungan


Penanggulangan kebakaran                   : tidak
Penanggulangan bencana                      : tidak

Transportasi
Kondisi jalan masuk pantu : rata  

Jenis transportasi yang dimiliki : Mobil

Komunikasi
Sarana komunikasi : ada 

Pengkajian Status Fungsional : Kemandirian aktifitas hidup sehari-hari : berikan kode (v) pada
kolom mandiri atau tergantung setiap aktifitas lansi

Aktivitas Mandiri Tergantung


Mandi : 
Berpakaian : 
Ke Toilet : 
Berpindah : 
Kontinen : 
Makan : 
Kemampuan 
menggunakan telp
Berbelanja 
Menyiapkan makan 
Membersihkan rumah 
Mencuci pakaian 
Jenis transportasi 
Kewajiban untuk berobat 
sendiri
Kemampuan untuk 
mengatasi finansial
Nilai level ketergantungan lansia : ADL dan IADL

11. Pengkajian lingkungan ( buat denah)


a) Penataan kamar : ............................................
b) Penerangan : ......................................................
c) Kebersihan dan kerapihan : ................................
d) Sirkulasi udara : ....................................................
e) Penataan halaman : .............................................
f) Keadaan kamar mandi ; ............................................
g) Pembuangan air kotor ; ..........................................
h) Sumber air minum : ................................................
i) Pembuangan sampah ; .................................................
j) Sumber pencemaran : ..................................................

TERAS

KAMAR BAGASI MOBIL

DAPUR

TOILET

KAMAR KAMAR

TOILTET DAPUR
TEMPAT JEMURAN

GERIATRIC DEPRESSION RATING SCALE

Pilihlah jawaban terbaik ( beri tanda v) tentang apa yang anda rasakan 1 minggu terakhir

N PERTANYAAN YA TID SKO


O AK R
1 Apakah anda merasa puas terhadap 
kehidupan anda selama ini?
2 Apakan anda sudah tidak melakukan 
kegiatan minatdan hobbi anda ?
3 Apakah anda merasa hidup anda hampa/ 
kosong ?
4 Apakah anda sering merasa bosan ? 

5 Apakah anda bersemangat menjalani 


kehidupan saat ini dan kedepan ?
6 Apakah anda terganggu dengan pikiran- 
pikiran yang tidak dapat anda singkirkan ?
7 Apakah anda merasa bahagia menjalani 
kehidupan anda?
8 Apakah anda merasa sering tidak berdaya ? 

9 Apakah anda lebih nyaman dirumah atau 


lebih suka jalan-jalan keluar atau berbuat
sesuatu yang baru?
10 Apakah anda sering lupa ? 

11 Apakah anda merasa hidup ini indah ? 

12 Apakah saat ini anda merasa tidak 


berguna ?
13 Apakah anda masih mempunyai kekuatan 
untuk melakukan kegiatan sehari-hari ?
14 Apakah anda merasa tidak mempunyai 
harapan masa depan ?
15 Apakah anda merasa banyak orang lebih 
baik dari anda ?

SKORE : 5 -9 : Kemungkinan Depresi


SKORE : ≥ 10 : Depresi
        
                                                                            

II. Rencana asuhan keperawatan lansia

No Diagnosa Tujuan Kriteria Rencana Rasional


Keperawatan hasil keperawatan
Intoleransi Dengan Aktivitas - Observasi
aktivitas dilakukan dapat keadaan umum
1 berhubungan tindakan dilakukan - Kaji tingkat
dengan keperawatan secara aktivitas pasien
kelemahan fisik selama 3 x 24 mandiri - Bantu pasien
jam dalam
diharapkan melakukan
pasien dapat aktivitas
memenuhi - Beri suport
kebutuhanny pada pasien
a secara - Instruksikan
optimal pada pasien
tentang teknik
relaksasi
- Beri dorongan
untuk
melakukan
aktivitas/
perawatan diri

III. Implementasi asuhan keperawatan keluarga

No Diagnosa Keperawatan Implementasi TT/tgl/waktu


1 Intoleransi aktivitas Rabu, 25
berhubungan dengan - Observasi keadaan november 2020
kelemahan fisik umum
- Kaji tingkat aktivitas
pasien
- Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas
- Beri suport pada
pasien
- Instruksikan pada
pasien tentang
teknik relaksasi
- Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas/
perawatan diri

Intoleransi aktivitas Kamis, 26


berhubungan dengan - Observasi keadaan november 2020
kelemahan fisik umum
- Kaji tingkat aktivitas
pasien
- Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas
- Beri suport pada
pasien
- Instruksikan pada
pasien tentang
teknik relaksasi
- Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas/
perawatan diri

Intoleransi aktivitas Jumat, 27


berhubungan dengan - Observasi keadaan november 2020
kelemahan fisik umum
- Kaji tingkat aktivitas
pasien
- Bantu pasien dalam
melakukan aktivitas
- Beri suport pada
pasien
- Instruksikan pada
pasien tentang
teknik Relaksasi
- Beri dorongan untuk
melakukan aktivitas/
perawatan diri
Nama Peserta didik

(frilly rampengan)

IV. Catatan perkembangan asuhan keperawatan lansia

Dignosa Keperawatan Evaluasi TT/Tgl/Waktu


Intoleransi aktivitas S : pasien mengatakan Sabtu, 28 november 2020
berhubungan dengan nyeri sendi berkurang
kelemahan fisik
O : aktivitas dapat
dilakukan sendiri
A : masalah teratasi

P : hentikan intervensi
SAP

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

Pokok Bahasan : Hipertensi

Sub Pokok Bahasan : Hipertensi

Sasaran : Ny ST

Tanggal Pelaksanaan : 28 november 2020

Waktu : 1x30 menit

Pukul : 13:10wib

Tempat : Rumah Ny, ST, manibang malalayang

Pemateri : frilly rampengan

A. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM


Hasil yang diharapkan setelah dilakukan pendidikan kesehatan yaitu agar Ny, ST
mengetahui tentang hipertensi.

B. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS


Setelah mengikuti pendidikan kesehatan selama 1x30 menit, Ny, ST :

1. Pengertian hipertensi

2. Penyebab hipertensi

3. Tanda dan gejala hipertensi


4. Komplikasi hipertensi

5. Cara mengatasi dan mencegah hipertensi

C. MATERI PENGAJARAN

1. Pengertian hipertensi

2. Penyebab hipertensi

3. Klasifikasi hipertensi

4. Tanda dan gejala hipertensi

5. Komplikasi hipertensi

6. Cara mengatasi dan mencegah hipertensi

D. MEDIA PENGAJARAN

1. Materi Pengajaran

E. METODE PENGAJARAN

1. Ceramah

2. Diskusi / tanya jawab

F. KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR

No Tahap Waktu Kegiatan Media

1 Pembukaan 5 menit

 Salam perkenalan

 Menjelaskan kontrak dan tujuan pertemuan

2 Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan tentang :

 pengertian hipertensi

 penyebab hipertensi

 klasifikasi hipertensi

 tanda dan gejala hipertensi

 komplikasi hipertensi
 cara mengatasi dan mencegah hipertensi

 membuka sesi pertanyaan

 diskusi dengan warga

3 Penutup 5 menit

 mengajukan pertanyaan pada warga

 memberikan reinforcemen positif atas jawaban yang diberikan

 menutup pembelajaran dengan salam

G. EVALUASI
Evaluasi yang dilakukan dengan tanya jawab adalah :
1. Bagaimana pengertian hipertensi
2. Apa saja penyebab hipertensi
3. Menyebutkan klasifikasi hipertensi
4. Bagaimana tanda dan gejala hipertensi
5. Apa saja komplikasi hipertensi
6. Bagaimana cara mengatasi dan mencegah hipertensi

HIPERTENSI

PENGERTIAN

Menurut JNC IV, Hipertensi adalah kenaikan tekanan darah melebihi normal, yaitu
systole lebih dari 140 mmHg dan diastole lebih dari 90 mmHg.

PENYEBAB HIPERTENSI

Penyebab Hipertensi antara lain :

 Penyakit saluran kemih

 Penyakit Endokrin

 Arteriosklerosi

 Merokok

 Minum-minuman alkohol
 Tekanan tinggi kolesterol

D. TANDA DAN GEJALA

a. Gelisah, kepala pusing

b. Gemeter, tremor

c. Sering marah – marah

d. Jantung berdebar – debar

e. Tekanan darah lebih dari 140 / 90 mmHg

f. Keringat berlebihan

g. Gangguan penglihatan

h. Nafsu makan menurun

i. Sulit konsentrasi

j. Mudah tersinggung

E. KOMPLIKASI

a. Stroke

b. Gagal jantung

c. Kerusakan gagal ginjal

d. Kerusakan jaringan otot

F. CARA MENGATASI DAN PENCEGAHANNYA

Cara mengatasi dan mencegah Hipertensi adalah :

a. Makan – makanan yang bergizi

b. Menghindari makanan yang berlemak dan mengurangi asin

c. Menghindari makanan dengan bahan pengawet

d. Menjaga berat badan agar tetap stabil

e. Menghindari minum – minuman keras

f. Menghindari merokok
g. Istirahat yang cukup

h. Belajar untuk tenang, menikmati hidup dan selalu bersukur serta perbanyak surga

i. Peran keluarga sangat ditekankan dalam rangka mengatasi hidup orang dengan hipertensi dan
mencegah hipertens

SOP

TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM

PENGERTIAN Suatu tindakan relaksasi yang dilakukan untuk mengefektifkan


saluran pernafasan.

TUJUAN Mengefektifkan saluran pernafasan


Meningkatkan kapasitas paru
Mencegah atelektasis

INDIKASI Klien hipertensi

KONTRAINDIKASI

PERSIAPAN KLIEN Identifikasi klien dengan memeriksa identitas, riwayat


kesehatan, penyakit dan keluahan klien secara cermat
Berikan salam perkenalkan diri dan identifikasi klien
dengan memeriksa identitas klien secara cermat
Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan dilakukan,
berikan kesempatan klien untuk bertanya dan jawab
seluruh pertanyaan klien
Anjurkan lansia untuk mendapatkan posisinya yang
nyaman

PERSIAPAN ALAT Tempat tidur atau kursi dengan sandaran rileks


Sarung tangan bersih
Lembar hasil periksa dan alat tulis

TAHAP KERJA

Tahap orientasi
Berikan salam, panggil klien dengan namanya (kesukaan)
Perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
Jelaskan tujuan, prosedur dan lamanya tindakan pada
klien/keluarga

Berikan kesempatan klien bertanya/ melakukan sesuatu


sebelum kegiatan dilakukan
Menanyakan keluhan utama klien
Tahap kerja Jaga privasi klien
Memulai dengan cara yang baik
Atur posisi yang nyaman bagi klien ( klien duduk
bersandar)
Latih klien melakukan nafas dalam (menarik nafas dalam
dari hidung hingga tiga hitungan, jaga mulut tetap
tertutup)
Meminta klien merasakan mengembangnya abdomen
( cegah lengkung pada punggung)
Meminta klien menahan nafas hingga tiga hitungan)
Meminta klien menghembuskan nafas perlahan dalam
tiga hitungan ( lewat mulut bibir seperti meniup)
Meminta pasien merasakan menepisnya abdomen dan
kontraksi dari otot
Ulangi langkah 9 – 13 sebanyak 3-5 kali
Kembalikan klien dalam posisi semulah
Lepas sarung tangan dan buang ke tempat sampah
Tulislah hasil pada lembar kerja
Cuci tangan
Evaluasi respon klien
Berikan reinforcement positif
Lakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
Mengakhiri kegiatan dengan baik

HASIL Sesak nafas yang di rasakan klien berkurang dan klien merasa
rileks

DOKUMENTASI Catat tindakan yang tekah dilakukan, tanggal dan jam


pelaksanaan
Catat hasil tindakan ( respon subjektif dan objektif ) di
dalam catatan

HAL HAL YANG PERLU Perhatikan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien
DI PERHATIKAN Beri reinforcement positif
Mengetahui, CI

Ns debby

LOGBOOK MAHASISWA PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN

RSJ RATUMBUYISANG

NAMA : FRILLY RAMPENGAN

NIM : 711440118036

INSTITUSI : POLTEKKES MANADO

PROGRAM STUDI : DIII KEPERAWATAN

HARI / TGL :

N WAKTU / JAM KEGIATAN NAMA DAN PARAF


O CI LAHAN

1. Selasa, 24 Pembekalan praktek


november 2020
Rabu, 25
november 2020
Kontak waktu dengan klien untuk melakukan
pengkajian, melakukan sebagian tindakan
(implementasi)

Kamis, 26
november 2020

Melanjutkan tindakan (implementasi)

Jumat, 27
november 2020
Melanjutkan tindakan hinggah selesai dan melakukan
SAP

Sabtu, 28
november 2020
Melakukan evaluasi

Anda mungkin juga menyukai