Anda di halaman 1dari 29

ASUHAN KEPERAWATAN GERIATRI DECOMPENSASI CORDIS

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen pengampu : Ns.Umi Setyoningrum, S.Kep.,M.Kep.

Disusun oleh :

1. Putu Bagus Darma Putra (010116A064)


2. Rara Dwi Vega P.S (010116A066)
3. Widyakusuma (010116A088)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

TAHUN AJARAN 2019


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh,


Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas
karunianya makalah ini dapat diselesaikan guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Jiwa
dengan judul makalah “ Asuhan Keperawatan Geriatri Decompensasi Cordis“.
Makalah ini merupakan salah satu pendukung untuk memenuhi kebutuhan Mahasiswa
dan Mahasiswi yang aktif, terampil, berani menyampaikan pendapat dan mampu bekerja sama
dengan rekan-rekannya. Kami menyadari keterbatasan dalam menyusun makalah ini, untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama kepada Dosen Pembimbing.
Semoga makalah ini bermanfaat, member motivasi serta semangat dalam hal
pembelajaran dari berbagai pihak.

Ungaran, 26 Maret 2019

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ kompleks yang fungsi utamanya adalah memompa darah
melalui sirkulasi paru dan sistemik (Ganong, 2010). Hal ini dilakukan dengan baik bila
kemampuan otot jantung untuk memompa, sistem katub serta pemompaan dalam keadaan
baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada fungsi jantung maka mempengaruhi efisiensi
pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan dalam memompa darah
(Hudak & Gallo, 2002). Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler yang salah satunya adalah
Decompensasi Cordis masih menduduki peringkat yang cukup tinggi, ini dibuktikan data dari
WHO (World Health Organisation) yang menunjukkan bahwa insiden penyakit dengan
sistem kardiovaskuler terutama kasus gagal jantung memiliki prevalensi yang cukup tinggi
yaitu sekitar 3.000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung dan setiap tahunnya
bertambah 550 orang penderita. Data dari American Heart Association (AHA) tahun 2004
menunjukkan gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan
penyebab jumlah kematian bertambah. Di Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI
tahun 2008 menunjukkan pasien yang diopname dengan diagnosis gagal jantung mencapai
14.449 pasien. Sedangkan pada tahun 2005 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita gagal
jantung yang pada umumnya adalah lanjut usia. Prevalensi gagal jantung di negara
berkembang masih cukup tinggi dan jumlahnya semakin meningkat, setengah dari pasien
yang terdiagnosa gagal jantung masih mempunyai harapan hidup 5 tahun (Rahmawati dalam
Harjani, 2012)

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep lanjut usia?
2. Apa itu dekompensasi cordis?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan gerontik dekompensasi cordis?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep lanjut usia
2. Untuk mengetahui dekompensasi cordis
3. Untuk mengetahui Asuhan keperawatan gerontik dekompensasi cordis
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Lanjut Usia


1. Pengertian Lanjut Usia
Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan
manusia. Sedangkan menurut Pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam dkk, 2008). Berdasarkan defenisi secara umum,
seseorang dikatakan lanjut usia (lansia) apabila usianya 65 tahun ke atas. Lansia
bukan suatu penyakit, namun merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan
yang ditandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stres
lingkungan. Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk
mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Kegagalan ini
berkaitan dengan penurunan daya kemampuan untuk hidup serta peningkatan
kepekaan secara individual (Efendi, 2009).
2. Batasan Usia
Departemen Kesehatan RI (dalam Mubarak et all, 2006) membagi lansia sebagai
berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 tahun) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 tahun) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 tahun >) sebagai senium
Menurut pendapat berbagai ahli dalam Efendi (2009) batasan-batasan umur yang
mencakup batasan umur lansia adalah sebagai berikut:
a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 dalam Bab 1 Pasal 1
ayat 2 yang berbunyi “Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai usia 60 (enam
puluh) tahun ke atas”.
b. Menurut World Health Organization (WHO), usia lanjut dibagi menjadi
empat kriteria berikut : usia pertengahan (middle age) ialah 45-59 tahun, lanjut
usia (elderly) ialah 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) ialah 75-90 tahun, usia sangat
tua (very old) ialah di atas 90 tahun.
c. Menurut Dra. Jos Masdani (Psikolog UI) terdapat empat fase yaitu :
pertama (fase inventus) ialah 25-40 tahun, kedua (fase virilities) ialah 40-55
tahun, ketiga (fase presenium) ialah 55-65 tahun, keempat (fase senium) ialah 65
hingga tutup usia. d. Menurut Prof. Dr. Koesoemato Setyonegoro masa lanjut usia
(geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75 tahun), old (75-
80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
3. Perubahan-Perubahan pada Lansia
Menurut Mubarak et all (2006), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan
kognitif dan perubahan spiritual.
a. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua organ
tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal,
genitourinaria, endokrin dan integumen, berkurangnya tinggi badan dan berat
badan, bertambahnya fat-to-lean body mass ratio dan berkuranya cairan tubuh.
b. Sistem integumen
Kulit keriput akibat kehilangan jaringan lemak, kulit kering dan kurang
elastis karena menurunnya cairan dan hilangnya jaringan adiposa, kulit pucat
dan terdapat bintik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah ke kulit dan
menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku pada jari tangan dan kaki
menjadi tebal dan rapuh, pada wanita usia > 60 tahun rambut wajah meningkat,
rambut menipis atau botak dan warna rambut kelabu, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi kulit sebagai proteksi sudah menurun
1) Temperatur tubuh
Temperatur tubuh menurun akibat kecepatan metabolisme yang
menurun, keterbatasan reflek menggigil dan tidak dapat memproduksi
panas yang banyak diakibatkan oleh rendahnya aktifitas otot.
2) Sistem muskular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang, pengecilan
otot akibat menurunnya serabut otot, pada otot polos tidak begitu
terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Katup jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung
memompa darah menurun 1% per tahun. Berkurangnya cardiac output,
berkurangnya heart rate terhadap respon stres, kehilangan elastisitas
pembuluh darah, tekanan darah meningkat akibat meningkatnya
resistensi pembuluh darah perifer, bertaTn. Sanjang dan lekukan, arteria
termasuk aorta, intima bertambah tebal, fibrosis.
4) Sistem perkemihan
Ginjal mengecil, nephron menjadi atropi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50 %, filtrasi glomerulus menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurang mampu mempekatkan urin, BJ urin
menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap glukosa
meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena otot-otot
yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung kemih sulit
dikosongkan pada pria akibatnya retensi urin meningkat, pembesaran
prostat (75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya glomeruli yang
abnormal, berkurangnya renal blood flow, berat ginjal menurun 39-50%
dan jumlah nephron menurun, kemampuan memekatkan atau
mengencerkan oleh ginjal menurun.
5) Sistem pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktifitas cilia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli
ukurannya melebar dari biasa dan jumlah berkurang, oksigen arteri
menurun menjadi 75 mmHg, berkurangnya maximal oxygen uptake,
berkurangnya reflek batuk.
6) 6.Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi, indera pengecap menurun, esofagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu pengosongan lambung
menurun, peristaltik melemah sehingga dapat mengakibatkan
konstipasi, kemampuan absorbsi menurun, produksi saliva menurun,
produksi HCL dan pepsin menurun pada lambung.
7) 7.Rangka tubuh
Osteoartritis, hilangnya bone substance.
8) Sistem penglihatan
Korne lebih berbentuk sferis, sfingter pupil timbul sklerosis dan
hilangnya respon terhadap sinar, lensa menjadi keruh, meningkatnya
ambang pengamatan sinar (daya adaptasi terhadap kegelapan lebih
lambat, susah melihat cahaya gelap), berkurangnya atau hilangnya daya
akomodasi, menurunnya lapang pandang (berkurangnya luas
pandangan, berkurangnya sensitivitas terhadap warna yaitu menurunnya
daya membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth
perception).
9) Sistem pendengaran
Presbiakusis atau penurunan pendengaran pada lansia, membran
timpani menjadi atropi menyebabkan otoklerosis, penumpukan serumen
sehingga mengeras karena meningkatnya keratin, perubahan degeneratif
osikel, bertambahnya obstruksi tuba eustachii, berkurangnya persepsi
nada tinggi.
10) Sistem syaraf
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel kortikol,
reaksi menjadi lambat, kurang sensitiv terhadap sentuhan, berkurangnya
aktifitas sel T, hantaran neuron motorik melemah, kemunduran fungsi
saraf otonom.
11) Sistem endokrin
Produksi hampir semua hormon menurun, berkurangnya ATCH, TSH,
FSH dan LH, menurunnya aktivitas tiroid akibatnya basal metabolisme
menurun, menurunnya produksi aldosteron, menurunnya sekresi
hormon gonads yaitu progesteron, estrogen dan aldosteron.
Bertambahnya insulin, norefinefrin, parathormon.
12) Sistem reproduksi
Selaput lendir vagina menurun atau kering, menciutnya ovarie dan
uterus, atropi payudara, testis masih dapat memproduksi, meskipun
adanya penurunan berangsur-angsur dan dorongan seks menetap sampai
di atas usia 70 tahun, asal kondisi kesehatan baik, penghentian produksi
ovum pada saat menopause.
13) Daya pengecap dan pembauan
Menurunnya kemampuan untuk melakukan pengecapan dan pembauan,
sensitivitas terhadap empat rasa menurun yaitu gula, garam, mentega,
asam, setelah usia 50 tahun.
c. Perubahan kondisi mental
Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor.
Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut diterlantarkan karena tidak berguna lagi.
Faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental yaitu:
1) Perubahan fisik, terutama organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
6) Gangguan syaraf panca indera
7) Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8) Kehilangan hubungan dengan teman dan famili
9) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
d. Perubahan psikososial
Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia
cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk pensiun dengan
menciptakan minat untuk memanfaatkan waktu, sehingga masa pensiun
memberikan kesempatan untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi banyak pekerja
pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan
disingkirkan untuk duduk-duduk di rumah. Perubahan psikososial yang lain
adalah merasakan atau sadar akan kematian, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik, perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.
e. Perubahan kognitif
Perubahan fungsi kognitif di antaranya adalah:
1) Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan
dan tugas tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3) Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila
tidak ada penyakit.
f. Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.
2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari.
Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: universalizing,
perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

B. Dekompensasi Cordis
1. Pengertian Decompensasi Cordis
Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung
tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan vena normal (Muttaqin, 2012). Decompensasi cordis adalah kegagalan
jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan
kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994) . Dekompensasi kordis adalah suatu
keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat
pada penurunan fungsi pompa jantung ( Tabrani, 1998; Price ,1995). Decompensasi
Cordis adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah dalam
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme danoksigen.
(Nugroho, 2011: 269) Dari beberapa definisi diatas dapat dsimpulkan bahwa
Decompensasi Cordis adalah ketidakmampuan jantung memompa darah keseluruh
tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh, sehingga terjadi defisit penyaluran O 2 ke
organ-organ tubuh lainya.

2. Klasifikasi Decompensasi Cordis


Pada gagal jantung kongestif terjadi manifestasi gabungan gagal jantung kiri dan
kanan. New York Heart Association (NYHA) membuat klasifikasi fungsional dalam
4 kelas, yaitu:
1. Kelas 1 : Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
2. Kelas 2 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3 : Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa keluhan.
4. Kelas 4 : Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan harus
tirah baring.
3. Penyebab Dekompensasi Cordis
1) Dekompensasi Cordis Kiri
Decompensasi Cordis kiri terjadi karena gangguan pemompaan darah oleh
ventrikel kiri sehingga curah jantung kiri menurun dengan akibat tekanan pada
akhir diastolik dalam ventrikel kiri meningkat. Hal ini menjadi beban atrium kiri
dalam kerjanya mengisi ventrikel kiri saat diastolik, akibatnya terjadi kenaikan
rata-rata dalam atrium kiri. Tekanan atrium kiri yang meninggi menyebabkan
hambatan pada aliran masuknya darah dari vena-vena pulmonal. Bila terus
bertambah akan merangsang ventrikel kanan untuk berkompensasi dengan
melakukan hipertrofi dan dilatasi sampai batas kemampuan, bila beban tetap
tinggi dimana suatu saat tak teratasi lagi terjadilah gagal jantung kanan sehingga
pada akhirnya terjadilah gagal jantung kiri dan kanan.
2) Dekompensasi Cordis Kanan
Decompensasi Cordis kanan terjadi karena hambatan pada daya pompa
ventrikel kanan sehingga isi sekuncupnya menurun tanpa didahului adanya gagal
jantung kiri. Akibat tekanan dan volume akhir diastolik ventrikel kanan akan
meningkat dan menjadi beban bagi atrium dalam mengisi ventrikel kanan saat
diastolik yang berakibat naiknya tekanan atrium kanan dan dapat menyebabkan
hambatan pada aliran masuk darah dari vena kava superior dan inferior ke jantung
pada akhirnya menyebabkan bendungan pada vena – vena tersebut (vena
jugularrs dan vena porta) bila berlanjut terus maka terjadi bendungan sitemik
yang lebih berat dengan timbulnya edema tumit dan tungkai bawah serta asites.
3) Dekompensasi Cordis Kongestif
Decompensasi Cordis congestif terjadi bila gangguan jantung kiri dan
kanan terjadi bersamaan dengan ditandai adanya bendungan paru dan bendungan
sistemik pada saat yang sama.

4. Patofisiologi Dekompensasi Cordis


Bila kekuatan jantung untuk menapung stres tidak mencukupi dalam memenuhi
kebutuhan metabolisme tubuh, jantung akan gagal untuk melakukan tugasnya sebagai
organ pemompa, sehingga terjala yang namanya gagal jantung. Pada tingkat awal,
disfungsi komponen pompa dapat mengakibatkan kegagalan jika cadangan jantung
normal mengalami payah dan kegagalan respon fisiologis tertentu pada penurunan
curah jantung adalah penting. Semua respon ini menunjukan upaya tubuh untuk
mempertahankan perfungsi organ vital normal. Sebagai respon tehadap gagal jantung,
ada tiga mekanisme respon primer, yaitu meningkatnya aktivitas. Ketiga respon ini
mencerminkan usaha untuk mempertahankan curah jantung.
Mekanisme-mekanisme ini mungkin memadai untuk mempertahankan curah
jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini pada
keadaan normal. Berdasarkan hubungan antara aktivitas tubuh dengan keluhan
dekompensasi dapat dibagi berdasarkan klisifikasi sebagai berikut:
a. Pasien dengan Penyakit Jantung tetapi tidak memiliki keluhan pd kegiatan
sehari-hari
b. Pasien dengan penyakit jantung yang menimbulkan hambatan aktivitas hanya
sedikit, akan tetapi jika ada kegiatan berlebih akan menimbulkan capek,
berdebar, sesak serta angina
c. Pasien dengan penyakit jantung dimana aktivitas jasmani sangat terbatas dan
hanya merasa sehat jika beristirahat.
d. Pasien dengan penyakit jantung yang sedikit saja bergerak langsung
menimbulkan sesak nafas atau istirahat juga menimbulkan sesak nafas.

5. Manifestasi Klinik
Menurut Ardiansyah (2012:28), manifestasi klinis dari Decompensasi Cordis meliputi :
a. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas
b. Orthopnea, yaitu kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
c. Proximal, yaitu nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lama
dengan posisi kaki atau tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ditempat tidur.
d. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan daha atau lendir.
e. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehingga
menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen.
f. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.

6. Komplikasi
a. shock kardiogenik
Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri.
Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada fungsi jaringan dan penhantaran
oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus
shock kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut. Gangguan ini
disebabkan oleh kehilangan 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan
nekrosis vokal di seluruh ventrikel, karena ketidak seimbangan antara kebutuhan
dan persendian oksigen miokardium
b. Edema paru-paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di bagian
tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial
paruparu meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. (Ardiansyah, 2012:
30).

7. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb:
a. Perbaikan suplai oksigen /mengurangi kongesti : pengobatan dengan oksigen,
pengaturan posisi pasien deni kebcaran nafas , peningkatan kontraktilitas
myocardial (obat-obatan inotropis positif), penurunan preload (pembatan sodium,
diuretik, obatobatan, dilitasi vena) , penurunan afterload (obat0obatan dilatasi arteri,
obat dilatasi arterivena, inhibitor ACE
b. Meningkatkan oksigen dengan pemberian oksigen dan menurunkan kosumsi O2
melalui istirahat/ pembatasan aktivitas
c. Memperbaiki kontraktiitas otot jantung
d. Mengatasi keadaan yang reversible, termasuk tirotoksikosis, miksedema, dan
aritmia.
e. Digitalisasi, dosis Digitalisi :Digoksin oral untuk Digitalisasi cepat 0,5-2mg dalam
4-6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5 mg selama 2-4 hari. Digoksin iv
0,75-1mg dalam 4 dosis selama 24 jam dan Cedilanid iv 1,2-1,6 mg dalam 24 jam.
Dosis penunjang untuk gagal jantung dengan dogoksin 0,25 mg sehari. Untuk
pasien usia lanjut dan gagal ginjal dosis disesuaikan. Dosis penunjang digoksin
untuk fibrilasi atrium 0,25 mg. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema
pulmonal akut yang berat (Arif, 2000: 435)

8. Pemeriksaaan Diagnostik
Menurut Beck (2011), pemeriksaan diagnostik antara lain:
a. Electrocardiogram (EKG)
b. Foto thorax
c. Enchocardiogram
d. Laboratorium
C. Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Status kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan
d. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
Pengumpulan data dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksanaan dilakukan dengan cara
inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya ingatan
menurun atau melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil:
kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada
keluhan pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut,
auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon,
apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial
yang mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan
luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut,
keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah
atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
e. Perubahan Psikologis
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4) mengatasi stres yang di alami
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
f. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3) Dengan siapa dia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya,
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada
g. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
h. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
i. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg
j. Pengkajian status kognitif lansia
1) Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumla Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
h baru, semua secara menurun

Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat.
2) MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang?
2 Registras 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1
i detik dan mengatakan asing-masing obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
*Klien mampu menyebutkan kembali
obyek yang di perintahkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan
semuanya.
4. Menging 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point
masing-masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan

5 Bahasa 9 8 Tunjukkan pada klien suatu benda dan


tanyakan nama pada klien
a. Missal jam tangan
b. Missal pensil
Minta klien untuk mengulangi kata berikut:
“tidak ada, jika, dan, atau, tetapi”. Bila benar
nilai satu poin
a. Pertanyaan benar 2 buah: tak ada,
tetapi
Minta klien untuk menuruti perintah berikut
terdiri dari 3 langkah.
“ ambil kertas ditangan anda, lipat dua dan
taruh dilantai”
a. Ambil kertas ditangan anda
b. Lipat dua
c. Taruh dilantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut ( bila
aktivitas sesuai perintah nilai 1 point)
a. “tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu
kalimat dan menyalin gambar
b. Tulis satu kalimat
c. Menyalin gambar
*Klien bisa menyebutkan benda yang
ditunjuk pemeriksa. Selain itu, klien bisa
mengambil kertas, melipat jadi dua, dan
menaruh di bawah sesuai perintah. klien dapat
menulis satu kalimat.

Total 29
Nilai

k. Pengkajian Depresi Geriatrik (YESAVAGE)


PERTANYAAN JAWABAN SKOR
YA/ TIDAK
Apakah pada dasarnya anda puas dengan kehidupan anda? Ya 0
Apakah anda telah meninggalkan banyak kegiatan atau minat Ya 1
atau kesenangan anda?
Apakah anda merasa bahwa hidup ini kosong belaka? Tidak 0
Apakah anda merasa sering bosan? Tidak 0
Apakah anda mempunyai semangat yang baik setiap saat? Ya 0
Apakah anda takut sesuatu yang buruk akan terjadi pada Tidak 0
anda?
Apakah anda merasa bahagia di sebagian besar hidup anda? Ya 0
Apakah anda merasa sering tidak berdaya? Tidak 0
Apakah anda lebih senang tinggal di rumah daripada pergi Ya 1
keluar dan mengerjakan sesuatu yang baru?
Apakah anda merasa mempunyai banyak masalah dengan Tidak 0
daya ingat anda dibandingkan kebanyakan orang?
Apakah anda pikir bahwa hidup anda sekarang ini Ya 0
menyenangkan?
Apakah anda merasa berharga? Ya 1
Apakah anda merasa penuh semangat? Ya 0
Apakah anda merasa bahwa keadaan anda tidak ada harapan? Tidak 0
Apakah anda pikir orang lain lebih baik keadaanya daripada Tidak 0
anda?
Jumlah 3

Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi

l. Pengkajian Skala Resiko Dekubitus


Persepsi 1 2 3 4
Sensori Terbatas penuh Sangat terbatas Agak Terbatas Tidak terbatas
Kelembapan Lembab Sangat lembab Kadang lembab Jarang Lembab
konstan
Aktifitas Di tempat tidur Dikursi Kadang jalan Jalan Keluar
Mobilisasi Imobil penuh Sangat terbatas Kadang terbatas Tidak Terbatas
Nutrisi Sangat jelek Tidak Adekuat Adekuat Sempurna
Gerakan/ Masalah Masalah Resiko Tidak Ada Sempurna
cubitan Masalah
Total skor = 22
Keterangan :
Paisien dengan total nilai :
a. <16 mempunyai risiko terkena dekubitus
b. 15/16 risiko rendah
c. 13/14 risiko sedang
d. <13 risiko tinggi

2. Diagnosa Keperawatan.
a. Kelebiham volume cairan b.d retensi natrium dan air, serta penurunan perfusi
renal.
b. Risiko penurunan perfusi jaringan jantung berhubungan dengan hipoksia
c. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai oksigen ke otak dan
jaringan dengan kebutuhan sekunder penurunan curah jantung.
d. Hambatan pertukaran gas b.d edema pulmonal
e. Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan penyebab multipel
f. Resiko cidera berhubungan dengan hipoksia jaringan
g. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake
nutrisi, mual, muntah dan anoreksia.

3. Intervensi Keperawatan
NANDA NOC NIC
00026 0601 Keseimbangan Cairan 4120 Manajeman Cairan
Kelebihan volume Definisi : Definisi :
cairan berhubungan Keseimbangan cairan di dalam Meningkatkan keseimbangan
dengan penurunan ruang intraselular dan cairan dan pencegahan komplikasi
keluaran urine, diet ekstraselular tubuh yang dihasilkan dari tingkat cairan
berlebihan, dan retensi Setelah dilakukan tindakan tidak normal atau tidak
cairan dan natrium keperawatan selama 3x24jam diinginkan.
Definisi : diharapkan status kesehatan Aktivitas-aktivitas :
Peningkatan cairan pasien membaik dengan kriteria -
isotonic hasil : monitor status pasien
Batasan karakteristik : - Tekanan darah -
- Dispnea membaik dari skala 3 akurat dan catat output pasien
- Edema ke skala 5 -
- Ketidakseimbangan - Denyut nadi membaik -
elektrolit dari skala 3 ke skala 5 -
- Kongesti pulmonal - Keseimbangan intake -
- dan output dalam -
24jam dari skala 3 ke -
skala 5 pasien sebelum dan sesudah
- Berat badan stabil dari dialysis
skala 3 ke skala 5 -
- Turgor kulit membaik dikonsumsi
dari skala 3 ke skala 5 -
- Edema perifer kamar
membaik dari skala 3 -
ke skala 5 -
pengenceran hiponatremia
0602 Hidrasi
Definisi : 4130 Monitor Cairan
(ketersediaan) air yang cukup Definisi :
dalam kompartemen intraseluler Pengumpulan dan analisis data
dan eksraseluler tubuh. pasien dalam pengakuratan
Setelah dilakukan tindakan keseimbangan cairan
keperawatan selama 3x24jam Akivitas-aktivitas :
diharapkan status cairan pasien - Tent
membaik dengan kriteria hasil : ukan jumlah dan jenis
- Turgor kulit membaik intake/asupan cairan serta
dari skala 3 ke skala 5
- Membrane mukosa kebiasaan eliminasi
lembab dari skala 3 ke - Tent
skala 5 ukan factor resiko
- Intake cairan membaik ketidakseimbangan cairan
dari skala 3 ke skala 5 - Tent
- Perfusi jaringan ukan apakah pasien
membaik dari skala 3 mengalami kehausan atau
ke skala 5 gejalan perubahan cairan
- Fungsi kognisi - Peri
membaik dari skala 3 ksa isi ulang kapiler
ke skala 5 - Peri
- Haus hilang dari skala ksa turgor kulit
3 ke skala 5 - Mo
- Warna urin keruh nitor berat badan
hilang dari skala 3 ke - Mo
skala 5 nitor asupan dan pengeluaran
- Mo
nitor nilai kadar serum
albumin dan protein local
- Mo
nitor kadar serum dan
osmolalitas urine
- Mo
nitor tekanan darah, denyut
jantug dan status pernafasan.
- Mo
nitor membrane mukosa,
turgor kulit dan respon haus
- Mo
nitor distensi vena leher,
ronki di paru-paru, edema
perifer dan penambahan berat
badan

00200. Risiko 0408. Perfusi jaringan pulmonal 4050. Manajemen risiko jantung
penurunan perfusi 1. Irama pernafasan Definisi: Pencegahan episode akut
jaringan jantung 2. Tingkat pernafasan pada ketidakseimbangan fungsi
3. Tekanan darah sistolik kardiak dengan meminimalkan
4. Tekanan darah sesuatu yang berkonstribusi dan
diastolic kebiasaan yang beresiko
5. Nyeri dada 1. Skrinning pasien
6. Suara nafas abnormal mengenai kebiasaannya
7. Sesak nafas yang beresiko yang
8. Gangguan pertukaran berhubungan dengan
gas kejadian yang tidak
diharapkan pada jantung
2. Identifikasi kesiapan
pasien untuk mempelajari
gaya hidup yang
dimodifikasi
3. Instruksikan pasien dan
keluarga mengenai
modifikasi factor risiko
4. Instruksikan pasien dan
keluarga untuk memonitor
tanda-tanda vital
5. Berikan dukungan
olahraga yang diindikasi
untuk pasien dengan risiko
jantung
00030. Hambatan 0402 Status Pernafasan : 6680. Monitor tanda-tanda vital
Pertukaran gas Pertukaran Gas Definisi: Pengumpulan dan
Definisi : pertukaran analisis data kardiovaskuler,
karbondioksida dan oksigen di pernafasan dan suhu tubuh untuk
alveoli untuk mempertahankan menentukan dan mencegah
konsentrasi darah arteri komplikasi
1. Saturasi oksigen, Aktivitas-aktivitas:
ditingkatkan dari skala 1. Monitor tekanan darah,
2 ke skala 5 nadi, suhu, dan status
2. Keseimbangan 2. pernafasan dengan
ventilasi dan perfusi, cepat.
ditingkatkna dari skala 3. Monitor irama dan
2 ke skala 5 tekanan jantung
3. Sianosis, ditingkatkan 4. Monitor nada jantung
dari skala 2 ke skala 5 5. Monitor suara paru-
4. Tekana parsial oksigen paru
di darah arteri (PaO2), 6. Monitor pola
ditingkatkan dari skala pernapasan abnormal
3 ke skala 5 7. Monitor warna kulit
5. Tekanan parsial suhu dan kelembapan
karbondioksida di 8. Monitor keberadaan
darah arteri (PaCO2), dan kualitas nadi
ditingkatkan dari skala 9. Monitor sianosis
2 ke skala 5 sentral dan perifer

00002. 1014. Nafsu makan 1160. Monitor Nutrisi


Ketidakseimbangan Definisi: Keinginan untuk makan Definisi: Pengumpulan dan
Nutrisi Kurang dari Setelah dilakukan tindakan analisa data pasien yang berkaitan
kebutuhan tubuh keperawatan selama 1X24 jam dengan asupan nutrisi
diharapkan pasien memenuhi Aktivitas-aktivitas:
kriteria: 1. Identifikasi perubahan
1. Hasrat/ keinginan untuk berat badan akhir
makan 1 2 3 4 5 2. Identifikasi perubahan
2. Merasakan makanan 1 2 3 nafsu makan dan aktivitas
45 akhirakhir ini
3. Mencari makanan 1 2 3 4 3. Tentukan pola makan
5 4. Monitor adanya pucat,
4. Intake makanan 1 2 3 4 5 kemerahan dan
konjungtiva yang kering
5. Monitor status mental
6. Tentukan factor-faktor
yang mempengaruhi
asupan nutrisi
Mulai tindakan atau berikan
rujukan ,sesuai kebutuhan

00078 Ketidakefektifan 1608 kontrol gejala definisi : 7400 panduan system pelayanan
manajemen kesehatan tindakan seseorang untuk kesehatan
Definisi :pola mengurangi perubahan fungsi 1. bantu pasien dan keluarga
pengaturan dan fisik dan emosi yang dirasakan untuk berkoordinasi dan
pengintegrasikan ke 1. Memantau munculnya mengkomunikasikan perawtan
dalam kebiasan gejala 1 2 3 4 5 kesehatan
terapeutik hidup sehari- 2. Memantau keparahan 2. dorong konsultasi dengan
hari untuk tindakan gejala 1 2 3 4 5 profesi perawat kesehatan lainnya
terapeutik terhadap 3. Melakukan tindakan dengan tepat
penyakit dan sekuelanya tindakan pencegahan 1 2 3 3. minta layanan kesehatan dari
yang tidak memuaskan 45 para professional kesehatan
untuk memenuhi tujuan 4. Melakukan tindakan lainnya untuk pasien dengan tepat
kesehatan spesifik untuk mengurangi gejala 4. diskusikan hasil kunjungan
12345 dengan penyediaan layanan
5. Melaporkan gejala yang kesehatan lainnya yang tepat
dapat dikontrol 1 2 3 4 5 5. monitor kecukupan tindak
lanjut perawat kesehatan
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan kognitif
dan perubahan spiritual. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan integumen,
berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body mass ratio dan
berkuranya cairan tubuh.
Dalam perubahan sistem kardiovaskuler, salah satu gangguan yang ada pada lansia
adalah menurunnya kemampuan jantung dalam mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal atau yang disebut decompensasi cordis. Gejala
dari dekompenasi cordis adalah dispnea, orthopnea, proximal, batuk, mudah lelah, dan
kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.

DAFTAR PUSTAKA

American Heart Association. 2004. Heart Disease and Stroke Statistics. Oktober 14, 2014
http://www.strokeaha.org
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.

Beck, Erick. 2011. Tutorial Diagnosis Banding (Tutorials in Differential Diagnosis) Edisi 4.
Jakarta: EGC
Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Ganong, William F. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi 5.
Jakarta: EGC

Maryam, R. Siti & dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.

Mubarak, Wahit Iqbal, 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : CV Sagung Seto

Muttaqin, A. (2012) Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskular.


Jakarta: Salemba Medika.

Nugroho, Wahjudi. (2012). Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta : EGC.

Udjianti, W. J., 2011, Keperawatan Kardiovaskular, Seleba medika, jakarta.

Anda mungkin juga menyukai