Disusun oleh :
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan suatu organ kompleks yang fungsi utamanya adalah memompa darah
melalui sirkulasi paru dan sistemik (Ganong, 2010). Hal ini dilakukan dengan baik bila
kemampuan otot jantung untuk memompa, sistem katub serta pemompaan dalam keadaan
baik. Bila ditemukan ketidaknormalan pada fungsi jantung maka mempengaruhi efisiensi
pemompaan dan kemungkinan dapat menyebabkan kegagalan dalam memompa darah
(Hudak & Gallo, 2002). Decompensasi cordis adalah suatu kondisi dimana jantung
mengalami kegagalan dalam memompa darah guna mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan
nutrient dan oksigen secara adekuat (Udjianti, 2010).
Masalah kesehatan dengan gangguan sistem kardiovaskuler yang salah satunya adalah
Decompensasi Cordis masih menduduki peringkat yang cukup tinggi, ini dibuktikan data dari
WHO (World Health Organisation) yang menunjukkan bahwa insiden penyakit dengan
sistem kardiovaskuler terutama kasus gagal jantung memiliki prevalensi yang cukup tinggi
yaitu sekitar 3.000 penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung dan setiap tahunnya
bertambah 550 orang penderita. Data dari American Heart Association (AHA) tahun 2004
menunjukkan gagal jantung sebagai penyebab menurunnya kualitas hidup penderita dan
penyebab jumlah kematian bertambah. Di Indonesia, data dari Departemen Kesehatan RI
tahun 2008 menunjukkan pasien yang diopname dengan diagnosis gagal jantung mencapai
14.449 pasien. Sedangkan pada tahun 2005 di Jawa Tengah terdapat 520 penderita gagal
jantung yang pada umumnya adalah lanjut usia. Prevalensi gagal jantung di negara
berkembang masih cukup tinggi dan jumlahnya semakin meningkat, setengah dari pasien
yang terdiagnosa gagal jantung masih mempunyai harapan hidup 5 tahun (Rahmawati dalam
Harjani, 2012)
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja konsep lanjut usia?
2. Apa itu dekompensasi cordis?
3. Bagaimana Asuhan keperawatan gerontik dekompensasi cordis?
C. Tujuan
a. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penulisan makalah ini agar penulis mampu memahami asuhan
keperawatan pada lansia dengan gangguan decompensasi cordis
b. Tujuan Khusus
1. Memahami pengkajian untuk menemukan masalah pada lansia dengan
dekompensasi cordis
2. Merumuskan diagnosa pada lansia yang mengalami gangguan dekompensasi
cordis
3. Memahami bagaimana intervensi keperawatan pada lansia dengan dekompensasi
kordis
4. Memahami tentang evaluasi keperawatan lansia dengan gangguan dekompensasi
kordis
BAB II
PEMBAHASAN
B. Dekompensasi Cordis
1. Pengertian Decompensasi Cordis
Decompensasi cordis atau gagal jantung adalah suatu keadaan ketika jantung
tidak mampu mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi kebutuhan tubuh, meskipun
tekanan vena normal (Muttaqin, 2012). Decompensasi cordis adalah kegagalan
jantung dalam upaya untuk mempertahankan peredaran darah sesuai dengan
kebutuhan tubuh.(Dr. Ahmad ramali.1994) . Dekompensasi kordis adalah suatu
keadaan dimana terjadi penurunan kemampuan fungsi kontraktilitas yang berakibat
pada penurunan fungsi pompa jantung ( Tabrani, 1998; Price ,1995). Decompensasi
Cordis adalah keadaan dimana jantung tidak mampu memompakan darah dalam
memenuhi kebutuhan sirkulasi tubuh untuk keperluan metabolisme danoksigen.
(Nugroho, 2011: 269) Dari beberapa definisi diatas dapat dsimpulkan bahwa
Decompensasi Cordis adalah ketidakmampuan jantung memompa darah keseluruh
tubuh untuk memenuhi metabolisme tubuh, sehingga terjadi defisit penyaluran O2 ke
organ-organ tubuh lainya.
5. Manifestasi Klinik
Menurut Ardiansyah (2012:28), manifestasi klinis dari Decompensasi Cordis meliputi :
a. Dispnea, yang terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu
pertukaran gas. Gangguan ini dapat terjadi saat istirahat ataupun beraktivitas
b. Orthopnea, yaitu kesulitan bernafas saat penderita berbaring.
c. Proximal, yaitu nokturna dispnea. Gejala ini biasanya terjadi saat pasien duduk lama
dengan posisi kaki atau tangan dibawah atau setelah pergi berbaring ditempat tidur.
d. Batuk, baik kering maupun basah sehingga menghasilkan daha atau lendir.
e. Mudah lelah, dimana gejala ini muncul akibat cairan jantung yang kurang sehingga
menghambat sirkulasi cairan dan sirkulasi oksigen.
f. Kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.
6. Komplikasi
a. shock kardiogenik
Shock kardiogenik ditandai dengan adanya gangguan fungsi ventrikel kiri.
Dampaknya adalah terjadi gangguan berat pada fungsi jaringan dan penhantaran
oksigen ke jaringan. Gejala ini merupakan gejala yang khas terjadi pada kasus
shock kardiogenik yang disebabkan oleh infark miokardium akut. Gangguan ini
disebabkan oleh kehilangan 40% atau lebih jaringan otot pada ventrikel kiri dan
nekrosis vokal di seluruh ventrikel, karena ketidak seimbangan antara kebutuhan
dan persendian oksigen miokardium
b. Edema paru-paru
Edema paru terjadi dengan cara yang sama seperti edema yang muncul di bagian
tubuh mana saja, termasuk factor apapun yang menyebabkan cairan interstitial
paruparu meningkat dari batas negatif menjadi batas positif. (Ardiansyah, 2012:
30).
7. Penatalaksanaan
Pada dasarnya pengobatan penyakit decompensasi cordis adalah sbb:
a. Mengatur posisi semifowler untuk mengurangi dispneu
b. Mengurangi posisi duduk terlalu lama
c. Melakukan aktivitas ringan agar tidak mudah kelelahan
d. Memperbanyak dan meningkatkan istirahat
8. Pemeriksaaan Diagnostik
Menurut Beck (2011), pemeriksaan diagnostik antara lain:
a. Electrocardiogram (EKG)
b. Foto thorax
c. Enchocardiogram
d. Laboratorium
C. Asuhan Keperawatan Gerontik
1. Pengkajian
a. Identitas Klien
b. Status kesehatan saat ini
c. Riwayat kesehatan
d. Perubahan Fisik
Pengumpulan data dengan wawancara
1) Pandangan lanjut usia tentang kesehatan,
2) Kegiatan yang mampu di lakukan lansia,
3) Kebiasaan lanjut usia merawat diri sendiri,
4) Kekuatan fisik lanjut usia: otot, sendi, penglihatan, dan pendengaran,
5) Kebiasaan makan, minum, istirahat/tidur, BAB/BAK,
6) Kebiasaan gerak badan/olahraga/senam lansia,
7) Perubahan-perubahan fungsi tubuh yang dirasakan sangat bermakna,
8) Kebiasaan lansia dalam memelihara kesehatan dan kebiasaan dalam minum
obat.
Pengumpulan data dengan pemeriksaan fisik. Pemeriksanaan dilakukan dengan cara
inspeksi, palpilasi, perkusi, dan auskultasi untuk mengetahui perubahan sistem tubuh.
1) Pengkajian sistem persyarafan: kesimetrisan raut wajah, tingkat kesadaran
adanya perubahan-perubahan dari otak, kebanyakan mempunyai daya ingatan
menurun atau melemah,
2) Mata: pergerakan mata, kejelasan melihat, dan ada tidaknya katarak. Pupil:
kesamaan, dilatasi, ketajaman penglihatan menurun karena proses pemenuaan,
3) Ketajaman pendengaran: apakah menggunakan alat bantu dengar, tinnitus,
serumen telinga bagian luar, kalau ada serumen jangan di bersihkan, apakah
ada rasa sakit atau nyeri ditelinga.
4) Sistem kardiovaskuler: sirkulasi perifer (warna, kehangatan), auskultasi
denyut nadi apical, periksa adanya pembengkakan vena jugularis, apakah ada
keluhan pusing, edema.
5) Sistem gastrointestinal: status gizi (pemasukan diet, anoreksia, mual, muntah,
kesulitan mengunyah dan menelan), keadaan gigi, rahang dan rongga mulut,
auskultasi bising usus, palpasi apakah perut kembung ada pelebaran kolon,
apakah ada konstipasi (sembelit), diare, dan inkontinensia alvi.
6) Sistem genitourinarius: warna dan bau urine, distensi kandung kemih,
inkontinensia (tidak dapat menahan buang air kecil), frekuensi, tekanan,
desakan, pemasukan dan pengeluaran cairan. Rasa sakit saat buang air kecil,
kurang minat untuk melaksanakan hubungan seks, adanya kecacatan sosial
yang mengarah ke aktivitas seksual.
7) Sistem kulit/integumen: kulit (temperatur, tingkat kelembaban), keutuhan
luka, luka terbuka, robekan, perubahan pigmen, adanya jaringan parut,
keadaan kuku, keadaan rambut, apakah ada gangguan-gangguan umum.
8) Sistem muskuloskeletal: kaku sendi, pengecilan otot, mengecilnya tendon,
gerakan sendi yang tidak adekuat, bergerak dengan atau tanpa
bantuan/peralatan, keterbatasan gerak, kekuatan otot, kemampuan melangkah
atau berjalan, kelumpuhan dan bungkuk.
e. Perubahan Psikologis
1) Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan
2) Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak
3) Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan
4) mengatasi stres yang di alami
5) Apakah mudah dalam menyesuaikan diri
6) Apakah lansia sering mengalami kegagalan
7) Apakah harapan pada saat ini dan akan datang,
8) Perlu di kaji juga mengenai fungsi kognitif: daya ingat, proses pikir, alam
perasaan, orientasi, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah
f. Perubahan sosial ekonomi, data yang dikaji:
1) Darimana sumber keuangan lansia
2) Apa saja kesibukan lansia dalam mengisi waktu luang
3) Dengan siapa dia tinggal
4) Kegiatan organisasi apa yang diikuti lansia
5) Bagaimana pandangan lansia terhadap lingkungannya
6) Seberapa sering lansia berhubungan dengan orang lain di luar rumah
7) Siapa saja yang bisa mengunjungi
8) Seberapa besar ketergantungannya,
9) Apakah dapat menyalurkan hobi atau keinginan dengan fasilitas yang ada
g. Perubahan spiritual, data yang dikaji :
1) Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya,
2) Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan keagamaan,
misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin
3) Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa
4) Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal.
h. Pengkajian Status Fungsional dengan pemeriksaan Index Katz
i. Pengkajian Risiko Jatuh : Test Skala Keseimbangan Berg
j. Pengkajian status kognitif lansia
1) Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
baru, semua secara menurun
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat.
2) MMSE (Mini Mental Status Exam)
No Aspek Nilai Nilai Kriteria
Kognitif Maksimal Klien
1 Orientasi 5 5 Menyebutkan dengan benar
a. Tahun : 2016
b. Musim : Hujan
c. Tanggal: 07
d. Hari : Senin
e. Bulan : November
Orientasi 5 5 Dimana kita sekarang?
2 Registras 3 3 Sebutkan nama tiga obyek (oleh pemeriksa) 1
i detik dan mengatakan asing-masing obyek.
a. Meja, Kursi, Bunga.
*Klien mampu menyebutkan kembali
obyek yang di perintahkan
3 Perhatian 5 5 Minta klien untuk memulai dari angka 100
dan kemudian dikurangi 7 sampai 5 kali / tingkat:
kalkulasi (93, 86, 79, 72, 65)
*Klien dapat menghitung pertanyaan
semuanya.
4. Menging 3 3 Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek
at pada no 2 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point
masing-masing obyek.
*Klien mampu mengulang obyek yang
disebutkan
Penilaian:
Nilai 1 jika menjawab sesuai kunci berikut :
a. Tidak i. Ya
b. Ya j. Ya
c. Ya k. Tidak
d. Ya l. Ya
e. Tidak m. Tidak
f. Ya n. Ya
g. Tidak o. Ya
h. Ya
Skor :3
5-9 : kemungkinan depresi
10 atau lebih : depresi
2. Diagnosa Keperawatan.
a. Ketidakefektif manajemen kesehatan
b. Sindrom lansia lemah berhubungan
3. Intervensi Keperawatan
Analisa Data Nanda NOC NIC
Angket 00078. 1608 kontrol gejala definisi 7400 panduan system
- Terdapat Ketidakefektifa : tindakan seseorang untuk pelayanan kesehatan
anggota n manajemen mengurangi perubahan 1. bantu pasien dan
keluarga kesehatan fungsi fisik dan emosi yang keluarga untuk
lansia yang Definisi :pola dirasakan berkoordinasi dan
menderita pengaturan dan 1. Memantau mengkomunikasikan
dekompensa pengintegrasika munculnya gejala 1 perawtan kesehatan
si kordis n ke dalam 2345 2. dorong konsultasi
Wawancara kebiasan 2. Memantau dengan profesi perawat
- Lansia terapeutik hidup keparahan gejala 1 kesehatan lainnya
mengatakan sehari-hari 2345 dengan tepat
bahwa untuk tindakan 3. Melakukan 3. minta layanan
dirinya terapeutik tindakan tindakan kesehatan dari para
sesak nafas terhadap pencegahan 1 2 3 4 professional kesehatan
saat penyakit dan 5 lainnya untuk pasien
berbaring sekuelanya 4. Melakukan dengan tepat
- Lansia yang tidak tindakan untuk 4. diskusikan hasil
mengatakan memuaskan mengurangi gejala kunjungan dengan
batuk-batuk untuk 12345 penyediaan layanan
dan mudah memenuhi 5. Melaporkan gejala kesehatan lainnya yang
lelah saat tujuan yang dapat tepat
aktivitas kesehatan dikontrol 1 2 3 4 5 5. monitor kecukupan
fisik spesifik tindak lanjut perawat
- Lansia kesehatan
mengatakan 00257. Sindrom 3106. Manajemen diri: 5515. Peningkatan
gelisah dan Lansia lemah Gagal Jantung kesadaran kesehatan
sulit tidur Definisi: Status Definisi: Tindakan Definisi: Membantu
Observasi dinamik dan seseorang untuk mengelola individu yang memiliki
- Tampak ekuilibrium gagal jantung, kemampuan terbatas
lansia sering yang tidak pengobatannya, pencegahan untuk memperolah,
batuk- batuk stabil yang perkembangan penyakit dan mengolah dan
dan sesak mempengaruhi komplikasinya memahami informasi
nafas individu lansia Setelah dilakukan tindakan yang berkaitan dengan
- Intoleran dalam keperawatan klien dapat kesehatan dan penyakit
aktivitas mengalami memenuhi kriteria: Aktifitas-aktifitas:
- Kelelahan penyimpangan 1. Berpartisipasi dalam 1. Observasi tanda-
pada satu atau pengambilan tanda kesadaran
lebih omain keputusan kesehatan kesehatan yang
kesehatan dan 2. Memantau denyut terganggu
menimbulkan nadi dan irama 2. Berikan
peningkatan jantung informasi penting
kerentanan 3. Memantau secara tertulis
untuk kecepatan nafas maupun lisan
mengalami efek 4. Memantau tekanan pada pasien
penyimpangan darah 3. Pertimbangkan
kesehatan 5. Mengikuti hal yang telah
pembatasan cairan pasien ketahui
6. Menghentikan tentang kondisi
merokok kesehatannya
7. Memantau berat atau resiko dan
badan menghubungkan
8. Meninggikan kaki informasi baru
ketika duduk dengan apa yang
9. Menyeimbangkan sudah pasien
aktifitas dan ketahui
istirahat 4. Berikan
10. Mengelola aktivitas pendidikan
dasar sehari-hari kesehatan
11. Mendapat dukungan 5. Sediakan materi
keluarga informasi
kesehatan tertulis
yang mudah
dipahami
6. Gunakan strategi
untuk
meningkatkan
pemahaman
7. Evaluasi
pemahaman
pasien
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Lansia adalah keadaan yang ditandai oleh kegagalan seseorang untuk mempertahankan
keseimbangan terhadap kondisi stres fisiologis. Perubahan yang terjadi pada lansia meliputi
perubahan kondisi fisik, perubahan kondisi mental, perubahan psikososial, perubahan kognitif
dan perubahan spiritual. Perubahan kondisi fisik meliputi perubahan tingkat sel sampai ke semua
organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem
pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genitourinaria, endokrin dan integumen,
berkurangnya tinggi badan dan berat badan, bertambahnya fat-to-lean body mass ratio dan
berkuranya cairan tubuh.
Dalam perubahan sistem kardiovaskuler, salah satu gangguan yang ada pada lansia
adalah menurunnya kemampuan jantung dalam mempertahankan sirkulasi yang cukup bagi
kebutuhan tubuh, meskipun tekanan vena normal atau yang disebut decompensasi cordis. Gejala
dari dekompenasi cordis adalah dispnea, orthopnea, proximal, batuk, mudah lelah, dan
kegelisahan akibat gangguan oksigenasi jaringan.
DAFTAR PUSTAKA
American Heart Association. 2004. Heart Disease and Stroke Statistics. Oktober 14, 2014
http://www.strokeaha.org
Ardiansyah, M. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta: DIVA Press.
Beck, Erick. 2011. Tutorial Diagnosis Banding (Tutorials in Differential Diagnosis) Edisi 4.
Jakarta: EGC
Efendi, Ferry & Makhfud. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Ganong, William F. 2010. Patofisiologi Penyakit Pengantar Menuju Kedokteran Klinis Edisi 5.
Jakarta: EGC
Maryam, R. Siti & dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal, 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2. Jakarta : CV Sagung Seto