Anda di halaman 1dari 8

Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.

2, Juli 2012

PENGARUH LATIHAN KETRAMPILAN SOSIAL TERHADAP KEMAMPUAN SOSIALISASI


PADA LANSIA DENGAN KESEPIAN DI PANTI WREDHA SEMARANG

Anny Rosiana Masithoh1 , Achir Yani S Hamid2, Luknis Sabri3

1 Stikes
Muhammadiyah Kudus
2 FakultasIlmu Keperawatan Universitas Indonesia
3 Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

ABSTRACT
The inability to socialize in an environment that is different from the previous life is a significant
stressor for the elderly. The aim of this research was to analyze the correlation between social
skill training and socialization ability of eldery with loneliness in nursing home. This research
used quasi experimental pre-post test with control group design. The research took place at
nursing home”A” for intervention group with 27 subjek and nursing home “B” for control group
with 28 subjek. The result showed a significant difference of elderly socialzation ability before
and after that there was training with social skill training. It is proved by an increase of social
ability of eldery in intervention group. This research recommended that social skill training needs
to be given in elderly with loneliness.

Key word : socialization, loneliness, eldery, social skill training

ABSTRAK
Proses menua memberikan dampak pada perubahan psikologis lansia berupa kesepian, rasa
bersalah, depresi, keluhan somatik. Ketidakmampuan bersosialisasi dalam lingkungan yang
berbeda dari kehidupan sebelumnya merupakan suatu stressor bagi lansia. Tujuan penelitian
untuk menganalisis pengaruh latihan ketrampilan sosial terhadap kemampuan sosialisasi pada
lansia yang mengalami kesepian. Desain penelitian adalah quasi experimental, pre-post test
with control group. Sampel penelitian berjumlah 27 lansia di Panti Wredha A (Intervensi) dan
28 lansia di Panti Wredha B (Kontrol) di Kabupaten Semarang. Hasil penelitian menggunakan
uji paired t test menunjukkan perbedaan signifikan skor kemampuan sosialisasi lansia sebelum
dan setelah dilakukan perlakuan. Terdapat peningkatan kemampuan sosialisasi pada lansia
pada kelompok intervensi. Latihan ketrampilan sosialisasi direkomendasikan pada lansia
dengan kesepian.

Kata kunci : sosialisasi, lansia, kesepian, ketrampilan sosial

PENDAHULUAN (WHO, 2002). Hal ini menunjukkan bahwa


Pada tahun 2000 jumlah lansia di penduduk lansia di dunia dari tahun ke
dunia sekitar 600 juta (11 %), diperkirakan tahun terus meningkat.
1,2 milyar (22 %) pada tahun 2025 dan Batasan lanjut usia yang
menjadi 2 milyar pada tahun 2050 (WHO, ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan
2002). Sedangkan di negara berkembang Dunia atau World Health Organization
pada tahun 2000 jumlah lansia mencapai WHO (2010) adalah 60 tahun atau lebih.
400 juta, tahun 2025 diperkirakan Batasan usia lansia ini juga sesuai dengan
mencapai 800 juta dan tahun 2050 jumlah batasan usia yang ditetapkan di Indonesia
lansia diperkirakan mencapai 1.49 milyar yang tercantum dalam Undang-undang

78
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

nomor 13 tahun 1998 tentang demensia dan delirium.


kesejahteraan lansia (BPKP, 1998). Pada Perubahan sosial yang dapat
penelitian ini batasan usia lansia yang dialami lansia adalah perubahan status
digunakan sesuai dengan ketetapan dan perannya dalam kelompok atau
WHO dan ketetapan yang berlaku di masyarakat, kehilangan pasangan hidup,
Indonesia. serta kehilangan sistem dukungan dari
Perubahan sistem tubuh pada keluarga, teman dan tetangga (Ebersole,
lansia akibat proses menua dapat dkk., 2005). Pada masa lansia, individu
mengakibatkan lansia mengalami dituntut untuk dapat bersosialisasi kembali
penurunan kemampuan aktivitas fisik dan dengan kelompok, lingkungan dan
perubahan penampilan fisik yang tidak generasi ke generasi. Sosialisasi lansia
diinginkan, sehingga lansia tidak produktif meningkatkan kemampuan untuk
lagi secara sosial dan ekonomi. Keadaan berpartisipasi dalam kelompok sosialnya
ini merupakan suatu stressor yang dapat (Atchley & Barusch, 2004). Kemampuan
menimbulkan perasaan negatif bagi lansia sosialisasi ini akan lebih dirasakan oleh
yakni perasaan tidak berdaya, tidak lansia yang tinggal dalam suatu tempat
berguna, frustasi, putus asa, sedih dan khusus seperti panti werdha. Ketidak-
perasaan terisolasi, sehingga lansia akan mampuan bersosialisasi dalam lingkungan
meminimalkan interaksi dengan orang lain. yang berbeda dari kehidupan sebelumnya
Apalagi ditambah dengan merupakan suatu stressor yang cukup
masalah fisik dan psikologis yang menjadi berarti bagi lansia. Oleh karena itu pada
stressor bagi lansia, masalah finansial lansia yang tinggal dalam suatu panti
juga sangat berpengaruh terhadap wredha sangat penting untuk
kesehatan jiwa lansia. Zainuddin (2002) mendapatkan intervensi keperawatan
menegaskan bahwa faktor yang sangat khususnya yang berkaitan dengan
mempengaruhi kesehatan jiwa lansia masalah psikososial.
adalah penurunan kondisi fisik, penurunan Hertamina (1996) menyataan
fungsi dan potensi seksual, perubahan bahwa lansia merasa kesepian karena
aspek psikososial, perubahan yang cukup banyak waktu luang yang tidak
berkaitan dengan pekerjaan dan dimanfaatkan untuk melakukan kegiatan.
perubahan dalam peran sosial di Adanya masalah kesepian pada lansia
masyarakat. yang berada dipanti wredha ditambah
Semiun (2006) menyatakan dengan adanya anggapan dalam
bahwa keterbatasan fisik yang sangat masyarakat bahwa lansia merupakan
ketat, ketergantungan fisik, sosial dan warga kelas dua menyebabkan lansia
ekonomi, perasaan semakin kurang mengembangkan sikap sebagai golongan
berguna dan perasaan terisolasi minoritas seperti sensitif, mudah
merupakan masalah-masalah utama pada tersinggung, merasa tidak aman, cemas,
lansia. Stuart dan Laraia (2008) juga ketergantungan secara berlebihan pada
mengemukakan bahwa masalah orang lain dan pertahanan diri (Hurlock,
kesehatan mental pada lansia tergantung 1997).
pada faktor fisiologis dan status psikologis, Mengingat dampak yang terjadi
kepribadian, dukungan sistem sosial, dari kesepian yaitu, dapat menimbulkan
sumber ekonomi dan gaya hidup. Shives perilaku yang mengarah pada depresi,
(2005) menyatakan bahwa psikodinamik cenderung untuk mudah terserang
yang umum terjadi pada lansia adalah penyakit, mengakibatkan pola makan dan
kecemasan, kesepian, rasa bersalah, tidur seseorang menjadi kacau, menderita
depresi, keluhan somatik, reaksi paranoid, sakit kepala serta muntah-muntah (Stuart
79
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

& Sundeen, 2007., Lync, 1997., Peplau, kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
Russel & Cuntrona, 1997) Populasi dibagi menjadi dua, yaitu 1)
Untuk menangani kesepian ini Populasi target (target population); 2)
sudah ada penelitian tentang penggunaan Populasi terjangkau (accessible
ECT untuk mengurangi kesepian pada population) atau populasi sumber (source
lansia, hal ini menunjukkan hasil yang population). Populasi target (target
signifikan untuk mengurangi kesepian population) merupakan sasaran akhir
pada lansia (T Fokkema & K Knippscherr, penerapan hasil penelitian, sedangkan
2007). Tindakan keperawatan yang populasi terjangkau (source population)
dilakukan pada klien dengan kesepian adalah bagian dari populasi target yang
adalah latihan ketrampilan sosial training dapat dijangkau oleh peneliti. Populasi
(SST), Cognitive-Behavioral Therapy, lansia diPanti wredha A sebanyak 115
shyness Groups (peplau dan Pearlman lansia setelah di screening dapat populasi
1982). Penelitian lain yang dilakukan oleh target 60 lansia. Pada populasi panti
Renidayati (2008), melakukan penelitian wredha B ada 100 lansia dan terdapat
tentang pengaruh Social Skills Training populasi target pada penelitian ini adalah
(SST) pada klien isolasi sosial di RSJ HB. 48 lansia. Dari populasi target akhirnya
Sa’anin Padang Sumatera Barat dengan diambillah secara acak klien kesepian
responden terdiri dari 30 orang kelompok yang berada pada Panti Wredha A
intervensi dan 30 orang kelompok kontrol. sebanyak 28 lansia dan Panti Wredha B
Hasil dari penelitian ini terdapat sebanyak 28 yang berada pada Wilayah
peningkatan kemampuan kognitif dan Semarang dalam kurun waktu tahun 2011.
kemampuan perilaku pada kelompok yang Sampel adalah sebagian dari
mengikuti SST dan yang tidak mengikuti populasi yang nilai atau karakteristiknya
SST, dimana pada kelompok yang kita ukur dan yang nantinya kita pakai untuk
mengikuti SST mengalami peningkatan menduga karakteristik dari populasi (Sabri
kemampuan kognitif dan perilaku yang L dan Hastono SP, 2006). Sampel
lebih tinggi dibandingkan kelompok yang penelitian ini adalah klien lansia yang
tidak mengikuti SST. Penelitian ini memenuhi kriteria inklusi : Usia diatas 60
bertujuan untuk menganalisis Pengaruh tahun, Bisa membaca dan menulis, mampu
Latihan Ketrampilan Sosial terhadap berkomunikasi dengan baik secara verbal,
kemampuan sosialisasi lansia yang Lansia yang mengalami kesepian. Untuk
mengalami kesepian di Panti Wredha menguji perbedaan antara kemampuan
Semarang. sosialisasi sebelum dan sesudah dilakukan
latihan ketrampilan sosial dengan
METODE PENELITIAN menggunakan paired T Test. Pelaksanaan
Desain yang digunakan dalam latihan ketrampilan sosial ini dilakukan dari
penelitian ini adalah ”Quasi experimental hari Senin sampai hari rabu, menyesuaikan
pre-post test with control group” dengan dengan waktu yang diminta oleh panti
intervensi latihan ketrampilan sosial. wredha dengan rentang waktu mulai jam
Penelitian dilakukan untuk mengetahui 07.00–12.00. Latihan ketrampilan sosial ini
perubahan kemampuan bersosialisasi dilakukan selama 45-60 menit setiap kali
lansia kesepian sebelum dan sesudah pertemuan.
diberikan perlakuan berupa terapi latihan
ketrampilan sosial dan penelitian juga HASIL DAN BAHASAN
membandingkan dua kelompok klien Rerata usia lansia pada kelompok
lansia dengan kesepian yang dirawat di intervensi dan kelompok kontrol berada
Panti Wredha di Semarang, yaitu pada kategori usia lansia yang sama yaitu
80
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

berkisar di umur 70 tahun, dimana masing- usia yang hampir sama secara psikososial.
masing kelompok memiliki kematangan

Tabel 1. Analisis Kesetaraan Skor Kemampuan Sosialisasi sebelum dilakukan Latihan


Ketrampilan Sosial di Panti Wredha Mei-Juni 2011 (n1=27, n2=28)

Variabel Kelompok n Mean p-value


Kemampuan komunikasi
a. intervensi 27 10,52 0,69
b. control 28 10,61
Menjalin persahabatan a.intervensi 27 10,70
0,55
b.kontrol 28 10,86
Bekerja dalam kelompok a.intervensi 27 10,63
0,44
b.kontrol 28 10,46
Kemampuan mengatasi kodisi sulit a.intervensi 27 10,63
0,72
b.kontrol 28 11,07

Hasil analisis tabel di atas sehingga ada kesetaraan sebelum


menunjukkan bahwa skor kemampuan dilakukan latihan ketrampilan sosial pada
sosialisasi (pre test) antara kelompok kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
intervensi dan kelompok kontrol setara (p > Hal ini menunjukkan bahwa tidak
α; 0,05), hal ini ditunjukkan oleh nilai p terdapat perbedaan atau setara antara skor
value pada sub variabel kemampuan Kemampuan sosialisasi pre test pada
komunikasi adalah 0,69, sub variabel kelompok intervensi dan kelompok kontrol.
kemampuan menjalin persahabatan Adanya kesetaraan ini menunjukkan bahwa
dengan p value 0,55, pada sub variabel lansia yang kesepian mempunyai skor
kemampuan kerja kelompok dengan p kemampuan sosialisasi yang sama antara
value = 0,44, sub variabel kemampuan kelompok intervensi dan kelompok kontrol
menghadai kondisi sulit dengan p value = sebelum dilakukan Latihan Ketrampilan
0,72, Ke empat sub variabel kemampuan Sosial.
sosialisasi menunjukkan p value > α

Tabel 2. Analisis skor Kemampuan Sosialisasi pada lansia sesudah dilakukan Latihan
Ketrampilan Sosial di Panti Wredha Bulan Mei- Juni 2011 (n1=27, n2=28)

Variabel Kelompok n Mean p-value


Kemam
puan komunikasi a.intervensi 27 15,22
b.kontrol 28 11,43
Menjalin persahabatan a.intervensi 27 15,44
b.kontrol 28 11,00 0,00
Bekerja dalam kelompok a.intervensi 27 16,52
b.kontrol 28 11,14
Kemampuan mengatasi kodisi sulit a.intervensi 27 16,54
b.kontrol 28 11,18

81
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

Hasil analisis pengaruh latihan sebelum dan setelah dilakukan intervensi.


ketrampilan sosial terhadap kemampuan Kemampuan sosialisasi yang terbagi
sosialisasi pada kelompok intervensi dan menjadi 4 (empat) subvariabel yaitu
kelompok kontrol terlihat ada perbedaan kemampuan komunikasi dengan p value
yang cukup signifikan, hal ini dapat dilihat 0,69, menjalin persahabatan dengan p
pada p Value 0,00 (p<0,05). Hal ini value 0,55, bekerja dalam kelompok
menunjukkan bahwa setelah dilakukan dengan p value 0,44, kemampuan
latihan ketrampilan sosial maka terjadi mengatasi kondisi sulit dimana pada
perubahan skor kemampuan bersosialisasi penelitian ini didapatkan hasil p value 0,00.
pada lansia pada kelompok intervensi yang Hal tersebut bermakna bahwa
mana hal ini tidak terjadi pada kelompok pemberian latihan ketrampilan sosial dapat
kontrol.yang tidak diberikan latihan meningkatkan kemampuan sosialisasi pada
ketrampilan sosial. Berarti hal ini lansia yang mengalami kesepian pada
menunjukkan adanya pengaruh Latihan kelompok intrvensi. Dalam latihan
Ketrampilan Sosial pada Kemampuan ketrampilan sosial dilatih kemampuan klien
Sosialisasi pada lansia pada kelompok dengan belajar cara adaptif untuk terlibat
intervensi. dalam hubungan interpersonal. Perlu
Mercer (1997) menyatakan ada 4 mengidentifikasi keterampilan yang akan
kelompok keterampilan sosial yang perlu dilatih, klien mendapat kesempatan berlatih
diajarkan bagi individu yang mengalami perilaku baru dan menerima umpan balik
hambatan dalam berinteraksi dengan atas keterampilan yang telah dilakukan.
orang lain; 1) Kemampuan berkomunikasi, Stuart dan Laraia (2008)
yakni; kemampuan menggunakan bahasa mengatakan ketrampilan dalam latihan
tubuh yang tepat, mengucapkan salam, ketrampilan sosial didapat melalui
memperkenalkan diri, mendengar aktif, bimbingan, demonstrasi, praktek dan
menjawab pertanyaan, menginterupsi umpan balik. Prinsip-prinsip tersebut
pertanyaan dengan baik, bertanya untuk diharapkan dapat dimasukkan dalam
klarifikasi; 2) Kemampuan menjalin implementasi program latihan ketrampilan
persahabatan dan bekerja sama dalam sosial sehingga memang dapat
kelompok, yaitu; menjalin pertemanan, mempengaruhi kemampuan sosialisasi
mengucapkan dan menerima ucapan pada lansia. Menurut Chen (2006); Stuart
terima kasih, memberikan dan menerima dan Laraia (2005); Kingsep dan Nathan
pujian, terlibat dalam aktifitas bersama, (2004); Bulkeley dan Cramer (1990),
berinisiatif melakukan kegiatan dengan pelaksanaan latihan ketrampilan sosial
orang lain dan memberikan pertolongan : 3) dapat dilakukan secara individu atau
Kemampuan dalam menghadapi situasi kelompok. Ada beberapa keuntungan
sulit, yakni; memberikan dan menerima apabila dilakukan secara kelompok, yaitu;
kritik, menerima penolakan, bertahan dalam penghematan tenaga, waktu dan biaya.
tekanan kelompok dan minta maaf. Dapat Bagi klien yang mengalami ketidak-
disimpulkan pelaksanaan Latihan mampuan berinteraksi, latihan ketrampilan
Ketrampilan Sosial atau social skills training sosial merupakan miniatur masyarakat
dapat memperbaiki perilaku untuk sesungguhnya, masing-masing anggota
meningkatkan interaksi positif dengan mendapatkan kesempatan melakukan
orang lain. praktek dalam kelompok sehingga mereka
Hal ini didukung oleh hasil melakukan perilaku sesuai contoh dan
penelitian ini yang dapat dilihat dari analisis merasakan emosi yang menyertai perilaku.
pengaruh latihan ketrampilan sosial pada Masing-masing anggota kelompok saling
kemampuan sosialisasi pada lansia
82
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

memberi umpan balik, pujian, dan kesempatan untuk memerankan


dorongan. kemampuan yang telah dilakukan atau
Kelompok adalah kumpulan dicontohkan oleh terapis sebelumnya; 3)
individu yang memiliki hubungan satu Performance feedback, yaitu tahap
dengan yang lain, saling bergantung dan pemberian umpan balik yang diberikan
mempunyai norma yang sama (Stuart & segera setelah klien mencoba memerankan
Laraia, 2008). Menurut Keliat dan Akemat perilaku baru. Pada tahap ini klien
(2005) tujuan kelompok adalah membantu menerima umpan balik dari anggota
anggotanya berhubungan dengan orang kelompok yang lain karena latihan ini juga
lain serta mengubah perilaku yang dilakukan dengan pendekatan kelompok
destruktif dan maladaptif. Anggota dan dari terapis/peneliti; 4) Transfer
kelompok merasa dimiliki, diakui, dan training, yakni tahap pemindahan
dihargai eksistensinya oleh anggota ketrampilan yang diperoleh klien kedalam
kelompok yang lain. Melalui aktivitas dalam praktek sehari-hari. Pada tahap ini klien
kelompok lansia dengan kesepian dapat diberi tugas mandiri untuk melakukan
saling membantu, memberikan masukan latihan ulang dengan perawat ruangan atau
kepada anggota yang lain sehingga klien klien lain di ruangan yang
merasa dirinya berguna, merasa dihargai didokumentasikan pada buku kerja klien.
dan diakui keberadaannya. Hasil penelitian ini juga didukung
Pelaksanaan latihan ketrampilan oleh penelitian sebelumnya yang
sosial dilaksanakan melalui 4 (empat) menguatkan dengan penelitian Renidayati
tahap, yaitu; 1) Modelling, yaitu tahap (2008), tentang pengaruh latihan
penyajian model dalam melakukan suatu ketrampilan sosial terhadap klien isolasi
keterampilan yang dilakukan oleh terapis; sosial di RSJ HB Sa’anin Padang Sumatera
2) Role play, yaitu tahap bermain peran Barat, dimana setelah diberikan latihan
dimana klien mendapat kesempatan untuk ketrampilan sosial melalui 5 (lima) sesi dan
memerankan kemampuan yang telah setiap sesi diulang sebanyak 3 (tiga) kali
dilakukan oleh terapis sebelumnya; 3) terjadi peningkatan kemampuan kognitif
Performance feedback, yaitu tahap dan perilaku klien isolasi sosial. Responden
pemberian umpan balik. Umpan balik harus pada penelitian ini terdiri dari 30 orang
diberikan segera setelah klien mencoba kelompok intervensi dan 30 orang
memerankan seberapa baik menjalankan kelompok kontrol dan menggunakan
latihan; 4) Transfer training, yakni tahap pendekatan individu.
pemindahan keterampilan yang diperoleh
klien kedalam praktek sehari-hari SIMPULAN DAN SARAN
(Ramdhani, 2002). Kemampuan sosialisasi seperti
Kemampuan sosialisasi yang komunikasi, menjalin persahabatan,
diberikan dalam latihan ketrampilan sosial bekerja dalam kelompok dan mengatasi
pada klien kesepian dalam penelitian ini situasi sulit) pada lansia yang mengalami
mengikuti empat tahapan sebagaimana kesepian pada kelompok kontrol sebelum
yang diungkapkan oleh Ramdhani (2002), dan sesudah mendapat latihan ketrampilan
yaitu; 1) Modelling, yaitu tahap penyajian sosial adalah tidak ada perbedaan skor
model dalam melakukan suatu kemampuan sosialisasi. Kemampuan
keterampilan yang dilakukan oleh terapis. sosialisasi pada lansia yang mengalami
Pada tahap ini peneliti memberikan contoh kesepian pada kelompok intervensi,
cara berkomunikasi sesuai situasi yang sebelum dan sesudah mendapat latihan
digambarkan; 2) Role play, yaitu tahap ketrampilan sosial adalah terdapat
bermain peran dimana klien mendapat kenaikan pada skor kemampuan sosialisasi
83
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

ini berarti terdapat pengaruh latihan With Emotional/Behavioral Disorder


ketrampilan sosial terhadap kemampuan : A Literature Review from
sosialisas. Kemampuan sosialisasi pada American Perspective.
lansia yang kesepian pada kelompok www.ccbd.net/dokuments/bb/BB.15
kontrol dan pada kelompok intervensi (3)%social.
sesudah diberikan latihan ketrampilan Depkes RI. (2008). Riset kesehatan dasar
sosial pada lansia dengan kesepian pada 2007. Jakarta. Badan Penelitian
kelompok intervensi sesudah diberikan dan Pengembangan Kesehatan
latihan ketrampilan sosial meningkat Republik Indonesia.
secara bermakna dengan p value 0,00. Ebersole, P., dkk., (2005). Gerontological
Peneliti merekomendasikan latihan nursing and health aging, (2nd ed.).
ketrampilan sosial sebagai terapi dari klien USA, Philadelphia: Mosby, Inc.
yang mengalami kesepian. Bagi Panti Fokkema.T & Knipscheer.K.,2011. Escape
Wredha disediakannya ruangan khusus Loneliness by going digital : A
untuk melakukan terapi kelompok sehingga quantitative and qualitative
lansia merasa nyaman dalam melakukan evaluation of a Dutch Experiment in
terapi kelompok. Terbentuknya kelompok Using ECT to Overcome
suportif sebagai tindak lanjut dari kelompok Loneliness among older adults.
latihan ketrampilan sosial sebagai wadah Jurnal Of Psychotherapy Practice
bagi lansia untuk dapat saling memberi and Research 9(6)204:224.
support dan dukungan. Hertamina,M.R.(1996).Dukungan Sosial
Bagi Peneliti lain mengembangkan pada Lansia di Panti Wredha.
penelitian mengenai latihan ketrampilan Skripsi. Jakarta : Fakultas Psikologi
sosial terhadap variabel kemampuan Universitas Indonesia
kognitif pada lansia dengan kesepian. Hurlock, E.B. (1998). Psikologi
Mengembangkan penelitian mengenai Perkembangan, suatu rentang
pengaruh terapi kelompok supportif sebagai kehidupan (terjemahan :
kelanjutan dari terapi kelompok latihan Istiwidayanti dan Soedjarwo). (Edisi
ketrampilan sosial. dengan rancangan 5). Jakarta : Erlangga
penelitian longitudinal. Mengembangkan Keliat, B.A., & Akemat. (2005).
penelitian tentang pengaruh latihan Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
ketrampilan sosial dilihat dari karakteristik Kelompok Jakarta : EGC
lama tinggal dipanti wredha dan efektifitas Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat
dari terapi generalis. RI. (2010). Lansia masa kini dan
mendatang.
http://www.menkokesra.go.id .
DAFTAR PUSTAKA MqQuaid, dkk. (2000). Development of an
Atchley, R.C. dan Barusch, A.S. (2004). Integrated Cognitive-Behavior and
Social forces and aging ; an Social Skill Training Intervention for
introduction to social gerontology. Older Patients With Schizoprenia.
10th ed. USA: Thomson Learning, Jurnal Of Psychotherapy Practice
Inc. and Research, 9(3), 149-156
Bulkeley, R, and cramer, D. (1990). Social NANDA. (2010). Nursing diagnoses:
skills training with young definitions & clacification 2008-
adolescent. Journal of youth and 2009. Philadelphia. USA: NANDA
adolecence 19(5)451:463. International
Chen, K, & Walk. (2006). Social Skill Nugroho, W. (2000). Perawatan Lanjut
Training Intervention for Student Usia, Jakarta : EGC
84
Jurnal Keperawatan Soedirman (The Soedirman Journal of Nursing), Volume 7, No.2, Juli 2012

Ramdhani, N. (2002). Pelatihan


Ketrampilan Sosial untuk Terapi
Kesulitan Bergaul. http://lib-
ugm.ac.id/data/pubdata/ketsospdf.
Renidayati. (2008). Pengaruh Social Skills
Training (SST) pada Klien Isolasi
Sosial di RSJ H.B. Sa’anin Padang
Sumatera Barat. Tesis FIK-UI.
Semiun, Y. (2006). Kesehatan mental ;
pandangan umum mengenai
penyesuaian diri dan kesehatan
mental serta teori-teori yang terkait.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Shives, L.R., (2005). Basic concepts of
psychiatric mental health nursing.
(6th ed.). USA: Lippincott Williams
& Wilkins.
World Health Organization. (2010).
Proposed working definition of an
older person in africa for the mds
project. http://www.who.int.html.
-------.(2002). Older persons.
http://www.who.int/ageing/events/id
op_rationale/en/index.html.
Zainuddin, S.K. (2002). Masalah kesehatan
jiwa lansia. http://www.e-
psikologi.com.

85

Anda mungkin juga menyukai