Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Membantu Anak Menghadapi

Stres?
Submitted by admin on Sun, 31/07/2005 - 00:00. Tags

 Fokus C3I July 2009 - Kesulitan-Kesulitan yang Dihadapi Anak


 Anak/Parenting
 TELAGA

Ternyata tidak hanya orang dewasa saja yang bisa mengalami stres, anak-anak pun bisa
mengalami gangguan ini. Dan, tentu saja jika ini terjadi, orangtua tidak bisa tinggal diam.
Beberapa cara yang kami ambil dari perbincangan dengan Bapak Heman Elia, M.Psi. berikut ini,
kami harapkan bisa membantu Anda, para orangtua yang sedang mengalami masalah seperti ini.

T : Bagaimana kita bisa meningkatkan daya tahan kita sebagai orangtua agar tidak stres
menghadapi anak yang stres?

J : Ada 3 hal yang bisa kita lakukan untuk memperbesar daya tahan kita sendiri terhadap stres.

PERTAMA, kita perlu memandang lingkungan dan realita di sekitar kita secara lebih utuh dan
realistis. Misalnya, tidak membesar- besarkan ancaman, tidak menghantui atau menakut-nakuti
diri sendiri.

KEDUA, kita perlu berpikir secara rasional dan lebih sehat di dalam menghadapi kegagalan,
peristiwa kurang menyenangkan yang kita alami dan sebagainya. Cara berpikir yang rasional
berarti kita tidak mengalahkan diri kita dengan menambahkan pikiran- pikiran negatif ke dalam
diri kita.

KETIGA, kita perlu mempunyai kehidupan rohani yang baik. Dalam hal ini kita perlu sering
membaca dan merenungkan firman Tuhan karena firman Tuhan banyak memberi kita pandangan
yang sehat dan cara-cara yang baik dalam menghadapi situasi di sekitar kita yang tidak selalu
baik. Seringkali apa yang kita alami adalah sesuatu yang kurang menyenangkan, tetapi Alkitab
memberi dasar bagi kita untuk menghadapinya, terutama di dalam kehidupan iman.

T : Sebenarnya di usia berapa anak-anak mulai bisa mengalami stres dalam kehidupannya?

J : Biasanya kalau ibu yang mengandung itu mengalami tekanan berat, lalu menghadapi,
misalnya suasana keluarga yang kurang menyenangkan dan tidak harmonis, maka akan
berdampak kepada janin. Menurut penelitian, janin-janin yang dikandung oleh ibu yang
mengalami stres cukup berat, pada masa kelahirannya anak akan cenderung lebih banyak
mengalami kegelisahan yang akan terbawa sampai remaja.

T : Meskipun pada waktu di dalam kandungan ibunya tidak mengalami stres, tetapi anak tetap
mempunyai potensi untuk stres. Biasanya apa penyebabnya?
J : Menurut tingkatannya, secara umum penyebab anak stres pada TINGKAT SEDANG,
misalnya kalau anak harus ikut pindah rumah, pindah sekolah, orangtua yang bertengkar terus-
menerus, menghadapi kelahiran adiknya, orangtua yang menikah lagi, anak harus bekerja pada
usia yang masih muda, dan orangtua yang jarang di rumah.

Stres pada TINGKAT BERAT, misalnya anak harus diopname dan dioperasi di rumah sakit,
orangtua bercerai, dan jika anak mengalami perkosaan atau pelecehan seksual.

Stres pada TINGKAT TERBERAT adalah kematian beberapa anggota keluarga sekaligus atau
bencana alam, peperangan, kerusuhan sehingga mereka harus hidup di pengungsian.

Dari tingkatan-tingkatan ini kita bisa kurang lebih memperkirakan gangguan tingkah laku yang
akan dihadapi. Semakin berat tentunya semakin besar potensi gangguan tingkah laku yang akan
muncul.

T : Apakah ada hal-hal lain yang membuat kita bisa menduga bahwa anak kita sedang
mengalami stres?

J : Mulai dari perubahan tingkah laku, misalnya adanya perubahan tingkah laku menjadi lebih
tegang, lebih rewel, lebih gelisah, lebih cemas, lebih cengeng, mundur ke tingkat perkembangan
sebelumnya, misalnya tadinya sudah tidak ngompol sekarang ngompol lagi dan sebagainya.
Selain itu masih ada gejala-gejala yang berakibat pada fisik, misalnya pada anak-anak usia 3
tahun mereka bisa sakit lambung, muntah-muntah kemudian demam. Pada usia-usia selanjutnya
bisa saja terjadi gangguan tidur, mimpi buruk dan sebagainya.

T : Suasana bagaimana yang sebenarnya bisa mendukung seorang anak supaya dia lebih tahan
menghadapi stres?

J : Rumah yang harmonis yang bisa memberikan rasa aman bagi seluruh anggotanya. Itu yang
akan memberikan bekal bagi anak untuk menghadapi lingkungan lebih baik. Selain itu, anak
akan mengalami stres yang lebih besar kalau di keluarga itu terdapat lebih dari 2 anak yang
berusia di bawah 3 tahun. Artinya, setiap tahun lahir seorang anak, jadi jarak kelahiran antaranak
perlu diperenggang untuk mengurangi kemungkinan stres pada anak. Kemudian, kalau bisa
sewaktu menikah, ada kepribadian yang lebih baik dari masing-masing pasangan karena seorang
ibu, dalam hal ini pengasuh utama bagi anak, mempunyai peran penting. Kalau sang ibu mudah
mengalami gangguan tingkah laku atau rentan terhadap stres, maka akan berpengaruh juga
terhadap anak.

Di samping itu seorang ibu juga perlu responsif terhadap anak, karena akan memperbesar daya
tahan anak. Ibu juga perlu mengetahui hal-hal yang umum mengenai perawatan anak dan
kemudian orangtua tidak banyak cekcok, kondisi rumah sebaiknya bersih dan teratur. Banyak
rumah yang kondisi rumahnya tidak teratur sehingga kadang menimbulkan stres yang lebih
berat.

Satu hal lagi yang juga penting adalah orangtua perlu hadir secara teratur di dalam kehidupan
anak. Bagaimanapun anak perlu ada orang dewasa yang bisa menampung keluhan-keluhannya,
rasa takutnya dan sebagainya. Beberapa hal ini akan membantu anak untuk menghadapi stres
yang dialaminya.

T : Kalau seandainya ada anak di dalam rumah tangga kita yang mengalami tekanan, mengalami
stres, sebagai orangtua apa yang bisa kita lakukan terhadap anak ini?

J : Prinsip yang utama adalah kita perlu memberikan suasana yang menerima, bisa memahami
anak dan bisa melihat masalah dari sudut pandang anak itu. Kalau anak itu mengaku ketakutan
dan sebagainya, janganlah anak itu ditolak atau direndahkan atau diejek karena akan
memperbesar stres yang dirasakannya.

Kemudian orangtua juga harus memberikan satu lingkungan dimana anak itu merasa terlindungi
dan aman. Seringkali orangtua kurang bisa memberikan suasana seperti itu. Misalnya ketika anak
mempunyai masalah di sekolah, adakalanya kita sebagai orangtua cenderung tidak sabar,
cenderung cepat marah sehingga akibatnya stres yang terjadi pada anak ini tidak terselesaikan.

Satu hal yang juga sangat penting adalah kita harus menciptakan suasana ibadah di rumah. Jadi,
jika anak pada saat tidak di dalam pengawasan orangtua dan sedang menghadapi suatu masalah,
maka dia sudah terbiasa untuk berdoa, minta perlindungan Tuhan dan selalu bersandar kepada
Tuhan.

T : Anak-anak yang orangtuanya menerapkan disiplin dengan keras sekali, dampaknya anak bisa
jadi stres. Dalam hal ini bagaimanakah jalan tengahnya supaya apa yang orangtua anggap baik
juga tertangkap baik oleh anaknya dan anak yang diharapkan baik juga dipahami oleh
orangtuanya?

J : PERTAMA, orangtua perlu memandang atau belajar memandang apa yang dipandang oleh
anak. Seringkali orang dewasa beranggapan anak adalah orang dewasa dalam bentuk mini,
akibatnya anak-anak tidak berkembang menurut perkembangannya yang wajar. Misalnya, dalam
hal disiplin, anak usia 3 tahun tidak bisa disuruh duduk lebih dari 15 menit, untuk 10 menit
duduk diam saja itu sudah bagus sekali. Anak usia 3-5 tahun membutuhkan banyak sekali
gerakan, harus lari ke sana ke sini, kalau dia harus belajar kemudian masih dimarahin lagi
otomatis dia tidak suka untuk belajar.

KEDUA, orangtua perlu belajar untuk memahami perkembangan atau psikologi perkembangan
anak dengan mengetahui pada tahap-tahap atau usia berapa saja anak mengalami hal-hal tertentu,
sehingga orangtua akan lebih banyak menghargai anak. Dalam hal disiplin, orangtua harus bisa
membedakan antara ketidakmampuan anak untuk bertanggung jawab dan tidak bisa bertanggung
jawab. Anak tidak mengikuti perintah kita karena dia belum bisa, belum matang, belum cukup
matang ataukah karena anak itu memang sengaja tidak mau dan menentang, itu harus dibedakan.
Jadi, kalau kita tahu bahwa dia memang belum bisa bertanggung jawab, maka kita tidak boleh
menerapkan disiplin dengan ketat. Kita harus melatih dia, setahap demi setahap.

T : Apakah sebaiknya setiap kali anak mengalami permasalahan, orangtua perlu turun tangan
supaya anak tidak sampai stres?
J : Orangtua, sebaiknya melakukan tindakan preventif dengan memberikan suasana
berkomunikasi secara terbuka tanpa rasa takut. Jika ini sudah terjalin dengan baik, maka jika
anak menghadapi stres yang tidak bisa diatasinya, dengan sendirinya dia akan meminta kita
untuk membantunya. Jadi, adakalanya dengan diskusi atau komunikasi, kita bisa memperbaiki
cara anak memandang dan memperkuat daya juangnya sehingga dia mau berlatih mengatasi
masalahnya sendiri.

Anda mungkin juga menyukai