Anda di halaman 1dari 12

PENGARUH TERAPI AKUPRESUR TERHADAP KADAR GULA DARAH

PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DI POLIKLINIK


PENYAKIT DALAM RS Tk II dr. SOEDJONO MAGELANG

Robiul Fitri Masithoh1, Helwiyah Ropi2, Titis Kurniawan3


1
Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Magelang
email: robiulfitri83@ummgl.ac.id
3
Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran
3
Fakultas Kedokteran, Universitas Padjadjaran

ABSTRAK
Pengendalian kadar gula darah pada pasien diabetes melitus (DM) tipe II
merupakan komponen penting dalam pengendalian komplikasi. Pengendalian kadar gula
darah dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu self management dan terapi
komplemeter (terapi akupresur). Dengan demikian penting dilakukan penelitian pengaruh
akupresur terhadap kadar gula darah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
terapi akupresur terhadap kadar gula darah pada klien DM tipe II.
Penelitian quasi eksperimen ini menggunakan pendekatan pretest and posttest
with control group design dengan melibatkan 52 klien DM tipe II yang berobat di
Poliklinik Penyakit Dalam RS Tk II dr. Soedjono Magelang yang diambil secara
consecutive sampling. Dua puluh enam pasien pertama masuk kelompok intervensi dan
26 pasien yang selanjutnya masuk ke kelompok kontrol. Kelompok intervensi
mendapatkan terapi standar dari rumah sakit dan mendapatkan enam kali akupresur
selama tiga minggu dengan pengukuran gula darah setiap sebelum dan sesudah dilakukan
akupresur. Adapun kelompok kontrol menerima terapi standar dari rumah sakit tanpa
dilakukan terapi akupresur, gula darah diukur pada minggu pertama dan minggu ketiga.
Data dianalisis dengan uji Wilcoxon dan Mann Whitney.
Hasil penelitian menunjukkan median gula darah setelah akupresur (150,50)
secara signifikan lebih rendah dibandingkan sebelum akupresur (181 mg/dl). Adapun
gula darah pada kelompok kontrol pada minggu ketiga pada post test (188 mg/dl) secara
sigifikan lebih tinggi daripada kelompok intervensi. Kadar gula darah pre test kelompok
intervensi tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan kelompok kontrol dan
lebih rendah pre test pada kelompok kontrol (p=0,833) dan kadar gula darah kelompok
intervensi setelah akupresur (p=0,031) secara signifikan menurun dibandingkan dengan
kelompok kontrol dengan median (157,50 mg/dl).
Dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terapi akupresur terhadap kadar gula
darah pada pasien diabetes melitus tipe II , dengan demikian menjadi penting bagi pihak
rumah sakit untuk memasukan unsur terapi akupresur sebagai bahan kajian dalam
pengelolaan pasien diabetes melitus tipe II.

Kata kunci: diabetes melitus, kadar gula darah, terapi akupresur


1. PENDAHULUAN 2011). Perawatan berkelanjutan serta
Diabetes Mellitus (DM) penanganan mandiri bagi penderita
merupakan suatu penyakit kronik akibat diabetes merupakan hal yang penting.
pankreas tidak menghasilkan cukup Upaya peningkatan pengetahuan
insulin atau tubuh tidak dapat penderita tentang penyakit dan
memanfaatkan insulin yang diprodukasi perbaikan perilaku dikembangkan untuk
secara efektif, dan menimbulkan mendukung perbaikan kualitas hidup
konsentrasi glukosa dalam meningkat penderita (Nathan, 2005). Penanganan
(American Diabetes Association, 2009). konservatif DM menurut perkeni (2011)
Diabetes melitus adalah adalah adanya pendidikan kesehatan,
penyakit kronis progresif yang ditandai perencanaan makan, latihan jasmani,
dengan ketidakmampuan tubuh untuk intervensi farmakologi/pengobatan dan
melakukan metabolisme karbohidrat, monitor kadar gula darah. Kelima hal
lemak dan protein, mengarah ke tersebut merupakan satu kesatuan
hipoglikemia (kadar glukosa darah penanganan klien dengan DM.
tinggi). Diabetes melitus adalah penyakit Pengendalian diabetes melitus
yang memiliki tanda-tanda yaitu melalai peran maupun kolaborasi tim,
peningkatan kadar gula di dalam darah mempunyai tujuan untuk menurunkan
dengan karakteristik terdapat resistensi insiden, mencegah resiko penyakit dan
insulin dan kurangnya insulin yang komplikasi lainnya, serta
relatif dan bisa terjadi komplikasi akut mempertahankan kadar gula darah
maupun kronis. Diabetes melitus adalah dalam rentang normal bagi klien
merupakan suatu penyakit metabolik diabetes melitus. Pengendalian ini
dengan karakteristik peningkatan kadar dengan menggunakan terapi farmakologi
gula darah (hiperglikemia) yang terjadi dan non farmakologi (Smeltzer et al,
karena adanya gangguan pada sekresi 2007).
insulin, kerja insulin maupun kedua Terapi farmakologi sebagai
duanya (American Diabetes Association, terapi standar dari diabetes melitus,
2013) berdasarkan American Association Of
Angka kejadian DM di Clinical Endocrinologists and American
Indonesia dari tahun ke tahun College Of Endocrinology-clincal
meningkat. Berdasarkan data Practice Guidelines For Developing a
International Diabetes Fondation (IDF, Diabetes Mellitus Comprehensive Care
2012), prevalensi nasional diabetes di Plan (2015) sebagai evidence based
Indonesia adalah 4,8 % dan meningkat guidline untuk diabetes melitus. Terapi
menjadi 5,85% pada tahun 2014 (IDF, ini terdiri dari pemberian obat Pemicu
2014). Prevalensi diabetes yang sekresi insulin (insulin secretagogue)
terdiagnosis dokter tertinggi terdapat di misalnya sulfonilurea dan glinid,
Jawa Tengah (2,6%), DKI Jakarta penambah sensitivitas terhadap insulin
(2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan misalnya metformin dan tiazolidindion,
Kalimantan Timur (2,3%) sedangkan penghambat glukoneogenesis misalnya
Yogyakarta sebanyak 1,6 % (Riskesdas, metformin, dan penghambat absorpsi
2013). glukosa misalnya penghambat
Pengelolaan DM merupakan hal glukosidase alfa. Dan Insulin
yang paling penting mengingat penyakit Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi
ini diderita seumur hidup. Oleh karena menjadi empat jenis, yakni: insulin kerja
itu, upaya untuk mencegah dan cepat (rapid acting insulin), insulin kerja
memperlambat terjadinya komplikasi pendek (short acting insulin), insulin
perlu dilakukan, yaitu melalui upaya kerja menengah (intermediate acting
pengendalian kadar gula darah (Perkeni,
insulin), insulin kerja panjang (long sel juga akan semakin meningkat (Patil
acting insulin) (Handelsman et al, 2015). dan Pardhesi, 2011).
Terapi standar ini dibutuhkan Penelitian-penelitian terapi
oleh klien diabetes seumur hidup. komplementer, intervensi dengan terapi
Jumlah obat yang harus diminum akupresur menjadi pilihan yang
seringkali bertambah karena ketidak disarankan diantara terapi komplementer
patuhan klien dalam minum obat obat lainnya, karena bersifat sederhana dan
secara rutin. Selain itu pertimbangan mudah diterapkan bagi perawat dalam
klien mengenai biaya, kekhawatiran memberikan asuhan keperawatan secara
terhadap kelainan penyerta, gaya hidup mandiri. Selain itu, akupresur adalah
serta kebosanan dalam minum obat, tindakan yang dapat dilakukan oleh
mengakibatkan pengendalian diabetes perawat dan merupakan salah satu
melitus belum berjalan secara optimal tindakan yang telah diakui sebagai salah
(Ikeda et al, 2013). satu tindakan keperawatan dalam
Roohallah dan Fatemeh (2010) Nursing Intervention Classification
melakukan penelitian tentang kombinasi (Dochterment & Bulecheck, 2004).
terapi antara akupresur, hipnoterapi dan Bahkan menurut Dupler (2005),
Transcendental Meditation versus akupresur merupakan suatu terapi yang
Placebo pada pasien dengan diabetes efektif baik untuk mencegah maupun
tipe II didapatkan hasil bahwa akupresur untuk terapi. Selain itu, tehnik akupresur
dengan menggunakan kombinasi mudah dipelajari dan dapat diberikan
hipnoterapi dan transcendental dengan cepat, biaya murah dan efektif
Meditation dapat menurunkan kadar untuk mengatasi berbagai gejala.
gula darah dibandingkan dengan Prevalensi diabetes melitus tipe
placebo. Nakamura et al (2014) 2 semakin meningkat, sehingga
mengatakan dalam penelitianya membuat tindakan untuk pengelolaan
mengenai efek akupresur bisa penyakit hendaknya dilakukan dengan
menstimulus konsentrasi gula darah cermat untuk mencegah maupun
yang dilakukan dengan hewan uji yaitu memperlambat terjadinya komplikasi.
mencit bahwasanya didapatkan hasil Apalagi mengingat bahwa penyakit
signifikan menurunkan kadar gula darah. diabetes melitus merupakan penyakit
Akupresur bisa mengaktifkan yang akan diderita seumur hidup.
glucose-6-phosphate (salah satu enzim Berdasarkan latar belakang tersebut,
metabolisme karbohidrat) dan bisa menjadi penting untuk melakukan
berefek pada hipotalamus. Akupresur penelitian mengenai pengaruh terapi
bekerja pada pankreas untuk akupresur terhadap kadar gula darah tipe
meningkatkan sintesis insulin, 2 di Poliklinik penyakit dalam RS Tk II
meningkatkan salah satu reseptor pada dr. Soedjono Magelang. Lokasi tersebut
sel target, dan mempercepat penggunaan dipilih mengingat tingginya prevalensi
glukosa didalam sel, sehingga hasilnya DM di kota Magelang, serta jumlah
adalah menurunkan kadar gula yang ada kasus DM yang ditemukan mengalami
di darah. Titik-titik akupresur yang peningkatan tiap tahunnya. Kota
sering digunakan adalah pada Pishu (BL Magelang merupakan sebuah kota di
20), Feishu (BL 23), Shenshu (BL 23), Jawa Tengah pada tahun 2011 memliki
Zusanli (ST 36), Sanyinjiao (SP 6), prevalensi DM tertinggi di Provinsi
Hegu (LI 4) (Ingle et al, 2011). Jawa Tengah , dan salah satu rumah
Sensitifitas insulin akan baik ditambah sakit yang memilik layanan bagi
dengan meningkatnya GLUT 4 sehingga penderita DM di Magelang adalah RS
menyebabkan kapasitas untuk membawa Tk II dr. Soedjono Magelang, memiliki
glukosa serta pemakaian glukosa dalam peningkatan jumlah kasus rawat jalan
DM sebanyak 1324 pasien pada tahun 2. Menderita penyakit berat hati,
2014 menjadi 4615 pasien pada tahun ginjal, paru maupun jantung
2015 (Profil RS, 2015). Sedangkan dari selama dilakukan penelitian
kunjungan pasien selama tiga bulan 3. Kondisi memburuk sehingga tidak
terakhir, jumlah pasien DM rawat jalan dapat meneruskan penelitian dan
yang berkunjung ke poliklinik Penyakit meninggal.
Dalam RS Tk II dr. Soedjono Magelang
berjumlah 412 pasien. Berdasarkan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh
Metode Penelitian Roohallah dan Fatemeh (2011)
Rancangan penelitian yang ditemukan perbedaan rata-rata nilai
digunakan dalam penelitian ini adalah kadar gula darah pada kelompok
kuantitatif dengan desain quasi intervensi dan kelompok kontrol adalah
eksperimen dan pendekatan Pretest- 4,5 serta simpang baku gabungan 5,56.
Posttest with Control Group Design, Dengan memilih tingkat kepercayaan
terdapat dua kelompok dalam penelitian 95% dan kekuatan uji 80%, dengan Zα =
ini adalah kelompok intervensi dan 1.96; Zβ= 0.84.
kelompok kontrol. Pengukuran gula Sehingga dengan menggunakan
darah dilakukan sebelum dan setelah rumus diatas maka besar sampel yang
dilakukan intervesi yaitu terapi diperlukan untuk masing – masing
akupresur pada kelompok intervensi, kelompok kontrol dan intervensi adalah
serta sebelum dan setelah istirahat pada n = 23,9 dibulatkan menjadi 24
kelompok kontrol (tanpa pemberian responden. Adanya drop out, loss to
intervensi). Selanjutkan dicari perbedaan follow up dan pasien yang tidak taat
penurunan rata-rata kadar gula darah dalam proses penelitian ini perlu
antara kelompok intervensi dan diantisipasi.
kelompok kontrol (Cresswell, 2011; Pengambilan sampel
Burns & Grove, 2005). menggunakan consecutive sampling
Populasi dalam penelitian ini pada penelitian ini , sebagai berikut:
adalah seluruh pasien DM tipe 2 di 1) Klien mendatangi poliklinik
poliklinik RS Tk II dr. Soedjono penyakit dalam RS dr. Soedjono
Magelang yang berjumlah 412 klien. Magelang, kemudian mendaftarkan
Teknik sampling yang dilakukan dengan diri ke ruang pendaftaran dan
consecutive sampling merupakan jenis mendapatkan nomor antrian
non probability sampling yang paling 2) Dokter dan perawat poliklinik
baik dan paling sering digunakan dalam memanggil nomor antrian klien
studi klinis (Sugiyono, 2012). Sampel sesuai dengan urutan, kemudian
yang diambil dalam penelitian ini memeriksa klien sekaligus
didasarkan pada kriteria inklusi dan membantu peneliti menentukan
ekslusi yang dibuat peneliti. klien sesuai dengan kriteria yang
Kriteria inklusi dalam penelitian ini telah ditetapkan. Klien terpilih
adalah sebagai berikut: sesuai kriteria sampel, disarankan
1. Mendapatkan terapi OHO (Obat oleh perawat untuk menghampiri
Hipoglikemia Oral) peneliti.
2. Glukosa darah sewaktu yaitu ≥160 3) Peneliti mengkomfirmasi kembali
mg/dl bahwa klien-klien tersebut sesuai
Sedangkan kriteria eksklusi dalam kriteria sampel sekaligus menjadi
penelitian adalah: sampel untuk penelitian
1. Wanita hamil selama dilakukan 4) Peneliti menjelaskan informasi
penelitian terkait penelitian pada klien terpilih
dan meminta klien menandatangani
lembar persetujuan, kemudian Alat ini dipilih yang telah
mengikuti penelitian. terkalibrasi internasional yaitu dengan
5) Cara consecutive ini digunakan alat pengukur gula darah pada klien DM
mengambil semua subyek yang tipe II secara mandiri Easy Touch GU
terdiagnosis diabetes melitus sampai dengan merk Acrilyc untuk mengukur
jumlah subjek minimal terpenuhi. kadar gula darah.
Ketika sampel pada kelompok Easy Touch GU, alat ini telah diuji
intervensi telah memenuhi jumlah validitas sebelum digunakan. Tampilan
26 klien, maka sampel berikutnya stip menyala pada layar pada saat
masuk dalam kelompok kontrol menekan tombol start, mengartikan
sampai memenuhi jumlah 26 klien. bahwa alat akan bekerja dengan benar
Peneliti telah mendapatkan 52 dan valid, jika tampilan pada layar
sampel selama pengumpulan data berupa tanda error artinya terdapat
pada 12 Mei hingga 12 Juni 2016. masalah pada alat tersebut atau invalid,
Setiap hari Senin, Selasa, Rabu, sehingga membutuhkan perbaikan atau
Kamis,dan Jumat. Klien yang sesuai mengganti batrei pada alat tersebut.
dengan kriteria, sudah diperiksa dan Uji reliabilitas telah dilakukan
diberikan resep disarankan melalui kalibrasi oleh pihak acrilyc
mendekati peneliti oleh perawat. setiap dua tahun, akurasi diuji dengan
Peneliti mulai untuk berkenalan, hati-hati, dan alat di desain tahan lama.
menanyakan keluhan dan Setelah alat digunakan dengan frekuensi
mengkonfirmasi kembali kriteria sering atau hampir setiap hari maka
klien tersebut sambil menunggu disarankan untuk dilakukan kalibrasi
klien berikutnya datang ke peneliti setiap 6 bulan untuk menjada
Penelitian ini dilaksanakan di keakuratan.
sebuah ruangan yang disediakan Pengumpulan data tentang pasein
khusus untuk penelitian di Poliklinik DM tipe II dan karakteristik responden
Penyakit Dalam RS Tk II dr. dikumpulkan oleh peneliti. Intervensi
Soedjono Magelang. Alasan peneliti akupresur dilakukan oleh peneliti
memilih tempat penelitian ini karena dengan panduan yang sudah dibuat.
Magelang mempunyai prevalensi Prosedur pengumpulan data dilakukan
diabetes melitus tinggi (Riskesdas, dalam dua tahap yaitu tahap persiapan
2013), klien diabetes melitus bulan dan tahap pelaksanaan.
Januari-Juni 2015 dan belum pernah Langkah selanjutnya setelah
dilakukan penelitian yang sejenis. memasukkan data ke program SPSS
Pengambilan data dilakukan adalah melakukan analisa data, dalam
pada tanggal 12 Mei- 12 Juni 2016. penelitian ini peneliti melakukan analisis
Variabel bebas penelitian ini adalah univariat dan analisa bivariat.
karakteristik responden (usia, jenis 3.9.1 Analisa univariat dilakukan
kelamin, lama terdiagnosis diabetes dengan tujuan untuk mendeskripsikan
melitus, pernah tidaknya dilakukan setiap variabel penelitian. Analisa
akupresur, aktivitas), intervensi terapi univariat pada penelitian ini adalah
akupresur. Variabel terikat dalam tentang karakteristik responden meliputi
penelitian ini adalah kadar gula darah. usia, jenis kelamin, gambaran
Instrumen yang digunakan: Lembar data pernah/tidaknya terapi akupresur
ini terdiri dari 6 pertanyaan yaitu nama, sebelumnya, gambaran status gizi,
usia, jenis kelamin, pernah tidaknya lamanya riwayat DM, gambaran pola
dilakukan terapi akupresur, status gizi, aktivitas, dan gambaran keadaan status
pola aktivitas, lama riwayat menderita mental dan nilai kadar gula darah
diabetes melitus. sebelum dilakuakan terapi akupresur.
Analisis univariat menghasilkan tabel menggunakan uji Shapiro-Wilk karena
distribusi frekuensi dan prosentase dari jumlah sampel <50
tiap variabel maupun mean, median, Hasil uji normalitas menyatakan
standar deviasi, minimum, dan bahwa data tidak berdistribusi normal,
maksimal (Sugiyono, 2012) maka analisis
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis Bivariat bertujuan selanjutnya menggunakan uji non
untuk membuktikan pengaruh akupresur parametrik berupa uji Wilcoxon untuk
terhadap kadar gula darah pasien melihat perbadaan rata-rata kadar gula
diabetes melitus tipe II, dengan darah sebelum dan setelah intervensi
mengetahui perbedaan rata-rata kadar pada kelompok terapi akupresur. Nilai
gula darah sebelum dan setelah p<0.05 artinya H0 diterima, sebaliknya
dilakukan terapi akupresur. Sebelumnya jika nilai P>0,05 artinya H0 ditolak
dilakukan uji normalitas data dengan (Dahlan, 2012).

Hasil Penelitian
Tabel 1 Distribusi frekuensi dan analisis uji homogenitas karakteristik responden
pada kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Karakteristik Intervensi Kontrol Nilai p

f (%) f (%)
Jenis Kelamin
Laki-laki 8 (30,8) 12 (46,2) 0,263
Perempuan 18 (69,2) 14 (53,8)
Terapi akupresur
Pernah 0 2 (7,7) 0,155
Tidak 26 (100) 24 (92,3)
Keturunan DM
Ya 11 (42,3) 18 (69,2) 0,052
Tidak 15 (57,7) 8 (30,8)
BMI
Kurang 3 (11,5) 2 (7,7) 0,199
Normal 15 (57,7) 11 (42,3)
Obesitas 8 (30,8) 13 (50,0)
Riwayat Terdiagnosa
DM
>1 tahun 22 (84,6) 24 (92,3) 0,392
< 1 tahun 4 (15,4) 2 (7,7)
Aktivitas
Teratur 10 (38,5) 12 (46,2) 0,583
Tidak teratur 16 (61,5) 14 (53,8)

Karakteristik Intervensi Kontrol P value

Mean±SD Mean±SD
Usia 61,85±6,68 64,15±9,5 0,316

Tabel 2 Gambaran kadar gula darah sebelum dilakukan terapi akupresur pada
kelompok intervensi dan kelompok kontrol
Kelompok
Variabel n Intervensi Kontrol p value
Mean SD Mean SD

Kadar Gula
Darah
Pre Test 26 207,12 69,337 199,31 55,01 0,833

Tabel 3 Perbedaan rata-rata kadar gula darah pre test dan post teset setelah
dilakukan terapi akupresur pada kelompok intervensi

Waktu Pertemuan Median Min-Max Delta (selisih mean)


Minggu 1 Pertemuan 1
Pre test 181,00 160-421 -4
Post test 177,00 130-322

Pertemuan 2
Pre test 174,00 140-290 -13
Post test 161,50 132-282

Minggu 2 Pertemuan 3
Pre test 165,00 120-217 -6
Post test 159,50 110-210

Pertemuan 4
Pre test 150,50 90-209 +13
Post test 163,00 102-211

Minggu 3 Pertemuan 5
Pre test 150,50 108-207 +3
Post test 153,50 98-217

Pertemuan 6
Pre test 151,00 94-205 +6
Post test 157,50 91-201

Tabel 3 Perbedaan rerata kadar gula darah post test pada kelompok intervensi dan
kelompok kontrol di Polikinik Penyakit Dalam RS Tk II dr. Soedjono
Magelang

Mean±SD
Kelompok Selisih Mean nilai p
Pre test Post test
Intervensi 207,12±69,33 150,19±28,24 56,93 0,000

Kontrol 191,50±35,21 203,04±42,35 11,54 0,833


Tabel 4.3 Perbedaan rerata kadar gula darah post test pada kelompok intervensi
dan kelompok kontrol di Polikinik Penyakit Dalam RS Tk II dr. Soedjono
Magelang

Mean ±SD
Kelompok nilai p
Intervensi Kontrol
Kadar gula darah
Post test 150,19±28,24 203,04±42,35 0,031

Pembahasan Asumsi peneliti adalah pasien DM tipe 2


baik laki-laki maupun perempuan lebih
Penelitian ini dilakukan terhadap 52 mempunyai kecenderungan untuk
responden. Dari data didapatkan peningkatan kadar gula darah apabila
didapatkan hasil uji homogenitas pada mempunyai berat badan yang lebih dan
masing-masing karakteritik responden DM yang dideritannya sudah
dengan mempunyai nilai p>0,05, yang berlangsung lama tanpa kontrol glukosa
menunjukkan bahwa responden pada yang baik. Tidak adanya hubungan
kedua kelompok sudah homogen. Hal antara jenis kelamin dengan penurunan
tersebut juga didukung oleh karekteristik kadar gula glukosa darah setelah
responden yang dominan pada dilakukan intervensi pada penelitian ini,
kelompok intervensi dan kontrol sama. menurut peneliti dapat mengurangi bias
Dengan demikian dapat disimpulkan dari hasil penelitian sehingga variabel
bahwa perubahan yang terjadi pada jenis kelamin sebenarnya bukan
variabel outcome pada penelitian ini merupakan variabel perancu pada
adalah karena disebabkan oleh penelitian ini.
perbedaan karakteristik pasien. Menurut Corwin (2009) wanita
Usia adalah salah satu faktor cenderung mengalami obesitas karena
yang berhubungan dengan kadar gula peningkatan hormon estrogen yang
darah pada pasien DM. Pada penelitian menyebabkan peningkatan lemak dan
ini responden didominasi oleh usia jaringan sub kutis, sehingga wanita
lanjut. Hasil penelitian ini sejalan mempunyai resiko yang lebih besar
dengan pernyataan Golberg dan Coon terkena diabetes jika mampunyai gaya
(2006) bahwa umur sangat erat hidup yang tidak sehat.
hubungannya dengan kenaikan kadar Pada penelitian ini terdapat
gula darah, sehingga semakin meningkat hubungan yang siginifikan antara pernah
usia maka prevalensi diabetes dan tidaknya dilakukan terapi akupresur
gangguan toleransi glukosa semakin sebelumnya dengan kadar gula darah
tinggi. sesudah dilakukan terapi akupresur.
Dari hasil uji statistik diketahui Terapi akupresur sebelumnya yang
bahwa jenis kelamin perempuan lebih maksud adalah terapi akupresur yang
banyak dibandingkan dengan laki-laki dilakukan responden secara teratur
tidak pada kedua kelompok, hasil kurang lebih 3-4 minggu sebelum waktu
penelitian ini sejalan dengan penelitian penelitian ini sampai dengan waktu dari
Shabana, et al (2013) tentang gambaran surat persetujuan menjadi responden
penyakit diabetes melitus di RS india ditandatangani oleh responden. Apabila
menujukkan bahwa perempuan lebih klien pernah dilakukan tindakan
banyak dibandingkan laki-laki dengan akupresur secara teratur dalam rentang
kadar glukosa rata-rata 201-500mg/dl.
waktu 3-4 minggu pelaksanaan terapi akupresur. Dimana pola aktivitas
penelitian ini maka menurut peneliti yang dilakukan oleh responden sebagian
kemungkinan besar terapi tersebut akan besar tidak teratur. Dengan terapi
berpengaruh terhadap hasil penelitian ini akupresur maka sirkulasi peredaran
sehingga pernah tidaknya terapi darah akan lancar seperti dikemukkan
akupresur sebelumnya menjadi variabel oleh Sukartty (2002) yang mengatakan
pengganggu pada penelitian ini. bahwa keuntungan terapi akupresur
Temuan pada penelitian ini anatara lain memperlancar sirkulasi
ternyata menyatakan tidak ada hubungan peredaran darah tubuh, penyempitan
yang bermakna antara status gizi kadar impuls syaraf terkurangi, pertahanan
gula darah sesudah dilakukan terapi tubuh menjadi kuat dan membuat
akupresur. Hal ini menunjukkan bahwa kesejahteraan serta kesehatan tubuh.
tidak hanya status gizi kurang yang Berdasarkan tabel 4.3 sesudah
mampu menyebabkan kadar gula darah dilakukan terapi akupresur dapat
bisa tinggi, status gizi normal pun mempengaruhi kadar gula darah. Hal ini
ternyaa juga bisa terjadi kadar gula menunjukkan bahwa terapi akupresur
darah yang melebihi angka normal. menurunkan kadar gula darah dengan
apabila status gizi berlebih atau nilai p=0,000 (p<0,05). Hal ini sesuai
tergolong gemuk. dengan penelitian Ingle (2011), pada
Peneliti berpendapat bahwa penelitian melibatkan 20 responden
kadar gula darah bisa dipengaruhi oleh dengan menggunakan acupoint pishu
pola makan klien yang artinya semakin (BL 20), shenshu (BL 23), zusanli (ST
pola makan banyak makan glukosa 36), sanyinjiao (SP 6), hegu (LI 4),
maka semakin akan memicu untuk kadar jianjing (GB21), quchi (LI 11), waiguan
gula darah naik. Perkeni (2011) (TW5), jiexi (St.41), taibai (Sp.3),
mengatakan faktor yang berpengaruh taichong (Liv3), dazhui (Du14),
respon glikemik makanan adalah cara dilakukan sekitar 20-30 menit selama 3
memasak, proses penyiapan makanan, bulan dengan mengevaluasi
dan bentuk makanan serta komposisi pengukuranya yang digunakan adalah
makanan (karbohidrat, lemak dan gula darah puasa. Hasil penelitianya
protein). Jadi hal yang berhubungan adalah bahwa akupuntur hasilnnya
dengan makanan dari cara pengolahan adalah signifikan menurunkan kadar
sampai jumlah yang dimakan sangat gula darah dan menurunkan komplikasi
berpengaruh terhadap kadar gula darah. pada pasien DM tipe 2.
Pola aktivitas dengan kadar gula Hasil analisis diskriptif
darah sesudah dilakukan terapi menunjukan bahwa pada kelompok
akupresur, salah satu pilar penanganan intervensi terdapat adanya perbedaan
klien dengan DM adalah adanya pola yang siginifikan nilai kadar gula darah
aktivitas teratur (2011). Pola aktivitas sebelum dam sesudah dilakukan terapi
yang dilakukan 3-4 kali dalam seminggu akupresur. Adanya perbedaan tersebut
selama kurang lebih 30 menit. Jenis karena pada nilai mean yang tidak sama
aktivitas seperti jalan kaki ke pasar, antara kadar gula darah sebelum dan
menggunakan tangga dan berkebun ke sesudah diilakukan terapi akupresur.
sawah. Pola aktivitas yang teratur akan Menurut Ingle (2011) mengatakan
terhindar dari gangguan sirkulasi pada bahwa akupresur bisa mengaktifkan
klien DM. glucose 6 phosphate (salah satu enzim
Pada penelitian di poliklinik yang terpenting dalam metabolisme
tidak terdapat adanya hubungan yang karbohidrat) dan berefek pada
bermakna antara pola aktivitas dengan hipotalamus, sehingga bisa merangsang
kadar gula darah sesudah dilakukan kerja pankreas untuk meningkatkan
sintesis insulin, meningkatkan jumlah yang menyatakan ada pengaruh terapi
reseptor pada sel target dan akupresur terhadap kadar gula darah
mempercepat pemanfaatan glukosa, pada klien DM tipe II. Kebenaran teori
sehingga menurunkan kadar gula darah. tentang teori akupresur menurut
Jadi dengan adanya perbedaan Chaundhary (2007) bahwa terapi
yang signifikan antara kelompok akupresur mampu menstimulus pankreas
intervensi dan kelompok kontrol dan hati untuk bisa membantu dalam
terhadap nilai kadar gula darah sebelum menjaga gula darah dalam batas normal,
dan sesudah dilakukan terapi akupresur, serta mengurangi naik turunnya gula
menurut peneliti terapi akupresur bisa darah terbukti dalam penelitian ini.
juga sebagai salah satu intervensi
keperawatan pada klien DM tipe II Simpulan
khususnya yang berhubungan dengan
kadar gula darah. Berdasarkan hasil penelitian dan
Kesimpulan akhir dinyatakan pembahasan, kesimpulan dalam
adanya perbedaan kadar gula darah pada penelitian ini bahwa terapi akupresur
kleompok intervensi dan kelompok yang dilakukan terapi standar
kontrol sebelum dan sesudah dilakukan berpengaruh terhadap kadar gula darah
terapi akupresur. Uji statistik didapat (menurunkan) pada pasien DM Tipe II
p=0,000 dengan α=0,005 membuktikan di Poliklinik Penyakit Dalam RS Tk II
akan hipotesis alternatif (Ha) peneliti dr. Soedjono Magelang

Daftar Pustaka
1 American Accreditation Health Care 7 Chang, E., Daly, J., dan Elliott, D.,
Commission (2008). Diabetes 2006, Patofisiologi Aplikasi Pada
Treatment,http://health.nytimes.com Praktik Keperawatan, 112-113,
/helath/guides/disease/diabetes/over Jakarta, EGC
view.html#Treatment.Diperoleh 5 8 Chatchawan, U., Eungpinichpong,
Februari 2016 W., Palndaee, P (2015). Effects of
2 American Diabetes Association. Thai Foot Massage on Balance
2009. Standars of Medical Care in Performance in Diabetic Patients
Diabetes. Diabetes Care; Jan 2009; with Peripheral Neuropathy: A
Academic Research Library pg. S13 Randomized Parallel-Controlled
3 American Diabetes Assosciation. Trial. eISSN 2325-4416. Med Sci
(2008). Diagnosis and classification Monit Basic Res, 2015; 21: 68-75.
of diabetes mellitus. Diabetes care, DOI: 10.12659/MSMBR.894163
34 (1), S62-S69. 9 Chatarina, H, I. (2009). Pengaruh
4 American Diabetes Assosciation. Terapi Refleksologi tehadap Kadar
(2013). Diagnosis and classification Gula Darah pada Klien DM
of diabetes mellitus. Diabetes care, Tipe II dalam Konteks Asuhan
34 (1), S62-S69. Keperawatan di Sleman Yogyakarta.
5 Andari, Rizki. (2013). Pengaruh Tesis. Depok: Universitas Indonesia.
Bekam Basah terhadap Gula Darah 10 Cheung, Li & Wong (2001). The
Puasa pada Pasien Diabetes Mechanism of acupuncture therapy
Mellitus di Semarang. Jurnal Media and clinical case studies. New
Medika Muda, Vol 2 No 1. York: Taylor & Francis.
6 Apriyanti, Maya. (2012). Meracik 11 Ching-ju, Chiu and Linda A Wray.
sendiri obat & menu sehat bagi (2010). Factors Predidicting
penderita diabetes mellitus. Glycemic Control in Middle-Aged
Yogyakarta: Pustaka Baru Press. and Older Adults With Type 2
Diabetes. Preventing Chronic Randomized Control Trial. Iriani
Disease Public Health Research, journal of diabetes and obesity. vol
Practice and Policy, 7(1):1-11. 6 number 1 spring 2014.
12 Handelsman, Y., Bloomgarden, Z., 20 Kim, K.S (2006). Glukose level of
Grunberg, G. (2015). American Non Insulin Dependent Diabetes
Association Of Clinical Melitus Patient. Korena.J. Rehabil
Endocrinologists and American Nurs 6. Korean
College Of Endocrinology-clincal 21 Kulbok, P.A., Thatcher, E., Park, E.,
Practice Guidelines For Developing & Meszaros, P.S. (2012). Evolving
a Diabetes Mellitus Comprehensive Public helath nursing roles: Focus
Care Plan. Endocrine practice on community participatory helath
vol 21 (Suppl 1) 1 April 2015. promotion and prevention. A
13 Haris, P.2004. Diabetes scholar Journal of American Nurses
Management in General Practice. Association, 17 (2)
Daiabetes Australia Publication 22 McElliogott, D., Hold, M.,et
(tenth edition). al.(2003). A Pilot Feasibility Study
14 Hartini, S., 2012, Diabetes Siapa Of The Effect Of Touch Therapy On
Takut, Panduan Lengkap untuk Nurses. The Journal Of the New
Diabetes, Keluarganya dan York State Nurses Asoociation.
Profesional Medis, Penerbit Qanita, Spring/Summer 2003, Volume 34,
Jakarta, hal 90-93 Number 1. Retrieved From:
15 International Diabetes http://www.nysna.org/image/pdfs/co
Federation.(2006).Diabetes Atlas. mmunications/journal/spg_smr03.pd
3th Edition. Diabetes Atlas f.Diperoleh 14 Desember 2015
Committee. 23 Mihardja, L. (2009). Faktor yang
16 IDF. (2012). IDF Diabetes Atlas Berhubungan dengan Pengendalian
Update Gula Darah pada Penderita
17 Ju, Y., Zhang, H., Chen, M., Chi, Diabetes Mellitus di Perkotaan
X., Lan, W., Zhang, H., . . . Yung, Indonesia. Majalah Kedokteran
N. Y. (2014). Effects of Indonesia. 59(9):418-24
auricular stimulation in the 24 Moreira, Edson Duarte et al. (2010).
cavum conchae on glucometabolism Glycemic control and its correlates
in patients with type 2 diabetes in patients with diabetes in
mellitus. Complementary Therapies Venezuela: Result from a
in Medicine, 22(5), 858-63. nationwide survey. Diabetes
doi:http://dx.doi.org/10.1016/j.ctim. Research and Clinical Practice,
2014.09.002 87:407-414.
18 Kamaluddin, Ridwan. (2010). 25 Muhtadi.,Suhendi, A., & Dasuki, S.
Pertimbangan Dan Alasan Pasien (2008). Sosialisasi Pengobatan
Hipertensi Menjalani Terapi Herbal dengan Strategi
Alternatif Komplementer Bekam Di Peningkatan Pemahaman dan
Kabupaten Banyumas.Jurnal Pelayanan Terapi Secara
Keperawatan Soedirman,Volume 5, Langsung bagi Warga di Windan
No. 2.Diakses tanggal 2 desa Makamhaji Kecamatan
Desember 2015. Kartasura Kabupaten
19 Kaviani, M., Bahoosh, m., Azima, Sukoharjo. WARTA, 11, 138-
S., Asadi., N (2014). The Effect of 149.
Relaxation on Blood Sugar and 26 Nakamura, et al. (2014). Effects of
Blood Pressure Changes of Women acupuncture stimulation on blood
with Gestational Diabetes: a glucose concentration in the Otsuka
Long-Evans Tokushima Fatty 33 Saputra, K. & Sudirman, S. (2009).
(OLETF) rat, an animal model for Akupunktur untuk nyeri dengan
type-2 diabetes mellitus.ISSN 2325- pendekatan neurosain. Jakarta:
4416. Med Sci Monit Basic CV. Sagung Seto.
Res, 2014; 20: 70-75. DOI: 34 Shaw, J. E., Sicree, R. A., &
10.12659/MSMBR.890773 Zimmet, P. Z. (2010). Global
27 Nathan M. N., Buse J. B., Mayer B. estimates of the prevalence of
D., Ferrannini E., Holman R. R., diabetes for 2010 and 2030. diabetes
Sherwin R., 2008, Medical Research and Clinical Practice, 87,
management of Hyperglycemia in 4-14. doi:
Type 2 Diabetes A consensus 10.1016/j.diabres.2009.10.007
Algorithm for the Initiation and 35 Soegondo, S., dan Soewondo, P.,
Adjustment of Therapy, A consensus dan Subekti, I, 2009, Penata
statement of the American Diabetes Laksanaan Diabetes Mellitus
Association and the European Terpadu, Sebagai Panduan
Association for the Study of Penatalaksanaan Diabetes Mellitus
Diabetes, Diabetes Care ,31:1-11. bagi Dokter Maupun Edukator,
28 Nielsen, Anni BS. et al (2006). Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Structured Personal Diabetes Care in Universitas Indonesia, Jakarta.
Primary Health Care Affects Only 36 Wndell, P., Andreasson, N. (2013).
Women's HbA1c. Diabetes Care, Effects of tactile massage on
29:963-969. metabolic biomarkers in patients
29 Nitiyanant, W et al. (2002). The with type 2 diabetes. . doi:
Diabcare-Asia 1998 Study-outcome 10.1016/j.diabet.2013.02.002. Epub
o control and complications. Current 2013 Apr 30.
Medical Research and Opinion, 37 WHO. 2006. Diabetes.
18(5): 317-327. Htpp://www.who.int/mediacenter/fa
30 Nursalam, 2008. Konsep dan ctsheet/fs312/en. Tanggal akses 10
Penerapan Metodologi Penelitian Desember 2015
Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba 38 WHO.,2011. Global Burden of
Medika.an pasien dnegan diabetes Chronic Noncommunicable
melitus tipe II di RSUD Bekasi. Diseases.
Thesis: tidak dipublikasikan. www.who.int/bulletin/volumes/88/1
31 Oh, K.,Kim, K.S.,Kwon, S.H.,& 2/10-077891/en/
Park, J.W.(2006). Research Trend of 39 Yayasan Bina Kesehatan Surakarta.
Complementary and Alternative (2001). Penyembuhan penyakit
Medicine. J Korean Acad Nurs. dengan pijat pembuluh darah dan
2006 Aug:36(5):721-731.Korean pusat syaraf. Buku Pegangan hasil
32 Pratiwi, M, R. (2011). Pengaruh Pelatihan Surakarta
Pijat Refleksi terhadapPenurunan 40 Zheng et al,(2014). Effect of
Kadar Gula (Glukosa) Darah acupressure on sleep quality of
Sewaktu pada Penderita Diabetes middle-aged and elderly patients
Mellitus Tipe II di Klinik Rumah with hypertension. International
Sehat Afiat Kecamatan Limo Depok. journal of nursing science
Skripsi. Jakarta : Universitas (2014).334-338.available online at
Pembangunan Nasional. www.sciencedirect.com

Anda mungkin juga menyukai