Anda di halaman 1dari 28

Konsep dasar anastesi pada

insufisiensi adrenal

I Ketut Sudiana, SST., M.Kes


POKOK BAHASAN

1. Pengertian jenis-jenis penyakit insufisiensi adrenal


2. Epidemiologi penyakit insufisiensi adrenal
3. Klasifikasi penyakit insufisiensi adrenal
4. Pemeriksaan penunjang penyakit insufisiensi
adrenal
5. Penatalaksanaan penyakit insufisiensi adrenal
6. Asuhan kepenataan anestesiologi pada penyakit
insufisiensi adrenal
Sistem endokrin
Fungsi Kelenjar Endokrin

1. Penghasil Hormon
2. Mengontrol Aktivitas
3. Merangsang Aktivitas
4. Pertumbuhan Jaringan
5. Mengatur Metabolisme
6. Metabolisme Zat
Kelenjar adrenalin
Kelenjar adrenal

 Berada di bagian atas ginjal, bentuknya bulat seperti bola


 Dibagi menjadi dua bagian: Kortex mengeluarkan
androgen, mineralokortikoid (aldosteron) dan
Glukokortikoid (cortisol), Medulla mengeluarkan
Katekolamin (epinefrin, norepinefrin, dopamin)
 Menghasilkan hormon yang mengontrol ion anorganik,
proses metabolisme glukosa, pembuluh darah pada otot
dan otak, serta ikut mengubah glikogen menjadi glukosa,
dan merespon gerak peristaltik.
Insufisiensi Adrenal

Pengertian:
Insufisiensi adrenal adalah suatu kelainan
endokrin atau hormonal, dimana kelenjar
adrenal tidak memproduksi hormon kortisol
(terkadang juga hormon aldosteron) dalam
kadar yang cukup.
Insufisiensi adrenal dapat primer, sekunder,
atau tersier tergantung dari penyebabnya
Hormon yg dihasilkan kelenjar adrenal:
1. Hormon kortisol/hormon stress
– Mengatur kerja jantung sehingga memengaruhi tekanan darah
– Mengatur respon sistem imun sehingga tidak berlebihan
– Mengatur kerja hormon insulin yang memengaruhi kadar gula darah
– Mengatur metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak

2. Hormon aldosteron
- Mengatur keseimbangan mineral natrium dan kalium dalam darah
(mengatur keseimbangan air dan garam pada tubuh sehingga TD
stabil)
- Kedua mineral tersebut berfungsi juga untuk kesehatan sistem saraf
dan otot
- kalium juga penting untuk menjaga irama jantung tetap stabil.
Epidemiologi insufisiensi adrenal

Insufisiensi adrenal tergolong kelainan yang jarang dan


menjangkit 1 dari 100.000 orang pada semua
kelompok usia dan jenis kelamin
Penyakit Addison (IA primer) jarang dijumpai dan
memiliki prevalensi 4 dari 100.000 orang dan dua
pertiga pasien adalah perempuan. Diagnosis
ditegakkan antara usia 20 dan 50 tahun
Insufisiensi adrenal sekunder lebih banyak ditemui,
yaitu pada 100-140 orang dari setiap 1 juta orang
Pembagian insufisiensi adrenal

1. Insufisiens adrenal primer: Kelainan pada


kelenjar adrenal, Istilah Penyakit Addison biasanya
ditujukkan untuk insufisiensi adrenal primer
2. Insufisiensi adrenal sekunder: Kelainan pada
kelenjar pituitari, dimana kelenjar tersebut gagal
untuk memproduksi hormon adenokortikotropik
(ACTH) yang cukup untuk merangsang kelenjar
adrenal menghasilkan hormon kortisol.
3. Insufisiensi adrenal tersier: Kelainan pada
hipotalamus
Gejala insufisiensi adrenal

 Penurunan nafsu makan Adanya stress fisik karna


 Penurunan berat badan

sakit/kecelakaan akan
Kelemahan otot
 Kelelahan mengakibatkan
 Rasa ingin makan makanan asin Addison/keadaan emergency


Mual, muntah, diare
Sakit perut
•Nyeri pada punggung
 Tekanan darah rendah (hipotensi), bagian bawah dan perut
terutama saat berdiri sehingga terasa
seperti akan pingsan •Diare dan muntah berat
 Kulit yang menghitam terutama pada
bekas luka, lipatan kulit, siku, lutut, buku •Dehidrasi
jari, jari kaki, dan bibir
 Rambut rontok •Tekanan darah sangat
 Nyeri sendi rendah
 Depresi
 Siklus haid tidak teratur pada wanita •Kehilangan kesadaran


Disfungsi seksual pada wanita
Kadar gula darah rendah (hipoglikemia)
•Colaps pembuluh darah
Etiologi insufisiensi adrenal

1. Kelainan pada kelenjar adrenal (primer)


2. Autoimun (70%) respon imun abnormal dimana sel-sel imun
menyerang kelenjar adrenal sehingga menyebabkan
kerusakan kelenjar
3. Infeksi berkepanjangan: infeksi jamur, HIV, tuberkulosis
4. Penyebaran kanker ke kelenjar adrenal
5. Perdarahan kelenjar adrenal
6. Amiloidosis (penumpukan protein abnormal dalam organ
tubuh)
7. Operasi pengangkatan kelenjar adrenal
8. Kelainan pada kelenjar pituitari (sekunder)
9. Kelainan pada hipotalamus (tersier)
Risiko menderita insufisiensi adrenal meningkat pada:
 Wanita
 Usia 30-50 tahun
 Orang dengan kelainan kelenjar pituitari atau
hipotalamus
 Konsumsi obat glukokortikoid seperti prednison
jangka panjang lalu tiba-tiba berhenti
 Menderita penyakit autoimun lain 
Pemeriksaan insufisiensi adrenal

1. Pemeriksaan darah untuk mengecek kadar natrium,


kalium, kortisol, dan ACTH dalam darah. Juga dapat
ditemukan antibodi jika penyebabnya adalah penyakit
autoimun
2. Uji ACTH: mengukur kadar kortisol darah 30-60 menit
setelah penyuntikkan ACTH. Jika didapatkan kadar kortisol
≥18μg/dl berarti respon kelenjar adrenal normal. Uji ini
dapat mendiagnosis insufisiensi adrenal sekunder yang
disebabkan oleh kurangnya kadar ACTH tubuh sehingga
menyebabkan pengecilan kelenjar adrenal dan penurunan
responnya.
Pemeriksaan insufisiensi adrenal,
lanjutan……….

3. Pemeriksaan hipoglikemia terinduksi insulin:


dilakukan jika terdapat kemungkinan insufisiensi
adrenal sekunder karena kelainan pituitari. Kadar
gula darah dan kortisol diukur setelah penyuntikan
insulin. Normalnya, setelah insulin masuk, kadar
glukosa darah akan turun dan kortisol akan naik
4. Pemeriksaan radiologi seperti rontgen, CT Scan,
MRI untuk menemukan penyebab insufisiensi
adrenal dengan melihat gambaran kelenjar adrenal
maupun pituitari
Penatalaksanaan Insufisiensi
adrenal

 Insufisiensi adrenal diatasi dengan menyuplai


kebutuhan hormon kortisol yang kurang dengan
mengonsumsi tablet yang mengandung glukokortikoid
sintetik
 Jika penurunan hormon aldosteron juga terjadi,
konsumsi obat fludrokortison asetat dan menaikkan
konsumsi garam
 Dengan pengobatan yang tepat, kebanyakan orang
dengan insufisiensi adrenal dapat hidup dengan normal
Manajemen anastesi

• Kunci manajemen anestesi pada pasien


dengan defisiensi glukokortikoid adalah
memastikan terapi pengganti steroid yang
adekuat selama waktu perioperatif
• Koreksi gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dengan Pottasium dan
Spironolakton.
ASKAN Pasien dengan gangguan
respirasi

A. Pengkajian
 Data yang berhubungan dengan kekurangan kortisol:
Lemah badan, cepat lelah, anoreksia, mual mual,
muntah, diare, hipoglikemi, hipertensi ortostatik
ringan, hiponatremi, eosinophilia
 Data yang berhubungan dengan kekurangan
aldosteron: Hipertensi ortostatik, hiperkalemia,
hiponatremia
 Data yang berhubungan dengan kekurangan
androgen: Kehilangan bulu bulu axilla dan pubis
Pengkajian, lanjutan…………..

 Data yang berhubungan dengan kelebihan ACTH:


Hiperpigmentasi kulit dan permukaan mukosa
 Syok yang sulit dijelaskan etiologinya biasanya
tidak ada pengaruh dengan pemberian resusitasi
cairan atau vasopresor
 Hipotermia atau hipertermia
 Lainnya tergantung dari penyebab, mungkin
didapatkan panas badan, nyeri abdomen dan
pinggang yang berhubungan dengan perdarahan
kelenjar adrenal.
Pengkajian, lanjutan………

Pemeriksaan penunjang

o Kadar glukosa darah yang rendah


o Kadar natrium plasma juga rendah tetapi jarang dibawah 120
meq/L
o Kadar kalium darah meningkat, tetapi jarang diatas 7 meq.L
o Penderita mengalami asidosis dengan kadar bikarbonat
plasma antara 15-20 meq /L.
o Kadar ureum juga meningkat
o Adanya eosinofilia dan limpositosis pada SADT, dan adanya
gangguan kadar serum tiroid
o Diagnosa paling spesifik yaitu memeriksa kadar ACTH dan
kortisol, Serum kotisol biasanya <20 mcg/dl
B. Diagnosa (Masalah yang ditemukan)

1. Kekurangan volume cairan


Penyebab: kekurangan natrium dan kehilangan cairan
melalui ginjal, kelenjar keringat , saluran gastrointestinal (karena
kekurangan aldosteron)

2. Risiko penurunan curah jantung


Penyebab: perubahan konduksi jantung, penurunan aliran
balik vena

3. Penurunan kesadaran
Penyebab: penurunan kadar glukosa (hipoglikemia),
gangguan keseimbangan asam-basa
B. Diagnosa (Masalah yang ditemukan)

4. Keletihan/Kelemahan
Penyebab: ketidakseimbangan cairan, elektrolit, dan
glukosa

5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan


Penyebab: intake tidak adekuat (mual, muntah, anorexia),
defisit glukokortikoid
C. Intervensi

Kekurangan volume cairan


Tujuan: Setelah diberikan intervensi selama 1x24 jam diharapkan
keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan dengan kriteria
hasil:
- Produksi urine adekuat (1cc/kgBB/jam)
- TTV stabil dalam batas normal
- Tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit elastis
- pengisian kapiler baik<3dtk, membran mukosa lembab,
warna kulit tidak pucat
- Rasa haus tidak ada
- Hasil lab dbn (HT, Ureum, Natrium, Kalium,Kreatinin)
intervesi

1. Observasi TTV, catat perubahan TD pada


perubahan posisi, kekuatan dan nadi perifer
2. Kaji adanya rasa haus, kelelahan, nadi
cepat pengisian kapiler melambat, turgor
jelek, membran mukosa kering, catat warna
kulit dan temperaturnya
3. Berikan cairan oral diatas 3000 cc sesegera
mungkin sesuai kemampuan pasien
Intervesi, lanjutan…………..

4. Pantau hasil laboratorium dan elektrolit (HT,


Ureum, Kreatinin, Natrium, Kalium)
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
cairan NaCl 0,9%
6. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
larutan glukosa
7. Berikan obat sesuai dosis kortison (ortone)
dan hodrokortison (cortef) IV setiap 6 jam
selama 24 jam
D. Implementasi

 Dilaksanakan sesuai intervensi yang


direncanakan
 Sesuaikan dengan masalah prioritas pasien
E. Evaluasi

• Keseimbangan volume cairan dan elektrolit


dapat dipertahankan
• Curah jantung kembali adekuat
• Kesadaran pasien tetap CM
• Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi

Anda mungkin juga menyukai