Anda di halaman 1dari 52

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI “S” DENGAN ATRESIA ESOFAGUS

DI RUANG NICU RSUP FATMAWATI

DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
1. Nora kurniawanti
2. Ramahwati Ramadhani
3. Enaf Fantiah Nurwanti
4. Mardiani
5. Tetti Desmawati
6. Rosmala

PESERTA PELATIHAN NICU


RSUP FATMAWATI
TAHUN 2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Atresia esophagus merupakan suatu kelainan congenital dimana esophagus
tidak terbentuk secara sempurna. Pada kebanyakan kasus, kelainan ini disertai dengan
terbentuknya antara esofagus dengan trakea yang disebut fistula trakeaoesophageal.
Fistula trakeoesofageal dan esophagus atresia adalah darurat bedah, terjadi pertama
saat setelah lahir. Menurut Thomas Gibson 1696 dijelaskan deskripsi klinis dan
patologis yang akurat dari anomali yang paling umum, di mana atresia esofagus
dikaitkan dengan TEF (Putri, 2021).
Atresia esophagus merupakan kelainan congenital yang ditandai dengan tidak
menyambungnya esophagus bagian proksimal dengan esophagus bagian distal.
Atresia Esophagus dapat terjadi bersama fistula trakeoesofagus, yaitu kelainan
congenital dimana terjadi persambungan abnormal antara esophagus dengan trakea
(Putri, 2021).
Sejarah atresia esofagus telah dideskripsikan di berbagai literatur. Periode
sebelum tahun 1935 merupakan era presurvival. Dengan meningkatnya angka harapan
hidup, variabel prognostik menjadi fokus perhatian. Angka harapan hidup bayi
dengan atresia esofagus telah meningkat tajam sejak tahun 1950 (< 40%) hingga saat
ini mencapai 85 – 95%. Namun tetap ada kelompok bayi dengan atresia esofagus
yang memiliki harapan hidup rendah karena disertai kelainan kongenital penyerta
( Syaputra et all, 2017)
Atresia Esophagus merupakan kelainan kongenital yang cukup sering dengan
insidensi rata-rata di dunia sekitar 1 kasus setiap 2500 hingga 3000 kelahiran hidup.
Di dunia, insidensi bervariasi dari 0,4– 3,6 per 10.000 kelahiran hidup. Di Amerika
Serikat, insidensi atresia esophagus sekitar 1 kasus setiap 3000 kelahiran hidup.
Berdasarkan hasil studi, insidensi tertinggi penderita atresia esofagus adalah negara
Finlandia yaitu 1 kasus dalam 2500 kelahiran hidup (Putri 2021). Untuk saat ini
belum ada laporan angka insidensi atresia esofagus pada bayi-bayi di Indonesia.
Prevalensi penyakit ini adalah 2,44 per 10.000 kelahiran menurut analisis yang
dikumpulkan dari 18 program pengawasan cacat lahir internasional. Peningkatan yang
dicapai dalam kelangsungan hidup pasien dengan atresia esofagus yaitu 90% sebagian
besar disebabkan oleh kemajuan dalam perawatan intensif neonatal. Atresia esofagus
paling sering didiagnosis selama 24 jam pertama kehidupan tetapi juga dapat
dideteksi pada waktu lain, baik sebelum atau sesudah kelahiran menurut Wang Kong
et al, 2021 dalam Jurnal (Arifin, 2022).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam
laporan kasus ini adalah
1. Bagaimana konsep atresia esofagus, definisi, etiologi, manifestasi klinis,
klasifikasi, pathway dan penatalaksanaannya ?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan atresia esofagus meliputi
pengkajian, analisa data, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan
evaluasi keperawatannya ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan asuhan keperawatan pada pasien dengan atresia
esofagus di Ruang NICU RSUP Fatmawati.
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui definisi atresia esofagus
2) Untuk mengetahui etiologi atresia esofagus
3) Untuk mengetahui manifestasi klinis pada pasien atresia esofagus
4) Untuk mengetahui klasifikasi atresia esofagus
5) Untuk mengetahui pathway atresia esofagus
6) Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien atresia esofagus
7) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan atresia esofagus

D. Manfaat
1. Bagi Rumah Sakit
Laporan kasus ini dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menerapkan
Asuhan Keperawatan pada pasien dengan atresia esofagus di ruang NICU RSUP
Fatmawati.
2. Bagi Peserta Pelatihan
Laporan kasus ini dapat diaplikasikan dan dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan serta kemampuan dalam menerapkan Asuhan Keperawatan pada
pasien atresia esofagus di institusi masing-masing peserta pelatihan.
3. Bagi Orangtua Pasien
Diharapkan orangtua dapat memahami dan melakukan perawatan pasien baik
perawatan di Rumah Sakit ataupun di rumah sesuai dengan intruksi yang telah
diberikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Atresia esofagus adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu)
pada esofagus. Pada sebagian besar kasus atresia esofagus, ujung esofagus buntu,
sedangkan pada kasus lainnya esophagus bagian bawah berhubungan dengan trakea
setinggi karina (disebut sebagai atresia esophagus dengan fistula). Atresia esophagus
juga sebagai suatu kondisi malformasi yang disebabkan oleh kegagalan esophagus
untuk mengadakan pasase yang kontinyu, dimana esophagus mungkin saja
membentuk sambungan dengan trachea (fistula trakheaesofagus) (Wong, DonnaL.
2003: 512) dalam Jurnal (Putri 2021).
Atresia esofagus merupakan cacat yang muncul sebagai kondisi abnormal
antara esofagus dan trakea yang dikenal sebagai tracheoesophageal fistula (TOF).
Atresia esofagus atau tanpa TOF tetap merupakan anomali kongenital esofagus yang
paling umum, dan sekitar setengah dari janin yang terkena mengalami komplikasi
terkait pada tulang belakang, jantung, ginjal, anggota badan dan sistem pencernaan
atau saluran kemih (Wang Kong et al, 2021).
Atresia esofagus dapat juga didefinisikan sebagai kelainan kongenital berupa
gangguan kontinuitas pada lumen esofagus. Atresia esofagus dapat disertai dengan
fistula trakeoesofagus yaitu lumen penghubung antara bagian proksimal dan atau
distal esofagus dengan jalan nafas (trakea) (Hanggorowati et all, 2018).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa atresia esofagus
adalah suatu keadaan tidak adanya lubang atau muara (buntu) pada esofagus yang
merupakan kelainan kongenital berupa gangguan kontinuitas pada lumen esofagus
disertai dengan fistula trakeoesofagus yang dapat mencegah masuknya makanan /
sekresi dari faring ke lambung.

B. Etiologi
Patogenesis atresia esophagus congenital masih belum diketahui. Dikatakan
etiologi bersifat heterogen, multifaktorial, dan melibatkan interaksi gen lingkungan
yang komplek. Pemahaman yang jelas tentang patogenesis malformasi AE dikaburkan
dengan kenyataan bahwa embriologi foregut normal masih samar-samar. Wilhem his,
Sr penemu embriologi manusia, yang pertama memaparkan perkembangan normal
dari system pernafasan meyakini bahwa pemisahan foregut adalah hasil dari
penyatuan daerah longitudinal lateral yang menghasilkan septum yang membagi
foregut ke bagian dorsal dan system respirasi ke bagian ventral. Pembentukan ini
dinamakan septum trakeoesofageal yang dipercaya dimulai dari kaudal dan berakhir
di cranial (Sari et all, 2020).

C. Manifestasi Klinis
Kebanyakan bayi dengan atresia esofagus menunjukkan gejala pada jam-jam
pertama kehidupannya. Tanda klinis yang paling awal adalah hipersalivasi, biasanya
pemberian makan pertama diikuti muntah, tersedak, dan batuk. Gejala lainnya adalah
sianosis dengan atau tanpa makan, sesak nafas, kesulitan menelan, dan
ketidakmampuan makanan atau kateter suction masuk ke lambung. Jika ditemukan
fistel bagian distal, perut akan kembung saat inspirasi. Gangguan pulmonary akan
terjadi jika cairan lambung naik melewati TEF, mengisi trakea dan paru dan
selanjutnya menyebabkan pneumonitis kimia. Dengan perut yang makin kembung,
diafragma akan naik dan pernafasan maikin terganggu. Aspirasi dari saliva pada
kantung atas trakea lebih lanjut akan memicu gangguan pulmonar ( Rifki et all,
2019).

D. Klasifikasi
Klasifikasi atresia esofagus Menurut Gross dalam jurnal (Fardy 2018) :
a. Tipe A – atresia esofagus tanpa fistula atau atresia esofagus murni (7%)
b. Tipe B – atresia esofagus dengan TEF proksimal (2%)
c. Tipe C – atresia esofagus dengan TEF distal (86%)
d. Tipe D – atresia esofagus dengan TEF proksimal dan distal (<1%)
e. Tipe E – TEF tanpa atresia esofagus atau fistula tipe H (4%)
E. Pathway
F. Penatalaksanaan
a. Tindakan Sebelum Operasi
Pneumonitis dari aspirasi akibat sekresi kantong bagian atas dan refluks dari
asam lambung melalui TEFR adalah masalah preoperasi yang paling kritis pada
bayi dengan atresia esofagus. Penanganan segera termasuk mencegah aspirasi
lebih lanjut dan pengobatan dari penumonitisnya. Sebuah kateter suction
seharusnya dipasang pada kantong esophageal bagian atas untuk terus
mengaspirasi saliva dibawah suction tekanan rendah. Kateter jenis replogle
double lumen adalah yang terbaik untuk tujuan ini karena perforasi sepanjang sisi
kateter terletak hanya dekat dengan ujungnya, yang mana mengurangi
kemungkinan penghisapan udara yang teroksigenasi dari laring.
b. Tindakan Setelah Operasi
Pasca Operasi pasien diventilasi selama 5 hari. Suction harus dilakukan secara
rutin. Selang kateter untuk suction harus ditandai agar tidak masuk terlalu dalam
dan mengenai bekas operasi tempat anastomisis agar tidak menimbulkan
kerusakan. Setelah hari ke-3 bisa dimasukkan NGT untuk pemberian makanan.
Pemberian minum dilakukan pengisapan lendir secara berkala, sebaiknya
dipasang sonde nasogastrik untuk mengosongkan the blind-end pouch. Bila perlu
bayi diberikan dot agar tidak gelisah atau menangis berkepanjangan.

G. Konsep Asuhan Keperawatan Bayi Dengan Atresia Esophagus

a. Pengkajian
a) Identitas Pasien
Kaji identitas anak seperti nama, tanggal lahir, jenis kelamin, kaji identitas
orangtua klien seperti nama ayah, nama ibu, pekerjaan ayah/ibu, pendidikan
ayah/ibu.

b) Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Pada anak yang mengalami atresia esophagus biasanya mengalami muntah
pada saat setelah menyusui dan ditemukan ronchi basah kasar pada suara
nafas.
2) Riwayat Kesehatan Sekarang
Pada anak yang mengalami atresia esophagus biasanya batuk, dan
tersedak pada pemberian minum menelan normal pada pemberian makan
diikuti dengan batuk tiba-tiba dan regurgitasi minum melalui hidung dan
mulut.
3) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada anak yang mengalami atresia esophagus biasanya mempunyai
riwayat polihidramnion maternal, riwayat pneumonia selama beberapa
bulan pertama kehidupan (tipe H)
4) Riwayat Kehamilan dan persalinan
 Prenatal : Ibu mengalami riwayat polihidramnion pada pertengahan
kehamilan
 Natal : Biasanya mengalami BBLR
 Post Natal: Dua jam setelah bayi lahir ditemukan atresia esophagus
tidak dapat menelan dan mengahsilkan banyak air liur serta badan bayi
membiru

c) Riwayat Imunisasi
Imunisasi apa saja yang sudah didapatkan misalnya Hepatitis B0 dan polio

d) Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


1) Pertumbuhan : Biasanya berat badan rendah untuk usia gestasi
2) Perkembangan : Biasanya disebabkan oleh masalah perkembangan
esophagus.

e) Riwayat Kesehatan Keluarga


1) Penyakit yang pernah/masih diderita keluarga
Pernah ada anggota keluarganya yang menderita sakit atresia esophagus
2) Pengkajian keluarga
 Pengetahuan keluarga
Keluarga sebenarnya mengetahui apakah atresia esophagus itu, tapi
tidak secara mendetail.
 Psikologis keluarga
Keluarga merasa cemas dengan atresia esophagus
f) Pemeriksaan Fisik
Hasil pemeriksaan fisik yang didapatkan pada pasien atresia ani adalah
anus tampak merah, usus melebar, kadang – kadang tampak ileus obstruksi,
termometer yang dimasukkan melalui anus tertahan oleh jaringan, pada
auskultasi terdengar hiperperistaltik tanpa mekonium dalam 24 jam setelah
bayi lahir, tinja dalam urin dan vagina (FKUI, Ilmu Kesehatan Anak:1985).
1) Pemeriksaan Fisik Head to toe
Tanda-tanda vital
 Nadi
 Respirasi
 Suhu axila
2) Kepala
Simetris : tidak ada luka/lesi, kulit kepala bersih, tidak ada benjolan/tumor,
tidak ada caput succedanium, tidak ada chepal hematom.
3) Mata
Simetris, tidak konjungtifistis, tidak ada perdarahan subkonjungtiva, tidak
ikterus, tidak nistagamus/ tidak episnatus, conjungtiva tampak agak pucat.
4) Hidung
Simetris, bersih, tidak ada luka, tidak ada secret, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada pus dan lendir.
5) Mulut Bibir
Simetris, tidak macrognatia, micrognatia, tidak macroglosus, tidak
cheilochisis.
6) Telinga
Memiliki 2 telinga yang simetris dan matur tulang kartilago berbentuk
sempurna.
7) Leher
Tidak ada webbed neck.
8) Thorak
Bentuk dada simetris, silindris, tidak pigeon chest, tidak funnel
shest, pernafasan normal.
9) Jantung
Tidak ada mur-mur, frekuensi jantung teratur.
10) Abdomen
Simetris, teraba lien, teraba hepar, teraba ginjal, tidak termasa/tumor, tidak
terdapat perdarahan pada umbilicus.
11) Genetalia
Terdapat lubang uretra, tidak ada epispandia pada penis tidak ada
hipospandia pada penis, tidak ada hernia sorotalis.
12) Anus
Tidak terdapat anus, anus nampak merah, usus melebar, kadang-kadang
tampak ileus obstruksi. Thermometer yang dimasukan kedalam anus
tertahan oleh jaringan. Pada auskultasi terdengar peristaltic.
13) Ektrimitas atas dan bawah
Simetris, tidak fraktur, jumlah jari lengkap, telapak tangan maupun kaki
dan kukunya tampak agak pucat.
14) Punggung
Tidak ada penonjolan spina bifida.
15) Pemeriksaan Reflek.
 Suching
 Rooting
 Moro.
 Grip
 Plantar.

g) Analisa Data
1) Analisa Data Pre Operasi (SDKI 2019)
No Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1 Data dan Tanda Mayor Hipersekresi jalan Bersihan jalan
Subjektif nafas nafas tidak efektif
Belum dapat di kaji (D.0001)

Objektif
 Batuk tidak efektif
 Tidak mampu batuk
 Sputum berlebih
 Wheezing
 Mekonium dijalan nafas
(neonatus)
Data dan tanda Minor
Subjektif
 Dispnea

Objektif
 Gelisah
 Sianosis
 Bunyi nafas enurun
 Frekuensi nafas berubah
 Pola nafas berubah

2 Data Subjektif: Kekurangan intake Risiko Hipovolemi


Belum dapat dikaji cairan (D.0034)
Data Objektif:
 Frekuensi nadi
meningkat
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah
meningkat
 Tekanan nadi
menyempit
 Turgor kulit menurun
 Membrane mukosa
kering
 Volume urin menurun
 Hematocrit meningkat.
 Konsentrasi urin
meningkat
 berat badan turun tiba-
tiba.
3 Data Subjektif: Tidak memahami Risiko Jatuh
Data Objektif: keterbatasan (D.0143)
 Usia < 2 tahun bergerak
 Nilai Humpty Dumpty >
12

2) Analisa Data Post Operasi


No Data Etiologi Diagnosa
Keperawatan
1 Gejala dan tanda mayor Kelelahan otot Gangguan Ventilasi
Data Subjektif: pernafasan spontan (D.0004)
 Dispnea
Data Objektif:
 Penggunaan otot bantu
nafas meningkat
 Volume tidal menurun
Gejala dan Minor
Data Subjektif:
 Tidak tersedia
Data Objektif:
 Gelisah
 Takikardia
2 Gejala Data Subjektif: Perubahan laju Termoregulasi
 Tidak tersedia metabolisme tidak efektif
Data Objektif: (D.0149)
 Akral dingin
 Suhu tubuh < 36,5oC
 Pengisian kailer refil > 3
detik
3 Gejala dan tanda mayor Insisi pembedahan Nyeri akut (D.0077)
Data Subjektif:
 Mengeluh nyeri
Data Objektif:
 Tampak meringis
 Bersikap protektif
 Gelisah
 Frekuensi nadi meningkat
 Sulit tidur
Gejala dan tanda minor
Data Subjektif:
 Tidak tersedia
Data Okjektif:
 Tekanan darah meningkat
 Pola nafas berubah
 Nafsu makan berubah
 Proses berpikir
tergangguan
 Menarik diri
 Berfokus pada diri sendiri
 Diaphoresis
4 Data Subjektif: Kekurangan intake Risiko hipovolemi
Data Objektif: cairan (D.0034)
 Frekuensi nadi meningkat
 Nadi teraba lemah
 Tekanan darah meningkat
 Tekanan nadi menyempit
 Turgor kulit menurun
 Membrane mukosa
kering
 Volume urin menurun
 Hematocrit meningkat.
 Konsentrasi urin
meningkat berat badan
turun tiba-tiba.
5 Data Subjektif: Post insisi Risiko Infeksi
Data Objektif: pembedahan (D.0142)
 Peningkatan paparan
organisme pathogen
lingkungan
 Ketidakadekuatan
pertahanan tubuh sekunder
o Penurunan hemoglobin
o Imunosurpresi
o Surpresi respon
inflamasi
6 Data Subjektif: Tidak memahami Risiko jatuh
Data Objektif: keterbatasan (D.0142)
 Usia < 2 tahun bergerak
 Nilai Humpty Dumpty >
12

h) Diagnosa Keperawatan
1) Diagnosa Keperawatan Pre Operasi
 Bersihan jalan nafas tidak efektif (D.0001)
 Risiko Hipovolemi (D.0034)
 Risiko Jatuh (D.0143)
2) Diagnosa Keperawatan Post Operasi
 Gangguan Ventilasi Spontan (D.0004)
 Termoregulasi tidak efektif (D.0149)
 Nyeri akut (D.0077)
 Risiko Hipovolemi (D.0034)
 Risiko infeksi (D.0142)
 Risiko Jatuh (D.0143)
i) Intervensi Keperawatan, (SIKI 2019), (SLKI 2019)
1) Intervensi Keperawatan Pre Operasi
SDKI SLKI SIKI
Bersihan Jalan Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif (D.0001) selama 1 x 6 jam, di harapkan bersihan
jalan napas membaik dengan kriteria Observasi:
Definisi : hasil: 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
Ketidakmampuan 1. Batuk efektif meningkat 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
membersihkan secret atau 2. Produksi sputum menurun ronchi kering)
obstruksi jalan nafas untuk 3. Wheezing menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
mempertahankan jalan nafas 4. Dispnea menurun Terapeutik:
tetap paten. 5. Sianosis menurun 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan headtilt dan chin-lift
6. Gelisah mneurun (jawthrust jika curiga trauma servical)
b.d 7. Frekuensi nafas membaik 2. Posisikan semi-fowler atau fowler
 Hipersekresi jalan nafas, 8. Pola nafas membaik 3. Berikan minum hangat
spasme jalan nafas 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Mayor 6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
Subjektif 7. Keluarkan sumbatan benda pada dengan forsep McGill
Belum dapat di kaji 8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
Objektif 1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak kontraindikasi
 Batuk tidak efektif 2. Ajarkan tehnik batuk efektif
 Tidak mampu batuk Kolaborasi:
 Sputum berlebih 1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
 Ronchi perlu
 Mekonium dijalan nafas
(neonatus) Pemantauan Respirasi (I.01014)
Observasi:
Minor 1. Monitor frekuensi, irama, kedalam dan upaya napas
Subjektif 2. Monitor pola napas
 Dispnea 3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
Objektif 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Gelisah 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Sianosis 7. Auskultasi bunyi napas
 Bunyi nafas menurun 8. Monitor saturasi oksigen
 Frekuensi nafas berubah 9. Monitor AGD
 Pola nafas berubah 10. Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
1. Atur internal pemantau respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Risiko Hipovolemia (D.0034) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
selama 3 x 24 jam, maka status cairan
Definisi : membaik, dengan kriteria hasil: dengan Observasi :
Berisiko mengalami penurunan kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
volume cairan intravascular, 1. Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
interstisial dan atau/intraselular 2. Output urin meningkat turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
3. Membran mukosa lembab menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
b.d 4. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
Kekurangan intake cairan 5. Tidak ada nafas tambahan Terapeutik :
6. Frekuensi nadi normal 1. Hitung kebutuhan cairan
7. Tekanan darah normal 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
8. Turgor kulit normal 3. Berikan asupan cairan oral
9. Hemoglobin normal Edukasi :
10. Hematokrit normal 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
11. Suhu tubuh normal 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hopotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
Resiko Jatuh (D.0143) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh ((I.14540)
selama 3X24 jam, di harapkan tingkat
Definisi: jatuh dengan kriteria hasil: Observasi
Beresiko mengalami kerusakan 1. Jatuh dari tempat tidur menurun 1. Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun, penurunan tingkat
fisik dan gangguan kesehatan 2. Jatuh saat berdiri menurun kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan
akibat terjatuh 3. Jatuh saat duduk menurun keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
4. Jatuh saat berjalan menurun 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
Faktor Risiko: dengan kebijakan institusi
1. Usia ≤ 2 tahun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis:
lantai licin, penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis: fall morse
scale, humpty dumpty scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda, walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil
perawat

Manajemen Kesehatan Lingkungan (I.14513)


Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: kondisi fisik, fungsi
kognitif, dan Riwayat perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis: fisik, biologi,
kimia), jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis: commode chair
dan pegangan tangan)
4. Gunakan perangkat pelindung (mis: pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis:
puskesmas, polisi, damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
7. Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis: timbal)
Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
2) Intervensi Keperawatan Post Operasi
Gangguan Ventilasi Spontan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Ventilasi (I.01002)
selama 3x 24 jam, diharapkan ventilasi
meningkat dengan kritera hasil: Observasi:
1. Volume tidal meningkat 1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
2. Dyspnea menurun 2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
3. Penggunaan otot bantu nafas 3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi dan kedalaman
menurun napas, penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi
4. Pernafasan cuping hidung oksigen)
menurun Terapeutik:
5. Frekuensi nafas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan penggunan ventilator
6. Kedalaman nafas membaik 2. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
3. Fasililitasi mengubah posisi senyaman mungkin
Edukasi
1. Ajarkann teknik relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif

Pemantauan Respirasi

Observasi
1. Monitor frekuensi ,irama ,kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan sumbatan jalan napas
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan pemantauan
2. Informasikan hasil pemantuan
Termoregulasi tidak efeltif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi temperatur (I.4578)
(D.0149) selama 3x24 jam, diharapkan suhu tubuh
membaik dengan kriteria hasil: Observasi
Definisi: 1. Menggigil menurun 1. Monitor suhu bayi dalam rentang normal
Kegagalan mempertahankan 2. Pucat menurun 2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam jika perlu
suhu tubuh dalam rentang 3. Suhu tubuh membaik 3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi atau hipertermi
normal 4. Suhu kulit membaik Terapeutik
1. Pantau alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2. Pertahankan kelembapan inkubator 50% atau lebih untuk menguragi
kehilangan panas kerena proses evaporasi
3. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
selama 3 x 24 jam, di harapkan tingkat Pemantauan Nyeri (I.08242)
Definisi nyeri menurun, kontrok nyeri meningkat Pemberian analgetik (I.08243)
Pengalaman sensorik atau dengan kriteria hasil: Teknik Distraksi (I.08247)
emosional yang berkaitan dgan
kerusakan jaringan atau Tingkat Nyeri (L.08066) Observasi
fungsional, degan onset Kontrol Nyeri (L.08063) 1. Idenfikasi lokasi, frekuesni, durasi,karakterisik, kualitas, intensitas
mendadak atau lambat dan 1. Kemamapuan menggunakan nyeri.
berintensitas ringan hingga teknik non farmakologis 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
berat yang berlangsung kurang 2. Dukungan orang teredkat 3. Monitor efek samping penggunaan analgesic
dari 3 detik meningkat 4. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
3. Penggunaan analgetik menurun Terapeutik
b.d 4. Meringis menurun 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Agen Pencederaa Fisik 5. Gelisah mneurun 2. Fasilitasi istirahan dan tidur
(Prosedur operasi) 6. Pola nafas membaik 3. Tetapkan target efektifitas analgetik untuk mengoptimalkan respon
pasien.
Gejala dan tanda 4. Dokumentasi respons terhadap efek analgesesik dan efek yang tidak
Mayor: diinginkan.
Subyektif Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
Obyektif 2. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.
 Tampak meringis
 Gelisah

Minor:
Subyektif

Obyektif
 Pola napas berubah
Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipovolemia
(D.0034) selama 3 x 24 jam, maka status cairan
membaik, dengan kriteria hasil: denganObservasi :
Definisi : kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
Berisiko mengalami 1. Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
penurunan volume cairan 2. Output urin meningkat turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
intravascular, interstisial dan 3. Membran mukosa lembab menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah).
atau/intraselular 4. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
5. Tidak ada nafas tambahan Terapeutik :
b.d 6. Frekuensi nadi normal 1. Hitung kebutuhan cairan
Kekurangan intake cairan 7. Tekanan darah normal 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
8. Turgor kulit normal 3. Berikan asupan cairan oral
9. Hemoglobin normal Edukasi :
10. Hematokrit normal 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
11. Suhu tubuh normal 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hopotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi (I.02075)
(D.0142) selama 3x 24 jam, diharapkan tingkat
infeksi menurun dan status imun
Definisi: membaik dengan kriteria hasil: Observasi
 Berisiko mengalami 1. Berikan lingkungan dengan baik
peningkatan terserang Tingkat infeksi (L.14137) & Status 2. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
organisme patogenik imun (L.14133) 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
1. Kebersihan tangan meningkat Terapeutik
Dibuktikan dengan: 2. Kebersihan badan meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
 Peningkatan paparan 3. Demam menurun 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
organisme pathogen 4. Kemerahan menurun 3. Lakukan tindakan yang bersifat universal
lingkungan 4. Jaga lingkungan aseptic saat mengganti tabung dan botol TPN
 Ketidakadekuatan pertahanan 5. Pastikan penanganan aseptic dari semua saluran intravena
tubuh sekunder Edukasi
o Penurunan hemoglobin 1. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
o Imunosurpresi 2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
o Surpresi respon meninggalkan ruangan pasien
inflamasi
Resiko Jatuh (D.0143) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh ((I.14540)
selama 3X24 jam, di harapkan tingkat
Definisi: jatuh dengan kriteria hasil: Observasi
Beresiko mengalami 1. Jatuh dari tempat tidur menurun 1. Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun, penurunan tingkat
kerusakan fisik dan gangguan 2. Jatuh saat berdiri menurun kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan
kesehatan akibat terjatuh 3. Jatuh saat duduk menurun keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
4. Jatuh saat berjalan menurun 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
Faktor Risiko: dengan kebijakan institusi
1. Usia ≤ 2 tahun 3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis:
lantai licin, penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis: fall morse
scale, humpty dumpty scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda, walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat

Manajemen Kesehatan Lingkungan (I.14513)

Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: kondisi fisik, fungsi
kognitif, dan Riwayat perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis: fisik, biologi,
kimia), jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis: commode chair dan
pegangan tangan)
4. Gunakan perangkat pelindung (mis: pengekangan fisik, rel samping,
pintu terkunci, pagar)
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis:
puskesmas, polisi, damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
7. Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis: timbal)
Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
j) Impelentasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana
keperawatan yang telah disusun pada tahap intervensi. Implementasi
merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang
spesifik. Tujuan dari implementasi adalah membantu klien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan,
pencegahan penyakit, pemulihan, kesehatan dan memfasilitasi koping.
(Kodim,2015).
k) Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan perbandingan yang sistematik dan terencana
tentang kesehatan klien dengan tujuan yang ditentukan, dilakukan
berkesinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya.
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan,untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan
klien secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan.
(Kodim,2015).
ASUHAN KEPERAWATAN ATRESIA ESOPHAGUS PADA BY. NY S
DI RUANG NICU RSUP FATMAWATI

A. PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama/ Inisial : By. .Ny. S
Ttl : Jakarta, 03-08-2023
Jenis Kelamin : Perempuan
2. Identitas Orangtua
Nama/Inisial Ibu : Ny. S
Umur : 21 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung 2 Jl. Sako Ii No 100 Rt/Rw 03/01 Bekasi Barat

Nama Inisial Ayah : Tn. N


Umur : 23 tahun
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Kampung 2 Jl. Sako Ii No 100 Rt/Rw 03/01 Bekasi Barat

B. RIWAYAT KESEHATAN ANAK


1. Keluhan Utama
Keluarga mengatakan anaknya lahir di Bidan secara spontan, menangis kuat sesaat
setelah di lahirkan, namun beberapa saat kemudian anaknya tampak sesak nafas, dan
keluar buih buih atau liur yang banyak dari mulut dan hidungnya disertai bercak
kecoklatan.

2. Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien lahir tgl 03/08/2023, terpasang O2 nasal 0,5 lpm, tersangka Atresia Esofagus,
Bayi jenis kelamin perempuan, BB : 2530 gram, PB : 51 cm, LK : 32 cm, LD : 31 cm,
LL : 8 cm, telinga Abnormal, Anus tampak namun ada kulit disekitarnya. Saat ini
bayi diberikan therapi Oksigen HFN Flow 5 lt, FIO2 21%.
Pasien kiriman dari RS ANNA Bekasi MRS tgl 08-08-2023.
3. Riwayat Kesehatan Lalu
Keluarga mengatakan anaknya lahir di Bidan secara spontan berjenis kelamin
perempuan pada tgl 03-08-2023 dengan BB lahir 2800 gram, PB : 51 cm, LK : 32 cm,
LD : 31 cm, LL : 8 cm, menangis kuat sesaat setelah di lahirkan, namun beberapa saat
kemudian anaknya tampak sesak nafas, dan keluar buih buih atau liur yang banyak
dari mulut dan hidungnya disertai bercak kecoklatan, Bidan mengatakan kalau
anaknya ada kelainan di perut dan menyarankan untuk di rujuk ke RS terdekat, lalu
pasien di rujuk ke RS ANNA Bekasi, di rawat selama 5 hari lalu disarankan untuk di
rujuk ke RS type A untuk penanganan lebih lanjut karena anaknya di Diagnosa
Atresia Esofagus, dan pasien di rujuk ke RS Fatmawati Jakarta tgl 08-08-2023.

4. Riwayat Kehamilan Dan Persalinan


a. Prenatal
Ibu bayi periksa ke bidan setiap 3 bulan sekali, Bidan tempat ibu bayi periksa
mengatakan kalau ibu bayi mengalami Polihidromnion ( penumpukkan cairan
ketuban) pada pertengahan kehamilan, dan pada trimester akhir kehamilan, Bidan
mengatakan kalo posisi bayinya sunsang.
b. Natal
Bayi lahir spontan dari Ibu G1P0A0 hamil 38 minggu, Bayi berjenis kelamin
perempuan, BBL: 2800 gram, PB : 51 cm, LK : 32 cm, LD : 31 cm, LL : 8 cm.
c. Post Natal
Bayi lahir menangis kuat, ada kelainan di daerah telinga, setelah lahir, keluarga
belum mengetahui adanya kelainan Atresia Esofagus. Beberapa saat setelah
menangis, bayi tampak sesak, bamyak keluar busa/air liur dari mulut dan
hidungnya disertai bercak kecoklatan.

5. Riwayat imunisasi
Pasien belum mendapatkan imunisasi apapun.

6. Riwayat pertumbuhan dan perkembangan


a. Pertumbuhan : Bayi lahir spontan Usia Gestasi 38 Minggu dari Ibu G1P0A0,
jenis kelamin perempuan, BBL : 2800, BB sekarang : 2530 gram, PB : 51 cm, LK
: 32 cm, LD : 31 cm, LL : 8 cm. Telinga bentuk Abnormal.
b. Perkembangan : selama dalam kandungan ibu bayi memeriksaakan
kandungannya setiap 3 bulan sekali di Bidan Terdekat rumahnya, pada Tri mester
ke I, kandungan dinyatakan baik baik saja, pada Tri mester ke 2 bidan
mengatakan kalau mandungannya mengalami kelebihan air ketuban, dan pada
trimeseter ke 3 Bidan mengatakan posisi bayinya mengalami sunsang.

7. Riwayat Kesehatan Keluarga


a. Penyakit yang pernah / masih diderita keluarga
Dalam keluarga tidak ada yang pernah mengalami penyakit Atresia Esofagus.

b. Pengkajian Keluarga
- Pengetahuan keluarga
o Keluarga tidak mengetahui apakah itu Atresia Esofagus
o Keluarga tidak memahami mengenai penyakit anak nya
- Psikologi keluarga
Keluarga merasa cemas akan penyakit yang di alami anaknya, tapi keluarga
tetap optimis kalau anaknya akan sembuh dari penyakitnya.

c. Genogram Keluarga

8. Riwayat hospitalisasi
a. Penglaman Keluarga tentang Hospitalisasi
Keluarga tidak ada pengalaman merawat anak di Rumas sakit, tidak ada anggota
keluarga yang di rawat sebelumnya.
b. Pemahaman tentang sakit dan di rawat
Ayah bayi dan ibu bayi mengetahui kalo anaknya harus mendapatkan perawatan
di RS Fatmawati, namun keluarga merasa perlu kerja untuk membiayai hidup jadi
ayah bayi dan ibu bayi tidak menunggu sepenuhnya di ruang tunggu.

9. Pola aktivitas sehari hari


a. Pola Nutrisi
Makan : Bayi tidak mau menyusu, keluar banyak lendir dari mulut dan
hidungnya disertai kecoklatan.
Minum : Bayi tidak mau menyusu, keluar banyak lendir dari mulut dan
hidungnya disertai kecoklatan.
b. Pola Eliminasi
BAB : Meconium ada
BAK : Frekuensi BAK jarang, jumlah urine sedikit
c. Pola Tidur
Tidak ada masalah dalam pola tidur
d. Pola Aktivitas
Bayi belum ada aktivitas, bayi terlentang di tempat tidur
e. Kebersihan diri/ personal hygiene
Peersonal hyegiene masih di bantu

2. Pemeriksaan fisik
a. Keadaan Umum : Bayi tampak pucat, lemas dan sesak nafas
b. Kesadaran : Compos Mentis
c. Tanda Tanda Vital : HR : 152 x/mt, Tensi 92/46 mmHg, RR: 60 x/mt, T:
36,5 C. SPO2 90 %
d. Kepala : tidak ada kelainan
e. Mata : simetris kanan kiri, kelopak mata : tidak terdapat
edema, pupil isokor kanan kiri, pergerakan bola mata
normal.
f. Telinga : bentuk telinga Abnormal kanan kiri, Microtia (+)
g. Hidung : simetris, tidak ada polip dan keluar lendir dari hidung.
h. Mulut : mengeluarkan mucus saliva terus menerus
i. Leher : terdapat tanda kantong leher atas menandakan
ketidak mampuan menelan
j. Dada : bentuk dada simetris, Processusu Ximpoideus jelas
k. Jantung : BJ I-II Regular
l. Paru : Ves, RH -/-, Wh -/-, Retraksi tidak ada
m. Abdomen : adanya distensi abdomen
n. Anus : anus ada terlihat tidak biasa, tampak prolaps rectal

3. Pemeriksaan System
a. Sistem pernafasan
Bentuk hidung normal, bentuk dada simetris, sesak ada, retraksi dada tidak ada,
NCH tidak ada, pergerakan dinding dada simetris.
b. Sistem kardiovaskuler
Bunyi jantung regular, warna kulit sianosis ekstermitas, CRT 2 detik
c. Sistem gastrointestinal
Mulut tampak kotor ,terpasang ogt cairan lambung tidak ada, bab meconium ada.
d. Sistem saraf
Kesadaran apatis, kejang tidak ada
e. Sistem genitalia
Labio Minora dan Labio Mayora ada, Klitoris ada
f. Ekstermitas
Eksterminas lengkap, akral dingin,
g. Reflek
Reflek menangis lemah, reflek hisap tidak ada , reflek genggam sudah ada, reflek
babinski ada, reflek moro ada

4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan foto thorax AP/PA
- Tgl 10-08-2023 di /rs /fatmawati : KESAN ; Infiltrat minimal di
Supra/hiller Bilateral, DD/Pneumonia, tidak tampak kelainan pada Jantung,
OGT melingkar dengan tip distal mengarah ke kranial di proyeksi Esofagus
setinggi Vertebra T2
- Tgl 22-08-2023 di RS Fatmawati : KESAN ; defect costa 3-4 sisi lateral
kanan (post thorkotomi) kanan dengan opasitas heterogen di lapangan tengah
paru kanan. Infiltrat minimal di suprahiler bilateral relatif stqa. T5 Tidak
terdapat kelainan pada jantung, stqa. Kanul thorakotomi terpasang dengan tip
di hemithoraks kanan, setting IC Sposterior. Ogt dengan tip sekitar 0,8 cm
diatras karnia. Tidak tampak penumothoraks, pneumomediatinum, maupum
empisema subkutis.
b. Pemeriksaan Bno Foto Polos Abdomen
- Tgl 10-08-2023 di RS Fatmawati : KESAN ; OGT melingkar dengan tip distal
mengarah ke kranialdi proyeksi Esofagus setinggi Vertebra T2 dengan udara
usus intra Abdomen Suspect Atresia Esofagus dengan Fistula. Infiltrat
minimal di SupraHiller Bilateral DD/ Pneumonia. Tidak tampak kelainan pada
Jantung.
c. Pemeriksaan Laboratorium
- Tgl 13-08-2023 di RS Fatmawati:
Hasil kultur darah biakan MO dan Resistensi Negatif
- Tgl 18-08-2023 di Rs Fatmawati ;
Hb : 17,2 mg/dl (Normal; 12,7-28,7 mg/dl)
Ht :51,9% (Normal; 42,0-62,0%)
Leukosit : 12,2 ribu/ul (Normal; 5,0-20,- ribu/ul)
Eritrosit RDW-CV : 16,2 % * (Normal; 11,5-14,5 %)
SGOT : 65 U/L * (Normal; <=32 U/L)
SGPT : 16 U/L (Normal <= 33 U/L)
Albumin : 4,18 g/dl (Normal; 3,80-5,40 g/dl)
Ureum Darah : 63,9 mmol/L * (Normal; 16,6-48,5 mmol/L)
Kreatinin Darah : 0,43 mg/dl * (Normal; 0,16-0,39 mg/dl)
Natrium : 130 mmol/L * (Normal; 136-145 mmol/L)
Kalium : 4,9 mmol/L (Normal; 3,5-5,1 mmol/L)
Kalsium : 83 mmol/L * (Normal; 98-107 mmol/L)
Analisa Gas Darah :
PH : 7,47 mmhg *(Normal ; 7,37-7.44)
PCO2 : 59,1 mmhg * (Normal; 35,0-45,0 mmhg)
PO2 : 117,1 mmhg *(Normal; 83,0-108,0 mmhg)
HCO3 : 43,4 mmol/L * (Normal; 21,0-28,0 mmol/L0
O2 Saturasi : 99,6 % * (Normal; 95-99%)
BE (base Excess) ; 19,6 mmol/L * (Normal; -2,5 s/d 2,5 mmol/L)
Total CO2 : 45,2 mmol/L * (Normal 19,0-24,0 mmol/L)
- Tgl 21-08-2023 di RS Fatmawati
Analisa Gas Darah
BE (Base Excess) : 9,3 mmol/L * (Normal; -2,5 s/d 2,5 mmol/L)
Total CO2 : 37,0 mmol/L * (Normal; 19,0-24,0 mmol/L)

5. Therapi Medis
a. Therapi parental pre operasi :
- Ampicilin sulbactam 2x125 mg
- Gentamicin 12,5 mg/36 jam
- Furosemid 2x1,5 mg
b. Therapi parental Post operasi :
- Ampicilin sulbactam 2x125 mg
- Gentamicin 12,5 mg/36 jam
- Furosemid 2x1,5 mg
- Paracetamol 3x40 mg
- Dopamin 10 mcq/KgBB/menit
- Midazolam 2 mcq/KgBB/menit

6. Analisa Data

Analisa Data Pre Operasi

No Data Etiologi Diagnosa


Keperawatan
DP 1 Data Subjektif Hipersekresi jalan Bersihan jalan
Tidak dapat dikaji nafas nafas tidak efektif
Objektif (D.0001)
 Sesak
 Retraksi dada
 Slym encer banyak
(hipersaliva)
 RR 60x/menit
 Haemodinamik belum
stabil 152x/menit (120-
178x/menit)
DP 2 Data Subjektif: Kekurangan intake Risiko Hipovolemi
Tidak dapat dikaji cairan (D.0034)
Data Objektif:
 Nadi 152x/menit
 RR 60x/menit
 SPO2 100%
 Terpasang infus PG2 235
ml, Lipid 20% 40ml,
dextrose 10% 115ml, total
kebutuhan cairan
390ml/24 jam
 Bayi puasa
 Cantumkan balance cairan
(intake-output, BD)
DP 3 Data Subjektif Usia ≤ 2 tahun Risiko Jatuh
Tidak dapat dikaji (D.0143)
Data Objektif
 Usia ≤ 2 tahun
Cantumkan indikator
risiko jatuh (skor humthy
dumpty, terpsg id band,
kancing kuning dan
segitiga risiko jatuh, pintu
inkubator sll terkunci)

Analisa Data Post Operasi

No Data Etiologi Diagnosa


Keperawatan
1. Data Subjektif Kelemahan otot Gangguan Ventilasi
Tidak dapat dikaji pernafasan spontan ((D.0004)
Data Objektif
 Kesadaran dalam
pengaruh obat midazolam
2 mcq/KgBB/menit
 Bayi terpasang ETT no.
3,5cm kedalaman 9 cm
 Bayi terpasang ventilator
dengan pola PCMV RR
60 PiP 20 IT 0,33 FiO2
30% PEEP 5
 HR 161x/menit, RR
45x/menit, SpO2 93%
suhu 360c
 Slym putih encer
 Bayi diposisikan head up
300, lateral dextra, dan
supinasi
 Nilai lab AGD ?
2. Data Subjektif Perubahan Laju Termoregulasi
Tidak dapat dikaji Metabolisme atau tidak efektif
Data Objektif paparan lingk dingin (D.0149)
 Suhu :36 0c
 Bayi terawat dalam
inkubator
 Bayi dalam posisi supine
 Bayi terawat
menggunakan nesting
 Akral teraba dingin
3. Data Subjektif Agen pecedera fisik Nyeri Akut
Tidak dapat dikaji (prosedur operasi) (D.0007)
Data Objektif
 Bayi tampak meringis
(pasien masih terpasang
ETT tdak?)
 NIPS 3
 HR 161x/menit, RR
45x/menit, SpO2 93%
suhu 360c
4. Data Subjektif Kekurangan intake Risiko Hipovolemia
Tidak dapat dikaji cairan (D.0034)
Data Objektif
 HR 161x/menit, RR
45x/menit, SpO2 93%
suhu 360c
 Terpasang infus PG2 235
ml, Lipid 20% 40ml,
dextrose 10% 115ml,
total kebutuhan cairan
390ml/24 jam
 Balance?
 Diuresis?
 Intake
 output
5. Data Subjektif Efek prosedur Risiko Infeksi
Tidak dapat dikaji (D.0142)
invasif
Data Objektif
 Bayi terpasang
gastrostomy dialirkan
produksi ada, warna
hijau pekat
 Luka operasi tertutup
kasaa, rembesan tidak
ada
 Suhu tubuh dalam
rentang normal (S 36oC)
 Nilai lab sbgi indikator
infeksi ?
6. Data Subjektif Usia ≤ 2 tahun Risiko Jatuh
Tidak dapat dikaji (D.0143)
Data Objektif
Usia ≤ 2 tahun
Indikator risiko jatuh
cantumkan ?
1. Intervensi Keperawatan
a. Intervensi Pre Operasi

SDKI SLKI SIKI


Bersihan Jalan Nafas tidak Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Jalan Napas (I.01011)
efektif (D.0001) berhubungan selama 1 x 6 jam, di harapkan bersihan
dengan hipersekresi jalan nafas jalan napas membaik dengan kriteria hasil: Observasi:
1. Produksi sputum menurun 1. Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Wheezing menurun 2. Monitor bunyi napas tambahan (mis. gurgling, mengi, wheezing,
3. Dispnea menurun ronchi kering)
4. Sianosis menurun 3. Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
5. Gelisah menurun Terapeutik:
6. Frekuensi nafas membaik 1. Pertahankan kepatenan jalan napas dengan headtilt dan chin-lift
7. Pola nafas membaik (jawthrust jika curiga trauma servical)
2. Posisikan semi-fowler atau fowler
Catt: kriteria hasil harus disesuaikan 3. Berikan minum hangat
dgn kondisi pasien/kel pasien jgan 4. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
disamakan dengan teori 5. Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
6. Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan endotrakeal
7. Keluarkan sumbatan benda pada dengan forsep McGill
8. Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi:
1. Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada kontraindikasi
2. Ajarkan tehnik batuk efektif
Kolaborasi:
1. Kolaborasi pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
perlu

Pemantauan Respirasi (I.01014)

Observasi:
1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Monitor kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi napas
8. Monitor saturasi oksigen
9. Monitor AGD
10. Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
1. Atur internal pemantau respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi:
1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu
Risiko Hipovolemia (D.0034) Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipovolemia (I.03116)
berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka status cairan
Kekurangan intake cairan membaik, dengan kriteria hasil: dengan Observasi :
kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
1. Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
2. Output urin meningkat turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin
3. Membran mukosa lembab menurun, hematokrit meningkat, haus, lemah)
4. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
5. Tidak ada nafas tambahan Terapeutik :
6. Frekuensi nadi normal 1. Hitung kebutuhan cairan
7. Tekanan darah normal 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
8. Turgor kulit normal 3. Berikan asupan cairan oral
9. Hemoglobin normal Edukasi :
10. Hematokrit normal 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
11. Suhu tubuh normal 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hopotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
Resiko Jatuh (D.0143) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh ((I.14540)
berhubungan dengan Usia ≤ 2 selama 3x24 jam, di harapkan tingkat
tahun jatuh dengan kriteria hasil: Observasi
1. Jatuh dari tempat tidur menurun 1. Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun, penurunan tingkat
2. Jatuh saat berdiri menurun kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan
3. Jatuh saat duduk menurun keseimbangan, gangguan penglihatan, neuropati)
4. Jatuh saat berjalan menurun 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai
dengan kebijakan institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis:
lantai licin, penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis: fall morse
scale, humpty dumpty scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi
terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan
perawat dari nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda, walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil
perawat

Manajemen Kesehatan Lingkungan (I.14513)

Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: kondisi fisik, fungsi
kognitif, dan Riwayat perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan

Terapeutik
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis: fisik, biologi,
kimia), jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis: commode chair
dan pegangan tangan)
4. Gunakan perangkat pelindung (mis: pengekangan fisik, rel
samping, pintu terkunci, pagar)
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis:
puskesmas, polisi, damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
7. Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis: timbal)
Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
b. Intervensi Keperawatan Post Operasi

Gangguan Ventilasi Spontan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Dukungan Ventilasi (I.01002)
(D.0004) berhubungan dengan selama 3x 24 jam, diharapkan ventilasi
Kelemahan otot pernafasan meningkat dengan kritera hasil: Observasi:
1. Volume tidal meningkat 1. Identifikasi adanya kelelahan otot bantu nafas
2. Dyspnea menurun 2. Identifikasi efek perubahan posisi terhadap status pernapasan
3. Penggunaan otot bantu nafas 3. Monitor status respirasi dan oksigenasi (frekuensi dan kedalaman napas,
menurun penggunaan otot bantu napas, bunyi napas tambahan, saturasi oksigen)
4. Pernafasan cuping hidung menurun Terapeutik:
5. Frekuensi nafas membaik (kriteria 1. Pertahankan kepatenan jalan nafas dan penggunan ventilator
brapa?) 2. Berikan oksigenasi sesuai kebutuhan
6. Kedalaman nafas membaik => 3. Fasililitasi mengubah posisi senyaman mungkin
seperti apa Edukasi => pasien bayi apakah mampu ?
1. Ajarkann teknik relaksasi napas dalam
2. Ajarkan mengubah posisi secara mandiri
3. Ajarkan teknik batuk efektif

Pemantauan Respirasi

Observasi
1. Monitor frekuensi ,irama ,kedalaman dan upaya napas
2. Monitor pola napas
3. Kemampuan batuk efektif
4. Monitor adanya produksi sputum
5. Monitor adanya sumbatan sumbatan jalan napas
Terapeutik
1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasi hasil pemantauan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan pemantauan
2. Informasikan hasil pemantuan

Termoregulasi tidak efektif Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi temperatur (I.4578)
(D.0149) berhubungan dengan selama 3x24 jam, diharapkan
perubahan laju metabolisme termoregulasi membaik dengan kriteria Observasi
hasil: 1. Monitor suhu bayi dalam rentang normal
1. Menggigil menurun 2. Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam jika perlu
2. Pucat menurun 3. Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermi atau hipertermi
3. Suhu tubuh membaik =>berapa Terapeutik
4. Suhu kulit membaik=> Seperti apa 1. Pantau alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
2. Pertahankan kelembapan inkubator 50% atau lebih untuk menguragi
kehilangan panas kerena proses evaporasi
3. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan
Nyeri Akut (D.0077) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri (I.08238)
berhubungan dengan Agen selama 3 x 24 jam, di harapkan tingkat Pemantauan Nyeri (I.08242)
Pencederaa Fisik (Prosedur nyeri menurun, kontrok nyeri meningkat Pemberian analgetik (I.08243)
operasi) dengan kriteria hasil: Teknik Distraksi (I.08247)
Tingkat Nyeri (L.08066)
Kontrol Nyeri (L.08063) Observasi
1. Kemamapuan menggunakan teknik 1. Idenfikasi lokasi, frekuesni, durasi,karakterisik, kualitas, intensitas nyeri.
non farmakologis 2. Identifikasi respon nyeri non verbal
2. Dukungan orang teredkat meningkat 3. Monitor efek samping penggunaan analgesik
3. Penggunaan analgetik menurun 4. Monitor tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgetik.
4. Meringis menurun Terapeutik
5. Gelisah mneurun 1. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
6. Pola nafas membaik 2. Fasilitasi istirahan dan tidur
3. Tetapkan target efektifitas analgetik untuk mengoptimalkan respon
Catt: Pasien post op terintubasi apakah pasien.
untuk nyeri bisa dinilai, pasien DPO tdak 4. Dokumentasi respons terhadap efek analgesesik dan efek yang tidak
diinginkan.
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode dan pemicu nyeri.
2. Jelaskan efek terapi dan efek samping obat.

Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Hipovolemia


(D.0034) berhubungan dengan selama 3 x 24 jam, maka status cairan
kekurangan intake cairan membaik, dengan kriteria hasil: dengan Observasi :
kriteria hasil: 1. Periksa tanda dan gejala hipovolemia (mis. frekuensi nadi meningkat,
1. Kekuatan nadi meningkat nadi teraba lemah, tekanan darah menurun, tekanan nadi menyempit,
2. Output urin meningkat turgor kulit menurun, membrane mukosa kering, volume urin menurun,
3. Membran mukosa lembab hematokrit meningkat, haus, lemah)
4. Dispnea menurun 2. Monitor intake dan output cairan
5. Tidak ada nafas tambahan Terapeutik :
6. Frekuensi nadi normal 1. Hitung kebutuhan cairan
7. Tekanan darah normal 2. Berikan posisi modified Trendelenburg
8. Turgor kulit normal 3. Berikan asupan cairan oral
9. Hemoglobin normal Edukasi :
10. Hematokrit normal 1. Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
11. Suhu tubuh normal 2. Anjurkan menghindari perubahan posisi mendadak
Kolaborasi :
1. Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis (mis. NaCl, RL)
2. Kolaborasi pemberian cairan IV hopotonis (mis. glukosa 2,5%, NaCl
0,4%)
3. Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis. albumin, Plasmanate)
4. Kolaborasi pemberian produk darah.
Risiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi (I.02075)
(D.0142) berhubungan dengan selama 3x 24 jam, diharapkan tingkat
efek prosedur invasif infeksi menurun dan status imun Observasi
membaik dengan kriteria hasil: 1. Berikan lingkungan dengan baik
2. Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
Tingkat infeksi (L.14137) & Status 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
imun (L.14133) Terapeutik
1. Kebersihan tangan meningkat 1. Batasi jumlah pengunjung
2. Kebersihan badan meningkat 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kegiatan perawatan pasien
3. Demam menurun 3. Lakukan tindakan yang bersifat universal
4. Kemerahan menurun 4. Jaga lingkungan aseptic saat mengganti tabung dan botol TPN
5. Pastikan penanganan aseptic dari semua saluran intravena
Edukasi
1. Ajarkan cuci tangan bagi tenaga kesehatan
2. Anjurkan pengunjung untuk mencuci tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
Resiko Jatuh (D.0143) Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan Jatuh ((I.14540)
berhubungan dengan ≤ 2 tahun selama 3 x 24 jam, di harapkan
(pada anak) tingkat jatuh dengan kriteria hasil: Observasi
1. Jatuh dari tempat tidur menurun 1. Identifikasi faktor jatuh (mis: usia > 65 tahun, penurunan tingkat
2. Jatuh saat berdiri menurun kesadaran, defisit kognitif, hipotensi ortostatik, gangguan keseimbangan,
3. Jatuh saat duduk menurun gangguan penglihatan, neuropati)
4. Jatuh saat berjalan menurun 2. Identifikasi risiko jatuh setidaknya sekali setiap shift atau sesuai dengan
kebijakan institusi
3. Identifikasi faktor lingkungan yang meningkatkan risiko jatuh (mis: lantai
licin, penerangan kurang)
4. Hitung risiko jatuh dengan menggunakan skala (mis: fall morse scale,
humpty dumpty scale), jika perlu
5. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi roda dan
sebaliknya
Terapeutik
1. Orientasikan ruangan pada pasien dan keluarga
2. Pastikan roda tempat tidur dan kursi roda selalu dalam kondisi terkunci
3. Pasang handrail tempat tidur
4. Atur tempat tidur mekanis pada posisi terendah
5. Tempatkan pasien berisiko tinggi jatuh dekat dengan pantauan perawat
dari nurse station
6. Gunakan alat bantu berjalan (mis: kursi roda, walker)
7. Dekatkan bel pemanggil dalam jangkauan pasien
Edukasi
1. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan bantuan untuk
berpindah
2. Anjurkan menggunakan alas kaki yang tidak licin
3. Anjurkan berkonsentrasi untuk menjaga keseimbangan tubuh
4. Anjurkan melebarkan jarak kedua kaki untuk meningkatkan
keseimbangan saat berdiri
5. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil perawat

Manajemen Kesehatan Lingkungan (I.14513)

Observasi
1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (mis: kondisi fisik, fungsi kognitif,
dan Riwayat perilaku)
2. Monitor perubahan status keselamatan lingkungan
Terapeutik
1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan (mis: fisik, biologi, kimia),
jika memungkinkan
2. Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bahaya dan risiko
3. Sediakan alat bantu keamanan lingkungan (mis: commode chair dan
pegangan tangan)
4. Gunakan perangkat pelindung (mis: pengekangan fisik, rel samping,
pintu terkunci, pagar)
5. Hubungi pihak berwenang sesuai masalah komunitas (mis: puskesmas,
polisi, damkar)
6. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
7. Lakukan program skrining bahaya lingkungan (mis: timbal)
Edukasi
1. Ajarkan individu, keluarga, dan kelompok risiko tinggi bahaya
lingkungan
2. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
a. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan Pre Operasi

No Dx Kep Tanggal Implementasi Evaluasi TTD


1 Bersihan jalan 20/8/2023 1. Memonitor pola nafas, bunyi nafas S: tidak dapat dikaji
nafas tidak Jam 13:00 tambahan, irama nafas, dan saturasi O:
efektif b.d oksigen - Kesadaran compos mentis
atresia 2. Memposisikan bayi semi fowler - Jalan nafas slym putih encer banyak ( hipersaliva )
esofagus 3. Memonitor sputum - Respirasi dengan NIPPV RR 60, PIP 20, IT 0,33, FiO2
(D.0001) 4. Melakukan penghisapan lendir kurang 35%, PEEP 5.
dari 15 detik - Sesak ada
5. Mempertahankan pemberian alat bantu - nafas cuping hidung tidak ada,
NIV - retraksi dada ada
- HR 152 x/menit, RR 60x/menit, Sp02 100 %,
- Ada suara nafas tambahan tidak (ronchi/wheezing)
A: Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi sebagian
P: Manajemen jalan nafas (I.01011)
Pemantauan respirasi ( I.01014)
2 Resiko 20/8/2023 1. Memonitor BB S: Tidak dapat dikaji
Hipovolemia Jam 14:00 2. Memonitor tanda- tanda vital O:
berhubungan 3. Memonitor intake dan output - Bayi puasa
dengan 4. Memonitor waktu pengisian kapiler - HR 152 x/menit, RR 60x/menit, Sp02 100 %, Suhu 36.5oC,
kekurangan 5. Memonitor hasil pemeriksaan - Bayi terpasang infus longline divena femur dextra dengan
intake cairan Laboratorium cairan PG2 235 ml, Lipid 40 ml, dextrose 10% 115 ml, total
(D.0034) 6. Mengkolaborasikan dengan dokter kebutuhan cairan 390 ml/24 jam
mengenai pemberian nutrisi parenteral - Terpasang OGT di alirkan
- CRP < 3 detik
- Intake, output?
- Balance?
- Diuresis?
- turgor
A: Resiko Hipovolemia
P : Manajemen Hipovolemik (I.03116)
3 Resiko Jatuh 20/8/2023 1. Megidentifikasi faktor resiko jatuh S: Tidak dapat dikaji
b.d usia ≤ 2 Jam 14:00 2. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang O:
tahun meningkatkan risiko jatuh - Bayi terpasang ID band, kancing kuning dan segitiga resiko
(D.0143) 3. Menghitung risiko jatuh dengan jatuh
menggunakan skala humpty dumpty tiap - Bayi dirawat dalam inkubator tertutup dan pintu inkubator
shift selalu terkunci
4. Mengatur tempat tidur mekanis pada - Skor resiko jatuh 17
posisi terendah (mengunci jendela A: Resiko Jatuh teratasi sebagian
incubator) P: Pencegahan Jatuh (I. 14540)

b. Implemetasi dan Evaluasi Keperawatan Post Operasi

TGL
NO DX KEP IMPLEMENTASI RESPON TTD
/JAM
1. Gangguan 21/08/2023 1. Memonitor status respirasi dan S : Tidak dapat dikaji
Ventilasi Jam 18:00 oksigenasi (frekuensi dan kedalaman O:
Spontan nafas, penggunaan otot bantu nafas, - Kesadaran dalam pengaruh obat midazolam 2
berhubungan bunyi nafas tambahan, saturasi oksigen, mcq/KgBB/menit
dengan suara nafas) - Bayi terpasang ETT no. 3,5cm kedalaman 9 cm
kelemahan 2. Memonitor adanya sumbatan nafas - Bayi terpasang ventilator dengan pola PCMV RR 60 PiP 20
otot 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas IT 0,33 FiO2 30% PEEP 5
pernapasan 4. Memposisikan semi fowler atau fowler - HR 161x/menit, RR 45x/meit, SpO2 93% suhu 36 0c
(D.0004) 5. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan - Slym putih encer
6. Melakukan penghisapan lendir kurang - Bayi diposisikan head up 300 , lateral dextra, dan supinasi
dari 15 detik jika diperlukan - Nilai lab (AGD)?
A : Gangguan Ventilasi Spontan
P : Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01012)

2. Termoregulasi 21/08/2023 1. Memonitor suhu tubuh S : Tidak dapat dikaji


tidak efektif Jam 18:00 2. Mengidentifikasi penyebab hipotermia O:
berhubungan 3. Menggunakan dan mengatur suhu - Suhu : 360c
dengan inkubator - Bayi terawat dalam inkubator
perubahan laju 4. Melakukan penghangatan pasif - Bayi dalam posisi supine
metabolisme - Bayi terawat menggunakan nesting
(D. 0149) - Akral teraba dingin
- CRT < 3 detik
A : Termorgulasi teratasi
P:
3. Nyeri Akut 21/08/2023 1. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal S : Tidak dapat dikaji
berhubungan Jam 18:00 2. Memonitor efek samping penggunaan O:
dengan agen analgetic - Bayi tampak meringis
pecedera fisik 3. Memonitor tanda vital sebelum dan - NIPS 3
(prosedur sesudah pemberian analgetic - HR 161x/menit, RR 45x/menit, SpO2 93% suhu 36 0c
operasi) 4. Memonitor efektifitas analgetic A : Nyeri Akut
(D.0077) 5. Memberikan Teknik non farmakologis P : Manajemen Nyeri (I.08238),
untuk mengurangi rasa nyari Pemberian analgetic (I.08243)
6. Memfasilitasi istirahat tidur
4. Resiko 21/08/2023 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Tidak dapat dikaji
Hipovolemia Jam 18:00 2. Memonitor intake dan output O:
berhubungan 3. Memonitor waktu pengisian kapiler - Bayi dipuasakan
dengan 4. Memonitor hasil pemeriksaan lab - HR 161x/menit, RR 45x/meit, SpO2 93% suhu 36 0c
kekurangan 5. Mengkolaborasikan dengan dokter - Bayi terpasang infus longline divena femur dextra dengan
intake cairan mengenai pemberian nutrisi parenteral cairan PG2 235 ml, Lipid 20% 40ml, dextrose 10% 115ml,
(D.0034) total kebutuhan cairan 390ml/24 jam
- Balance cairan +68,4ml, diuresis 1,2ml
- CRP < 3 detik
A : Resiko Hipovolemia
P : Manajemen Hipovolemik (I.03116)
5. Resiko Infeksi 21/08/2023 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi S : Tidak dapat dikaji
berhubungan Jam 18:00 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah O:
dengan efek kegiatan perawatan pasien
prosedur 3. Membersihkan inkubator setaip shift - Bayi terpasang gastrostomy dialirkan produksi ada, warna
invasif 4. Mengajarkan cara cuci tangan yang tepat hjau pekat
(D.0142) pada pengunjung - Luka operasi tertutup kasaa, rembesan tidak ada
5. Melakukan perawatan luka per 3 hari - Suhu tubuh dalam rentang normal (S 360c)
- Nilai lab (leukosit, crp)
A : Resiko infeksi teratasi sebagian
P : Pencegahan infeksi (I.02075
Perawatan area insisi (I.02076)
6. Resiko jatuh 21/08/2023 1. Megidentifikasi fektor resiko jatuh S : Tidak dapat dikaji
berhubungan Jam 18:00 2. Mengidentifikasi resiko jatuh setidaknya O:
dengan anak ≤ sekali setaip shift - Bayi terpasang ID band, kancing kuning dan segitiga resiko
2 tahun 3. Menghitung resiko jatuh jatuh
(D.0032) 4. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang - Bayi dirawat dalam inkubator tertutup dan pintu inkubator
meningkatkan resiko jatuh selalu terkunci
5. Memodifikasi lingkungan untuk - Skor resiko jatuh 17
meminimalkan bahaya dan resiko A : Resiko jatuh
P : Pencegahan Jatuh (I.14540)
7. Gangguan 22/08/2023 1. Memonitor status respirasi dan S : Tidak dapat dikaji
Ventilasi Jam 14:00 oksigenasi (frekuensi dan kedalaman O:
Spontan nafas, penggunaan otot bantu nafas, - Bayi terpasang ETT no. 3,5cm kedalaman 9 cm
berhubungan bunyi nafas tambahan, saturasi oksigen, - Bayi terpasang ventilator dengan pola PCMV RR 60 PiP 20
dengan suara nafas) IT 0,33 FiO2 50% PEEP 5
kelemahan 2. Memonitor adanya sumbatan nafas - Slym putih kental
otot 3. Mempertahankan kepatenan jalan nafas - Bayi diposisikan head up 300 , lateral dextra, dan supinasi
pernapasan 4. Memposisikan semi fowler atau fowler A : Gangguan Ventilasi Spontan
(D.0004) 5. Memberikan oksigen sesuai kebutuhan P : Manajemen Ventilasi Mekanik (I.01012)
6. Melakukan penghisapan lendir kurang
dari 15 detik jika diperlukan
8. Nyeri Akut 22/08/2023 1. Mengidentifikasi respon nyeri non verbal S : Tidak dapat dikaji
berhubungan Jam 14:00 2. Memonitor efek samping penggunaan O:
dengan agen analgetic - Bayi tampak meringis
pecedera fisik 3. Memonitor tanda vital sebelum dan
(prosedur sesudah pemberian analgetic - NIPS 3
operasi) 4. Memonitor efektifitas analgetic - HR 151x/menit, RR 58x/menit, SpO2 99% suhu 36.5 0c
(D.0077) 5. Memberikan Teknik non farmakologis A : Nyeri Akut
untuk mengurangi rasa nyari P : Manajemen Nyeri (I.08238),
6. Memfasilitasi istirahat tidur Pemberian analgetic (I.08243)
7. Melakukan kolaborasi pemberian
analgetik
9. Risiko 22/08/2023 1. Memonitor tanda-tanda vital S : Tidak dapat dikaji
Hipovolemia Jam 14:00 2. Memonitor intake dan output tiap? O:
berhubungan 3. Memonitor waktu pengisian kapiler - Bayi dipuasakan
dengan 4. Memonitor hasil pemeriksaan lab - HR 151x/menit, RR 58x/meit, SpO2 99% suhu 36.5 0c
kekurangan 5. Mengkolaborasikan dengan dokter - Bayi terpasang infus longline divena femur dextra dengan
intake cairan mengenai pemberian nutrisi parenteral cairan PG2 235 ml, Lipid 20% 40ml, dextrose 10% 115ml,
(D.0034) total kebutuhan cairan 390ml/24 jam
- Intake 97,8ml, output 71ml
- Balance?
- Diuresis ?
- Nilai lab (hematokrit, elektrolit)
- CRP < 3 detik
A : Risiko Hipovolemia
P : Manajemen Hipovolemik (I.03116)
11. Risiko Infeksi 22/08/2023 1. Memonitor tanda dan gejala infeksi S : Tidak dapat dikaji
berhubungan Jam 14:00 2. Mencuci tangan sebelum dan sesudah O:
dengan efek kegiatan perawatan pasien - Bayi terpasang gastrostomy dialirkan produksi ada, warna
prosedur 3. Membersihkan inkubator setaip shift hjau pekat
infasif 4. Mengajarkan cara cuci tangan yang tepat - Luka operasi tertutup kasaa, rembesan tidak ada
(D.0142) pada pengunjung - Suhu tubuh dalam rentang normal ( S 36,50c)
5. Melakukan perawatan luka per 3 hari A : Risiko infeksi teratasi sebagian
P : Pencegahan infeksi (I.02075)
Perawatan area insisi (I.02076)
12. Risiko jatuh 22/08/2023 1. Megidentifikasi faktor resiko jatuh S : Tidak dapat dikaji
berhubungan Jam 14:00 2. Mengidentifikasi resiko jatuh setidaknya O:
dengan anak ≤ sekali setaip shift - Bayi terpasang ID band, kancing kuning dan segitiga resiko
2 tahun 3. Menghitung resiko jatuh tiap shift jatuh
(D.0032) 4. Mengidentifikasi faktor lingkungan yang - Bayi dirawat dalam inkubator tertutup dan pintu inkubator
meningkatkan resiko jatuh selalu terkunci
5. Memodifikasi lingkungan untuk - Skor resiko jatuh 17
meminimalkan bahaya dan resiko A : Risiko jatuh
P : Pencegahan Jatuh (I.14540)
DAFTAR PUSTAKA

Fardy, Carolibe, dkk. 2018. “Prenatal detection of esophageal atresia: A


systematic review and meta‐analysis.”
Putri, Arieta Dwi, dkk. 2021. “Makalah keperawatan anak atresia esofagus.”
SDKI. 2019. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI. I. II. Jakarta
Selatan.
SIKI. 2019. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). I. II. Jakarta
Selatan.
SLKI. 2019. Standar Iuran Keperawatan Indonesia (SLKI). I. II. Jakarta Selatan.
Syahputra et all, S. e. (2017). FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
LUARAN PENANGANAN ATRESIA ESOPHAGUS. Jurnal Kedokteran
Syiah Kuala.
Arifin, F. (2022). Anesthesia Management Patient with Esophageal
Atresia/Tracheoesophageal.
Rifky et all (2019). Interposisi Colon Retrosternal dan Esofagoplasty Pada. Jurnal
Kesehatan Andalas.
Sari et all (2020). PENATALAKSANAAN PERIOPERATIF ATRESIA
ESOFAGUS. JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI.

Anda mungkin juga menyukai