Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI

PADA PASIEN Ny. S DENGAN DIAGNOASA CA MAMMAE SINISTRA


DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI MASTEKTOMY DENGAN GENERAL ANESTESI
DI IBS RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO
Tugas ini disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Praktik Klinik
Asuhan Kepenataan Anestesi Penyulit

Disusun Oleh :
Suci Arum Sari (1911604051)

Fatimah (1911604068)

Aprimansah (1911604109)
Rahma Nazifah Afriadi (1911604095)

PROGRAM STUDI KEPENATAAN ANESTESIOLOGI


PROGRAM SARJANA TERAPAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022
LEMBAR PENGESAHAN
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI PADA PASIEN Ny. S
DENGAN DIAGNOASA CA MAMMAE SINISTRA
DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI MASTEKTOMY DENGAN GENERAL ANESTESI
DI IBS RS PKU MUHAMMADIYAH WONOSOBO

PADA TANGGAL 13 DESEMBER 2022

Laporan ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata


Kuliah Praktik Klinik Asuhan Kepenataan
Anestesi Pre-Intra Post

OLEH :
Suci Arum Sari (1911604051)

Fatimah (1911604068)

Aprimansah (1911604109)
Rahma Nazifah Afriadi (1911604095)

Telah diperiksa dan disetujui tanggal

Mengetahui,

Pembimbing Lapangan Pembimbing Akademik

(…………..……………..) (…………………………….)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Anestesi umum atau general anestesi merupakan tindakan meniadakan nyeri secara
sentral disertai hilangnya kesadaran yang dapat pulih kembali (reversible). Anestesi umum
menyebabkan mati rasa karena obat ini masuk ke jaringan otak dengan tekanan setempat
yang tinggi. Anestesi umum disebut juga sebagai narkose atau bius.
General anestesi atau anestesi umum bertujuan untuk menghilangkan nyeri, membuat
tidak sadar, dan menyebabkan amnesia yang bersifat reversible dan dapat diprediksi. Tiga
pilar anestesi umum meliputi hipnotik atau sedatif, yaitu membuat pasien tertidur atau
mengantuk/ tenang, analgesia atau tidak merasa sakit, rileksasi otot, yaitu kelumpuhan otot
skelet, dan stabilitas otonom antara saraf simpatis dan parasimpatis (Pramono, 2015).
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah momok pembunuh
kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim. Kanker payudara terjadi karena
terganggunya system pertumbuhan di dalam jaringan payudara. Carcinoma mammae
merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel abnormal timbul
dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe dan pembuluh darah.
(Nurarif & Kusuma, 2015)
Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak, massa
lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala carcinoma kadang tak nyeri,
kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritemme, mengeras asimetik,
inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
(Nurarif & Kusuma, 2015).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam laporan
ini adalah “bagaimana konsep dasar dan gambaran Asuhan Keperawatan pada Ny. S
dengan diagnosa Ca Mammae Sinistra di IBS RS PKU Muhammadiyah Bantul?”

C. Tujuan Penulisan
a. Tujuan Umum
i. Mahasiswa mampu menggambarkan konsep dasar asuhan keperawatan tentang Ca
mammae
ii. Mahasiswa mampu mengimplementasikan konsep dasar asuhan keperawatan
tentang Ca mammae
b. Tujuan Khusus
i. Mahasiswa mampu mengimplementasikan tentang konsep dasar asuhan
keperawatan Ca mammae meliputi : pengertian, etiologi, patofisiologi,
manifestasi klinis, pemeriksaan diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan
keperawatan, pathways.
ii. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang data hasil pengkajian pada pasien
dengan Ca mammae
iii. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang diagnosa keperawatan pada pasien
dengan Ca mammae
iv. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang intervensi keperawatan pada
pasien dengan Ca mammae
v. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang implementasi pada pasien dengan
Ca mammae
vi. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang evaluasi pada pasien dengan Ca
mammae
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Teori Penyakit


1. Definisi
Kanker adalah kondisi kelainan pada jaringan organ tubuh berupa tumbuhnya sel-sel
abnormal secara cepat, dan akhirnya mengganggu kinerja sel-sel normal. Sel yang
mengalami abnormalitas ini bisa jadi sel organ dalam, sel jaringan otot, sel tulang, sel otak,
bahkan sel darah. Tidak ada satu sel pun di dalam tubuh yang tidak memiliki kemungkinan
terserang kanker. Bahkan yang lebih mengerikan sel yang sudah mengalami
penyimpangan atau disebut sel kanker, dapat berpindah tempat mengikuti aliran darah dan
cairan limfa. Sehingga banyak kasus kanker yang menyerang di berbagai tempat di tubuh
manusia, bahkan berpindah tempat dalam waktu singkat.
Kanker payudara atau istilah medisnya Carsinoma Mammae adalah momok
pembunuh kedua bagi kaum wanita Indonesia setelah kanker rahim. Kanker payudara
terjadi karena terganggunya system pertumbuhan di dalam jaringan payudara. Carcinoma
mammae merupakan gangguan dalam pertumbuhan sel normal mammae dimana sel
abnormal timbul dari sel-sel normal, berkembang biak dan menginfiltrasi jaringan limfe
dan pembuluh darah. (Nurarif & Kusuma, 2015) Masalah Kanker merupakan salah satu
penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan kematian pada manusia. Saat ini
kanker menempati peringkat kedua penyebab kematian setelah penyakit jantung. Data
World Health Organization (WHO) yang diterbitkan pada 2010 menyebutkan bahwa
kanker merupakan penyebab kematian nomor 2 (dua) setelah penyakit kardiovaskuler
(Depkes, 2012). Pada tahun 2008 di Amerika terdapat 178.000 orang mengidap kanker
payudara Menurut WHO, kanker payudara merupakan kanker yang paling sering terjadi
pada wanita, 10% dari semua wanita di dunia menderita kanker payudara dalam hidupnya.
Prevalensi kanker payudara meningkat seimbang dengan kenaikan usia, sebanyak 400
kasus baru dari 100.000 kasus setiap tahun terjadi Menurut data statistik informasi rumah
sakit ( SIRS ) kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2007 , kanker
payudara adalah kanker terbanyak yang diderita wanita indonesia dengan angka kejadian
26 per 100.000wanita , disusul dengan kanker servik dengan angka kejadian 16 pr 100.000
wanita , dan kanker payudara menepati urutan pertama jumlah pasien rawat inap diseluruh
rumah sakit diIndonesia ( 16,85%) , dissusul dengan kanker servik ( 11,78 %) .
2. Etiologi
Gejala permulaan kanker payudara sering tidak disadarai atau dirasakan dengan jelas
oleh penderita sehingga banyak penderita yang berobat dalam keadaan lanjut . hal ini lah
yang menyebabkan tinggi nya angka kematian kanker tersebut . padahal , pada satdium
dini kematian akibat kanker masih dapat dicegah . kanker pda dasarnya berkembang sangat
kambat , namun efek atau gejala yang bisa dirasakan atau dilihat dari pengidapnya baru
muncul setelah ia mengalami perkembangan cukup luas dan tidak bisa dihentikan secara
sederhana . umur penderita termuda adalah 20-29 tahun , yang tertua 80-89 tahun , dan
yang terbanyak berumur 40-49 tahun yakni 130 kasus.
Kemajuan dalam bidang terapi dan diagnostik memberikan dampak dalam
penemuan dini terhadap penyakit kanker terutama kanker payudara . namun yang paling
penting dari semua kemajuan teknologi yang ada adalah bagaimana seorang wanita
mampu menyadari adanya perubahan awal dari organ tubuhnya sehingga kanker payudara
dapat diindetifikasi sejak dini sebelum memasuki stadium lanjut.
Factor-faktor risiko timbulnya Ca Mammae menurut Brunner & Sudarth, 2015 :
1. Riwayat pribadi tentang kanker payudara. Risiko mengalami kanker payudara
sebelahnya meningkat hampir 1% setiap tahun.
2. Anak perempuan atau saudara perempuan (hubungan keluarga langsung) dari wanita
dengan kanker payudara. Risikonya meningkat dua kali jika ibunya terkena kanker
sebelum berusia 60 tahun, risiko meningkat 4 sampai 6 kali jika kanker payudara
terjadi pada dua orang saudara langsung.
3. Menarke dini. Risiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami
menstruasi sebelum usia 12 tahun.
4. Nulipara dan usia maternal lanjut saat kelahiran anak pertama. Wanita yang
mempunyai anak pertama setelah usia 30 tahun mempunyai risiko dua kali lipat untuk
mengalami kanker payudara dibanding dengan wanita yang mempunyai anak pertama
mereka pada usia 20 tahun
5. Menopause pada usia lanjut. Menopause setelah usia 50 tahun meningkatkan risiko
untuk mengalami kanker payudara. Dalam perbandingan, wanita yang telah menjalani
ooferoktomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai risiko sepertiganya.
6. Riwayat penyakit payudara jinak. Wanita yang mempunyai tumor payudara disertai
perubahan epitel proliferative mempunyai risiko dua kali lipat untuk mengalami
kanker payudara, wanita dengan hyperplasia tipikal mempunyai risiko empat kali lipat
untuk mengalami penyakit ini.
7. Pemajanan terhadap radiasi ionisasi setelah masa pubertas dan sebelum usia 30 tahun
berisiko hampir dua kali lipat.
8. Obesitas-risiko terendah diantara wanita pascamenopause. Bagaimanapun, wanita
gemuk yang didiaganosa penyakit ini mempunyai angka kematian lebih tinggi yang
paling sering berhubungan dengan diagnosis yang lambat.
9. Kontrasepsi oral. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral berisiko tinggi untuk
mengalami kanker payudara. Bagaimanapun, risiko tinggi ini menurun dengan cepat
setelah penghentian medikasi.
10. Terapi penggantian hormone. Wanita yang berusia lebih tua yang menggunakan
estrogen suplemen dan menggunakannya untuk jangka panjang (lebih dari 10 sampai
15 tahun) dapat mengalami peningkatan risiko. Sementara penambahan progesterone
terhadap penggantian estrogen meningkatkan insidens kanker endometrium, hal ini
tidak menurunkan kanker payudara.
11. Masukan alkohol. Sedikit peningkatan risiko ditemukan pada wanita yang
mengonsumsi bahkan dengan hanya sekali minum dalam sehari. Di Negara dimana
minuman anggur dikonsumsi secara teratur misal Prancis dan Itali, angkanya sedikit
lebih tinggi. Beberapa temuan riset menunjukkan bahwa wanita muda yang minum
alkohol lebih rentan untuk mengalami kanker payudara pada tahun-tahun terakhirnya.
Beberapa factor risiko seperti usia dan ras, tidak dapat diganggu gugat. Namun,
beberapa risiko dapat dimodifikasi khususnya yang berkaitan dengan lingkungan dan
perilaku. Seperti kebiasaan merokok, minum alkohol dan pengaturan pola makan.
Risiko seorang wanita menderita kanker payudara dapat berubah seiring dengan waktu
(Astrid Savitri, dkk.,2015).
3. Anatomi Fisiologi Ca Mammae
Jaringan payudara terentang dari sekitar iga kedua sampai keenam. Perluasan
kauda ( ekor ) jaringan ke dalam aksila dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada masa
lemak dan nifas dini saat jaringan tersebut membengkak. Konstituen utama payudara
adalah sel kelenjar disertai duktus terkait serta jaringan lemak dan jaringan ikat dalam
jumlah bervariasi. Payudara dibagi menjadi bagian atau lobus oleh septum fibrosa,yang
berjalan dari belakang putting payudara kearah otot pektoralis. Septum ini penting untuk
melokalisasi infeksi, yang sering terlihat sebagai meradang di permukaan payudara
Secara anatomi fisologi payudara terdiri dari alveolusi, duktus laktiferus, sinus laktiferus,
ampulla, pori pailla, dan tepi alveolan. Pengaliran limfa dari payudara kurang lebih 75%
ke aksila. Sebagian lagi ke kelenjar parasternal terutama dari bagian yang sentral dan
medial dan ada pula pengaliran yang ke kelenjar interpektoralis.setiap payudara terdiri dari
15-20 lobulus dari jaringan kelenjar. Jumlah lobulus tidak berhubungan dengan ukuran
payudara. Setiap lobulus terbuat dari ribuan kelenjar kecil yang disebut alveoli. Kelenjar
ini bersama-sama membentuk sejumlah gumpalan,mirip buah anggur yang merambat.
Alveoli (alveoli dan acinus singular) menghasilkan susu dan subtansi lainnya selama
menyusui . Setiap bola memberikan makanan ke dalam pembuluh darah tunggal
lactiferous yang mengalirkannya keluar melalui putting susu. Sebagai hasilnya terdapat 15-
20 saluran putting susu, mengakibatkan banyak lubang pada putting susu. Di belakang
putting susu pembuluh lactiferous agak membesar sampai membentuk penyimpangan kecil
yang di sebut lubang- lubang lactiferous (lactiferous sinuses). Lemak dan jaringan
penghubung mengelingi bola- bola jaringan kelenjar.

Sejumlah jaringan lemak tergantung pada banyaknya faktor termasuk usia,persentase


lemak tubuh, dan keturunan. Sendi tulang cooper menghubungkan dinding dada pada kulit
payudara dan memberikan bentuk payudara dan keelatisannya.
4. Fisiologi Ca Mamae
Payudara mengalami tiga perubahan yang dipengaruhi hormon. Perubahan pertama
ialah mulai dari masa hidup anak melalui masa pubertas, masa fertilitas, sampai ke
klimakterium dan menopause. Sejak pubertas pengaruh ekstrogen dan progesteron yang
diproduksi ovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus berkembang dan
timbulnya asinus. Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur menstruasi.
Sekitar hari kedelapan menstruasi payudara jadi lebih besar dan pada beberapa hari sebelum
menstruasi berikutnya terjadi pembesaran maksimal. Kadang-kadang timbul benjolan yang
nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari menjelang menstruasi payudara menjadi tegang
dan nyeri sehingga pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu pemeriksaan foto mammogram tidak berguna karena kontras kelenjar terlalu
besar. Begitu menstruasi mulai semuanya berkurang. Perubahan ketiga terjadi waktu hamil
dan menyusui. Pada kehamilan payudara menjadi besar karena epitel duktus lobul dan
duktus alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru. Sekresi hormon prolaktin dari
hipofisis anterior memicu laktasi. Air susu diproduksi oleh sel-sel alveolus, mengisi asinus,
kemudian dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
5. Patofisiologi Ca Mamae
Tumor atau neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan ciri
proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh jaringan
sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan normal
dengan menginfiltrasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak sebar ke organ-
organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara biokimia terutama
dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel yang mengalami
transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas di antara sel normal
(Wijaya dan Putri, 2013).

Sel kanker dapat menyebar melalui aliran pembuluh darah dan permeabilitas kapiler
akan terganggu sehingga sel kanker dapat berkembang pada jaringan kulit. Sel kanker
tersebut akan terus menginfiltrasi jaringan kulit, menghambat dan merusak pembuluh darah
kapiler yang mensuplai darah ke jaringan kulit. Akibatnya jaringan dan lapisan kulit akan
mati (nekrosis) kemudian timbul luka kanker. Jaringan nekrosis merupakan media yang
baik untuk pertumbuhan bakteri, baik bakteri aerob atau anaerob. Bakteri tersebut akan
menginfeksi dasar luka kanker sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap. Selain itu, sel
kanker dan proses infeksi itu sendiri akan merusak permeabilitas kapiler kemudian
menimbulkan cairan luka (eksudat) yang banyak. Cairan yang banyak dapat menimbulkan
iritasi sekitar luka dan juga gatal-gatal. Pada jaringan yang rusak dan terjadi infeksi akan
merangsang pengeluaran reseptor nyeri sebagai respon tubuh secara fisiologis, akibatnya
timbul gejala nyeri yang hebat. Sel kanker itu sendiri juga merupakan sel imatur yang
bersifat rapuh dan merusak pembuluh darah kapiler yang menyebabkan mudah pendarahan.
Adanya luka kanker, bau yang tidak sedap dan cairan yang banyak keluar akan
menyebabkan masalah psikologis pada pasien. Akhirnya, pasien cenderung merasa rendah
diri, mudah marah atau tersinggung, menarik dini dan membatasi kegiatannya. Hal tersebut
yang akan menurunkan kualitas hidup pasien kanker (Astuti, 2013).

6. Manifestasi Klinis Ca Mamae


Tanda Ca Mammae kini mempunyai ciri fisik yang khas, mirip pada tumor jinak,
massa lunak, batas tegas, mobile, bentuk bulat dan elips. Gejala carcinoma kadang tak
nyeri, kadang nyeri, adanya keluaran dari puting susu, puting eritemme, mengeras asimetik,
inversi, gejala lain nyeri tulang, berat badan turun dapat sebagai petunjuk adanya metastase.
(Nurarif & Kusuma, 2015).
Beberapa gejala kanker payudara yang dapat terasa dan terlihat cukup jelas menurut Astrid
Savitri, dkk. (2015) antara lain :
1. Munculnya benjolan pada payudara Benjolan di payudara atau ketiak yang muncul
setelah siklus menstruasi seringkali menjadi gejala awal kanker payudara yang paling
jelas. Benjolan yang berhubungan dengan kanker payudara biasanya tidak
menimbulkan rasa sakit, meskipun kadang-kadang dapat menyebabkan sensasi tajam
pada beberapa penderita.
2. Munculnya benjolan di ketiak (aksila) Kadang-kadang benjolan kecil dan keras muncul
di ketiak dan bisa menjadi tanda bahwa kanker payudara telah menyebar hingga
kelenjar getah bening. Benjolan ini terasa lunak, tetapi seringkali terasa menyakitkan
dan nyeri.
3. Perubahan bentuk dan ukuran payudara Bentuk dan ukuran salah satu payudara
mungkin terlihat berubah. Bisa lebih kecil atau lebih besar daripada payudara
sebelahnya. Bisa juga terlihat turun
4. Keluarnya cairan dari puting (Nipple Discharge) Jika puting susu ditekan, secara umum
tubuh bereaksi dengan mengeluarkan cairan. Namun, apabila cairan keluar tanpa
menekan putting susu, terjadi hanya pada salah satu payudara disertai darah atau nanah
berwarna kuning sampai kehijauan, mungkin itu merupakan tanda kanker payudara.
5. Perubahan pada puting susu Puting susu terasa seperti terbakar, gatal dan muncul luka
yang sulit/lama sembuh. Selain itu puting terlihat tertarik masuk ke dalam (retraksi),
berubah bentuk atau posisi, memerah atau berkerak. Kerak, bisul atau sisik pada puting
susu mungkin merupakan tanda dari beberapa jenis kanker payudara yang jarang
terjadi.
6. Kulit payudara berkerut Muncul kerutan-kerutan seperti jeruk purut pada kulit
payudara. Selain itu kulit payudara terlihat memerah dan terasa panas.
7. Tanda-tanda kanker telah menyebar Pada stadium lanjut bisa timbul tanda-tanda dan
gejala yang menunjukkan bahwa kanker telah tumbuh membesar atau menyebar ke
bagian lain dari tubuh lainnya. Tanda-tanda yang muncul seperti nyeri tulang,
pembengkakan lengan atau luka pada kulit, penumpukan cairan disekitar paru-paru
(efusi pleura), mual, kehilangan nafsu makan, penurunan berat badan, penyakit kuning,
sesak napas, atau penglihatan ganda.
7. Komplikasi Ca Mamae
Menurut Sjamsuhidayat ( 2004 ), komplikasi kanker payudara adalah :
 Gangguan Neurovaskuler
 Metastasis : otak, paru, hati, tulang tengkorak, vertebra, iga, tulang
panjang.
 Fraktur patologi
 Fibrosis payudara
 Kematian
8. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan kanker payudara adalah
1. Pengobatan lokal kanker payudara Tujuan utama terapi lokal adalah menyingkirkan
adanya kanker lokal:
a. Mastektomi radiasi yang modifikasi
b. Bedah dengan menyelamatkan payudara, adalah : mastektomi, limfektomi
(pengangkatan jaringan kanker dan sejumlah kecil jaringan sekitarnya dengan kulit
lapisan atas tetap di tempatnya)
1) Mastektomi Mastektomi merupakan pengangkatan ke seluruh tubuh payudara dan
beberapa nodus limfe Tujuannya : untuk menghilangkan tumor payudara dengan
membuang payudara dan jaringan yang mendasari.
2) Terapi radiasi Terapi radiasi Biasanya di lakukan sel infuse massa tumor untuk
mengurangi kecenderungan kambuh dan menyingkirkan kanker resudial
3) Rekontruksi / pembedahan Rekontruksi/ pembedahan ini dilakukan tindakan
pembedahan tergantung pada stadium 1 dan 11 lakukan mastektomi radikal, bila ada
metastasis dilanjutkan dengan radiasi regional dan kemoterapi ajuvan. Dapat juga
dilakukan mastektomi simplek yang harus di ikuti radisi tumor bed.Untuk setiap tumor
yang terletak pada kuadran sentral
4) Terapi Hormonal Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menekan sekresi hormon
esterogen
5) Tranplantasi sumsum tulang Tranplantasi sumsung tulang pada tahap ini prosedur yang
di lakukan adalah pengangkatan sumsum tulang dan memberikan kemoterapi dosis
tinggi, sumsum tulang pasien yang di pisahkan dari efek samping kemoterapi, kemudian
infuskan ke IV.

B. Pertimbangan Anestesi
1. Definisi Anestesi
Anestesi merupakan suatu tindakan untuk menghilangkan rasa sakit ketika dilakukan
pembedahan dan berbagai prosedur lain yang menimbulkan rasa sakit, dalam hal ini rasa
takut perlu ikut dihilangkan untuk menciptakan kondisi optimal bagi pelaksanaan
pembedahan.
2. Jenis Anestesi
a. General Anestesi
General anestesi merupakan tindakan menghilangkan rasa sakit secara sentral
disertai hilangnya kesadaran (reversible). Tindakan general anestesi terdapat beberapa
teknik
yang dapat dilakukan adalah general anestesi denggan teknik intravena anestesi dan
general anestesi dengan inhalasi yaitu dengan face mask (sungkup muka) dan dengan
teknik intubasi yaitu pemasangan endotrecheal tube atau gabungan keduanya inhalasi
dan intravena.
b. Regional Anestesi
Jenis anestesi berikutnya adalah anestesi regional. Fungsinya untuk mematikan rasa
pada sebagian tubuh. Sama halnya dengan anestesi lokal, kamu tetap sadar selama
proses bedah berlangsung, tetapi kamu tidak bisa merasakan sebagian tubuh.
Pemberiannya dilakukan di bagian tertentu, seperti sekitaran saraf atau sekitar sumsum
tulang belakang. Nantinya, kamu merasakan mati rasa pada bagian lengan, perut,
kaki,dan pinggul. Anestesi regional terbagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu
spinal,epidural, dan saraf perifer. Namun, dari ketiganya, anestesi epidural adalah jenis
yang paling sering digunakan, biasanya untuk persalinan
3. Teknik Anestesi
a. Anestesi local
Anestesi lokal terbagi menjadi 3 tipe yang mendasari teknik-teknik yang ada pada
maksila dan mandibula yaitu infiltrasi lokal, fieldblock, dan blok saraf
b. Anestesi regional
Anestesi regional terbagi menjadi 2 tipe yaitu teknik spinal, dan teknik epidural.
- Epidural Epidural merupakan salah satu tipe anestesi regional yangsangat populer
dan umumnya dipergunakan dalam proses persalinan. Dengan menggunakan
epidural, calon ibu akan tetap sadar, tidak merasa sakit, dan tetap mampu mendorong
bayi untuk keluar dari jalan lahir. Jenis efek yang untuk keluar dari jalan lahir. Jenis
efek yang dihasilkan berupa epidural anestesi dan analgesi
- Spinal block Spinal block juga umum dipergunakan dalam proses persalinan
melalui operasi caesar. Dengan spinal block¸calon ibu tidak akan merasakan apapun
dan tetap dalam kondisi sadar. Jenis efek yang dihasilkan berupa epidural anestesi
dan analgesi.
- Peripheral nerve block Pada tipe spinal block dan epidural, obat anestesi disuntikkan
ke area spesifik di punggung pasien. Sementara pada peripheral nerve block, obat
anestesi akan disuntikkan dekat dengan kumpulan saraf yang berada di tangan, kaki,
atau kepala. Ada 2 jenis peripheral nervel block yang umum dilakukan yaitu femoral
nerve block dimana obat anestesi akan disuntikkan di daerah kaki, dan brachial
plexus block dimana obat anestesi akan disuntikkan di daerah lengan dan bahu
c. Anestesi umum
- General Anestesi Intravena
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan menyuntikkan obat anestesi
parenteral langsung ke dalam pembuluh darah vena.
- General Anestesi Inhalasi
Teknik general anestesi yang dilakukan dengan jalan memberikan kombinasi obat
anestesi inhalasi yang berupa gas dan atau cairan yang mudah menguap melalui alat
atau mesin anestesi langsung ke udara inspirasi.
- Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan mempergunakan kombinasi obat-obatan baik
obat anestesi intravena maupun obat anestesi inhalasi atau kombinasi teknik general
anestesi dengan analgesia regional untuk mencapai trias anestesi secara optimal dan
berimbang
d. Rumatan Anestesi
Rumatan anestesi (maintenance) dapat dilakukan secara intraven atau dengan
inhalasi atau campuran intravena inhalasi. Pada pasien ini rumatan anestesi diberikan
secara inhalasi sevoflurans + N2O : O2. Oksigen diberikan untuk mencukupi oksigen
jaringan. Pemberian anestesi dengan N2O harus disertai O2 minimal 25%, gas ini
bersifat sebagai anestetik lemah tetapi analgetiknya kuat. Sevoflurane merupakan
halogenasi eter. Induksi dan pulih anestesi lebih cepat dibandingkan isoflurane. Efek
terhadap kardiovaskular cukup stabil, jarang menyebabkan aritmia. Setelah pemberian
dihentikan, sevoflurane cepat dikeluarkan oleh tubuh.
e. Risiko
Analgesia yang tidak adekuat, menjadikan pasien merasa nyeri selama
berlangsungnya prosedur, dan post prosedural.Hal ini akan memberikan dampak buruk
kepada pasien berupa agitasi, distres psikologis, dan gangguan hemodinamik lainnya,
misalnya iskemia miokardial, hipermetabolik.Under sedation, dan over sedation, secara
potensial mengakibatkan agitasi pada pasien, dengan konsekusensi, yaitu :
- Ancaman terhadap keselamatan pasien jangka pendek
- Hal ini dapat berdampak pada lamanya bantuan ventilasi mekanik
- Perawatan di rumah sakit menjadi lebih lama
- Peningkatan biaya perawatan yang tidak perlu, serta menyita waktu dan tenaga.
C. Web of caution (WOC)
Perubahan genetik dalam sel

Sel menjadi abnormal

Proliferasi sel-sel maligna dalam payudara

CA MAMMAE SIMISTRA

Mastectomy

Pre Anestesi Post Anestesi

Ketidakefektifan pola
Nyeri Akut nafas Hipotermi

Agen pencedera Efek anesthesia


fisik Suhu ruangan

Ansietas Resiko Injury Mual

Krisis situasi, Efek anesthesia


rencana operasi Gangguan
sensorik akibat
medikasi: Anestesi
ASUHAN KEPENATAAN ANESTESI
PASIEN CA MAMAE SINISTRA DILAKUKAN TINDAKAN OPERASI
MASTEKTOMI DENGAN TINDAKAN ANESTESI GENERAL
DI IBS RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
PADA TANGGAL 12 DESEMBER 2021

1. Pengumpulan Data
a. Identitas

1) Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 43 thn
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : IRT
Suku Bangsa : Jawa
Status perkawinan` :-
Golongan darah :B
Alamat : Desa Tegalgot,Kepil
No. CM : 1193XXX
Diagnosa medis : Ca Mammae Sinistra
Tanggal masuk RS : 11 Desember 2022
Tanggal pengkajian : 11 Desember 2022
Jaminan : BPJS
2) Identitas penanggung jawab
Nama : Ny.M
Umur : 52 Tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : wiraswasta
Suku bangsa : Jawa
Hubungan dengan klien : Istri
Alamat : Kepil
b. Riwayat Kesehatan

(1) Keluhan Utama

a. Saat Masuk Rumah Sakit


Pasien mengatakan ada benjolan pada bagian payudara sebelah kiri
b. Saat Pengkajian
Pasien mengatakan nyeri di area payudara kiri dengan skala nyeri 6, mual (-)
muntah (-)
(2) Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan ada benjolan di bagian payudara kiri,pasien merasa nyeri


di bagian payudara kiri. Skala nyeri 6, nyeri dirasakan hilang timbul saat
beraktivitas

(3) Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit dahulu, dan pasien


mengatakan baru pertama datang ke rumah sakit.

(4) Riwayat Penyakit Keluarga

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga

(5) Riwayat kesehatan

Pasien mengatakan pernah masuk ke rumah sakit sebelumnya dan tidak


pernah dilakukan operasi sebelumnya.

(6) Riwayat pengobatan/konsumsi obat

Pasien mengatakan mengkonsumsi obat glibenklamid 3x1/ oral

(7) Riwayat alergi

Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi obat dan makanan


(8) Kebiasaan

• Merokok (-) Alcohol (-)

• Kopi/the/soda (+)

c. Pola Kebutuhan Dasar

1) Udara atau oksigenasi

Sebelum Sakit

Gangguan pernafasan : Pasien mengatakan tidak sesak nafas


Alat bantu pernafasan : Pasien tidak menggunakan alat bantu nafas
Sirkulasi udara :Pasien mengatakan tidak ada gangguan
pernafasan
Keluhan
:Pasien mengatakan tidak ada keluhan
pernafasan

Saat Ini
Gangguan pernafasan :Pasien mengatakan tidak ada gangguan
pernafasan
Alat bantu pernafasan : Pasien tidak menggunakan alat bantu
Sirkulasi udara :Pasien mengatakan tidak ada gangguan
pernafasan
Keluhan : Pasien mengatakan tidak ada keluhan saat
bernafas

2) Air / Minum

Sebelum Sakit
- Frekuensi : pasien mengatakan sering meminum air
yaitu sebanyak kurang lebih 8 gelas per hari
- Jenis : pasien mengatakan jenisnya yaitu Air Putih
- Cara : pasien mengatakan selalu minum air putih
- Minum Terakhir putih : pasien mengatakan selalu meminum air

- Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan


Saat Ini

- Frekuensi : pasien selalu meminum air putih kurang


lebih 7 gelas setelah sakit
- Jenis : pasien mengatakan selalu meminum jenis
air putih sebanyak 7 gelas perhari
- Cara : pasien mengatakan selalu minum air putih
- Minum Terakhir : jam 17.30
- Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan

3) Nutrisi/ makanan

Sebelum Sakit
Frekuensi : pasien mengatakan makan 3x/ hari
Jenis : pasien mengatakan jenisnya yaitu nasi putih, lauk
Lauk pauk dan sayur
Porsi : pasien mengatakan porsi normal 1 piring yang
berisi nasi, sayur dan lauk pauk
Diet khusus : pasien mengatakan tidak ada diet khusus
Makanan yang disukai : pasien mengatakan menyukai Soto ayam
Napsu makan : pasien mengatakan nafsu makan normal
Puasa terakhir : pasien mengatakan puasa terakhir 1 tahun yang lalu
Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan

Saat ini
Frekuensi : pasien mengatakan tidak ada perubahan dalam
makan tetap 3 x/ hari

Jenis : pasien mengatakan jenis nya yaitu Nasi, lauk


pauk, sayur
Porsi : pasien mengatkan porsi normal yaitu 1 piring yang
berisi nasi, sayur dan lauk pauk
Makanan yang disukai : pasien mengatakan makanan yang di sukai soto
Napsu makan : normal
Puasa terakhir : pasien mengatakan saat ini sedang melakukan puasa
Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan
4) Eliminasi

BAB

Sebelum sakit

- Frekuensi : pasien mengatakan sehari 1 atau 2 kali


- Konsistensi : pasien mengatakan konsisten dalam BAB yaitu sesudah bangun tidur,
dan sebelum tidur
- Warna :pasien mengatakan warna normal yaitu kecoklatan
- Bau : pasien mengatakan bau normal khas feses
- Cara (spontan/dg alat) : pasien mengatakan spontan
- Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan

Saat ini
- Frekuensi : sehari 1kali
- Konsistensi : tidak ada perubahan dari sebelum sakit
- Warna :pasien mengatakan warna feses
kecoklatan
- Bau :pasien mengatakan bau normal khas
feses
- Cara (spontan/dg alat) : spontan
- Keluhan
: pasien mengatakan tidak ada keluhan
BAK

Sebelum sakit

Frekuensi : pasien mengatakan BAK normal


Konsistensi : pasien mengatakan BAK Konsisten yaitu 4-5 x/hari
Warna : pasien mengatakan warna normal yaitu kuning
Bau : pasien mengatakan bau normal
Cara (spontan/dg alat) : pasien mengatakan BAK dengan spontan
Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan

Saat ini
Frekuensi : pasien mengatakan normal seperti sebelum sakit
Konsistensi :pasien mengatakan BAK Konsisten saat ini 4-
5x/hari

Warna : pasien mengatakan warna BAK Normal yaitu


kuning
Bau : pasien mengatakan baunya normal
Cara (spontan/dg alat) : pasien ,mengatakan BAK secara spontan
Keluhan : pasien mengatakan tidak ada keluhan

5) Pola aktivitas dan istirahat

a) Aktivitas
Kemampuan Perawatan Diri 0 1 2 3 4
Makan dan minum v
Mandi v
Toileting v
Berpakaian v
Berpindah v
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain dan alat, 4:
tergantung total

b) Istirahat Dan Tidur

Sebelum sakit

- Apakah pasien pernah mengalami insomnia?


Pasien mengatakan pernah mengalami insomnia Karena pasien bekerja
sehingga waktu tidur hanya 3-4 jam perharinya
- Berapa jam pasien tidur ?
Pasien mengatakan 4 jam karena pulang kerja malam yaitu pukul 00.30
Saat ini

- Apakah pasien pernah mengalami insomnia?


Pasien mengatakan untuk sekarang tetap mengalami insomnia
- Berapa jam pasien tidur ?
Pasien mengatakan 4 jam karena nyeri kaki. Saat Malam : pasien mengatakan
tidurnya sudah terbiasa 4 jam, siang pasien mengatakan tidak pernah tidur siang
Karena bekerja
6) Interaksi Sosial

Pasien mengatakan berhubungan baik dengan keluarga, tetangga, sahabat


7) Pemeliharaan Kesehatan

- Rasa Aman : pasien mengatakan merasa nyaman saat berada di dekat keluarga
- Rasa Nyaman : pasien mengatakan merasa nyaman saat berada di dekat keluarga
- Pemanfaatan pelayanan kesehatan : pasien mengatakan memanfaatkan layanan
Kesehatan yang tersedia seperti BPJS
8) Peningkatan fungsi tubuh dan pengimbangan manusia dalam kelompok sosial
sesuai dengan potensinya.
□ Konsumsi vitamin : pasien mengatakan tidak pernah mengonsumsi vitamin
□ Imunisasi : pasien mengatakan pernah imunisasi

□ Olahraga : pasien mengatakan tidak pernah berolahraga namun pasien kerja


□ Upaya keharmonisan keluarga: pasien mengatakan keharmonisan keluarganya
sangat harmonis
□ Stres dan adaptasi : pasien mengalami kecemasan akibat jari kaki patah

2. Pemeriksaan Fisik

a) Keadaan Umum

Kesadaran pasien : Composmentis


GCS : E3V4M5
TTV
➢ TD : 100/60mmHg mmHg

➢ RR : 18 x/mnt

➢ N : 73 x/mnt

➢ BB : 50 kg

➢ TB : 165 cm
a. Pemeriksaan B 6

1) B1 (BREATH)
- Wajah:
□ Normal □ Dagu Kecil □ Edema
□ Gigi palsu □ Gigi goyang □ Gigi maju
□ Kumis/ jenggot □ mikrognathia □ Hilangnya gigi
- Kemampuan membuka mulut < 3 cm □Ya □Tidak
- Jarak Thyro - Mental < 6 cm □Ya □Tidak
- Cuping hidung □Ya □Tidak
- Mallampati Skor :□I □ II □ III □ IV
- Tonsil : □ T0 □ T1 □ T2 □ T3 □ T4
- Kelenjar tiroid : ukuran 6 cm
- Obstruksi Jalan Napas
□ Tidak ditemukan □ Tumor
□ Gigi maju □ Stridor
- Bentuk Leher : □Simetris □ Asimetris
 Mobilitas Leher :
 Leher pendek : □Ya □Tidak
 Dapatkah pasien menggerakkan rahang ke depan?
□ Ya □ Tidak
 Dapatkah pasien melakukan ekstensi leher dan kepala?
□ Ya □ Tidak
 Apakah pasien menggunakan collar?
□ Ya □ Tidak
- Thorax:
 Bentuk thorax : normal
 Pola napas : spontan
 Perkusi paru : □ sonor □ hipersonor □ dullness
 Suara napas : □ ronchi □ wheezing □ vesikuler □ bronchial □
bronkovesikular

1) B2 ( BOOD )
- Konjungtiva : □ anemis □ tidak
- Vena jugularis : pembesaran □ ya □ tidak
- BJ I : □ tunggal □ ganda □ regular □ irreguler
- BJ II : □ tunggal □ ganda □ regular □ irregular
- Bunyi jantung tambahan: BJ III □ murmur

2) B3 ( BRAIN )
- Kesadaran : □ kompomentis □ apatis□ delirium □ somnolen
□ sopor □ koma
- GCS 15

- Reflek fisiologis
a. Reflek bisep ( + )
b. Reflek trisep ( + )
c. Reflek brachiradialis ( + )
d. Reflek patella ( + )
e. Reflek achiles ( + )
- Reflek Pathologis
Bila dijumpai adanya kelumpuhan ekstremitas pada kasus-kasus tertentu.
a. Reflek babinski (-)
b. Reflek chaddok (-)
c. Reflek schaeffer (-)
d. Reflek oppenheim ( -)
e. Reflek gordon (-)

3) B4 ( BOWEL )
- Frekuensi peristaltic usus : 12x/menit
- Titk Mc. Burney : □ nyeri tekan □ nyeri lepas
- Borborygmi : □Ya □Tidak □ nyeri menjalar
- Pembesaran hepar : □Ya □Tidak
- Distensi : □Ya □Tidak
- Asites : □ shiffing dullness □ undulasi

4) B4 ( BLADER)
- Buang air kecil : □Spontan □Tidak
- Terpasang kateter : □Ya □Tidak
- Gagal ginjal : □Ya □Tidak
- Infeksi saluran kemih : □Ya □Tidak
- Produksi urine : 80cc
- Retensi urine : □Ya □Tidak

5) B6 ( BONE )
a) PemeriksaanTulangBelakang :
- Kelainantulangbelakang: Kyposis (-), Scoliosis (-), Lordosis (-), Perlukaan (-), infeksi
(-), mobilitas (terbatas), Fibrosis (-), HNP (-)
b) Pemeriksaan Ekstremitas
- Ekstremitas Atas
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris), deformitas ( -)
Fraktur(-),Traksi (- ), atropi otot (-)
IV line: terpasang di tangan kiri , ukuran abocatch 20, tetesan: 20tpm
 Palpasi
CRT: normal
Edema :( 1)
Lakukan uji kekuatan otat : ( 4 )
- Ekstremitas Bawah :
 Inspeksi
Otot antar sisi kanan dan kiri (simetris ), deformitas (+)
Fraktur (+),fraktur tibia , fraktur tertutup, Traksi (- ), atropi otot (-)
 Palpasi
CRT : normal
Edema : (1 )
Kekuatan ototkanan : (1)
Kesimpulan palpasiekstermitas :

- Edema : 0 0
0 0

- uji kekuatan otot 5 5


5 5
3. Data Penunjang Diagnostik
a. Pemeriksaan Laboratorium
Hari/tanggal : 11 Desember 2022
Jam : 16.47
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hematologi
Hemoglobin 10.8 12.0-16.0
Lekosit 13.1 4.0- 12.0
Trombosit 259.4 150.0-400.0
Eritrosit 3.58 4.00-5.00
Hematokrit 32.6 37.0-43.0

Hitung Jenis
Granulosit 84.7 50.0-80.0
Limfosit 7.6 20.5-51.1
Monosit 8 2-9
MCV,MCH,MCHC
MCV 91.1 78.6-102.2
MCH 30.2 25.2-34-7
MCHC 33.1 31.3-35.4
Hemostatis
Masa pembekuan
Masa Pendarahan 4 2-6
Kimia Klinik 3 1-5
Fungsi Ginjal
Ureum 15
Creatinin 0.45 10-50
Fungsi hati 0.50-0.90
SGOT 18
SGPT 12 0-40
0-40
DIABETES 215 mg/dL < 200 mg/dL
GLUKOSA SEWAKTU

4. Therapi Saat ini :


- Terpasang infus Rl
- Injeksi Ketorolak 30 mg
5. Kesimpulan status fisik (ASA) : Status Fisik ASA II
6. Pertimbangan Anestesi :
General Anestesi, intubasi LMA

3. Kebutuhan cairan maintenance

• Maintenance nafas spontan

• Balance cairan :

a. Monitoring cairan
Kebutuhan cairan pasien selama operasi yang harus terpenuhi
1) Rumus maintenance (M)= 2 x kgBB

= 2 x 85 kg = 170 cc

2) Rumus pengganti puasa (PP) = 2cc x jam puasa x bb

= 2 cc x 3 jam x 85 kg = 510 cc

3) Rumus stress operasi (SO) = Jenis operasi x BB


= 8x 85kg = 680 cc

b. Prinsip pemberian cairan durante operasi (Jam I-IV)


1) Jam I : M + ½ PP + SO = 170+ 255+ 680 = 1.105 cc

2) Jam II dan III: M + ¼ PP + SO = 170+ 135+ 400 = 705 cc

3) Jam IV : M + SO = 170+ 680 = 850 cc


7. Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


Pre Anestesi
1. Data Subjektif: Nyeri akut Ca mammae
- Pasien mengatakan ada sinistra
benjolan di payudara sebelah
kiri dan terasa nyeri sejak
kurang lebih 3 bulan yang
lalu
- Pasien mengatakan sejak 1-2
bulan benjolan di payudara
sebelah kiri semakin
membesar dan mengeras.
Data Objektif :
- Pasien terlihat menahan nyeri.
- Terdapat benjolan pada
payudara sebelah kiri
- Pasien terlihat sering memegang
bagian payudara sebelah kiri
pasien
- Pengkajian Nyeri :
P : Ca Mammae
Q : Seperti ditusuk –tusuk
R : Payudara sebelah kiri
S : Skala Nyeri 5
T : Nyeri hilang timbul
- Tanda-tanda vital :
TD : 110/70 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 20x/mnt
SpO2 98 %
2. Data subjektif : Ansietas Kurang
- Pasien mengatakan merasa pengetahuan
merasa cemas dan takut tentang prosedur
menjalani operasi. pembedahan

Data Objektif :
- Pasien terlihat cemas dan
gelisah
- Bibir pasien terlihat pucat
- Pasien terlihat ketakutan
- Skala HARS pasien 27
Intra Anestesi

1.Data subjektif : - Ketidakefektifan Disfungsi


Data objektif : pola nafas neuromuscular
- Tampak terpasang LMA dampak sekunder
supreme no.3 obat pelumpuh
- Pasien mengalami penurunan otot
kesadaran pernapasan/obat
- Irama nafas tidak teratur general anestesi
- Tanda-tanda vital :
TD : 130/70 mmHg
N : 90 x/mnt
R : 20x/mnt
SpO2 98 %

2.Data subjektif : - Resiko Injury Gangguan sensorik


Data objektif : akibat medikasi:
- Pasien dalam pembiusan Anestesi
- Dilakukan pembiusan
dengan general anestesi,
dengan Induksi Propofol 125
mg,
- Pasien tampak tertidur
- Pasien terpasang LMA
supreme no.3
Post Anestesi
1. Data subjektif : Hipotermi Berhubungan
- Pasien mengatakan dengan suhu
kedinginan ruangan

Data Objektif :
- Pasien tampak pucat dan
lemah
- Suhu 18 0 C
- Tanda-tanda vital:
Tekanan darah: 120/80 mmHg,
RR: 22 x/menit,
Nadi: 80 x/menit,
Suhu: 180 C,

2. Data subjektif : Mual Berhubungan


-Pasien mengatakan mual dengan efek
Data objektif : anesthesia
-Pasien terlihat pucat
- Akral dingin
-Tanda vital:
TD: 110/80 mmHg,
Nadi: 70 x/menit.
RR: 22x/menit.
T: 35.7 °C.
1. Problem ( Masalah )
a. PRE ANESTESI
1. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan ) : Nyeri akut
2. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik ) : Ansietas
Alasan prioritas sedang Nyeri akut : nyeri dapat mempengaruhi status kesehatan pasien
Alasan prioritas rendah Ansietas : ansietas dapat diatasi dengan teknik nonfarmakologik

b. INTRA ANESTESI
1. Prioritas tinggi ( mengancam nyawa): Ketidakefektifan pola nafas
2. Prioritas rendah ( situasi yang tidak berhubungan langsung prognosis dari suatu
penyakit yang secara spesifik ) : Resiko injury
Alasan prioritas tinggi ketidakefektifan pola nafas : karena apabila tidak diatasi dapat
mengganggu ventilasi pasien
Alasan prioritas rendah Resiko injury : resiko injury dapat diatasi dengan memperhatiakan
keamanan pasien

c. PASCA ANESTESI
1. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan ): Hipotermi
2. Prioritas sedang ( mengancam status kesehatan ) : Mual
Alasan prioritas sedang Hipotermi : dapat mempengaruhi status kesehatan dan proses
pemulihan pasien pasca anestesi
Alasan prioritas sedang Mual : dapat mempengaruhi status kesehatan dan proses
pemulihan pasien pasca anestesi
II. Rencana Intervensi, Implementasi dan Evaluasi

6) Pra Anestesi
Nama :Ny. S No. CM : 1193XXX
Umur :43 tahun Dx : Ca Mammae Sinistra
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi


(Masalah) Tujuan Intervensi
1 Nyeri Setelah dilakukan O :  Mengobservasi S:Pasien mengatakan
Akut tindakan KU&VS Observasi nyeri sedikit
Observasi KU&VS
keperawatan Observasi skala nyeri skala nyeri pasien berkurang
selama 1X 15 pasien
 Memberikan posisi O :
menit diharapkan
nyaman pada pasien
masalah nyeri T :  Pasien terlihat
akut dapat teratasi Berikan posisi  Mengedukasi kepada lebih rileks
dengan kriteria nyaman pada pasien pasien untuk  Pasien sudah
hasil : melakukan relaksasi terlihat membaik
- Nyeri E: nafas dalam jika nyeri setelah dilakukan
berkurang/ Edukasi kepada teknik nafas
hilang (Skala  Memberikan relaksasi dalam
pasien untuk
nyeriberkurang) melakukan relaksasi analgetic ketorolac 30
 Pengkajian nyeri
- Menyebutkan mg
nafas dalam jika P : nyeri akibat ca
faktor yang nyeri mamae
meningkatkan Q : seperti ditusuk
nyeri C:
–tusuk
Kolaborasi dengan R : punggung
dokter untuk S : Skala Nyeri 3
pemberian analgetic T : Nyeri jika
ketorolac 30 mg ditekan
 130/80 mmHg
 N : 77 x/mnt
 S : 36,5 C
 RR : 20 x/mnt
 SPO2 : 98 %
A: masalah nyeri akut
teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi

12/12/22, 09.00 WIB


TTD

FATIMAH
2. Ansietas Setelah dilakukan O:  Mengidentifikasi S : pasien mengatakan
tindakan -Identifikasi tingkat tingkat rasa yang lebih tenang setelah
keperawatan rasa yang mengharuskan dijelaskan prosedur
selama 1 X 20 intervensi lebih tepat. operasi dan anestesi
menit diharapkan yang yang
mengharuskan  Mengbservasi dan O :
cemas pasien
meng kaji tingkat  Pasien terlihat
berkurang / hilang intervensi lebih ansietas pasien
Kriteria hasil : lebih rileks
tepat. dengan skala HARS
-Pasien  Skala HARS 0
mengatakan sudah -Observasi dan kaji  Memberi informasi
 130/80 mmHg
siap untuk tingkat ansietas tentang peran
perawat intraoperasi  N : 77 x/mnt
dioperasi dan pasien dengan skala
 S : 36,5 C
tidak cemas HARS  Memperkenalkan
-Wajah klien  RR : 20 x/mnt
staf, perawat ataupun  SPO2 : 98 %
tampak rileks T: dokter yang akan A : masalah ansietas
dan tidak tegang melakukan operasi
-TTV dalam batas -Beri informasi teratasi
normal : tentang  Berikan P : hentikan intervensi
TD 120/80 peran perawat pengetahuan tentang
mmHg, tindakan
intraoperasi
N : 80 x/mnt pembedahan yang
RR : 18-20 x/mnt -Berikan akan dilakukan
pengetahuan
tentang tindakan  Memberi edukasi
pembedahan yang pasien untuk tarik 12/12/22, 09.20 WIB
akan dilakukan nafas dalam TTD
-Perkenalkan staf,
perawat
RAHMA
ataupun dokter yang
akan
melakukan operasi
E:
Edukasi pasien untuk
tarik nafas dalam
C:
-
2) Intra Anestesi
Nama :Ny. S No. CM : 1193XXX
Umur :43 tahun Dx : Ca Mammae Sinistra
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi


(Masalah) Tujuan Intervensi
1 Ketidakefek Setelah O: 1. Memonitor pola napas S:-
tifan pola dilakukan -Monitor pola 2. Memonitor bunyi O:
nafas tindakan napas napas -Pemberian oksigenasi
kepenataan -Monitor bunyi 4.Mempertahankan 3 liter permenit
anestesi pada napas kepatenan jalan napas - Tidak terdengar
fase intra 5.Memposisikan triple suara nafas tambahan
anestesi T: manuver -Suara nafas
selama 1x 60 -Pertahankan 6.Memberikan vesikuler
menit, kepatenan jalan oksigenasi 2-3 lpm -TTV :
diharapkan napas  130/80 mmHg
ketidakefektif  N : 77 x/mnt
-Posisikan triple
an pola nafas
manuver  S : 36,5 C
berkurang
-Berikan oksigenasi  RR : 20 x/mnt
dengan
2-3 lpm  SPO2 : 98 %
kriteria hasil:
1) Pola
nafas dalam A : masalah
E:- ketidakefektifan pola
keadaan
normal (16. nafas teratasi
20x/mnt). C:-
2) Irama P: Hentikan intervensi
nafas teratur.
3) Tidak
adanya otot
12/12/22, 10.00 WIB
bantu
pernafasan. TTD
4) Tidak
terdengar
suara nafas SUCI
tambahan
2. Resiko Setelah O: -Memantau pasien terkait S;-
injury dilakukan gerakan, O:
tindakan -Pantau pasien
kepenataan terkait gerakan, -Memantau penggunaan - Ekstrimitas atas
anestesi pada obat anestesi dan efek pasien telah difiksasi
fase pre -Pantau yang timbul -Dilakukan
anestesi penggunaan obat pembiusan dengan
selama 1x 60 anestesi dan efek -Menjaga keseimbangan general anestesi,
menit, yang timbul pasien di meja operasi, - Pasien tampak
diharapkan tertidur
resiko injury - Posisi pasien sudah
T -Melakukan fiksasi
teratasi dipastikan aman
dengan ektrimitas pasien
-Jaga - Pasien terpasang
kriteria hasil: LMA no.3
keseimbangan - Melakukan
pasien di meja kolaborasi dengan - Tanda-tanda vital:
-Tidak ada
tanda cedera operasi, tenaga medis lain
untuk membantu Tekanan darah:
pada tubuh 120/80 mmHg,
pasien. -Fiksasi ektrimitas pasien saat akan
pasien berpindah dari tempat RR: 22 x/menit,
tidur dan gunakan easy Nadi: 80 x/menit,
-Selama Suhu: 180 C,
E :- move agar lebih aman
operasi tidak A : masalah resiko
bangun / injury teratasi
tenang C:
P : hentikan intervensi
Kolaborasi
- Pasien aman
dengan tenaga
tidak jatuh
medis lain untuk
-Pasien 12/12/22, 11.00 WIB
membantu
mampu TTD
pasien saat akan
berpindah
berpindah dari
dengan SUCI
tempat tidur dan
bantuan
gunakan easy
move agar lebih
aman
3) Pasca Anestesi
Nama :Ny. S No. CM : 1193XXX
Umur :43 tahun Dx : Ca Mammae Sinistra
Jenis kelamin :Perempuan Ruang : IBS

No Problem Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi


(Masalah) Tujuan Intervensi
1 Hipotermia Setelah O: -Mengobservasi TTV S:-
dilakukan -Observasi TTV pasien saat di RR O:
tindakan pasien saat di RR -Mengidentifikasi faktor -TTV :
kepenataan -Identifikasi dan resiko hipotermi TD : 130/75 mmHg
anestesi selama faktor dan resiko N : 85x /menit
1 hipotermi -Memberikan selimut SpO2 : 100%
x 20 menit hangat pada pasien RR : 20x /menit
diharapkan T: Suhu : 36,6 oC
masalah Berikan selimut -Melakukan konsultasi ke - Pasien sudah
kekurangan hangat pada dokter pemberian tidak
volume cairan pasien Tramadol 100 mg terlihat menggigil
teratasi dengan A:
kriteria hasil : E:- Masalah hipotermi
-Pasien akan teratasi
mempertah C: P:
ankan suhu Konsultasikan ke Intervensi
tubuh dokter pemberian dihentikan
dalam batas Tramadol 100 mg
normal yaitu
36,5-37,5 0C 12/12/22, 11.10 WIB
TTD
APRI

2. Mual Setelah O: 1.Mengidentifikasi S:


dilakukan faktor penyebab mual -Pasien mengatakan
tindakan -Identifikasi faktor (mis. Pengobatan dan mual sudah berkurang
keperawatan penyebab mual prosedur) -Pasien mengatakan
selama 1 x 20 (mis. Pengobatan 2.Melakukan monitor sudah tidak mual
menit dan prosedur) mual ketika sudah di
mual muntah 3. Mengawasi tanda- berikan obat
teratasi/berkur -Monitor mual tanda vital, evaluasi
ang dengan turgor kulit, pengisian O:
kriteria hasil : -Awasi tanda-tanda kapiler dan membran -Pasien terlihat
- Pasien me- vital, evaluasi mukosa membaik
ngatakan tidak turgor kulit, 4. Memberikan terapi -Turgor kulit normal
mual pengisian kapiler IV line sesuai indikasi TD : 140/75 mmHg
5.Memberi edukasi N : 85x /menit
-Pasien dan membran untuk tirah baring, SpO2 : 100%
mengatakan mukosa 6.Melakukan RR : 20x /menit
tidak muntah kolaborasi dengan Suhu : 36,6 oC
- Tidak ada T: dokter untuk A : mual
peningkatan pemberian teratasi
Berikan terapi IV ondansetron 4 mg P:
line sesuai indikasi Hentikan
E: Intervesi

Edukasi untuk tirah


baring,

C: 12/12/22, 11.30 WIB

Kolaborasikan TTD
dengan dokter
pemberian FATIMAH
ondansetron 4 mg
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien Ny. S dengan diagnosa
ca mammae selama 1 x 24 jam dari tanggal 12 Desember penulis memperoleh
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhankeperawatan pada Ny. S dengan
diagnosa ca mammae dengan menerapkan proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan
keperawatan dan evaluasi keperawatan sertamendokumentasikannya dan
mengidentifikasi faktor pendukung dan penghambat dalam setiap proses keperawatan.
Adapun keseimpulannya sebagai berikut:
1. Pengkajian
Metode yang digunakan dalam pengkajian adalah wawancara, observasi,
pemeriksaaan fisik dan studi dokumentasi. Data muncul berdasarkan kondisi pasien
dan mempunyai kesamaan dengan data dan teori.
2. Diagnosa keperawatan
Pada pasien Ny. S dengan diagnosa ca mammae didapatkan diagnosa yang muncul
berdasarkan kondisi pasien diantaranya adalah
Pre Anestesi :
1. Nyeri Akut
2. Ansietas
Intra Anestesi
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Risiko injury
Post Anestesi
1. Hipotermi
2. Mual
3. Perencanaan keperawatan
Perencanaan sesuai teori dengan memperhatikan situasi dan kondisi pasien serta
sarana dan prasarana di rumah sakit. Prioritas masalahberdasarkan teori Hierarki
Maslow, sedangkan penentuan tujuan meliputi sasaran, kriteria waktu dan hsil dan
rencana tindakan keperawatan kasusini berpedoman pada NANDA, NOC dan NIC.
Dengan menyesuaikan pada kondisi pasien. Dalam penyusunan perencanaan
keperawatan melibatkan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain yang mencakup 4
elemen yaitu observasi, tindakan keperawatan mandiri, pendidikan kesehatan dan
tindakan kolaborasi.
4. Pelaksananaan keperawatan
Pelaksanaan dari 6 diagnosa keperawatan antara lain adalah
Pre Anestesi :
1. Nyeri Akut
2. Ansietas
Intra Anestesi
1. Ketidakefektifan pola nafas
2. Risiko injury
Post Anestesi
1. Hipotermi
2. Mual
5. Evaluasi keperawatan
Evaluasi dari hasil asuhan keperawatan yang dilaksankan selama 1 x 24 jam, dari ke
6 diagnosa keperawatan, ke tiga diagnosa keperawatan dapat teratasi semua.

6. Pendokumentasian

Pendokumentasian telah dilaksanakan sesuai dengan kronologis waktu dan kriteria


dalam format asuhan keperawatan yang terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan
pada tahap evaluasi penulis menggunakan metode SOAP: S : Subyektif, O : Obyek
data, A : Analisa, P : Planning.
Pendokumentasian dengan metode SOAP dilakukan setelah melakukan tindakan
keperawatan dengan mencantumkan tanggal, jam, nama dan tanda tangan.
Dalam pembuatan asuhan keperawatan penulis mendapatkan adanya faktor
pendukung maupun faktor penghambat. Faktor pendukung ialah adanya kerjasama
yang baik antara perawat dengan tim kesehatan lain terhadap penulis dan kerjasama
pasien dengan keluarga. Sedangkan faktor penghambat dalam pendokumentasian
ialah pendokumentasian perawat ruangan masih bersifat rutinitas dan belum
memperhatikan perkembangan status kesehatan pasien.
DAFTAR PUSTAKA

Boom, C. E., Putu, N., Putri, Y., Hudyono, J., Kardiovaskuler, F. A., Kita, R. H.,
Kardiovaskuler, K. A., & Kita, R. H. (2014). Infark Miokard Perioperatif Diagnosis dan
Penatalaksanaan Fibroadenoma Payudara. 20(53), 37–45.

Crum Christoper P., Lester Susan C., Cotran Ramzi S. Sistem Genitalia Perempuan dan
Payudara. Dalam : Robbins, Stanley L., Kumar Vinay., Cotran Ramzi S. Robbins Buku Ajar
Patologi. Volume 2. Edisi

Nita Andriani, P., & Rini, D. S. (2020). LITERATUR REVIEW: PENGARUH MANAJEMEN
NYERI TERHADAP SKALA NYERI PADA PASIEN POST OPERASI CA MAMAE (Doctoral
dissertation, Poltekkes Kemenkes Kendari).

Ayudia, F. (2018). FAKTOR–FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA Ca MAMAE PADA


WANITA USIA SUBUR DI RSUP Dr. M. DJAMIL PADANG. JIK (JURNAL ILMU KESEHATAN),
2(2), 64-68.

Anda mungkin juga menyukai