D-IV Keperawatan
Disusun oleh:
Oleh :
Nia Handayani
Shilmah Wahyuningsih
Oleh :
A. Latar Belakang
Kanker dapat menyerang semua lapisan masyarakat tanpa mengenal
status sosial, umur dan jenis kelamin. Anak-anak, remaja, dan orang dewasa
tak luput dari serangan penyakit mematikan inI. Namun dari data yang ada,
leher rahim. Penyakit kanker ini menyerang pada payudara yang membuat
fisik berupa penurunan fungsi salah satu organ tubuh yang dioperasi atau di
amputasi, rasa nyeri dan perubahan fisik karena efek samping dari
terapi atau pengobatan yang di jalani pasien dan kondisi fisik yang baru.
Dampak sosial yang dapat terjadi yaitu perubahan status sosial karena
kehilangan pekerjaan dari tempat pasien, perubahan peran dan tugas karena
(Rachmadahniar, 2005).
Organisasi kesehatan dunia (WHO) dan data pemeriksaan patologi di
pada wanita.
Jumlah kasus baru kanker payudara di Indonesia meningkat hampir
12% per tahun dan semakin banyak wanita usia kisaran 20 tahun yang
dalam anggota keluarga, 50% anak-anak dari ibu yang carrier akan
336 kasus pada tahun 2006, 396 kasus pada tahun 2007 dan 402 kasus pada
tahun 2008. Sedangkan pada tahun 2009 yang tercatat sampai dengan bulan
kanker payudara.
Tindakan pembedahan kanker payudara diperlukan tindakan anestesi
berlangsung. Dalam hal ini yang berperan adalah dokter anestesi dan perawat
Pada tahap pre anestesi, perawat anestesi wajib memeriksa kembali data dan
persiapan anestesia. Pada tahap intra anestesi seorang perawat anestesi selalu
rawat inap. Jika kondisi pasien tetap kritis pasien dipindahkan ke ICU (Majid,
dkk, 2011).
Berdasarkan urairan diatas diperlukan asuhan keperawatan perioperatif
dapat menurun.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diketahuinya asuhan keperawatan anestesi pada pasien kanker payudara
mastektomi.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien dengan ca mammae yang
pasien
2. Observasi : mengamati secara langsung kondisi pasien
3. Studi dokumentasi : membaca dan mempelajari rekam medik pasien
4. Studi kepustakaan: mempelajari referensi yang berhubungan dengan
laporan kasus.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Ca Mammae
1. Pengertian
Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan karena
yang terus tumbuh berupa ganda. Pada akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk
bejolan di payudara. Jika benjolan kanker itu tidak dibuang atau terkontrol,
Metastase bisa terjadi pada kelenjar getah bening (limfe) ketiak ataupun di
atas tulang belikat. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit, dan bawah kulit (Brunner & Suddarth, 2002).
2. Anatomi Fisiologi Payudara
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah
a. Korpus
Korpus (badan ) yaitu bagian yang membesar. Alveolus, yaitu unit
aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos, dan pembuluh darah.
(duktus laktiferus).
b. Areola
Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah sinus laktiferus,
yaitu :
a. Faktor resiko yang tidak dapat di ubah (unchangable)
1) Umur
Semakin bertambahnya umur meningkatkan resiko kanker
payudara.
2) Menarche Usia Dini
Umur menstruasi yang lebih awal berhubungan dengan lamanya
jaringan payudara.
3) Menoupause usia lanjut
Menopause setelah usia 55 tahun meningkatkan resiko untuk
payudara.
3) Penggunaan Hormone dan Kontrasepsi Oral
Kandungan estrogen dan progestron pada kontrasepsi oral akan
4. Patofisiologi
Tumor/neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah dengan
cirri-ciri: proliferasi sel yang berlebihan dan tidak berguna yang tidak
terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel
samapi bisa merubah jaringan displasi menjadi tumor ganas. Hal ini
payudara.
c. Fase invasi
Sel-sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltrasi meleui
digerakkan
3) N2. Kelenjar limfe homolateral berlekatan satu sama lain atau
homolateral
c. Metastase / anak sebar.
1) M0. Tidak ada metastase jauh.
2) M1. Tidak ada metasase ditambah infiltrasi kulit sekitar payudara.
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala kanker payudara yang tidak di sadari dan tidak di
terjadi pembengkakan.
d. Pembesaran kelenjar getah bening di ketiak atau timbul benjolan kecil
di bawah ketiak.
e. Bentuk atau arah puting berubah, misalnya puting susu tertarik ke
kecoklatan.
f. Keluar darah, nanah, atau cairan encer dari puting susu pada wanita
diobati.
h. Kulit payudara seperti mengerut kulit jeruk (peuau dorange) akibat
piting kulit.
7. Pemeriksaan Diagnostik
a. BSE (Breast Self Examination)
Pemeriksaan payudara sendiri oleh orang yang bersangkutan.
d. Xeromammography
Pemotretan jaringan payudara dengan kontras dan sedikit dosis
rendah.
e. Ultrasound
Perpaduan antara mammography dan ultrasound dapat
syringe dan jarum 21-23. Hasil aspirasi diletakan di objek glass dan
diperiksa di laboratorium.
g. Core needle biopsy
Pengambilan jaringan inti dari masa, biasanya digunakan anastesi
lokal karena cenderung lebih berdarah dan lebih nyeri daripada FNAB.
h. Pemeriksaan darah : CEA, Ca 15-3 dan Ca 27.29.
Terjadi peningkatan CEA (lebih dari 5) dan peningkatan Ca 15-3,
namun otot pectoralis minor bisa jadi diangkat atau tidak diangkat.
2) Mastectomy total.
Semua jaringan payudara termasuk puting dan areola dan lapisan
pectoralis mayor.
b. Radioterapi
Biasanya merupakan kombinasi dari terapi lainnya tapi tidak jarang
aliran darah. Efek samping : lelah, mual, muntah, hilang nafsu makan,
d. Manipulasi hormonal.
Biasanya dengan obat golongan tamoxifen untuk kanker yang
mati rasa), dan relaksasi otot rangka (mati gerak) (Mangku dan
hanya dengan mempergunakan satu jenis obat, misalnya eter atau dengan
seperti tersebut di atas, yaitu obat yang khusus sebagai hipnotik, khusus
sebagai analgesi, dan khusus sebagai obat pelumpuh otot. Ketiga target
a. Anestesi Intravena
Merupakan salah satu teknik anestesi umum yang dilakukan
ke udara inspirasi.
c. Anestesi Imbang
Merupakan teknik anestesi dengan menggabungkan kombinasi
memuaskan
g. Riwayat penderita toksik / alergi obat anestesi local
h. Penderita dengan pengobatan antikoagulantia dan bedah anak
pada:
a. Hepar yaitu obat hepatotoksik, dosis dikurangi atau obat yang toksis
adekuat
c. Ketidakmampuan pasien menjaga jalan nafas ( coma,areflexia, atau
cardiac arrest)
d. Ketidak mampuan penolong untuk member ventilasi pada pasien tidak
bergerak
c. Trauma jalan nafas berat atau obstruksi yang tidak memberikan
dll.
e. Kelengkapan berkas informed consent.
2. Analisa Data
Data hasil pengkajian dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat menilai
anestesi/pembiusan.
2) Pasien menyatakan siap dilakukan pembiusan.
3) Pasien mengkomunikasikan perasaan negatif secara tepat.
4) Pasien taampak tenang dan kooperatif.
5) Tanda-tanda vital normal.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kecemasan.
2) Orientasikan dengan tim anestesi/kamar operasi.
3) Jelaskan jenis prosedur tindakan anestesi yang akan dilakukan.
4) Beri dorongan pasien untuk mengungkapkan perasaan.
5) Dampingi pasien untuk mengurangi rasa cemas.
6) Ajarkan tehnik relaksasi napas dalam.
7) Kolaborasi untuk memberikan obat penenang.
Evaluasi :
1) Pasien mengatakan paham akan tindakan pembiusan atau anestesi.
2) Pasien mengatakan siap dilakukan prosedur anestesi dan operasi.
3) Pasien lebih tenang.
4) Ekspresi wajah cerah.
5) Pasien kooperatif ditandai tanda-tanda vital dalam batas normal.
b. Dx : Resiko gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
tubuh tercukupi.
Kriteria hasil :
1) Pasien menyatakan tidak haus/tidak lemas.
2) Akral kulit hangat.
3) Haemodinamik normal.
4) Masukan dan keluaran cairan seimbang.
5) Urine output 1-2 cc/kgBB/jam.
6) Hasil laborat elektrolit darah normal.
Rencana tindakan :
1) Kaji tingkat kekurangan volume cairan.
2) Kolaborasi dalam pemberian cairan dan elektrolit.
3) Monitor masukan dan keluaran cairan dan elektrolit.
4) Monitor hemodinamik pasien.
5) Monitor perdarahan.
Evaluasi :
1) Kebutuhan volume cairan seimbang.
2) Lokasi tusukan infus tidak bengkak dan tetesan infus lancar.
3) Cairan masuk dan keluar pasien terpantau.
4) Hemodinamik normal.
5) Laboratorium.
4. Intra Anestesi
a. Pengkajian Intra Anestesi dilakukan sejak pasien. Pengkajian Intra
anestesi meliputi :
1) Persiapan pasien, alat anestesi dan obat-obat anestesi.
2) Pelaksanaan anestesi
3) Monitoring respon dan hemodinamik pasien yang kontinu setiap 5
anestesi.
c. Diagnosa, Tujuan, Perencanaan/implementasi dan Evaluasi intra
anestesi
1) Dx : Resiko aspirasi b/d penurunan tingkat kesadaran.
Tujuan : Pola napas pasien menadi efektif/normal.
Kriteria hasil :
a) Frekuensi napas normal.
b) Irama napas sesuai yang diharapkan.
c) Ekspansi dada simetris.
d) Jalan napas pasien lancar tidak didapatkan adanya sumbatan.
e) Tidak menggunakan obat tambahan.
f) Tidak terjadi sianosis, saturai O2 96-100%.
Rencana tindakan:
a) Bersihkan secret pada jalan napas.
b) Jaga patensi jalan napas.
c) Pasang dan beri suplai oksigen yang adekuat.
d) Monitor perfusi jaringan perifer.
e) Monitor ritme, irama dan usaha respirasi.
f) Monitor pola napas dan tanda-tanda hipoventiasi.
Evaluasi :
a) Pola napas efektif dan tidak ada tanda-tanda sianosis.
b) Napas spontan, irama dan ritme teratur.
2) Dx : Resiko aspirasi b/d penurunan tingkat kesadaran
Tujan : Tidak akan terjadi aspirasi
Kriteria hasil :
a) Pasien mampu menelan.
b) Bunyi paru bersih.
c) Tonus otot yang adekuat.
Rencana tindakan:
a) Atur posisi pasien.
b) Pantau tanda-tanda aspirasi.
c) Pantau tingkat kesadaran : reflek batuk, reflek muntah,
kemampuan menelan.
d) Pantau bersihan jalan napas dan status paru.
e) Kolaborasi dengan dokter.
Evaluasi :
a) Tidak ada muntah.
b) Mampu menelan.
c) Napas normal tidak ada suara paru tambahan.
3) Dx : Resiko kecelakaan cedera b/d efek anestesi umum.
Tujuan : Pasien aman selama dan setelah pembedahan.
Kriteria hasil :
a) Selama operasi pasien tidak bangun/tenang.
b) Pasien sadar setelah anestesi selesai.
c) Kemampuan untuk melakukan gerakan yang bertujuan.
d) Kemampuan untuk bergerak atau berkomunikasi.
e) Pasien aman tidak jatuh
Rencana tindakan:
a) Atur posisi pasien, tingkatkan keamanan bila perlu gunakan
tali pengikat.
b) Jaga posisi pasien imobile.
c) Atur tmeja operasi atau tubuh pasien untuk meningkatkan
pasien.
f) Pantau penggunaan obat anestesi dan efek yang timbul.
Evaluasi :
a) Pasien aman selama dan setelah pembiusan.
b) Pasien nyaman selama pembiusan, tanda-tanda vital stabil.
c) Pasien aman tidak jatuh.
d) Skor aldert pasien 9 untuk bisa dipindahkan ke ruang rawat.
5. Post Anestesi
a. Pengkajian Post Anestesi dilakukan sejak pasien selesai dilakukan
anestesi.
hemodinamik.
Evaluasi :
a) Jalan napas efektif.
b) Napas pasien spontan dan teratur.
c) Tidak ada tanda-tanda sianosis.
d) Status hemodinamik pasien stabil.
2) Dx : Gangguan rasa nyaman mual muntah b/d pengaruh sekunder
obat anestesi.
Tujuan : Mual muntah berkurang.
Kriteria hasil :
a) Pasien menyatakan mual berkurang.
b) Pasien tidak muntah.
c) Pasien menyatakan bebas dari mual dan pusing.
d) Hemodinamik stabil dan akral kulit hangat.
Rencana tindakan:
a) Atur posisi pasien dan tingkatkan keseimbangan cairan.
b) Pantau tanda vital dan gejala mual muntah.
c) Pantau turgor kulit.
d) Pantau masukan dan keluaran cairan.
e) Kolaborasi dengan dokter.
Evaluasi :
a) Perasaan pasien lega, tidak pusing dan terbebas dari rasa mual.
b) Akral kulit hangat tidak pucat/sianosis.
c) Nadi teratur dan kuat
d) Status hemodinamik stabil.
3) Dx : Nyeri akut b/d agen cidera fisik (operasi)
Tujuan : Nyeri berkurang atau hilang
Kriteria hasil :
a) Pasien menyatakan nyeri berkurang atau hilang.
b) Pasien mampu istirahat.
c) Ekspresi wajah tenang dan nyaman.
Rencana tindakan:
a) Kaji drajat, lokasi, durasi, frekuensi dan karakteristik nyeri.
b) Gunakan tehnik komunikasi terapeutik.
c) Ajarkan tehnik relaksasi.
d) Kolaborasi dengan dokter.
Evaluasi :
a) Rasa nyeri berkurang atau hilang.
b) Hemodinamik normal.
c) Pasien bisa istirahat dan ekspresi wajah tenang.
4) Dx : Hipotermi b/d berada atau terpapar di lingkungan dingin.
Tujuan : Pasien menunjukan termoregulasi.
Kriteria hasil :
a) Kulit hangat dan suhu tubuh dalam batas normal.
b) Perubahan warna kulit tidak ada.
c) Pasien tidak menggigil kedinginan.
Rencana tindakan:
a) Mempertahankan suhu tubuh selama pembiusan atau operasi
A. Pre anestesi
Tanggal pengkajian : Selasa, 04 April 2017
Jam : 10:30 WIB
Oleh : Shilmah W dan Nia H.
Sumber data : Klien, tenaga kesehatan, status klien
Metode : Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi.
1. Pengkajian pre anestesi
a. Identitas klien
Nama : Ny. S
Tempat, tanggal lahir : Purworejo, 23 Juni 1974
Alamat : Candimulyo, Kunir, Butuh, Purworejo
Jenis kelamin : Perempuan
Suku : Jawa
Agama : Islam
No. RM : 391xxx
Diagnosa medis : Tumor Mammae Dextra
Dokter Anestesi : dr. Bambang Hantoro, Sp.An
Dokter Bedah : dr. Amal, Sp. B
Penata Anestesi : Sony, S. ST
Tanggal masuk : 04 April 2017 pukul 10:30 WIB
b. Pengkajian khusus
Klien mengatakan ada benjolan di payudara kanan sejak 2 tahun yang
riwayat asma.
2) Riwayat pemakaian obat
Klien mengatakan jika asma kambuh mengonsumsi obat
salbutamol.
3) Riwayat operasi/ anestesi
4) Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menjalani
pembiusan dan operasi, dan baru kali ini akan dilakukan operasi
5) Kebiasaan buruk
Klien mengatakan tidak merokok, tidak minum-minuman keras
(alkohol).
6) Riwayat alergi
Klien mengatakan tidak mempunyai riwayat alergi baik makanan
maupun obat.
7) Riwayat penyakit keluarga
Klien mengatakan ibunya mempunyai riwayat asma, namun tidak
16 x/menit, S: 36,80C.
2) Pemeriksaan fisik umum
a) Psikis : klien tampak cemas, wajah tegang, kontak
terlihat), tidak ada gigi palsu, tidak ada gigi yang tanggal, gigi
tampak maju.
f) Leher : leher tampak pendek, tidak ada
kiri redup.
Auskultasi : suara vesikuler pada. Terdengar suara
lainnya seperti tangan kanan, kaki kanan dan kaki kiri dapat
mobilisasi maksimal.
Kekuatan otot ka 5 5 ki
5 5
e. Pemeriksaan Penunjang
Hari, tanggal : Selasa, 04 April 2016
Waktu : 08.00 WIB
f. Persiapan operatif
1. Mencocokkan identitas pasien (nama, nomor medical record).
2. Hasil pemeriksaan laboratorium
3. Pastikan inform consent dengan baik, persetujuan operasi dan
cc/jam
- Jam IV = M + SO = 130 + 520 = 650 cc/jam.
2. Analisa Data
Hari, tanggal : Selasa, 4 April 2017
Jam : 10.30 WIB
Shilmah&Ni
a
3. Diagnosa Keperawatan
Hari, tanggal : Selasa, 4 April 2017
Jam : 10.30 WIB
a. Cemas b/d kurang pengetahuan tentang pembiusan/ anestesi ditandai
dengan :
DS :
- Klien mengatakan sebelumnya belum pernah menjalani
Nia
B. Intra Anestesi
1. Pengkajian intra anestesi
Tanggal pengkajian : Selasa, 04 April 2017
Jam : 10:45 WIB
Oleh : Eka Rini
Sumber data : Klien, tenaga kesehatan, status klien
Metode : Observasi, wawancara, pemeriksaan fisik dan studi
dokumentasi.
2. Persiapan Anestesi
Alat Jumlah
Sarung tangan 1 pasang
Spuit 3 cc, 5 cc, 10 cc @ 2 buah
Intubasi set :
- Laringoskop 1 buah
- ETT no 6, 6,5 dan 7 @ 1 buah
- Stetoskop 1 buah
- Mayo/guedel 1 buah
- Jeli 1 buah
- Face mask 1 buah sesuai ukuran
- Mesin anestesi dan monitor 1 set
siap pakai
- Plester dan gunting @1 buah
- Mesin suction dan set suction 1 set
- Selang oksigen nasal 1 set
Obat :
- Fentanyl 2 ml 2 buah
- Kliran 4 mg 2 buah
- Fortanest 1 mg 2 buah
- Ketamin 50 mg 2 buah
- Lidodex 2 buah
- Bupivacain 2 buah
- Neogtigmin 2 buah
- Ketorolac 30 mg 2 buah
- Notrixum 25 mg 2 buah
- Fresofol 2 buah
- Theopentotal 0,5 g 2 buah
- Atropin 2 buah
- Epidrin 2 buah
- Epineprin 2 buah
Set spinal
- Jarum spinal no 26 2 buah
- Spuit 3 cc, 5cc @2 buah
- Sarung tangan steril 2 buah
3. Persiapan klien
a. Klien ditidurkan dalam posisi supinasi dan selanjutnya dilakukan
buatan
f. Auskultasi suara paru kanan dan kiri dengan stetoskop
g. Cuff dikembangkan dengan 10-20 ml udara atau sampai tak terlihat
kebocoran
h. ETT no.7 difiksasi dengan kuat
i. ETT no.7 disambungkan dengan ventilator dengan setting volume
100%
- Lima menit II : 130/80 mmHg, Nadi 89 x/menit SpO2 100%
- Lima menit III : 140/80 mmHg, Nadi 92 x/menit SpO2 98%
- Lima menit IV : 120/60 mmHg, Nadi 94 x/menit, SpO2 98%, RR
: 20x/menit
- Lima menit V : 130/80 mmHg, Nadi 82 x/menit SpO2 100%
- Lima menit VI : 130/80 mmHg, Nadi 84 x/menit SpO2 84%,
belum adekuat
- Lima menit VII : 140/74 mmHg, Nadi 92 x/menit SpO2 99%,
RR : 20x/menit
- Lima menit VIII : 140/70 mmHg, Nadi 94 x/menit, SpO2 99%,
RR : 21x/menit
- Lima menit IX : 130/70 mmHg, Nadi 87 x/menit SpO2 99%,
RR : 24x/menit.
f. Tidal volume : 500,I : E : 1 : 2, Respirasi Rate 12 x / menit
g. Agent sevofluran 2 vol%
h. Perbandingan N20 : O2 - 50 % : 50 % (2 l/m : 2 l/m)
i. Perdarahan selama operasi 200 cc
j. Pasien tidak tampak hipoksia
k. Perfusi jaringan baik
l. Tidak tampak sesak
m. Tidak tampak tanda-tanda hipovolemia
n. Terpasang IVFD, RL 20 tpm
o. Saat ekstubasi terdengar suara nafas tambahan gurgling, terdapat
sekret banyak disaluran nafas.
6. Analisa data
Hari, tanggal : Selasa, 4 April 2017
Waktu : 10.50 WIB
7. Diagnosa keperawatan
a. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan disfungsi
20mg
b. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan produksi
dokumentasi.
1. Pengkajian pasca anestesi
f. Status Sirkulasi
TD : 130/63 mmHg
Nadi : 82 x /menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu : 36o C
Tidak tampak adanya sianosis, turgor baik, akral teraba dingin, klien
tampak mengigil.
g. Status Respirasi
RR 14 x/menit teratur tidak ada sesak.
h. Status neurologis
Pasien masih belum sadar penuh, kesadaran somnolen
i. Instruksi Pasca Operasi
1. Observasi tanda vital tiap 15 menit pertama pasca anestesi selama
24 jam pertama
2. Observasi peningkatan kesadaran.
3. Miringkan kepala bila muntah dan suction
4. Boleh makan dan minum apabila sadar penuh, tidak ada mual tidak
3. Tekanan darah
- Berubah sampai 20% dari pra bedah nilai 2
- Berubah 20 50 % dari pra bedah nilai 1
- Berubah 50 % dari pra bedah nilai 0
4. Kesadaran :
- Sadar dan orientasi baik nilai 2
- Sadar bila dipanggil nilai 1
- Tak ada tanggapan terhadap rangsang nilai 0
5. Warna kulit :
- Kemerahan nilai 2
- Agak pucat agak suram nilai 1
- Sianosis nilai 0
2. Analisa Data
Tanggal pengkajian : Selasa, 04 April 2017
Jam : 12:10
3. Diagnosa Keperawatan
Tanggal pengkajian : Selasa, 04 April 2017
Jam : 12:10
c. Hipotermi berhubungan dengan terpapar dengan lingkungan OK yang
ditandai dengan:
DS : -
DO :
- Klien dilakukan pembiusan total (General Anestesi)
- Kesadaran: Somnolen
- Klien bergerak tidak terkontrol (belum sadar penuh).