Anda di halaman 1dari 36

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny “S” DENGAN DIAGNOSA

CA MAMMAE DI RUANG MAWAR DENGAN PENDEKATAN TEORI


COMFORT THEORY DI RUMAH SAKIT PELAMONIA MAKASSAR 23
SEPTEMBER 2020

Di Susun Oleh:
Muhammad Asri (R012191009)

Mengetahui

Proceptor Utama Proceptor


Pendamping

(Dr. Elly L Sjattar, S.Kp,M.Kes) (Abdul Majid, S.Kep., Ns., M.Kep.,Sp.Kep)

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANDDIN
MAKASSAR
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Carsinoma mammae adalah kanker paling umum yang menyerang wanita.
Diperkirakan lebih dari 500.000 wanita pada tahun 2011 meninggal karena
penyakit ini di seluruh dunia (WHO (Spivey et al., 2018). Di Indonesia,
carsinoma mammae yang paling umum pada tahun 2012 dengan insiden 43,4%
dan tingkat kematian 12,9%. Jumlah pasien carsinoma mammae yang berada pada
stadium lanjut pada saat diagnosis tinggi. Tingginya jumlah pasien dengan
carsinoma mammae lanjut di Indonesia juga terkait dengan budaya dan nilai-nilai
daerah. Orang Indonesia memilih untuk mencoba mengobati kondisi sendiri
dengan menggunakan terapi tradisional. Mereka tidak mengunjungi fasilitas
kesehatan kecuali jika pengobatan atau terapi alternatif gagal, sehingga diagnosis
kanker ditegakkan sudah dalam stadium lanjut (Nuraini, Gayatri, et al., 2018).
Pasien kaker payudara sekitar 60% yang dirawat di Rumah Sakit Kanker
Dharmais di Indonesia menderita kanker stadium lanjut (Nuraini, Andrijono, et
al., 2018). Pengelolaan carsinoma mammae saat ini diantaranya pendekatan
pengobatan radioterapi, kemoterapi, terapi endokrin, dan terapi target molekuler
(Traore et al., 2018). Dengan terapi tersebut pada banyak kasus disertai dengan
kerusakan pada struktur dan fungsi fisiologis jangka pendek dan/atau jangka
panjang secara bersamaan (Plate et all, 2018). Kerusakan struktur dan fungsi
fisiologis yang dialami oleh pasien carsinoma mammae menimbulkan masalah
ketidak nyamanan yang dirasakan. Secara umum, pasien kanker dan keluarganya
mengalami gangguan kenyamanan. Kenyamanan adalah aspek penting yang
menjadi perhatian pada pasien paliatif termasuk pasien carsinoma mammae.
Beberapa indikator ketidaknyamanan fisik dapat diamati dan diukur, dan variabel-
variabel ini tidak hanya fisik, tetapi juga psikologis. Oleh karena itu, aplikasi
“Comfort Theory” (Katharine Kolcaba) dalam pelaksanaan asuhan keperawatan
pasien dengan carsinoma mammae dapat membantu meningkatkan pengobatan
dan bahkan mungkin menjadi salah satu prognosis faktor (Nuraini, Andrijono, et
al., 2018).
Pendekatan teori kenyamanan (Comfort Theory) Katharine Kolcaba adalah
bagian dari middle range theory yang merupakan suatu yang menguatkan.
Definisi ini memberikan rasional bagi perawat untuk memberikan kenyamanan
pada pasien, serta perawat mendapatkan kepuasan. Melalui kenyamanan, proses
kesembuhan dapat tercapai. Perawat memiliki peranan penting dalam
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan pasien. Harmer
(1926) dalam Alligood, (2014) menyatakan bahwa asuhan keperawatan berfokus
untuk memberikan lingkungan yang nyaman, mencakup kebahagiaan,
kenyamanan fisik dan mental (istirahat, tidur, nutrisi, kebersihan, dan eliminasi).
Secara intuisi, kenyamanan berkaitan dengan aktivitas mengasuh atau merawat.
Pendekatan teori ini memberikan memberikan gambaran kepada perawat untuk
dapat mengidentifikasi masalah dan sumber pendukung sehingga mampu
memberikan kenyamanan yang dapat meningkatkan status kesehatannya
(Alligood, 2014c).
B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Memahami penerapan teori Comfort Theory dalam asuhan keperawatan

sistem Kardiovaskuler dengan penyakit Ca Mammae

2. Tujuan Khusus

a. Memahami konsep teori Comfort Theory

b. Memahami konsep teori penyakit ca mammae.

c. Menganalisis penerapan konsep model teori Comfort Theory Pada

Asuhan Keperawatan dengan diagnosa ca mammae.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori konsep Ca Mammae
1. Definisi
Kanker merupakan suatu kondisi dimana terjadi pertumbuhan secara
berlebihan atau keadaan pertumbuhan yang tidak normal dari sel-sel
jaringan pada bagian tubuh tertentu (Fajar et al., 2015).
Kanker yaitu penyakit gangguan yang terjadi pada sel yang ditandai
dengan proliferasi sel yang tidak terkontrol. Kanker juga seringkali disebut
tumor ganas. Sebagian masyarakat seringkali menganggap kanker merupakan
penyakit yang tidak dapat disembuhkan, penyakit yang menyebabkan
kematian, dan sering kali dialami oleh orang yang sudah berusia lanjut
(Utami, 2017).
kanker adalah suatu penyakit yang diistilah untuk penyakit tertentu di
mana sel-sel mengalami membelah secara abnormal tanpa kontrol dan dapat
menyerang bebrapa jaringan dan jaringan disekitarnya di sekitarnya
1. Payudara
a. Anatomi Payudara
Payudara menempati bagian antara iga ketiga dan ketrujuh serta
terbentang lebarnya dari linea parasternalis sampai axillaris anterior
atau media. Setiap payudara terdiri dari 12 sampai 20 lobulus kelenjar
tubuloalveolar yang masing-masing mempunyai saluran ke puting
susu yang disebut duktus laktiferus. Diantara kelenjar susu dan fasia
pektoralis serta diantara kulit dan kelenjar payudara terdapat jaringan
lemak. Diantara lobulus terdapat ligamentum Cooper yang memberi
rangka untuk payudara. Setiap lobulus terdiri dari sel-sel asini yang
terdiri dari sel epitel kubus dan mioepitel yang mengelilingi lumen.
Sel epitel mengarah ke lumen, sedangkan sel mioepitel terletak
diantara sel epitel dan membran basalis (Sjamsuhidajat & de Jong,
2010).
Perdarahan payudara terutama berasal dari cabang perforantes
anterior dari mammaria interna, a.torakalis lateralis yang bercabang
dari a.aksila, dan beberapa a.interkostalis. Kulit payudara dipersarafi
oleh cabang pleksus servikalis dan interkostalis. Jaringan kelenjar
payudara sendiri diurus oleh saraf simpatik. Aliran limfe dari
payudara sekitar 75% menuju ke aksila, sisanya ke kelenjar
parasternal, terutama dari bagian medial, dan juga interpektoralis.
Saluran limfe dari seluruh payudara mengalir ke kelompok anterior
aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila bagian dalam, yang
lewat sepanjang vena aksilaris dan yang berlanjut ke kelenjar servikal
bagian kaudal dalam di fosa supraklavikularis (Sjamsuhidajat & de
Jong, 2010).
Payudara juga terdiri atas dua jenis jaringan yaitu jaringan kelenjar
dan jaringan stromal. Jaringan kelenjar meliputi lobus dan duktus.
Sedangkan jaringan stromal meliputi jaringan lemak dan jaringan ikat.
Payudara terdapat dalam fasia superfisialis dinding torak ventral yang
berkembang menonjol tegak dari subklavikula sampai dengan costae
atau intercostae kelima sampai keenam (Sjamsuhidajat & de Jong,
2010).
Secara umum struktur payudara terdiri dari beberapa jaringan dan
lobus, yaitu:
1. Jaringan glandular yang terdiri dari 15-20 lobus mayor, setiap
lobus dialiri ductus laktiferusnya sendiri yang membesar menjadi
sinus laktiferus (ampula) sebelum muncul untuk memperforasi
puting dengan 15-20 mulut.
2. Lobus-lobus dikelilingi oleh jaringan adiposa dan ligamentum
suspensorium cooper. Ligamentum ini merentang dari fasia dalam
pada otot pektoralis sampai fasia superfisialis yang terdapat tepat
dibawah kulit.
3. Lobus mayor membentuk menjadi 20 sampai 40 lobulus, setiap
lobulus kemudian bercabang menjadi duktus-duktus kecil yang
berakhir di alveoli sekretori.
4. Puting dikelilingi oleh area kulit berpigmen dengan diameter
sekitar 3 cm yang disebut dengan areola. Diatas permukaan areola
tersebut terdapat beberapa kelenjar sebasea yang berguna sebagai
penghasil lubrikasi putting ketika menyusui (Moonkhouse, 2007).
2. Kangker Payudara
a. Definisi Kangker Payudara
Kanker payudara adalah kanker yang paling berbahaya dan
beresiko terjadi pada wanita yang berada di negara maju maupun negara
berkembang. Kementerian Kesehatan juga menyatakan bahwa kejadian
kanker payudara merupakan kanker yang paling berbahaya bagi
perempuan Indonesia (Parikesit & Anurogo, 2013).
Carcinoma mammae (Kanker payudara) adalah suatu kondisi
dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya,
sehingga terjadi pertumbuhan yang tidak normal, pertumbuhannya
berkembang sangat cepat dan tidak dapat dikendali yang bila sudah
terjadi pada jaringan payudara (Irawan et al., 2017).
b. Epidemiologi Kanker Payudara
Kejadian kanker payudara menjadi salah satu dari lima penyebab
kematian wanita terbanyak di dunia. Di Indonesia kejadian kanker
payudara menempati peringkat kedua terbanyak dari jenis kanker yang
terjadi pada wanita setelah kanker serviks (Adinie et al., 2017).
Kanker payudara merupakan suatu penyakit tidak dapat menular
namun cenderung mengalami peningkatan yang sangat pesat setiap
tahunnya. Dilihat dari data yang ditemukan pada Sistem Informasi
Rumah Sakit (SIRS) tahun 2015 jumlah pasien yang dirawat inap di
Rumah Sakit Ken Saras berjumlah 610 pasien kanker payudara,
sedangkan jumlah pasien rawat jalan sejumlah 1540 pasien kanker
payudara (Yulianti et al., 2016).
c. Etiologi dan Faktor Risiko Kanker Payudara
1) Usia Menopause
Wanita yang beresiko mengalami menopause dimana usia >43 tahun
lebih besar terkena kanker payudara. Usia menopause berhubungan
dengan lamanya paparan hormon estrogen dan progesteron yang
berpengaruh terhadap proses poliferasi jaringan payudara.
2) Lama Pemakaian Kontrasepsi
Pemakaian kontrasepsi oral lebih dari >10 tahun pada wanita dapat
menyebabkan terjadinya resiko terkena kangker payudara. Wanita
yang menggunakan kontrasepsi oral >10 tahun dapat meningkatkan
proses poliferasi bila diikuti dengan hilangnya kontrol atas poliferasi
sel dan dapat mempengaturan kematian sel yang sudah terprogram
(apoptosis) akan mengakibatkan sel payudara berpoliferasi secara
terus menerus.
3) Lama Menyusui
Menyusui dalam waktu yang lama dapat mengurangi risiko terkena
kanker payudara. Risiko relatifnya berkurang 4,3% untuk setiap 12
bulan menyusui. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama seorang
wanita menyusui sangat berpengaruh terhadap risiko terjadinya
kanker payudara dari pada wanita yang tidak pernah menyusui.
4) Usia Menarche
Usia menarche yang lebih awal berhubungan dengan lamanya
paparan hormon estrogen dan progesteron pada wanita yang
berpengaruh terhadap proses proliferasi jaringan termasuk jaringan
pada payudara dimana wanita mengalami menstruasi dini pada usia
kurang dari 12 tahun dan manepause terlambat (lebih dari 55 tahun)
kemungkinan lebih tinggi terkena risiko kanker payudara. Tiap jeda
satu tahun dalam usia menarche berkorelasi dengan penurunan risiko
sebanyak 5-10%. Usia menarche dini terkait dengan paparan
hormone endogen yang lebih lama. Selain itu, pada individu
tersebut, kadar esterogen relatif lebih tinggi sepanjang usianya
produktif
5) Pola Konsumsi Makanan Berserat
Melakukan diet makanan berserat ada hubungan antara rendahnya
kadar sebagian besar aktivitas hormon seksual dalam plasma,
tingginya kadar Sex Hormone Binding Globulin (SHBG), hal
tersebut akan sangat berpengaruh terhadap mekanisme kerja
penurunan hormon estradiol dan testoteron
6) Pola Konsumsi Makanan Berlemak
Mengkonsumsi lemak merupakan salah satu suber faktor risiko
terjadinya kaner payudara. Willet et. al melakukan studi prospektif
selama 8 tahun tentang konsumsi lemak dan serat, ternyata terdapat
hubungannya antara risiko kanker payudara pada perempuan umur
34 sampai dengan 59 tahun.
7) Riwayat Kegemukan Obesitas
Berat badan yng berlebih diduga dapat menjadi factor risiko
terjadinya kangker payudara pada wanita. Jika terjadi peningkatan
produksi esterogen dan endogen hasil konversi dari androgen oleh
enzim aromatase pada lemak-lemak adiposa
8) Pola Diet
Melakukan diet nutrisi serta aktifitas fisik dapat mengurangi resiko
terjadinya kanker payudara dikarenakan gaya hidup mengkonsumsi
diet nutrisi yang baik serta melakukan aktifitas fisik secara teratur
dilakukan bukan hanya sebagai pencegahan agar tidak menderita
kanker payudara tetapi gaya hidup tersebut juga dapat dilakukan
untuk mempertahankan kelangsungan hidup penderita kanker
payudara akan tetapi jika pola diet kurang baik bias menyebabkan
salah satu suber terjadinya kanker payudara.
9) Perokok Pasif
Perokok pasif diduga dapat meningkatkan faktor risiko terjadinnya
kanker payudara, kanker rongga hidung, dan kanker nasofaring pada
orang dewasa serta risiko leukemia, limfoma, dan tumor otak pada
anak-anak
10) Konsumsi Alkohol
Perempuan yang mengkonsumsi lebih dari satu gelas alkohol per
hari memiliki risiko terkena kanker payudara yang lebih tinggi.
Namun potensi untuk terpapar dengan kanker paydara antara laki-
laki dan perempuan sama bersarnya.
11) Aktivitas Fisik
Seseorang wanita yang memiliki kebiasaan berolahraga dengan
aktifitas fisik yang rendah memiliki risiko lebih besar untuk terkena
kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang memiliki
kebiasaan berolahraga atau aktifitas fisik yang tinggi. Dengan
aktivitas fisik atau berolahraga yang cukup akan dapat dicapai
keseimbangan antara kalori yang masuk dan kalori yang keluar.
Dengan melakukan aktivitas fisik atau olahraga yang cukup baik
atau rutin akan mengurangi risiko kanker payudara.
12) Riwayat Kanker Payuadara pada Keluarga
Seseorang yang memiliki keluarga yang terkena kangker payudara
memiliki 2,778 lebih besar untuk terkena kanker payudara,
dibandingkan dengan seorang wanita yang yang memeiliki keluarga
yang tidak memiliki riwayat kanker payudara. Gen yang disebut
BRCA yang terdapat dalam DNA berperan penting untuk
mengontrol pertumbuhan sel agar berjalan normal. Dalam kondisi
tertentu gen BRCA tersebut dapat mengalami mutasi menjadi
BRCA1 dan BRCA2, sehingga fungsinya sebagai pengontrol
pertumbuhan dapta hilang dan memberikan kemungkinan
kemungkinan besar untuk meningkatkan pertumbuhan sel menjadi
tidak terkontrol atau dapat menimbulkan kanker payudara. (Yulianti
et al., 2016)
d. Patogenesis Kanker
Payudara Patogenesis kanker payudara terbagi atas beberapa tahap
1. Hiperplasia ductal
Terjadi proliferasi selepitel poliklonal yang tersebar tidak rata
dengan inti saling tumpang tindih dan lumen duktus tidak teratur.
Sering merupakan tanda aqal keganasan.
2. Hiperplasia atipik (klonal)
Perubahan lebih lanjut, sitoplasma sel menjadi lebih jelas dan tidak
tumpang tindih dengan lumen duktus yang teratur. Secara klinis
risiko kanker payudara meningkat.
3. Karsinoma in situ
Ductal maupun lobular terjadi proliferasi sel dengan gambaran
sitologis sesuai keganasan. Proliferasi belum menginvasi stroma atau
menembus membrane basal. Karsinoma in situ lobular biasanya
menyebar ke seluruh jaringan payudara, bahkan hingga bilateral dan
tidak teraba pada pemeriksaan serta tidak terlihat pada pencitraan.
Karsinoma in situ ductal sifatnya segmental dapat mengalami
kalsifikasi sehingga gambarannya bervariasi
e. Tanda dan Gejala Kanker Payudara
Adapun beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada pasien yang
terkena kanker payudara antara lain:
a) Tahap pertama terjadinya kangker payudara ditandai dengan
adanya benjolan pada payudara dan tidak msenimbulkan rasa sakit
b) Benjolan yang ada pada payudara kadang teraba kasar dan tidak
beraturan
c) Ada benjolan kecil atau luka pada bagian areah payudara dan
aksilla
d) Adanya haluaran cairan bias berupa darah yang berbau yang keluar
dari putimg susu
e) Payudara terlihat tidak simetris (Utami, 2017).
f. Klasifikasi Stadium
a) Stadium 0
Stadium 0 ini digunakan untuk menunjukkan kanker
payudara non-invasif atau in situ seperti ductal carcinoma in situ
(DCIS). Carcinoma atau karsinoma artinya kanker dan in situ
artinya di tempat asalnya.
Maksud dari stadium 0 ini adalah sel kankernya belum
berkembang dan menyebar jauh ke area lainnya. Pada tahap 0,
tidak ada bukti bahwa sel kanker atau sel abnormal nonkanker
keluar dari payudara atau menyerang jaringan normal di dekatnya.
Ada tiga kemungkinan jenis karsinoma in situ dari jaringan
payudara, yaitu: Penyakit pada puting susu, DCIS: karsinoma
duktal in situ, LCIS,: karsinoma lobular in situ.
Karsinoma duktal in situ adalah merupakan jenis kanker
yang usiannya sangat dini dan jika dilakukan penangannan dengan
segerah maka sangat bisa untuk disembuhkan. Namun jika tidak
segera diobati, kanker bias saja segerah menyebar ke jaringan
payudara dan sekitarnya.
Sementara karsinoma lobular in situ stadium 0 umumnya
tidak dianggap sebagai kanker karena jenis karsinoma yang satu ini
hanya menggambarkan perubahan pertumbuhan sel-sel abnormal
tetapi non-invasif di lobulus atau kelenjar susu di payudara.
Namun, ketika Anda telah didiagnosis memiliki LCIS
stadium 0, maka anda memiliki berisiko tinggi terkena kanker
payudara. Oleh karena itu, biasanya dokter akan
merekomendasikan pemeriksaan payudara klinis rutin dan
mamografi. Obat tamoxifen juga dapat diberikan untuk membantu
mencegah pertumbuhan sel kanker dengan cepat.
b) Stadium 1
Kanker payudara stadium satu merupakan tahap paling
awal terkena kanker payudara yang berpotensi menyebar ke
daerah-daerah sekitar payudra (invasif). Pada tahap ini, ditrmukan
ukuran tumor biasanya mencapai 2 cm dan belum menyebar ke
kelenjar getah bening. Akan tetapi, sel kanker telah menyebar ke
luar lokasi asli dan merambat ke jaringan payudara di sekitarnya.
Tumor stadium I masih tergolong kecil karena ukurannya
yang hanya mencapai 2 sm, maka kondisi ini masih cukup sulit
untuk dilakukan dideteksi. Namun, dengan pemeriksaan payudara
sendiri secara rutin dan skrining rutin sangat penting sehingga
kemunculannya bisa didiagnosis secara dini. Kanker payudara
stadium I dibagi menjadi dua kategori, yaitu:
1) Stadium IA

Di tahap ini tumor berukuran 2 cm atau lebih.


Ukurannya kira-kira sebesar kacang polong atau kacang
tanah dan belum menyebar ke luar payudara.
2) Stadium IB

Di tahap ini kelompok kecil sel kanker berukuran tidak


lebih dari 2 cm. Sel kanker biasanya ditemukan di kelenjar
getah bening. Namun, tidak ditemukan tumor di dalam
payudara atau kalau pun ada berukuran sekitar 2 cm atau
kurang. Biasanya tingkat kelangsungan hidup untuk kanker
payudara stadium IA mungkin sedikit lebih tinggi
dibandingkan stadium IB. Namun secara umum, wanita
dengan kanker payudara stadium I masih memiliki kualitas
hidup yang baik kedepannya.

Di stadium I, kita sudah bias menetukan dan TNM


membantu menggambarkan tingkat penyakit. Misalnya,
apakah terdapat sel kanker di kelenjar getah bening atau
tidak. Biasanya kanker payudara stadium I digambarkan
sebagai berikut:

 T, apakah T1, T2, T3, atau T4 tergantung pada ukuran


dan atau luas tumor utama
 N0, menunjukkan kanker yang belum menyebar ke
kelenjar getah bening
 M0, penyakit belum menyebar ke organ lain di tubuh
c) Stadium II (2)
Kanker payudara stadium II atau yang dikenal juga dengan
kanker payudara invasif. Di stadium ini, tumor biasanya berukuran
antara 2 hingga 5 cm dan Sel kanker juga biasanya menyebar
hingga ke kelenjar getah bening di bawah lengan tepatnya di sisi
yang sama dengan keberadaan tumor.
Kanker payudara stadium II merupakan penyakit yang
sedikit lebih serius dibandingkan dengan stadium I. Ini karena sel
kanker tak hanya ada di jaringan payudara tetapi juga menyebar ke
kelenjar getah bening. Selain itu, ukuran tumornya juga lebih besar
dibandingkan dengan stadium I ukurannya biasannya lebih daro 2
cm. Akan tetapi, kanker stadium II bukan berarti sudah menyebar
ke bagian tubuh yang lebih jauh.
Kanker payudara Pada stadium II, bias kita terdeteksi
melalui pemeriksaan payudara sendiri atau mengguakan sadari.
Saat dlakukan pemeriksaan tumor akan terasa teraba seperti
benjolan yang keras jika disentuh. Stadium II kanker payudara
dibagi menjadi:

a) Stadium IIA (2A)

Pada stadium 2A, tidak ditemukan adanya tumor di


payudara atau ukuran tumor lebih kecil dari 2 cm. Kanker
dapat ditemukan di kelenjar getah bening pada stadium ini,
atau tumor lebih besar dari 2 cm tetapi lebih kecil dari 5 cm
dan kanker belum menyebar ke kelenjar getah bening.

b) Stadium IIB (2B)

Pada tahap kanker 2B, ukuran tumornya lebih besar dari 2


cm, dan lebih kecil dari 5 cm, dan sel-sel kanker payudara
sudah ditemukan di kelenjar getah bening. Tumor juga bias
ditemukan lebih besar dari 5 cm, tetapi kanker belum
menyebar ke kelenjar getah bening.

Pada tahap ini kanker payudara, dapat dilihat melalui TNM


biasanya menunjukkan tingkat penyakit. Secara umum,
kanker payudara stadium II digambarkan sebagai berikut:

 T, apakah T1, T2, T3, atau T4 tergantung pada ukuran


dan atau luas tumor utama
 N1, menunjukkan kanker yang telah menyebar ke
kelenjar getah bening
 M0, penyakit belum menyebar ke organ lain di tubuh
d) Stadium III (3)

Kanker payudara stadium 3 bisanya disebut juga dengan


kanker payudara stadium lanjut lokal. Artinya yaitu tumor atau
benjolan telah berdiameter lebih dari 5 cm dan menyebar ke
kelenjar getah bening di area ketiak atau jaringan dekat
payudara.

Meski penyebarannya sudah menyebar hingga ketiak dan


area terdekat payudara, sel kanker biasanya tidak sampai muncul
di organ yang lebih jauh seperti paru-paru atau hati.
Penyebarannya terbatas pada kelenjar getah bening ketiak,
dinding dada, atau kulit payudara. Kanker payudara stadium III
secara umum dibagi menjadi tiga kategori, yaitu:

a) Stadium IIIA (3A)

Di fase ini, biasanya dapat kita lihat melalui kondisinya


sebagai berikut:

 Tidak ada tumor yang ditemukan di payudara


tetapi bisa muncul di kelenjar getah bening ketiak atau
di dekat tulang payudara
 Tumor berukuran 2 cm atau lebih kecil dan sel kanker
telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau di
dekat tulang payudara
 Tumor berukuran 2 sampai 4 cm dan telah menyebar ke
kelenjar getah bening ketiak atau di dekat tulang
payudara
 Tumor berukuran lebih besar dari 5 cm dan  telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau di dekat
tulang payudara

b) Stadium IIIB (3B)


Kanker payudara dengan stadium IIIB, ukuran tumor
tidak bias dipastikan, bisa kecil bisa juga besar. Selain itu,
sel kanker di tahap ini juga biasanya:

 sudah menyebar ke dinding dada dan atau kulit


payudara
 Mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening
dekat ketiak, bagian lain, dan kelenjar getah di dekat
tulang dada
 Kanker telah menyebar ke kulit payudara atau sudah
mengalami peradangan pada kanker payudara itu
sendiri.

c) Stadium IIIC (3C)

Di tahap kanker payudara dengan stdium lllc ini


biasanya kondisinya meliputi:

 Tidak ada tanda kanker di payudara atau ukuran tumor


sangat bervariasi dan mungkin telah menyebar ke
dinding dada dan atau kulit payudara
 Sel-sel kanker hadir di kelenjar getah bening di atas
atau di bawah tulang selangka
 Sel-sel kanker mungkin telah menyebar ke kelenjar
getah bening aksila atau kelenjar getah bening di dekat
tulang dada
 Kanker telah menyebar ke kulit payudara atau disebut
juga peradangan kanker payudara

Di fase ini, kanker tidak selalu bisa dioperasi. Biasanya


dapat dioperasi jika ditemukan di 10 atau lebih kelenjar
getah bening dekat ketiak, bawah tulang selangka, dan
dekat tulang dada. Namun, kanker tidak lagi bisa dioperasi
jika telah menyebar ke kelenjar getah bening di atas tulang
selangka.

Tingkat kelangsungan hidup pasien kanker payudara


stadium IIIA mungkin sedikit lebih tinggi dibandingkan
dengan IIIB atau IIIC. Namun, ada banyak pilihan
pengobatan yang bisa membantu meningkatkan kualitas
hidup para pasiennya.

Sama seperti dua tahap sebelumnya, di stadium III


penggambaran TNM membantu menjelaskan tingkatan
penyakit atau tingkat peyebaran sel kanker. Semakin tinggi
angkanya, semakin luas penyebaran penyakitnya sel
kankernya. Secara garis besar, kanker payudara stadium III
dapat digambarkan sebagai berikut:

 T, apakah T1, T2, T3, atau T4 tergantung pada ukuran


dan atau luas tumor utama
 N1, menunjukkan kanker yang telah menyebar ke
kelenjar getah bening
 M0, penyakit belum menyebar ke organ lain di tubuh
e) Stadium IV (4)

Kanker payudara stadium IV disebut juga dengan kanker


payudara mestastasis. Pada stadium ini, kanker telah mengalami
menyebar di luar payudara, seperti pada bagian ketiak, dan
kelenjar getah bening lain baik yang dekat maupun jauh dari
payudara.

Selain itu, kanker stadium ini juga telah menyebar ke


bagian organ tubuh lain termasuk pada tulang, otak, paru-paru
atau hati, tidak menutup kemungkinan sel kanker juga telah
menyerang lebih dari satu organ tubuh.
Kanker payudara Pada stadium 4, penunjukan TNM
membantu menggambarkan tingkat penyakit atau penyebaran
sel kanker. Angka yang lebih tinggi menunjukkan kondisi
penyakit yang lebih luas atau parah. Biasanya, kanker payudara
stadium IV digambarkan sebagai berikut:

g. Pemeriksaan penunjang
1) Scan(MRI, SC, Gallium) dan ultrasound. Dilakukan untuk
mengetahui diagnostik, identifikasi metastatik, dan evaluasi terkait
kondisi payudara yang terdiagnosa kanker payudara.
2) Biopsi dilakukan untuk mengetahui atau untuk mendiagnosis
adanya BRCA1 dan BRCA2.
3) Penanda Tumor.
4) Mammografi
5) Sinar X dada.
h. Penatalaksanaan
Beberapa penatalaksanaan untuk kangker payudara dan tergantung
pada stadium klinik penyakit yaitu:
1) Mastektomi
2) Radiasi
3) Kemoterapi
4) Terapi Hormonal
5) Radioterapi
6) Lintasa Metabolisme
B. Landasan konsep “Comfort Theory”
Catherine Kolcaba mengungkapkan bahwa kenyamanan dipandang
sebagai hasil perawatan yang dapat mempromosikan atau memfasilitasi
perilaku pencarian kesehatan. Hal ini mengemukakan bahwa peningkatan
Kenyamanan dapat meningkatkan perilaku pencarian kesehatan (McEwen,
2014). Kolcaba menggunakan gagasan dari tiga ahli teori keperawatan awal
untuk mensintesis atau mendapatkan jenis kenyamanan dalam analisis konsep
(Kolcaba & Kolcaba, 1991) (Alligood, 2014a) yaitu:
1. Relief (Bantuan) disintesis dari karya Orlando (1961), yang menjelaskan
bahwa perawat lega akan kebutuhan yang diungkapkan oleh pasien.
2. Ease (Kemudahan) disintesis dari karya Henderson (1966), yang
menggambarkan 13 fungsi dasar manusia yang harus diperhatikan selama
perawatan.
3. Transendensi (Kelebihan) berasal dari Paterson dan Zderad (1975), yang
mengusulkan agar pasien dapat mengatasi kesulitan mereka dengan
bantuan perawat.
Empat konteks kenyamanan meliputi factor fisik, psychospiritual, sosial
budaya dan lingkungan. Keempat konteks yang di bandingkan dengan tiga
jenis kenyamanan, menciptkan struktur taksonomi yang mempertimbangkan
kompleksitas kenyamanan sebagi hasil (Arifuddin & Burhanudin, 2015).

Taxonomi
c structure of comfort (Alligood, 2014a)

Keterangan : Jenis kenyamanan:

1. Relief (bantuan) :Keadaan dimana kebutuhan pasien terpenuhi


2. Ease (Kemudahan): Keadaaan tenang/tentram atau kepuasan hati pasien
karena hilangnya ketidaknyamanan yang dialami pasien
3. Transcendece (kelebihan): Keadaan dimana paisen mampu mengatasi
masalah dari ketidaknyamanan yang dirasakan
Kolcaba menjelaskan bahwa kenyamanan merupakan kebutuhan dasar
manusia yang holistic terdiri atas kenyamanan fisik, psikospiritual,
sosiokultural dan lingkungan. Keempat faktor kenyamanan tersebut
digambarkan sebagai berikut:
1. Kenyamanan Fisik: menyangkut mekanisme sensasi tubuh dan
homeostasis
2. Kenyamanan Psikospiritual: Berkaitan dengan kesadaran internal diri,
keharmonisan hati dan ketenangan jiwa, termasuk harga diri, konsep,
seksualitas dan makna dalam kehidupan seseorang; hubungan sesorang
dengan tatanan yang lebih tinggi.
3. Kenyamanan Lingkungan : Berkaitan dengan lingkungan eksternal,
menjaga kebersihan lingkungan, membatasi pengunjung member
lingkungan yang aman dan nyaman bagi pasien.
4. Kenyamanan Sosial: Berkaitan dengan intrapersonal, keluarga, dan
hubungan sosial atau masyarakat, tradisi keluarga/budaya, ritual dan
praktek keagamaan (Kolcaba,Tilton & Drouin, 2006).
Asumsi utama dari teori ini adalah: (Arifuddin & Burhanudin, 2015)
a) Keperawatan
Keperawatan adalah sebuah bentuk identifikasi untuk mengkaji
kebutuhan rasa nyaman, merencanakan intervensi untuk memenuhi
rasa nyaman, dan mengevaluasi tingkat kenyamanan setelah
dilakukan implementasi.
b) Pasien
Pasien adalah penerima perawatan individu, keluarga, institusi,
komunitas yang membutukan pelayanan keperawatan. Perawatpun
bisa sebagai resepien yang membutukan rasa nyaman, yaitu terkait
peningkatan kenyamanan kerja ketika ada inisiatif untuk
memperbaiki kondisi kerja.
c) Lingkungan
Lingkungan merupakan aspek penting dari pasien, keluarga, atau
aturan institusi yang bisa dimodifikasi oleh perawat, institusi untuk
meningkatkan kenyamanan.
d) Kesehatan
Kesehatan merupakan fungsi optimal dari pasien, keluarga, penyedia
layanan kesehatan atau komunitas yang diartikan sebagai pasien atau
kelompok.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Gambaran Kasus
Klien Ny. “S” masuk ke rumah sakit pelamonia 23-09-2020, masuk
dengan keluhan nyeri pada payudara kanan. nyeri dirasakan sejak 4 hari yang lalu
sebelum masuk rumah sakit yang semakin memberat. Terdapat benjolan pada
payudara kanan dengan luka bernanah pada sisi atas. Benjolan pada payudara
kanan dirasakan sejak 2 tahun yang lalu dan dirasakan membesar sejak 6 bulan
terakhir. Awalnya, benjolan dirasakan sebesar kelereng dan hilang timbul, dan
menyebar di bawah ketiak kanan. Kemudian muncul luka pada bagian atas dari
benjolan yang disertai perdarahan. Klien mengatakan mual,Riwayat penurunan
berat badan beberapa bulan terakhir, riwayat penyakit yang sama pada keluarga
disangkal.
Klien mengeluh nyeri pada payudara kanan. Klien tidak sesak frekuensi
pernapasan 16 kali per menit, penggunaan otot bantu napas tidak ada, bunyi napas
normal. Tekanan darah 110/80 mmHg, nadi 84x/i kuat angkat reguler, akral
dingin, kulit terasa lembab, sianosis tidak ada. Pasien sadar penuh, GCS 15,
mengeluh nyeri pada payudara kanan dengan skala VAS 6-7/10, suhu tubuh 36 oC.
BAK lancar, BAB belum pernah selama dirawat di RS. Ekstremitas atas pada
lengan tampak bengkak, keras (tanda-tanda bendungan dan aliran balik vena yang
terganggu).
Pasien terpasang infus Natrium Clorida 0,9% 20 tetes/menit.

I. PENGKAJIAN
Tanggal Masuk Poli RS : 23-09-2020
Tanggal Masuk Perawatan mawar : 23-09-2020
Tanggal Pengkajian : 23-09-2020
Unit perawatan : Mawar
A. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Umur : 52 Tahun
Tempat/ Tgl Lahir : Salajo/15-05-1968
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : IRT
Alamat : Dusun Kale Salajo
No. Rekam Medik :
Diagnosa Medis : Carsinoma Mammae

B. Riwayat Kesehatan
1. Alasan Utama Saat Masuk Rumah Sakit
Nyeri pada payudara kanan
2. Keluhan Saat Pengkajian
Klien mengeluh nyeri pada payudara kanan dan klien mengatakan
mual.
3. Riwayat Keluhan Utama
Nyeri dirasakan sebelum masuk rumah sakit yang bertambah berat dan
keluhan nyeri dirasakan seperti tertusuk jarum dengan skala nyeri VAS 6.
4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Riwayat penyakit masa lalu tidak ada, hanya benjolan dirasakan sejak 2
tahun lalu .
5. Riwayat Pengobatan
Tidak ada riwayat penggunaan obat sebelumnya seperti kemoterapi
tetapi berobat herbal .
6. Riwayat Pembedahan
Klien tidak memiliki riwayat operasi
7. Riwayat Alergi
Klien tidak memiliki riwayat alergi baik makanan maupun obat-obatan
C. Resiko Jatuh dan Resiko Decubitus
1. Resiko Jatuh: 35 resiko rendah (Skala Morse)
2. Resiko Decubitus: 15 (Resiko Sedang Dekubitus)
3. Barthel Index: 9 (Ketergantungan Sedang)
D. Terapi
1. Infus Natrium Clorida 20 tetes/menit
2. Ceftriaxone 1 gram per 12 jam via intravena
3. Ranitidine 50 mg per 8 jam via intravena
4. Ketorolac 30 mg per 12 jam via intravena
5. Asam Traneksamat 500 mg per 12 jam via intravena
6. Neurobion 1 gr/24 jam/intravena
E. Pengkajian Comfort
1. Kenyamanan fisik
Klien mengeluhan nyeri dengan skala VAS 6, nyeri serasa tertusuk-
tusuk, nyeri dirasakan memberat pada saat lengan kanannya digerakkan
atau pada saat pasien mencoba untuk mengubah posisi.
Benjolan pada payudara kanan dengan diameter kurang lebih 20 cm,
Luka pada benjolan bagian atas, luka tampak kemerahan, ada perdarahan,
ada pus, bau nanah.
Ekstremitas atas pada lengan tampak bengkak, keras (tanda-tanda
bendungan dan aliran balik vena yang terganggu).
Klien mengatakan mual dan porsi makanan tidak dihabiskan.
Tanda-tanda vital Frekuensi napas: 16x/menit, Nadi: 84x/menit, Suhu:
36,oC, Tekanan darah: 110/80
2. Pengkajian Psikospiritual
Klien mengatakan takut tentang kondisinya saat sekarang ini dengan
benjolan pada payudara kanannya yang besar dan bernanah. Klien
mengatakan takut karena akan menjalani operasi, Klien bertanya-tanya
kepada perawat apakah bisa kembali normal seperti sediakala.
Pasien berharap banyak pada Tuhan agar penyakit yang dideritanya
akan segera membaik dan bisa kembali ke rumahnya bersama
keluarganya. Ia selalu berdoa pada Tuhan agar bisa sehat kembali agar
kembali bisa berkumpul dengan keluarganya.
Klien meyakini bahwa apa yang dia rasakan sekarang itu merupakan
ujian dari Tuhan, dan semoga diberi yang terbaik. Klien juga
mengkhawatir pada kedua anaknya,.
Klien memiliki seorang anak perempuan yang sekarang sudah kuliah
dan seorang anak laki-laki yang sudah kelas tiga SMA. Selama klien
dirawat hanya didampingi oleh suaminya tersebut.
3. Pengkajian sosialkultural
Anak pasien belum pernah datang untuk berkunjung dan menjaganya
karena kondisinya tidak memungkinkan.
Tidak ada budaya yang dianut yang bertentangan dengan kesehatan
klien, namun untuk memotong kuku dan memotong rambut ia yakini tidak
boleh dilakukan pada saat sakit. Keluarga menyarankan untuk berobat di
rumah sakit dan meyetujui tindakan yang terbaik yang akan dilakukan oleh
petugas kesehatan yang menanganinya. Pasien berkomunikasi dengan baik
baik kepetugas dan keluarganya.
4. Pengkajian Lingkungan
Pasien dirawat di ruang perawatan kelas III dengan jumlah 6 Klien
didalamnya. klien tidak begitu menghiraukan berapa orang klien yang
sekamar dengannya, masih sangat fokus pada dirinya. Meskipun demikian,
klien merasa cukup baik didalam kamar perawatan tersebut, karena
pencahayaan serta memiliki ventilasi yang cukup baik, serta ruangan
memiliki Ac
Klasifikasi Taksonomi Struktur Comfort

Relief Ease Transdence


-Klien mengeluh nyeri pada - Diperlukan - Klien merasa
payudara kanan manajemen nyeri nyeri terkontrol
-Nyeri dirasakan seperti nonfarmakologi
tertusuk-tusuk dengan skala - Diperlukan observasi
nyeri VAS 6-7/10. tanda-tanda infeksi
-Terdapat benjolan pada - Diperlukan
payudara kanan dengan manajemen nutrisi Peningkatan berat
diameter kurang lebih 20 cm, badan
Luka pada benjolan bagian
atas, luka tampak kemerahan,
ada perdarahan, ada pus, bau
nanah.
-Kesadaran: Composmentis,
GCS: 15 (E4M6V5).
-Ekstremitas atas pada lengan
tampak bengkak, keras
(tanda-tanda bendungan dan
aliran balik vena yang
terganggu).
-Klien mengeluh mual
-Porsi makanan tidak dihabiskan
-Riwayat penurunan berat badan
beberapa bulan terakhir,
-Vital Sign: (TD:110/80 mmHg,
Nadi: 86x/menit, Pernapasan:
16x/menit, Suhu 36oC).
-WBC: 8.63 103/ul, Hb: 10.
gr/dl*, RBC:4.00 106/uL,
PLT: 399 103/ul. GDS: 107
mg/dl, Ureum: 23 mg/dl,
Kreatinin: 0.61 mg/dl,
SGOT: 102 U/L, SGPT: 54
U/L. HbSAg: Non reaktif.
Elektrolit (Natrium: 130
mmol/l, Kalium: 4.2 mmol/l,
Klorida: 104 mmol/l)
-Klien mengatakan takut - Klien tenang jika -Butuh dukungan
tentang kondisinya saat suaminya berada di spiritual, dan
sekarang ini dengan benjolan sampinya. informasi.
pada payudara kanannya
yang besar dan bernanah.
-Klien mengatakan takut karena
akan menjalani operasi
-Klien bertanya-tanya kepada
perawat apakah bisa kembali
normal seperti sediakala
-Klien berharap banyak pada
Tuhan agar penyakit yang
dideritanya akan segera pulih
kembali kerumahnya dan
berkumpul bersama
keluarganya
-Ia selalu berdoa pada Tuhan
agar bisa sehat kembali agar
kembali bisa berkumpul
dengan keluarganya.
Psychospritual
-Klien meyakini bahwa apa
yang dia rasakan sekarang itu
merupakan ujian dari Tuhan,
dan semoga diberi yang
terbaik.
- Anak klien belum pernah - Klien merasa -Klien perlu didorong
datang untuk berkunjung dan senang karena untuk beradaptasi

Sociocultural
menjaganya karena suami selalu dengan orang-
kondisinya tidak menemaninya. orang yang ada
memungkinkan disekitarnya dan
- Tidak ada budaya yang dianut menjalin
yang bertentangan dengan hubungan sebagai
kesehatan Pasien, namun support bagi
untuk memotong kuku dan dirinya.
memotong rambut ia yakini
tidak boleh dilakukan pada
saat sakit.
- Keluarga menyarankan untuk
berobat di rumah sakit dan
meyetujui tindakan yang
terbaik yang akan dilakukan
oleh petugas kesehatan yang
menanganinya.
- Klien berkomunikasi dengan
baik kepada petugas dan
keluarganya
-Klien dirawat di ruang -Pasien merasa cukup - Keluarga
perawatan kelas III dengan senang didalam senantiasa selalu
jumlah 6 pasien didalamnya. perawatan, karena berusaha
-Klien tidak begitu pencahayaan serta memberikan
menghiraukan berapa orang memiliki ventilasi lingkungan yang
pasien yang sekamar yang cukup baik, nyaman dengan
Environmental
dengannya, masih sangat dan ruangan menjaga kebersihan
focus pada dirinya. Meskipun memiliki Ac dan merapikan
demikian, Pasien merasa tempat tidur serta
cukup baik didalam kamar area sekitarnya.
perawatan tersebut, karena
pencahayaan serta memiliki
ventilasi yang cukup baik,
serta ruangan memiliki Ac.

Analisa Data
Data Masalah Keperawatan
(NANDA International, 2018)
-Klien mengeluh nyeri pada payudara
kanan.
-Nyeri dirasakan seperti tertusuk-tusuk
Nyeri Akut
dengan skala nyeri: 6-7 (VAS).
-Terdapat benjolan pada payudara kanan (Domain 12. Comfort /Class 1)
dengan diameter kurang lebih 20 cm, Diagnosis Code 00132
pada bagian atas benjolan, bernanah,
perdarahan ada dan berbau
-Kesadaran: Composmentis, GCS: 15
(E4M6V5).
-Vital Sign: (BP:110/80 mmHg, HR:
86x/menit, RR: 66x/menit, Suhu 36.oC).

-Pasien mengatakan takut karena akan


menjalani operasi Ansietas
-Pasien bertanya-tanya kepada perawat
(Domain 9. Coping/stress tolerance/
apakah bisa kembali normal seperti Class 2. Diagnosis Code 00146)
sediakala
-Pasien selalu berdoa untuk cepat pulih
kembali dan bisa berkumpul dengan
keluarganya.
-Pasien meyakini bahwa penyakitnya ini
merupakan ujian dan sebagai penggugur
dosa-dosanya
- Pasien akan di rencakan operasi.

-Klien mengeluh mual


-Porsi makanan tidak dihabiskan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
-Riwayat penurunan berat badan beberapa (Domain 2. nutrisi
bulan terakhir, Diagnosis Code 00232

-Terdapat benjolan pada payudara kanan


dengan diameter kurang lebih 20 cm, Resiko Infeksi
pada bagian atas benjolan,Nampak
(Domain 11. Safety/protection /Class
kemerahan bernanah, perdarahan ada
1)
dan berbau. Diagnosis Code 00004

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN (NANDA International, 2018)


1. Nyeri kronik berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan intake tidak adekuat
4. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat

III. INTERVENSI KEPERAWATAN


Dalam comfort theory ada tiga kategori intervensi keperawatan untuk
kenyamanan, yaitu (a) standard comfort interventions (b) coaching untuk
mengurangi ansietas, memberikan jaminan informasi dan membangkitkan
harapan; dan (c) comfort food for the soul adalah intervensi perawat dengan
menawarkan sesuatu yang menyenangkan untuk membuat Pasien dan keluarga
merasa lebih diperhatikan dan lebih merasa dikuatkan, seperti masase atau
imajinasi terbimbing (Kolcaba, 2003).
INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosis Keperawatan NOC NIC


(Moorhead et al., 2016) (Bulechek et al., 2016)
1
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Standart comfort
berhubungan dengan keperawatan selama 3x24 jam Pasien a. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
agen cedera biologis dapat merasakan kenyamanan termasuk lokasi, karakteristik, durasi frekuensi,
meningkat ditandai dengan nyeri kualitas dan faktor presipitasi
berkurang atau terkontrol, tidak b. Observasi reaksi nonverbal dan ketidaknyamanan
menunjukkan ekspresi nyeri di wajah c. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
dengan sklanya nyeri VAS 3-4/10 mengetahui pengalaman nyeri Pasien
(skala ringan). d. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
e. Ajarkan tentang teknik non farmakologi (relaksasi
dan distraksi)
f. Penatalaksanaan pemberian analgetik
g. Hand massage atau pijat dengan tangan untuk
Pasien dengan perawatan lama (Kolcaba, Downd, 
Steiner & Mitzel, 2004)
h. Intervensi holistik yaitu Guide imagery yang
ditujukan khusus untuk populasi tersebut
dalam mencapai kebutuhan rasa nyamannya dan
diharap memberikan kenyamanan mereka.
(Kolcaba & Fox, 1999).

Coaching
a. Ajarkan Pasien untuk dapat melaporkan jika nyeri
b. Ajarkan Pasien tentang managemen nyeri

Comfort food for the soul


a. Anjurkan Pasien untuk mendengarkan lagu yang
disukai
b. Anjurkan keluarga Pasien untuk lebih sering
melakukan masase jika nyeri
2 Ansietas berhubungan Pasien dapat menunjukkan Standard comfort
dengan perubahan penurunan kecemasan dengan a. Pertahankan sikap yang tenang dan menyakinkan.
status kesehatan kriteria Pasien mampu menyatakan b. Dorong Pasien untuk mengungkapkan perasaannya.
pemahaman tentang kondisi c. Healing touch yaitu sentuhan yang menyembuhkan
kesehatannya, kooperatif dan ikut dan dukungan untuk mengurangi stres (Downd,
berpartisipasi aktif dalam pemberian Kolcaba, Steiner dan Fashnifour, 2007).
asuhan keperawatan d. Modifikasi lingkungan yang nyaman dan beri
dukungan pada pasien dalam pre operasi.
e. Hasil Penelitian menggunakan teori comfor kolcaba
Ada hubungan yang signifikan antara kenyamanan
dan harapan pada pasien. Selain itu, beberapa
karakteristik demografis memengaruhi kenyamanan
dan harapan pada pasien ini. Penyedia layanan
kesehatan harus mengatur lingkungan sedemikian
rupa sehingga memungkinkan pasien bedah
mengalami kenyamanan dan harapan serta
mengenali dampak dari karakteristik pribadi ketika
merawat pasien bedah (Seyedfatemi et al., 2014)

Coaching
a. Fasilitasi Pasien untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan proses penyakit
b. Dampingi Pasien saat mendapatkan informasi untuk
memastikan pemahaman keluarga.

Comfort food for the soul


a. Berikan pujian pada Pasien saat ikut berpartisipasi
aktif dalam perawatannya.

3 Nutrisi kurang dari Setelah diberikan tindakan Standart comfort


kebutuhan berhubungan keperawatan 3x24 jam klien a. Kaji adanya alergi makanan
dengan intake tidak b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan
memperlihatkan perbaikan status
adekuat jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.
nutrisi dengan kriteria:Napsu makan c. Berikan makanan yang terpilih (sudah
dikonsultasikan dengan ahli gizi)
membaik,Porsi makan
d. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori
dihabiskan,BB bertambah, Klien e. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
mampu meningkatkan asupan
Coaching
gizinya a. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
b. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi
c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe
d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan
vitamin C
e. Berikan informasi tentang kebutuhan nutris
Comfort food for the soul
a. Ajarkan pasien bagaimana membuat catatan
makanan harian.

4 Resiko infeksi Tidak terjadi infeksi ditandai dengan Standart comfort


berhubungan dengan bebas dari tanda-tanda kemerahan, a. Kaji tanda-tanda infeksi pada luka kanker
pertahanan primer tidak bengkak dan nyeri pada luka kanker, b. Melakukan perawatan luka
adekuat produksi pus berkurang, suhu tubuh c. Mempertahanklan teknik bersih saat merawat luka
dalam batas normal (36.5 0C – 37.5 d. Kaji faktor yang dapat meningkatkan kerentanan
0C), jumlah leukosit dalam batas terhadap infeksi
normal (4.000 – 12.000 / μL) e. Pantau hasil laboratorium terkait infeksi
f. Beri antibiotik

Coaching
b. Jelaskan kepada keluarga mengenai kemungkinan
terjadinya infeksi pada Pasien
c. Anjurkan pada keluarga dan pengunjuang mengenai
pentingnya mencuci tangan sebagai pencegahan
infeksi

Comfort food for the soul


a. Ajarkan Pasien dan keluarga mencuci tangan dengan
benar.
VI. PEMBAHASAN
Dalam asuhan keperawatan ini, penulis menggunakan teori dari Kathrine Kolcaba
yaitu teori comfort atau kenyamanan. Hal ini dapat diberikan oleh perawat dan dapat
diaplikasikan pada setiap asuhan keperawatan. Pendekatan teori comfort oleh Cathrine
Kolcaba ini dianggap yang paling sesuai dengan kondisi Pasien yang mengalami beberapa
ketidaknyamanan baik fisik, psikospiritual, sosiokultural, maupun lingkungan. Pasien
dengan carcinoma mammae. Pasien berfokus pada nyeri yang dirasakannya dan
membutuhkan kenyamanan secara menyeluruh atau hoslitik agar kondisi klien dapat
menjadi lebih baik. Teori comfort ini bisa dilaksanakan oleh perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan pada pasien yang mengalami carcinoma mammae maupun dengan
penyakit yang lainnya.
PENERAPAN EBN

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI HAND MASSAGE TERHADAP NYERI PADA PASIEN


KANKER PAYUDARA DI YAYASAN KANKER INDONESIA SURABAYA

ABSTRAK: Penderita kanker payudara akan timbul rasa nyeri apabila sel kanker sudah
membesar, timbul luka atau bila muncul metastase. Salah satu langkah sederhana untuk
menurukan nyeri adalah dengan menggunakan teknik relaksasi hand massage. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh hand massage terhadap nyeri pada pasien
kanker payudara.
Desain penelitian ini menggunakan Pra Experiment one group pre-post design. Populasi
dalam penelitian ini adalah pasien kanker payudara mengalami nyeri sebesar 12 orang.
Sampel sebesar 11 responden yang diambil secara probability sampling dengan teknik
simple random sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah paired t-test dengan
tingkat kemaknaan α = 0,05.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat nyeri responden sebelum diberikan
teknik relaksasi hand massage adalah 5.09, sedangkan rata-rata tingkat nyeri responden
sesudah diberikan teknik relaksasi hand massage adalah 3.09. Dapat dilihat bahwa ada
perbedaan tingkat nyeri antara sebelum dan sesudah diberikan teknik relaksasi hand
massage. Hasil penelitian dengan menggunakan uji paired t-test adalah ρ value = 0.000
dengan nilai α < 0.05.
Simpulan dari penelitian ini adalah ada pengaruh pemberian teknik relaksasi hand
massage terhadap nyeri pada pasien kanker payudara. Maka dari itu perlu
adanyakerjasama antara perawat dengan keluarga pasien, sehingga pihak keluarga dapat
melakukan hand massage untuk mengurangi nyeri pasien.

Kata kunci: kanker payudara, nyeri, hand massage


DAFTAR PUSTAKA

Adinie, P., Nissa, E., Widjajanegara, H., & Purbaningsih, W. (2017). Kontrasepsi Hormonal
sebagai Faktor Risiko Kanker Payudara di RSUD Al-Ihsan Bandung Hormonal
Contraception as a Risk Factor for Breast Cancer in. 1(22), 112–119.

Alligood, M. R. (2014a). Nursing theorists and their work, eighth edition. In editor of
compilation. I. Alligood, Martha Raile (Ed.), Elsevier Mosby (EIGHTH EDI). Mosby, Inc.,
an affiliate of Elsevier Inc. https://doi.org/10.5172/conu.2007.24.1.106a

Alligood, M. R. (2014b). Nursing Theory Utilization and Application (Fifth). Elsevier Ltd.

Alligood, M. R. (2014c). Pakar Teori Keperawatan dan Karya Mereka (8th ed.). ELSEVIER.

Arifuddin, & Burhanudin, B. (2015). TEORI ILMU KEPERAWATAN PARA AHLI “Teori dan
Aplikasi.”

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Intervension Clasification (NIC) (T. R. D. Nurjanah Intasari (ed.); 6th ed.).

Eliyarti. (2017). UNES Journal of Scientech Research. UNES Journal of Scientech Research
(JSR), 2(2), 148–158.

Fajar, H. R., Nugroho, H. A., & Soesanti, I. (2015). Ekstraksi Ciri Berbasis Wavelet dan GLCM
untuk DEteksi Dini Kanker Payudara pada Citra Mammogran. 47–52.

Irawan, E., Rahayuwati, L., Yani, D. I., Keperawatan, F., Keperawatan, F., & Padjadjaran, U.
(2017). Hubungan Penggunaan Terapi Modern dan Komplementer terhadap Kualitas
Hidup Pasien Kanker Payudara Relationship between Modern and Complementary
Therapies on the Life Quality of Breast Cancer Patients Undergoing Chemotherapy.
5(April 2017), 19–28.

McEwen, M. (2014). Theoretical basis for nursing (Edition 4). Wolters Kluwer Health |
Lippincott Williams & Wilkins.

Moorhead, S., Marion, J., Meridean, L. M., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcomes
Classification (NOC) (6th ed.). Elsevier.

NANDA International. (2018). Nursing Diagnoses: Definitions and Classification 2018-2020


(H. Herdman & S. Kamitsuru (eds.); Eleventh). Thieme.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Nuraini, T., Andrijono, A., Irawaty, D., Umar, J., & Dewi, G. (2018). Spirituality-Focused
Palliative Care to Improve Indonesian Breast Cancer Patient Comfort. Indian Journal of
Palliative Care, 23(4), 317–320. https://doi.org/10.4103/IJPC.IJPC

Nuraini, T., Gayatri, D., & Irawaty, D. (2018). Validity and reliability of the Comfort
Assessment Breast Cancer Instrument in breast cancer palliative care. Envermeria Clinica,
28, 162–166.

Parikesit, A. A., & Anurogo, D. (2013). PREDIKSI STRUKTUR 2-DIMENSI NON-CODING


RNA DARI BIOMARKER KANKER PAYUDARA TRIPLE-NEGATIVE DENGAN
VIENNARNA PACKAGE.

Plate, S., Emilsson, L., Söderberg, M., Brandberg, Y., & Wärnberg, F. (2018). High experienced
continuity in breast cancer care is associated with high health related quality of life. BMC
Health Services Research, 18(1), 1–8. https://doi.org/10.1186/s12913-018-2925-0

Seyedfatemi, N., Rafii, F., Rezaei, M., & Kolcaba, K. (2014). Comfort and Hope in the
Preanesthesia Stage in Patients Undergoing Surgery. Journal of PeriAnesthesia Nursing,
29(3), 213–220. https://doi.org/10.1016/j.jopan.2013.05.018

Spivey, T. L., Gutowski, E. D., Zinboonyahgoon, N., King, T. A., Dominici, L., Edwards, R. R.,
Golshan, M., & Schreiber, K. L. (2018). Chronic Pain After Breast Surgery: A Prospective,
Observational Study. Annals of Surgical Oncology, 25(10), 2917–2924.
https://doi.org/10.1245/s10434-018-6644-x

Traore, B. M., El Fakir, S., Charaka, H., Benaicha, N., Najdi, A., Zidouh, A., Bennani, M.,
Errihani, H., Mellass, N., Benider, A., Bekkali, R., & Nejjari, C. (2018). Evolution of
quality of life in patients with breast cancer during the first year of follow-up in Morocco.
BMC Cancer, 18(1), 1–5. https://doi.org/10.1186/s12885-018-4008-3
Utami, S. S. (2017). ASPEK PSIKOSOSIAL PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA :
Pendahuluan Metode. 20(2), 65–74. https://doi.org/10.7454/jki.v20i2.503

Yulianti, L., Setyawan, H., & Sutiningsih, D. (2016). Faktor-Faktor Risiko Kanker Payudara. 4.

Anda mungkin juga menyukai