“CA MAMMAE”
Oleh:
1. Bagus Adi Sucipto
2. Devi Putri
1.2 Tujuan
1. Tujuan umum
Melaporkan kasus Ca Mammae pada salah satu pasien di RSD Dr.
Soebandi Jember.
2. Tujuan khusus
a. Menggambarkan tinjauan pustaka mengenai Ca Mammae
b. Menggambarkan pengkajian perioperatif yang dilakukan pada pasien
dengan diagnosa Ca Mammae di RSD Dr. Soebandi Jember termasuk
operating dan intrumen tehnik.
1.3 Manfaat
Hasil laporan kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis dalam
bidang keperawatan dalam pengelolaan kasus Ca Mammae.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Kanker, disebut juga neoplsma, adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena
di dalam organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh
abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan yang berbeda
dari sel asalnya, serta merusak bentuk dan fungsi organ asalnya (Dalimartha, 2004).
Dalam kondisi normal, sel hanya akan berkembang biak dengan cara membelah diri
jika ada yang mati atau rusak. Sel kanker akan terus mengalami perkembangbiakan
meskipun tidak dibutuhkan oleh tubuh (Supriyanto, 2010).
Sel kanker akan menyusup (invasif) ke jaringan sekitarnya, lalu membuat anak
sebar (metastasis) ke tempat yang lebih jauh melalui pembuluh darah dan pembuluh
getah bening. Di tempat yang baru, anak sebar akan tumbuh menjadi kanker baru
yang mempunyai sifat yang sama dengan kanker induknya, sampai akhirnya
menyebabkan kematian penderitanya. Awal timbulnya kanker pada suatu jaringan
tubuh disebut kanker primer. Adapun kanker yang timbul di tempat lain karena
penyebaran kanker primer disebut kanker sekunder (Dalimartha, 2004).
Kanker payudara adalah sekelompok sel abnormal pada payudara yang terus
tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya sel–sel ini membentuk benjolan di
payudara (Kasdu, 2005). Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas yang dapat
berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara
(Sjamsuhidajat & de Jong, 2005). Kanker payudara terjadi karena ada kerusakan gen
yang mengatur pertumbuhan dan differensiasi sel, sehingga sel ini tumbuh tak
terkendali (Mardiana, 2004). Usia penderita kanker payudara termuda adalah 20–29
tahun, tertua adalah 80–89 tahun, dan terbanyak adalah berumur 40–49 tahun dan
letak terbanyak di kuadran lateral atas (Wiknjosastro, 2007).
2.3 Klasifikasi
Kanker payudara dapat diklasifikasikan menjadi berbagai jenis berdasarkan sel
kanker yang terlihat dibawah mikroskop (American Cancer Society, 2013).
Berdasarkan American Cancer Society, (2013), kanker payudara diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Ductal Carcinoma In Situ
Ductal Carcinoma In Situ (DCIS, dikenal juga sebagai karsinoma intraductal)
adalah kanker payudara yang non–invasif atau pra–invasif. DCIS berarti sel–
sel yang berjajar di duktus berubah terlihat seperti sel– sel kanker. Sel–sel
kanker melalui dinding duktus ke sekitar jaringan payudara belum menyebar
(menginvasi). Karena belum menginvasi, DCIS tidak dapat menyebar
(metastasis) ke luar payudara. Namun pada beberapa kasus dapat berubah
menjadi kanker invasif (American Cancer Society, 2013).
Gambar 3. Karsinoma Duktal In Situ (Sumber: America Cancer Society, 2013)
2.4 Etiologi
Etiologi dari kanker payudara belum dapat dijelaskan. Namun, banyak
penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan
peningkatan resiko atau kemungkinan untuk terjadinya kanker payudara. Faktor–
faktor resiko tersebut adalah:
1. Jenis kelamin
Berdasarkan penelitian, wanita lebih beresiko menderita kanker payudara
daripada pria. Prevalensi kanker payudara pada pria hanya 1% dari seluruh
kanker payudara.
2. Faktor usia
Resiko kanker payudara meningkat seiring dengan pertambahan usia. Setiap
sepuluh tahun, resiko kanker meningkat dua kali lipat. Kejadian puncak
kanker payudara terjadi pada usia 40–50 tahun.
3. Riwayat keluarga
Adanya riwayat kanker payudara dalam keluarga merupakan faktor resiko
terjadinya kanker payudara.
4. Riwayat adanya tumor jinak payudara sebelumnya
Beberapa tumor jinak pada payudara dapat bermutasi menjadi ganas.
5. Faktor genetik
Pada suatu studi genetik ditemukan bahwa kanker payudara berhubungan
dengan gen tertentu. Bila terdapat mutasi gen BRCA1 dan BRCA2, yaitu gen
suseptibilitas kanker payudara, maka probabilitas untuk terjadi kanker
payudara adalah sebesar 80%.
6. Faktor hormonal
Kadar hormon estrogen yang tinggi selama masa reproduktif, terutama jika
tidak diselingi perubahan hormon pada saat kehamilan, dapat meningkatkan
resiko terjadinya kanker payudara.
7. Usia menarche
Berdasarkan penelitian, menarche dini dapat meningkatkan resiko kanker
payudara. Ini dikarenakan terlalu cepat mendapat paparan dari estrogen.
8. Menopause
Menopause yang terlambat dapat meningkatkan resiko kanker payudara.
Untuk setiap tahun usia menopause yang terlambat, akan meningkatkan
resiko kanker payudara 3%.
9. Usia pada saat kehamilan pertama >30 tahun
Resiko kanker payudara menunjukkan peningkatan seiring dengan
peningkatan usia wanita saat kehamilan pertamanya.
10. Nulipara/belum pernah melahirkan
Berdasarkan penelitian, wanita nulipara mempunyai resiko kanker payudara
sebesar 30% dibandingkan dengan wanita yang multipara.
11. Tidak Menyusui
Berdasarkan penelitian, waktu menyusui yang lebih lama mempunyai efek
yang lebih kuat dalam menurunkan resiko kanker payudara. Ini dikarenakan
adanya penurunan level estrogen dan sekresi bahan–bahan karsinogenik
selama menyusui.
12. Pemakaian kontrasepsi oral dalam waktu lama, diet tinggi lemak, alkohol,
dan obesitas (Rasjidi & Hartanto, 2009).
Perkiraan faktor resiko relatif pada riwayat keluarga yang memiliki keluarga
perempuan dengan kanker ovarium usia <50th beresiko lebih tinggi yaitu sekitar
>5% dibanding ibu/ saudara kandung penderita kanker payudara atau keluarga yang
berhubungan satu tingkat pertama yaitu >2%. Sedangkan pada riwayat pribadi,
penderita yang pernah melakukan biopsi payudara dengan LCIS/DCIS memiliki
resiko lebih tinggi yaitu 8–10% dibanding dengan hyperplasia atipikal yaitu 4–5%.
Faktor riwayat reproduksi pada menarche dini (<12tahun), menopause terlambat dan
usia kehamilan pertama cukup tua (>30tahun)/nulliparitas memiliki resiko sekitar
2%. Pada pengguna kombinasi estrogen/progesteron beresiko sekitar 2%
dibandingkan dengan pengguna kontrasepsi oral, peningkatan berat badan usia
dewasa, gaya hidup menetap dan konsumsi alkohol, yaitu sekitar 1,5% (Stopeck,
2014).
2.5 Patofisiologi
Menurut Corwin (2008), Sel-sel kanker dibentuk dari sel-sel normal dalam
suatu proses rumit yang disebut transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan
promosi. Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang
memicu sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh
suatu agen yang disebut karsinogen, yang berupa bahan kimia, virus, radiasi, atau
sinar matahari. Tetapi, tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap suatu
karsinogen. Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya yang disebut promotor,
menyebabkan sel lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Pada tahap promosi, suatu
sel yang telah mengalami insisi akan berubah menjadi ganas. Sel yang belum
melewati tahap insisi tidak akan terpengaruh oleh promosi.
Pada ca mammae terjadi proliferasi keganasan sel epitel yang membatasi
duktus atau lobus payudara. Pada awalnya hanya terdapat hyperplasia sel dengan
perkembangan sel-sel atipikal. Sel-sel ini kemudian berlanjut menjadi karsinoma in
situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan waktu tujuh tahun untuk tumbuh
dari satu sel menjadi massa yang cukup besar untuk dapat dipalpasi (kira-kira
berdiameter 1 cm) pada ukuran itu, sekitar 25% ca mammae sudah mengalami
metastasis.
Pathway
2. Intra operatif
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1. Resiko cedera berhubungan NOC : Risk Control Surgical precaution:
dengan anestesi. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, a) Tidurkan klien pada meja operasi
resiko cedera dapat terhindari. dengan posisi sesuai kebutuhan.
b) Monitor penggunaan instrumen dan
kasa.
c) Pastikan tidak ada instrumen,
jarum atau kasa yang tertinggal
dalam tubuh klien.
2. Resiko infeksi berhubungan NOC : Infection control NIC : Kontrol infeksi intra operasi
dengan prosedur invasif Selama dilakukan tindakan operasi tidak terjadi a) Gunakan pakaian khusus ruang
pembedahan. transmisi agent infeksi, dengan kriteria hasil: operasi
a) Alat dan bahan yang dipakai tidak b) Pertahankan prinsip aseptik dan
terkontaminasi antiseptik
3. Resiko hipotermi berhubungan NOC : Temperature control NIC : Pengaturan temperature
dengan ruangan yang dingin. Setelah dilakukan tindakan keperawatan, a) Atur suhu ruangan yang nyaman
pasien tidak mengalami hipotermi, dengan b) Lindungi area diluar wilayah
kriteria hasil pasien tidak menggigil. operasi.
c) Gunakan cairan infus hangat
d) Irigasi hangat
3. Post operatif
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan
1. Nyeri akut berhubungan dengan NOC : Pain control, Pain level NIC : Pain Management
agen injury fisik Setelah dilakukan tindakan keperawatan, nyeri a) Monitor tanda-tanda vital
yang dirasakan klien dapat berkurang dengan b) Lakukan pengkajian nyeri secara
kriteria hasil: komprehensif termasuk lokasi,
a) Klien melaporkan nyeri berkurang (skala 6 karakteristik, durasi, frekuensi,
ke skala 1) kualitas dan faktor presipitasi
b) Klien menyatakan merasa nyaman setelah c) Observasi reaksi nonverbal dari
nyeri berkurang ketidaknyamanan
c) Tanda-tanda vital dalam rentang normal d) Kontrol lingkungan yang dapat
mempengaruhi nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
e) Ajarkan tentang teknik non
farmakologi: napas dalam,
relaksasi, distraksi, kompres
hangat/ dingin
f) Tingkatkan istirahat
g) Kolaborasi: Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
3.1 Pengkajian
Ruang : Ruang Pre Operasi
Nama : Ny. N
Umur : 53 tahun
Diagnosa Medis : Ca Mammae Sinistra
No. Register : 251xxx
Alamat : Krajan 07/08, Sumberjambe, Jember
Tanggal MRS : 10 April 2019
Tanggal Pengkajian : 11 April 2019
1. Persiapan Pasien
1) Pasien dipuasakan dari ruangan
2) Pasien harus dalam keadaan bersih, oleh karena itu sebelum operasi
pasien disuruh mandi dulu
3) Perhiasan pasien dilepas semua baik cincin atau jam tangan dan juga
gigi palsu bila ada
4) Klien diganti baju pasien oleh petugas perawat.
5) Melakukan skin preparation
6) Masukkan profilaksis ceftriaxon 2gr sebelum pembedahan.
7) Pasien diposisikan dalam keadaan supinasi
2. Timbang Terima
1) Situation
Pasien elektif
2) Background
Diagnosa Pra Operatif Ca Mammae Sinistra
Rencana operasi MRM
RPD : Tidak ada
Alergi : Tidak ada
Darah : 1 pack PRC B+
Marking : Perlu
Informed Consent : Ada
Foto : Ada
Pemeriksaan Lab : Ada
Alat bantu : Tidak ada
Vital Sign : TD (110/60 mmHg), N (80 x/menit), S (36ºC),
RR (20 x/menit)
Kesadaran : Composmentis
Keluarga : Menunggu di ruang tunggu dan ruangan
3) Assesment
Pasien siap di transport
4) Recommendation
Didampingi oleh transporter dan perawat, transport dengan branchard.
3. Sign In
Sign in dilakukan di ruang Pre Operasi oleh perawat dengan mengisi daftar
tilik pembedahan.
4. Transfer
Pasien ditransfer dari ruang pre op ke ruang operasi oleh perawat anestesi
dan dipindahkan dari branchard ke meja operasi.
5. Positioning
Pasien diposisikan supinasi.
6. Anestesi
Pasien diberikan general anestesi (umum) oleh dokter anestesi dan perawat
anestesi.
7. Skin Preparation 2
Perawat melakukan skin preparation kedua dengan menggunakan CHG 4%.
8. Aseptik
Perawat melakukan drapping.
9. Time out
Perawat sirkuler membacakan time out.
10. Instrumentasi Tehnik dan Operating Tehnik Intraoperatif
a. Team operasi : Operator, Asisten, Instrumen, dan Sirkulator
b. Set Ruangan
1) Set Ruangan
Set ruangan Jumlah
Meja operasi 1
Meja mayo 1
Back table 1
Suhu ruangan 18-220c
Kelembapan ruangan 55%
Mesin suction 1
ESU 1
Mesin anestesi 1
Papan tulis 1
Lampu operasi 2
Tempat sampah 2
2) Antisepsik
Desinfeksi Jumlah
Povidone iodine 10% +/- 50 cc
4) Set Instrumen
NO JENIS/UKURAN JUMLAH
1 Desinfeksi klem 1
2 Hand vad mess no. 3 1
3 Pincet chirurgis 14 cm 2
4 Pincet anatomis 14 cm 1
5 Pincet anatomis 16 cm 1
6 Gunting metzenbaum 1
7 Gunting kasar 1
8 Gunting benang 1
9 Doek klem 6
10 Nald fouder 2
11 Retenggle 1
12 Pean bengkok 14 cm 6
13 Pean lurus 14 cm 6
14 Kocker lurus 16 cm 2
15 Kocker lurus 14 cm 3
16 Kocker bengkok 14 cm 1
17 Haak tajan gigi empat 2
18 Langenbeck 2
19 Ekartir 1
20 Cucing 2
21 Bengkok 1
4.1 Kesimpulan
Kanker, disebut juga neoplsma, adalah suatu penyakit pertumbuhan sel karena
di dalam organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh
abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat, dan gerakan yang berbeda
dari sel asalnya, serta merusak bentuk dan fungsi organ asalnya (Dalimartha, 2004).
Sedangkan kanker payudara (ca mammae) adalah sekelompok sel abnormal pada
payudara yang terus tumbuh berlipat ganda dan pada akhirnya sel–sel ini membentuk
benjolan di payudara (Kasdu, 2005). Kanker payudara merupakan jenis tumor ganas
yang dapat berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara
(Sjamsuhidajat & de Jong, 2005).
Penatalaksanaan terhadap kanker payudara meliputi operasi, radioterapi,
kemoterapi dan terapi hormonal (Diananda, 2009). Penatalaksanaan konservatif
adalah pengobatan yang diberikan di ruang rawat dan hanya untuk mengurangi rasa
sakit yang dirasakan penderita bukan pengobatan yang spesifik untuk kanker
payudara (Laura, 2012). Menurut Komite Penanggulangan Kanker Nasional (2014),
pembedahan merupakan terapi yang paling awal dikenal untuk pengobatan kanker
payudara. Jenis pembedahan/operasi pada kanker payudara yaitu mastektomi
(Mastektomi Radikal Modifikasi/MRM, mastektomi radikal klasik, mastektomi
dengan tehnik onkoplasti, mastektomi simpel, mastektomi subkutan), dan Breast
Conserving Therapy (BCT) (Manuaba, 2010).
Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada perioperatif, diantaranya:
1. Pre operatif
a. Ansietas berhubungan dengan prosedur pembedahan yang akan dilakukan
b. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pajanan informasi
2. Intra operatif
a. Resiko cedera berhubungan dengan anestesi.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif pembedahan.
c. Resiko hipotermi berhubungan dengan ruangan yang dingin.
3. Post operatif
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen injury fisik
b. Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif
4.2 Saran
Jika ada kesalahan dan kekurangan dari penulisan, penulis mengharapkan
masukan yang dapat memperbaiki.
DAFTAR PUSTAKA
American Cancer Society. 2013. Breast Cancer. Atlanta: American Cancer Society.
Dalimartha, Setiawan., 2004. Deteksi Dini Kanker dan Simplisia Antikanker. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Faiz & Moffat. 2003. Drainase dan Limfatik Ekstremitas Atas dan Payudara.
Dalam: At a Glance Series Anatomi. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Kasdu D. 2005. Solusi Problem Wanita Dewasa. Jakarta: Penerbit Puspa Swara.
Mardiana. 2004. Mencegah dan Mengobati Kanker pada Wanita dengan Tanaman
Obat. Jakarta: Penebar Swadaya.