Disusun Oleh:
Allaily Amalia Rachma
Muhimatul Khafidhoh
Puspa Ayu Priyadi
Rahma Dwi Syukrini
Ria Andriani
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I.........................................................................................................................................3
PENDAHULUAN..................................................................................................................3
BAB II........................................................................................................................................4
PEMBAHASAN.....................................................................................................................4
Definisi................................................................................................................................4
Etiologi................................................................................................................................4
Manifestasi Klinis...............................................................................................................4
Patofisiologi........................................................................................................................4
Komplikasi........................................................................................................................11
Penatalaksanaan Medis.....................................................................................................12
Tindakan Pre dan Post Operatif........................................................................................14
Asuhan Keperawatan........................................................................................................17
Pemeriksaan Penunjang....................................................................................................21
BAB III.....................................................................................................................................22
KESIMPULAN....................................................................................................................22
Page 2
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................23
BAB I
PENDAHULUAN
Fraktur atau bahasa awamnya patah tulang dapat disebabkan karena benturan,
gerakan memutar mendadak maupun kelemahan/kerapuhan struktur tulang akibat
gangguan atau penyakit primer seperti osteoporosis. Fraktur merupakan ancaman
potensial atau aktual kepada integritas seseorang akan mengalami gangguan fisiologis
maupun psikologis yang dapat menimbulkan respon berupa nyeri. Nyeri tersebut adalah
keadaan subjektif dimana seseorang memperlihatkan ketidak nyamanan secara verbal
maupun non verbal. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat
kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri.
Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi, dan kegiatan yang
biasa dilakukan (Engram, 1999). Jumlah penderita mengalami fraktur di Amerika Serikat
sekitar 25 juta orang pertahun.
Oleh karena itu peran perawat sangan penting dalam memberikan penyuluhan tentang
bagaimana mencegah terjadinya kecelakaan dengan senantiasa berhati-hati dalam melakukan
aktifitas sehari-hari, serta memberikan asuhan keperawatan secara tepat kepada penderita
fraktur dan memberi penyuluhan tentang pentingnya asupan karbohidrat, protein dan kalsium
Page 2
BAB II
PEMBAHASAN
I.
Definisi
Fraktur merupakan suatu keadaan dimana terjadi disintegritas tulang, penyebab
terbanyak adalah insiden kecelakaan, tetapi faktor lain seperti proses degeneratif juga
dapat berpengaruh terhadap kejadian fraktur.
Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana pada satu sisi dari tulang
mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur ini
sering dijumpai pada anak-anak.
II.
Etiologi
1) Trauma
Merupakan penyebab utama yang sering menyebabkan terjadinya fraktur
seperti kecelakaan dan lain-lain
2) Patologi
Merupakan fraktur yang disebabkan kerena timbulnya fraktur seperti
osteoporosis dan tumor
3) Malnutrisi
Karena kurang meniral dan kalsium serta perubahan hormonal
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang biasanya terjadi pada fraktur, yaitu:
a. Nyeri
Terjadi karena terputusnya kontinuitas jaringan dari tulang.Nyeri hampir
selalu muncul dan biasanya parah, terutama pada ujung tulang yang tidak
dapat digerakkan.
b. Menurunnyafungsi ekstremitas normal dan abnormal, disebabkan oleh
ketergantungan fungsional otot pada kestabilan otot.
c. Bengkak. Berasal dari proses vasoliladatasi, eksudasi plasma dan adanya
peningkatan leukosit pada jaringan di sekitar tulang.
d. Spasme otot dapat menambah rasa sakit dan tingkat kecacatan, kekuatan otot
yang sering disebabkan karena tulang menekan otot.
e. Krepitasi sering terjadi karena pergerakan bagian fraktur sehingga
menyebabkan kerusakan jaringan sekitarnya.
f. Pemendekatan tulang terjadi pada fraktur panjang, yang terjadi karena
konstraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat fraktur.
Page 2
III.
Patofisiologi
Penyebab fraktur dapat bermacam-mcam, termasuk (1) dorongan langsung pada
tulang; (2) kondisi patologis yang mendasarinya, seperti rakitis, yang mengarah pada
fraktur spontan; (3) kontraksi otot yang kuat dan tiba-tiba; dan (4) dorongan tidak
langsung (mis., terpukul benda terbang) dari jarka jauh. Penyebab lainnya adalah
penganiayaan anak, neuroblastoma metastatic, sarcoma Ewing, sarcoma osteogenik,
osteogenesis imperfekta, defisiensi tembaga, osteomyelitis, cedera karena penggunaan
berlebih, dan imobilisasi yang mengakibatkan osteoporosis (Betz, 2009).
Jenis fraktur yang paling sering terjadi pada anak kurang dari 3 tahun adalah fraktur
greenstick. Pada fraktur ini terdapat retakan tidak lengkap pada korteks tulang yang
terjadi karena tulangnya lebih lunak dan lebih lentur dari tulang anak yang lebih tua
(Betz, 2009).
Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan orang dewasa, proses
penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling yang sangat
baik, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomedik serta fisiologi
tulang anak yang berbeda dengan tulang orang dewasa (Rasjad, 2007).
Selian itu, fragmen
Page 2
IV.
pembentukan tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah proses tersebut
semakin berkurang (Muttain, 2008).
Proses Penyembuhan Fraktur
Proses penyembuhan suatu fraktur dimulai sejak terjadi fraktur sebagai usaha tubuh
untuk memperbaiki kerusakan kerusakan yang dialaminya. Penyembuhan dari
fraktur di pengaruhi oleh beberapa faktor lokal dan faktor sistemik, adapun faktor
lokal:
Lokasi fraktur
Jenis tulang yang mengalami fraktur.
Reposisi anatomis dan immobilasi yang stabil.
Adanya kontak antar fragmen.
Ada tidaknya infeksi.
Tingkatan dari fraktur.
Adapun faktor sistemik adalah :
Keadaan umum pasien
Umur
Malnutrisi
Penyakit sistemik.
Proses penyembuhan fraktur terdiri dari beberapa fase, sebagai berikut :
Fase Reaktif
Fase hematom dan inflamasi
Pembentukan jaringan granulasi
Fase Reparatif
Fase pembentukan callus
Pembentukan tulang lamellar
Fase Remodelling
Remodelling ke bentuk tulang semula
Dalam istilah-istilah histologi klasik, penyembuhan fraktur telah dibagi atas
penyembuhan fraktur primer dan fraktur sekunder.
Page 2
dengan tulang pada sisi lainnya (kontak langsung) untuk membangun kontinuitas
Page 2
mulai
tulang rawan.
Sebenarnya tulang rawan ini masih dibagi lagi menjadi tulang lamellar
dan wovenbone. Pertumbuhan jaringan berlanjut dan lingkaran tulang
rawan tumbuh mencapai sisi lain sampai celah sudah terhubungkan.
Fragmen patahan tulang digabungkan dengan jaringan fibrous, tulang
rawan, dan tulang serat matur. Bentuk kalus dan volume di butuhkanuntuk
menghubungkan efek secara langsung berhubungan dengan jumlah
kerusakan dan pergeseran tulang. Perlu waktu tiga sampai empat minggu
agar fragmen tulang tergabung dalam tulang rawan atau jaringan fibrous.
Secara klinis fragmen tulang tidak bisa lagi digerakkan. Regulasi dari
pembentukan kalus selama masa perbaikan fraktur dimediasi oleh ekspresi
dari faktor-faktor pertumbuhan. Salah satu faktor yang paling dominan
dari sekian banyak faktor pertumbuhan adalah Transforming Growth
Factor-Beta 1 (TGF-B1)
Page 2
terbentuk di antara
mengalami
pengulangan
endokondral
osteoklast dapat
menembus jaringan debris pada daerah fraktur dan diikuti osteoblast yang
akan mengisi celah di antara fragmen dengan tulang yang baru. Proses ini
berjalan perlahan-lahan selama beberapa bulan sebelum tulang cukup kuat
untuk menerima beban yang normal.
e) Fase Remodelling
Tahap akhir perbaikan patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati
dan reorganisasi tulang baru ke susunan structural sebelumnya.
Remodeling memerlukan waktu berbulan-bulan sampai bertahun-tahun
dihubungkan dengan selubung tulang yang kuat dengan bentuk yang
berbeda dengan tulang normal. Dalam waktu berbulan-bulan bahkan
Page 2
Sumber:
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5. Jakarta :
EGC.
Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem
Yarsif Watampone.
Delubis, Arman. Dkk. 2013. Hubungan Antara Usia, Jenis, Dan Lokasi
Fraktur Dengna Lama Perawatan Pada Pasien Bedah Tulang Di Ruang
Rawat
Inap
RSUP
DR.Wahidin
Sudirohusodo
Makassar.
Page 2
http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/4/e-library%20stikes%20nani
V.
Komplikasi
Komplikasi fraktur dapat meliputi :
Deformitas ekstremitas
Perbedaan panjang ekstremitas
Potensial henti perkembangan
Inkongruenitas pada sendi
Keterbatasan gerak
Cedera saraf yang menyebabkan mati rasa dan/atau paralisis saraf
Gangguan sirkulasi
Kontraktur iskemik Volkmann
Gangren
Sindrom kompartemen
Terjadi fraktur kembali
Sumber:
Cecily lynn betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Penatalaksanaan Medis
Tujuan pengobatan fraktur adalah untuk menempatkan ujung-ujung dari patah tulang
supaya satu sama lain saling berdekatan, selain itu menjaga agar tulang tetap
menempel sebagaimana mestinya. Proses penyembuhan memerlukan waktu minimal
4 minggu, tetapi pada usia lanjut biasanya memerlukan waktu yang lebih lama.
Setelah sembuh, tulang biasanya kuat dan kembali berfungsi (Corwin, 2010).Fraktur
biasanya menyertai trauma. Untuk itu sangat penting untuk melakukan pemeriksaan
terhadap jalan napas (airway), proses pernafasan (breathing), dan sirkulasi
(circulating), apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah
lagi , baru lakukan amnesis dan pemeriksaan fisik secara terperinci. Waktu terjadinya
kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di RS,
mengingat golden period 1-6 jam , bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin
besar. Lakukan amnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat , singkat dan lengkap.
Kemudian, lakukan foto radiologis. Pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi
Page 2
VI.
rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan lunak
selain memudahkan proses pembuatan foto (Mansjoer, 2000)
Prinsip-prinsip penanganan fraktur meliputi:
a) Reduksi fraktur
Reduksi fraktur (setting ulang) berarti mengembalikan fragmen tulang pada
kesejajarannya dan rotasi anatomis.Reduksi tertutup, traksi, dan reduksi
terbuka dapat dilakukan untuk mereduksi fraktur.Pada kebanyakan kasus,
reduksi fraktur menjadi semakin sulit bila cedera sudah mulai mengalami
penyembuhan.Sebelum reduksi dan imobilisasi fraktur, pasien harus
dipersiapkan untuk menjalani prosedur, harus mendapatkan izin untuk
melakukan prosedur, dan analgetika yang diberikan sesuai dengan ketentuan.
Reduksi tertutup banyak dilakukan dengan cara mengembalikan fragmen
tulang ke posisinya (ujung-ujungnya saling berhubungan). Traksi dapat
digunakan untuk mendapatkan efek reduksi dan imobilisasi.Beratnya traksi
disesuaikan dengan spasme otot yang terjadi.Sinar-x digunakan untuk
memantau reduksi fraktur dan aproksimasi fragmen tulang. Ketika tulang
sembuh, akan terlihat pembentukkan kalus pada sinar-x. Ketika kalus telah
kuat, dapat dipasang gips atau bidai untuk melanjutkan imobilisasi. Reduksi
terbuka diperlukan pada beberapa fraktur tertentu.Dengan pendekatan
pembedahan, fragmen tulang direduksi. Alat fiksasi interna dalam bentuk pin,
kawat, sekrup, plat, paku, atau batangan logam dapat digunakan untuk
mempertahankan fragmen tulang dalam posisinya sampai penyembuhan tulang
terjadi. Alat ini dapat diletakkan di sisi tulang atau dipasang melalui fragmen
tulang atau langsung ke rongga sumsum tulang.
b) Imobilisasi fraktur
Setelah
fraktur
direduksi,
fragmen
tulang
harus
diimobilisasi
atau
Page 2
fraktur.
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica
Aesculpalus FKUI.
Corwin, E. J. 2009. Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Page 2
VII.
Persiapan fisik pre operasi yang dialami oleh pasien dibagi dalam 2
tahapan, yaitu persiapan di unit perawatan dan persiapan di ruang
operasi. Berbagai persiapan fisik yang harus dilakukan terhadap pasien
sebelum operasi menurut Brunner & Suddarth ( 2002 ), antara lain:
Status kesehatan fisik secara umum
Sebelum dilakukan pembedahan, penting dilakukan pemeriksaan status
kesehatan secara umum, meliputi identitas klien, riwayat penyakit
seperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan
fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler,
status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi
imunologi, dan lain-lain.
Status Nutrisi
Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat
badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah
(albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk
defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk
memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi
gizi
buruk
dapat
mengakibatkan
pasien
mengalami
berbagai
pasien, hal lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan
tanggung jawab dan tanggung gugat, yaitu Informed Consent. Baik
pasien maupun keluarganya harus menyadari bahwa tindakan medis,
operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh karena itu setiap
pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan surat
pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan
anestesi). Jika anak belum bisa maka bisa diwakilkan oleh orang tua.
Page 2
harus dianastesi.
Persiapkan anak dan keluarga terhadap cara pengobatan terpilih
b. Intra Operatif
Anggota tim asuhan keperawatan intraoperasi anggota steril
o Ahli bedah utama/operator
o Asisten ahli bedah
o Scrub nurse/perawat instrumen
Anggota tim yang tidak steril :
o Ahli atau pelaksana anasthesi
o Perawat sirkulasi
o Anggota lain (teknisi yangmengoperasikan alat-alat pemantau yang
rumit)
Prinsip tindakan keperawatan selama pelaksanaan operasi
o Persiapan psikologi anak, anak mungkin harus dianastesi
o Penagturan posisi
o Membersihkan dan menyiapkan kulit
o Penutupan daerah steril
o Mempertahankan surgical asepsis
o Menjaga suhu tubuh pasien dari kehilangan panas tubuh
o Monitor dari malignant hipertermia
o Penutupan luka pembedahan
Prinsip penangan fraktur :
Reduksi tertutup dan fiksasi interna
imobilisasi fraktur (gips, bidai, traksi , pin dan fiksator eksterna)
mempertahankan dan mengembalikan fungsi
o Perawatan drainase
Pengangkatan pasien ke ruang pemulihan ,ICU, atau PACU
c. Post Operatif
Amati dan laporkan adanya tanda-tanda infeksi
jumlahnya
Lakukan perawatan gips (sesuai indikasi)
Pertahankan traksi (sesuai indikasi)
Pertahankan traksi (sesuai indikasi)
Berikan aktivitas pengalihan sesuai usiaa untuk mengurangi atau
Page 2
o Peningkatan suhu
o Bau yang menusuk
o Drainase
Observasi dan laporkan adanya perdarahan ; perhatikan dan catat
Fraktur torus dan greenstick atau fraktur stres banyak terjadi pada anak dan
sangat jarang pada orang dewasa. Penyembuhan fraktur pada anak lebih cepat
dibanding dengan orang dewasa karena periosteum yang tebal, karena di
periosteum
tersebut
mempunyai
banyak
sel-sel
osteogenik
untuk
Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan landasan dalam proses keperawatan,
untuk itu diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga
dapat
memberikan
arah
terhadap
tindakan
keperawatan.
Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantuang pada tahap ini. Tahap ini
terbagi atas:
b. Pengumpulan Data
Anamnesa. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, alamat,
agama, bahasa yang dipakai, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan,
asuransi, golongan darah, no. register, tanggal MRS, diagnosa medis.
Keluhan Utama. Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur
adalah rasa nyeri. Nyeri tersebut bisa akut atau kronik tergantung dan
lamanya serangan. Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap
tentang rasa nyeri klien digunakan:
Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang menjadi
faktor presipitasi nyeri.
Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau menusuk.
Region: radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa sakit
menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
Page 2
VIII.
Sumber: http://stikeswh.ac.id/psik/files/Askep_Fraktur.pdf
Priorit
as
1
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
Pain
Level
Pain Management
Nyeri skala 7
Mela
pork
an
nyeri
(2-5)
Lam
a
episo
de
nyeri
(2-5)
Lakukan
pengkajian
komprehensif nyeri, termasuk
lokasi, karakteristik, onset/durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas, dan
keparahan nyeri.
Tentukan efek nyeri terhadap
kualitas hidup (mis. tidur, nafsu
makan, aktivitas).
Pastikan
klien
mendapat
perawatan analgesic yang tepat.
Berikan informasi tentang nyeri,
seperti penyebab nyeri, lama
nyeri dan antisipasi kenyamanan
dari prosedur yang dilakukan.
Kurangi faktor pencetus atau
yang meningkatkan nyeri seperti
takut, ansietas, kelelahan dan
ketidaktahuan.
Pertimbangkan tipe dan sumber
nyeri saat memilih strategi
mengatasi nyeri.
Ajarkan pasien menggunakan
Page 2
Keterbatasan
kemampuan melakukan
ketrampilan motorik
kasar.
Keterbatasan
kemampuan melakukan
ketrampilan motorik
halus.
Tissue
Integrity
Lesi
kulit
(4-5)
Perfu
si
jaring
an (25)
Cemas berhubungan
Anxiety
dengan perubahan status Level
Reduc
kesehatan
Perasaan tidak nyaman atau
e
kekhawatiran yang samar
uneasi
disertai respon autonom
ness
(sumber seringkai tidak Reduc
Posisikan
pasien
dalam
kesejajaran tubuh yang tepat.
Pertahankan posisi yang tepat di
tempat
tidur
untuk
meningkatkan/menjaga traksi.
Pastikan bobot traksi yang sedang
diterapkan/digunakan.
Pertahankan
posisi
traksi
sepanjang waktu.
Pantau kemampuan perawatan
diri paien selama traksi.
Monitor alat fiksasi eksternal.
Monitor sirkulasi, gerakan dan
sensasi dari ekstermitas yang
terkena.
Monitor adanya komplikasi dari
imobilisasi.
Instruksikan
pasien
untuk
mengkonsumsi
nutrisi
yang
adekuat untuk penyembuhan
tulang.
Anxiety Reduction
Gunakan
pendekatan
meyakinkan dan tenang
Jelaskan
semua
prosedur,
termasuk bagaimana sensasi
yang akan dirasakan selama
prosedur
Page 2
Traction/Immobilization Care
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan diagnostik
Sinar-X untuk mengevaluasi klien dengan kelainan muskuloskeletal,
sinar-X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, porosi dan
perubahan hubungan tulang.
CT-scan untuk menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang
terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera
ligamen atau tendon.
MRI adalah teknik pencitraan khusus, non invasif yang menggunakan
medan magnet, gelombang radio dan komputer untuk memperlihatkan
abnormalitas jaringan lunak seperti jaringan otot, tendon dan tulang
rawan.
Page 2
IX.
e
verbali
zed
anxiety
Reduc
e
distres
s
b. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksan darah lengkap meliputi kadar haemoglobin (biasanya
rendah bila terjadi pendarahan karena trauma) hitung sel darah putih).
Ht mungkin meningkat ( Hemokonsentrasi) atau menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multiple). Peningkatan
jumlah sel darah putih adalah respon stress normal setelah trauma.
Kreatinin : trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens
ginjal. Profil koagulasi: perubahan dapat terjadi pada kehilangan darah,
transfuse multiple atau cedera hati
Pemeriksaan kimia darah. Kadar kalsium serum berubah pada
oesteomalasea, tumor tulang metastase dan pada immobilisasi lama
Page 2
dan creatinin kinase serta SGOT yang meningkat pada kerusakan otot.
BAB III
KESIMPULAN
Fraktur greenstick, yaitu fraktur tidak sempurna dimana pada satu sisi dari tulang
mengalami fraktur sedangkan pada sisi yang lain tulang masih terikat. Fraktur ini sering
dijumpai pada anak-anak. Fraktur pada anak mempunyai keistimewaan dibanding dengan
orang dewasa, proses penyembuhannya dapat berlangsung lebih singkat dengan remodeling
yang sangat baik, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan anatomi, biomedik serta
Page 2
Arif, Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta: Medica
Aesculpalus FKUI.
Behrman, dkk. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Volume 3. Jakarta: EGC.
Betz, Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 5. Jakarta : EGC.
Cecily lynn betz. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
Delubis, Arman. Dkk. 2013. Hubungan Antara Usia, Jenis, Dan Lokasi Fraktur
Dengna Lama Perawatan Pada Pasien Bedah Tulang Di Ruang Rawat Inap RSUP
DR.Wahidin Sudirohusodo Makassar. http://library.stikesnh.ac.id/files/disk1/4/elibrary%20stikes%20nani%20hasanuddin--armandelub-183-1-artikel-6.pdf. Tanggal
akses : 9-1-2015.
Rasjad, C. 2007. Buku Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi ed. III. Makassar: Yarsif
Watampone.
Smeltzer, Suzanne & bare, Brende G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC.
Page 2
DAFTAR PUSTAKA