PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi industri berdampak pada
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
Gambar 2. Ligamentum
pembuluh darah arteri femoralis. Ruang fascia medial tungkai atas diisi oleh
musculus gracilis, musculus adductor longus, musculus adductor magnus,
musculus obturatorius externus dengan dipersarafi oleh nervus obturatorius ruang
fascial medial diperdarahi oleh arteri profunda femoris dan arteri obturatoria.
Ruang fascia posterior tungkai atas diisi oleh musculus biceps femoris, msculus
semitendinosus, musculus semimembranosus, dan sebagian kecil musculus
adductor magnus (otot-otot hamstring)/ dipersarafi oleh nervus ischiadicus ruang
fascia posterior tungkai atas diperdarahi oleh cabang-cabang arteri profunda
femoris.4
a. Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada tulang dan
terjadi fraktur pada daerah tekanan. Fraktur yang terjadi biasanya
bersifat komunitif dan jaringan lunak ikut mengalami kerusakan.
b. Trauma tidak langsung
Disebut trauma tidak langsung apabila trauma dihantarkan ke
daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya jatuh dengan
tangan extensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula. Pada
keadaan ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Berdasarkan penyebab terjadinya fraktur femur, dapat dibedakan menjadi
tiga berdasarkan besar energi penyebab trauma, yaitu:
a. High energy trauma atau trauma karena energi yang cukup besar,
jenis kecelakaan yang menyebabkan terjadinya fraktur jenis ini
antara lain adalah trauma kecelakaan bermotor (kecelakaan sepeda
motor, kecelakaan mobil, pesawat jatuh, dsb), olahraga yang
berkaitan dengan kecepatan seperti misalnya: ski, sepeda balap,
naik gunung; jatuh, jatuh dari tempat tinggi; serta luka tembak.
b. Low energy trauma atau trauma karena energi yang lemah, karena
struktur femur adalah sturktur yang cukup kuat, ada kecenderungan
trauma karena energi yang lemah lebih disebabkan karena tulang
kehilangan
kekuatannya
terutama
pada
orang-orang
yang
Klasifikasi etiologis:
Fraktur traumatik
o Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur patologis
o Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan
patologis di dalam tulang
Fraktur stres
o Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu
tempat tertentu.
2.
Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture)
o Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
o Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar
melalui lika pada kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from
within (dari dalam) atau from without (dari luar)
Derajat
I
Luka
Kerusakan Jaringan
Luka akibat
Sedikit kerusakan
Fraktur simpel,
tusukan fragmen
transversal, oblik
tulang, bersih,
ukuran < 1 cm
II
III
Fraktur
kominutif
Kerusakan jaringan
Dislokasi fragmen
sedikit
tulang jelas
terkontaminasi
kulit
Kominutif,
hebat, kontaminasi
segmental, fragmen
hebat
struktur neurovaskuler
IIIa
IIIb
Kominutif atau
segmental yang
patah
hebat
Kominutif yang
kehilangan jaringan,
hebat
terdapat pendorongan
periosteum, tulang
terbuka
IIIc
Kominutif yang
memerlukan perbaikan
hebat
tanpa memperhatikan
tingkat kerusakan
jaringan lunak
Tabel 1. Derajat Fraktur Terbuka
3.
Klasifikasi radiologis
10
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
3. Menurut Ekstensi
a. Fraktur komplit
Apabila garis patah yang melalui seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang.
b. Fraktur inkomplit
Apabila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang, seperti
buckle fracture, hairline fracture, dan green stick fracture.
11
Transversal
Oblik
Segmental
Spiral dan segmental
Komunitif
Segmental
Depresi
*Dikutip dari kepustakaan 2
12
13
Gambar
9.
Itracapsular
Fracture
*Dikutip dari kepustakaan 4
-
Extracapsular fraktur
Extracapsular fraktur termasuk trochanters
Intertrochanteric
Subtrochanteric
C. Stadium III
D. Stadium IV
14
B. Tipe II
C. Tipe III
Pada foto polos penting dinilai pergeseran melalui bentuk bayangan yang
tulang yang abnormal dan tingkat ketidakcocokan garis trabekular pada kaput
femoris dan ujung collum femur. Penilaian ini penting karena fraktur yang
terimpaksi atau tak bergeser (stadium I dan stadium II berdasarkan Garden) dapat
membaik setelah fiksasi internal, sementara fraktur yang bergeser sering
mengalami non-union dan nekrosis avaskular.8
Pengobatan fraktur collum femur dapat berupa
konservatif dengan
indikasi yang sangat terbatas dan terapi operatif. Pengobatan konservatif dengan
traksi tulang dapat dilakukan pada fraktur tulang trokanter, dengan paha dalam
posisi fleksi dan abduksi selama 6-8 minggu.
Pengobatan operatif hampir selalu dilakukan baik pada orang dewasa
muda ataupun pada orang tua karena semua patah tulang di daerah ini umumnya
tidak stabil sehingga tidak ada cara reposisi tertutup terhadap frkatur ini, kecuali
jenis fraktur impaksi, baik yang subservikal maupun yang basal. Fraktur collum
femur harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan fraktur
collum femur stadium I. jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi
fraktur collum femur stadium IV. Sehingga perlu reduksi yang akurat dan stabil
dan diperlukan mobilisasi yang cepat pada orang tua untuk mencegah komplikasi.
Jenis operasi yang dapat dilakukan, yaitu pemasangan pin, pemasangan plate dan
screw, dan artroplasti yang dilakukan pada penderita umur di atas 55 tahun,
berupa: eksisi artroplasti, herniartroplasti, dan artroplasti total. 2
15
Ketidakstabilan patah tulang ini disebabkan kontraksi dan tonus otot besar
dan kuat antara tungkai dan tubuh yang menjembatani patah tulang, yaitu
m.iliopsoas, otot gluteus, kuadrisepss femoris, fleksor femur, dan aduktor femur.
Inilah yang menggangu keseimbangan garis fraktur. Adanya osteoporosis tulang
mengakibatkan tidak tercapainya fiksasi kokoh oleh pin pada fiksasi interna.
Selain itu, periosteum frgamen intrakapsular leher femur tipis sehingga
kemampuannya dalam penyembuha tulang terbatas. Karena itu, pertautan frgamen
fraktur hanya bergantung pada pembentukan kalus endosteal. Yang penting adalah
pemulihan aliran darah ke kolum dan kaput femur yang robek pada saat terjadi
fraktur.7
Penanganan nekrosis avaskular kaput femur dengan atau tanpa gagalpertautan juga berupa eksisi kaput dan leher femur kemudian diganti dengan
prostesis metal.7
Penderita fraktur leher femur impaksi biasanya dapat berjalan selama
beberapa hari setelah jatuh sebelum tmbul keluhan. Umumnya gejala yang timbul
minimal dan panggul yang terkena dapat secara pasif digerakkan tanpa nyeri.
Frkatur ini biasanya sembuh dalam waktu tiga bulan tanpa tindakan operasi, tetapi
bila tidak sembuh atau terjadi disimpaksi yang tidak stabil atau nekrosis avaskular,
penanganannya sama dengan di atas.7
Pada fraktur kolum femur, dapat terjadi kompllikasi. Komplikasi
tergantung dari beberapa faktor, yaitu:2
pneumonia, dekubitus
Nekrosis avaskuler kaput femur
Komplikasi ini biasanya terjadi pada 30% pasien fraktur collum femur
dengan pergeseran dan 10% pada fraktur tanpa pergeseran. Apabila
lokasilisasi fraktur lebih ke proksimal maka kemungkinan untuk terjadi
16
2.
penderita.
Osteoartritis sekunder dapat terjadi karena kolaps kaput femur atau
nekrosis avaskuler
Anggota gerak memendek
Malunion
Malrotasi berupa rotasi eksterna
dan besar sehingga dapat menimbulkan syok. Secara klinis penderita tidak dapat
bangun, bukan saja karena nyeri, tetapi juga karena ketidakstabilan fraktur.
Biasanya seluruh tungkai bawah terotasi ke luar, terlihat lebih pendek, dan
bengkak pada bagian proksimal sebagai akibat pendarahan ke dalam jaringan
lunak. Pertautan biasanya diperoleh dengan penanganan secara tertutup, dan
normalnya memerlukan waktu 20 minggu atau lebih.6
Gambar 13.a.
Gambar 13.b.
Femoral
postinternal
fixation.
shaft
fracture
17
18
19
20
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1.
Syok, anemia atau pendarahan
2.
Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang
3.
Pemeriksaan Lokal:
1. Inspeksi (Look)
2. Palpasi (Feel)
Palpasi dilakukan secara hati-hati oleh karena penderita
biasanya mengeluh sangat nyeri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan :
21
3. Pergerakan (Move)
Pergerakan
dengan
mengajak
penderita
untuk
pada
pergerakan
sendi
tersebut(Range
of
22
ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru
epifisis.
Dua trauma,
pada
trauma
yang
hebat
sering
23
CT-Scan
24
Bone scanning
2.
3.
4.
umum9.
Rehabilitation, mengembalikan aktivitas fungsional semaksimal mungkin.
Selain empat prinsip di atas, terdapat beberapa tambahan prinsip pengobatan
penderita
Ciptakan kerja sama yang baik tanpa melupakan hukum
penyembuhan alami
Pengobatan yang praktis dan logis
Pilih pengobatan secara individu
Jangan melakukan pengobatan yang tidak perlu.2
25
diberikan juga harus berdasarkan alasan mengapa tindakan ini dilakukan serta
kemungkinan prognosisnya.2
b. Metode Penanganan Kelainan Bedah Ortopedi
Pada umumnya penanganan pada bidang bedah ortopedi dapat dibagi
dalam tiga cara, yaitu:
1.
Tanpa pengobatan
Sekurang-kurangnya 50% penderita (tidak termasuk fraktur) tidak
memerlukan tindakan pengobatan dan hanya diperlukan penjelasan serta nasihatnasihat seperlunya dari dokter. Tapi tidak jarang penderita belum merasa puas bila
hanya diberikan nasihat (terutama oleh dokter umum) sehingga perlu dirujuk
kedokter ahli bedah tulang untuk penjelasan rinci tentang penyakit yang diderita
dan prognosisnya.2
2. Pengobatan non-operatif
Bed Rest
Bed rest merupakan salah satu jenis metode pengobatan, baik secara
umum
-
ataupun
hanya
lokal
dengan
mengistirahatkan
anggota
26
e.
f.
g.
3.
Obat-obat sitostatika
Vitamin
Injeksi lokal.2
Pengobatan operatif
a. Amputasi
Indikasi pelaksanaan amputasi adalah:
Mengancam kelangsungan hidup penderita misalnya pada luka
remuk (crush injury), sepsis yang berat (misalnya gangren),
-
dingin.
Anggota gerak tidak berfungsi sama sekali (merupakan
gangguan atau benda asingsaja), sensibilitas anggota gerak
hilang sama sekali, adanya nyeri hebat, malformasi hebat atau
b.
c.
d.
e.
gerak.2
Bone grafting (tandur alih tulang)
27
Dikenal tiga sumber jaringan tulang yang dapat dipakai dalam bone
graft yaitu :
- Autograft
Disebut autograft bila sumber tulang berasal dari penderita
senidri (dari kristal iliaka,kosta, femur distal, tibia proksimal atau
fibula). Daerah sumber disebut donor sedangkan daerah penerima
-
disebut resipien.
Allograft (homograft)
Disebut allograft bila sumber tulang berasal dari orang lain
yang biasanya disimpan dalam bank tulang, misalnya setelah operasi
sendi panggul atau operasi-operasi tulang yang besar. Selain itu,
mencegah
tindakan
operatif,
terdapat
angulasi,
28
tertentu
untuk
operasi
Segera lakukan debridemen dan irigasi
Ulangi debridement 24-72 jam berikutnya
Stabilisasi fraktur
Biarkan luka terbuka 5-7 hari
Lakukan bone graft autogeneous secepatnya
Rehabilitasi anggota gerak yang terkena
Pembersihan luka
Pembersihan luka dilakukan dengan cara irigasi dengan cairan NaCl
fisiologis untuk mengeluarkan benda asing yang melekat. Jumlah cairan
yang digunakan berbeda tergantung pada derajat fraktur terbuka, untuk
derajat I digunakan tiga liter, derajat II enam liter, dan derajat III 10 liter.
29
pada jaringan.
Eksisi jaringan yang mati dan tersangka mati (debridemen)
Semua jaringan yang kehilangan vaskularisasinya dapat menjadi tempat
kolonisasi kuman sehingga diperlukan tindakan eksisi operatif pada kulit,
jaringan subkutaneus, lemak, fasia, otot dan fragmen yang lepas
(debridemen). Debridemen harus dilakukan dalam 6 jam pasca trauma untuk
mencegah infeksi dan bila perlu dapat diulangi 24 sampai 48 jam
3.
berikutnya.
Pengobatan fraktur
Fraktur dengan luka hebat memerlukan suatu traksi skeletal atau resuksi
terbuka dengan fiksasi eksterna. Traksi skeletal dapat digunakan pada
fraktur pelvis dan fraktur femur untuk sementara. Fiksasi eksternal
4.
5.
6.
aminoglikosida.
Pencegahan tetanus
Semua pendertia dengan fraktur terbuka harus diberikan pencegahan
tetanus. Pada penderita yang telah mendapat imunisasi aktif cukup diberikan
toksoid dan bagi yang belum dapat ditambahkan pemberian 250 unit tetanus
imunoglobulin (manusia).
30
maupun penetrasi kulit oleh fragmen tulang, avulsi dan skin loss,perdarahan lokal,
ruptur arteri atau vena, kontusio arteri atau vena dan spasme arteri, komplikasi
neurologis baik pada otak, sumsum tulang belakang atau saraf perifer serta
komplikasi pada organ dalam seperti jantung, paru-paru, hepar dan limpa2,5.
b. Komplikasi awal
Komplikasi awal yang dapat terjadi adalah nekrosis kulit-otot, sindrom
kompartemen, trombosis, infeksi sendi dan osteomielitis. Dapat juga terjadi
ARDS, emboli paru dan tetanus2,5.
c. Komplikasi lanjut
Komplikasi lanjut akibat fraktur dapat berupa penyembuhan abnormal dari
fraktur seperti malunion ununion delayed union, osteomielitis kronik, gangguan
pertumbuhan, patah tulang rekuren, osteomielitis kronis, ankilosis, penyakit
degeneratif pasca trauma dan kerusakan saraf.Compartement Syndrome
merupakan komplikasi yang harus diwaspadai dan dicegah, kejadian compartment
syndrome dapat memperburuk kualitas hidup pasien2,5,9.
2.2.7. Prognosis
Penyembuhan fraktur merupakan suatu proses biologis yang menakjubkan.
Tidak seperti jaringan lainnya, tulang yang mengalami fraktur dapat sembuh tanpa
jaringan parut. Pengertian tentang reaksi tulang yang hidup dan periosteum pada
penyembuhan fraktur mulai terjadi segera setelah tulang mengalami kerusakan
apabila lingkungan untuk penyembuhan memadai smapai terjadi konsolidasi.
Faktor mekanis yang penting seperti imobilisasi fragmen tulang secara fisik
sangat penting dalam penyembuhan, selain faktor biologis yang juga merupakan
suatu faktor yang sangat esensial dalam penyembuhan fraktur.2
31
BAB 3
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
- Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa
terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari
-
DAFTAR PUSTAKA
32
2008
[cited
2011
March
3];
Available
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364.
from:
Rasad,
URL:
Sjahriar.
Femur
Fracture.
In
site
http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall
9. Lawrence M Davis, MD. Magnetic Resonance Imaging (MRI). In site
http://www.emedicinehealth.com
10. Kramer. Josef., Czerny. C., Pfirrmann. Christian W., Hofmann. S.,
Scheurecker. A. In Internal Derangements of the Hip and Proximal Femur
(Including Intra- and Extra-articular Snapping Hip). Imaging of the
Musculoskeletal System. Elsevier. 2008. In site http://imaging.consult.com
33