Anda di halaman 1dari 59

TANATOLOGI

Preceptor: dr. Sani Tanzilah, Sp.F


Definisi
Thanatos  berhubungan dengan kematian
Logos  Ilmu
Tanatologi  Bagian dari Ilmu kedokteran forensik yang
mempelajari kematian dan perubahan yang terjadi setelah
kematian, serta faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Kematian
• Secara medis dan kimiawi, Kematian adalah berhentinya
proses metabolisme di berbagai jaringan dan organ dalam
waktu yang berbeda. Kematian dibagi menjadi 2, yaitu
kematian sel dan kematian somatis. (simpsons 13th ed)

• Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara


klinis pada seseorang berupa tanda kematian yaitu perubahan
yang terjadi pada tubuh mayat. (UI)

• Seseorang dikatakan mati apabila fungsi spontan pernafasan


dan jantung telah berhenti secara pasti (irreversible), atau
terbukti telah terjadi kematian (SK IDI No 336/PB/A.4/88)
Kematian Seluler
Kematian seluler  Berhentinya respirasi dan aktivitas
metabolisme normal di sel dan jaringan tubuh.
Terhentinya respirasi akan diikuti dengan autolisis dan
pembusukan (Bukti kematian)

Setelah kematian, Kulit dan tulang masih dapat


bermetabolisme aktif selama beberapa jam, Sel
darah putih masih aktif setelah lebih dari 12 jam. Sel-
sel saraf pusat masih aktif 3-7 menit.
Kematian Somatis
Jenis Kematian

1. Mati Somatis (mati klinis)

Terjadi akibat terhentinya fungsi ketiga sistem penunjang


kehidupan, yaitu susunan saraf pusat, sistem kardiovaskular,
dan sistem pernapasan yang menetap. Secara klinis tidak
ditemukan refleks-refleks, EEG mendatar, nadi tidak teraba,
denyut jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernafasan,
suara nafas tidak terdengar pada auskultasi. (1)
2. Mati Suri

Terhentinya ketiga sistem kehidupan di atas yang ditentukan


dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan
kedokteran canggih, dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem
tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus
keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik, dan tenggelam.(1)
3. Mati seluler (mati molekuler)

Kematian organ/jaringan tubuh yang timbul beberapa


saat setelah kematian somatis. Susunan saraf pusat
mengalami mati seluler dalam waktu 4 menit, otot masih
dapat dirangsang (listrik) sampai kira-kira 2 jam pasca
mati, dan mengalami mati seluler setelah 4 jam. (1)
4 . Mati Serebral

Kerusakan kedua hemisfer otak yang ireversibel kecuali batang


otak dan serebelum. Sistem pernafasan dan kardiovaskular
masih berfungsi dengan bantuan alat. (1)
5. Mati Otak (batang otak)

Terjadi kerusakan seluruh neuronal intrakranial yang


ireversibel termasuk batang otak dan serebelum
sehingga dapat dikatakan bahwa mati otak secara
keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi sehingga
alat bantu dapat dihentikan (1).
Perubahan pada orang mati
1. Perubahan Cepat (Early)
- Gerak
- Jantung tidak berdenyut
- Paru-paru tidak bergerak
- Kulit dingin dan turgor menurun
- Mata tidak ada refleks pupil
- Suhu tubuh sama dengan suhu lingkungan (algor mortis)
- Lebam mayat (post mortal lividity)

2. Perubahan Lambat (Late)


- Kaku mayat (post mortal rigidity)
- Pembusukan (decomposition)
- Penyabunan (adiposera)
- Mummification (terutama ditempat panas dan kering)
Tanda Kematian
1. Tanda tidak pasti 2. Tanda pasti kematian
- Pernafasan berhenti (> 10 - Lebam mayat
menit) - Warna lebam
- Nadi tidak teraba (dinilai - Kaku mayat
selama 15 menit) - Penurunan suhu tubuh
- Kulit pucat - Pembusukan
- Tonus otot menghilang - Adiposera
- Terjadi segmentasi - Mumifikasi
pembuluh darah retina
- Terjadi pengeringan kornea
(kekeruhan dalam 10
menit)
Diagnosa Kematian
1. Perubahan cepat (early) 2. Perubahan lambat (late)
- Tes Sirkulasi - Kaku mayat
- Tes magnus - Waktu kematian
- Tes diaphonos - Pseudokaku
- Tes Icard - Heat Stiffening
- Tes fluorescin - Cold Stiffening
- Tes Lilin - Cadaveric spasm
- Tes pernafasan
- Perubahan mata
- Perubahan kulit
- Perubahan suhu
Tes Diaphonos

Menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan tidak terlihat

ada sirkulasi (warna merah terang)

Note: Pada keracunan CO2 korban disimpan di kulkas, masih ada CO2 (diaphonos tes

palsu)

Tes Icard

Pada orang hidup, jantung masih bekerja.


TES Fluorescin
Menyuntikkan zat warna fluorescin akan terlokalisir ditempat
suntikan karena tidak ada aliran darah.

TES Lilin
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair tidak akan terjadi
vasodilatasi (hiperemi) sebagai reaksi jaringan terhadap rangsang
panas karena sirkulasi tidak ada.
Tes Pernafasan
1. Kaca
• Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan didepan hidung
atau mulut korban
2. Bulu-bulu Halus
Tidak terdapat reaksi bersin/geli ketika bulu-bulu halus
diletakkan didepan hidung korban.
3. Tes Winslow (pada orang yang pernafasannya agonal)
• Menempatkan cermin di dada korban dan disinari dengan
lampu senter. (Pemeriksa tidak boleh bergerak)
epat (Early)
Perubahan mata

1. Refleks cahaya dari pupil

2. Kornea pucat/opaque/keruh dimana kecepatan


kekeruhannya dipengharui oleh :
- Waktu kematian
- Kelembaban Udara
- Keadaan korban sebelum mati

3. Faktor kematian lainnya seperti :


- Apoplaxia
- Keracunan cyanida dan CO
- Mydriasis pupil bila ditetesi atropin (tes atropin/esedrin)
- Tekanan Intraokuler
- Kadar kalium yang tinggi
Perubahan Kulit

- Kulit menjadi pucat


- Penimbunan darah di kulit
- Elastisitas (turgor) kulit menurun
Perubahan Suhu
- Suhu turun secara stasioner
Faktor yang mempengaruhi :
- Suhu tubuh menghilang
atau menurun - Matematika
- Suhu tubuh belum tentu - Saat kematian
turun saat mati - Suhu lingkungan
- Cara pengukuran suhu - Keadaan umum
dengan termometer
- Posisi Kematian
- Menggunakan suhu rectal
- Pakaian
- Pengukuran suhu di rektrum
tidak dipengharui oleh suhu - Post mortal caloricity
lingkungan
Lebam mayat (livor mortis)
Perubahan warna kulit korban (biru kehitaman/merah
kehitaman/merah keunguan (livide) yang dipengaruhi oleh posisi tubuh
dan biasanya terletak di bagian terendah tubuh, kecuali pada bagian
yang tertekan alas keras.

Mulai tampak 20-30 menit pasca kematian, menetap setelah 8-12 jam.
Akan tetapi, masih dapat terbentuk setelah 24 jam jika dilakukan
perubahan posisi.

Mekanisme:
o Sel endotel mengalami kematian  fungsi untuk mengatur
permeabilitas pembuluh darah terhadap aliran darah yang
masuk terganggu  permeabilitas menurun  darah
intravaskuler keluar ke ekstravaskuler
o Gaya gravitasi pada eritrosit
Perbedaan Lebam dan Memar
Lebam Memar
Lokasi Bawah Tempat pukulan
Luas Ya Tidak
Proses Di permukaan Di dermis
Warna Uniform Tidak
Epitel Tidak rusak Rusak
Reaksi jaringan Tidak ada Ada
Histamin / serotonin ↓ atau normal ↑
Bila ditekan Lazim hilang Tidak hilang
Pembengkakakan Ada Tidak ada
Bila di iris Darah intravasculer Darah ekstravaskuler

Tanda intravital Tidak ada Ada


Lebam mayat (livor mortis)
Jenazah dengan posisi terlentang  lebam mayat ditemukan
pada bagian:
o Kuduk
o Punggung
o Pantat
o Bagian flexor tungkai

Jenazah pada posisi telungkup  lebam mayat ditemukan pada


bagian:
o Dahi, pipi, dan dagu
o Dada
o Perut
o Bagian ekstensor tungkai
Warna lebam
• Warna lebam dapat menentukan penyebab kematian
• Jika dilakukan sayatan dan disiram air, lebam mayat akan
pudar/hilang, tetapi pada kasus resapan darah
(ekstravasasi akibat trauma) bercak tidak menghilang
• Contoh:
o Merah muda pada keracunan karbon monoksida (CO)
o merah terang (cherry red) pada keracunan sianida
(CN)
o Kecoklatan pada keracunan anilin, nitrit, atau sulfonal
o Pada korban yang meninggal akibat asfiksia , lebam
mayat mendekati kebiruan
o Jenazah yang disimpan dalam kamar pendingin,
lebam mayat berwarna merah terang atau pink
Kaku mayat (rigor mortis)
Mekanisme:
- Peninggian asam laktat
- Teori Actin-Myosin
- Fase-fase kaku mayat: relaksasi primer, kekakuan cadaver
dan relaksasi sekunder

Kekurangan oksigen  phosporilisasi oxidativ glukosa tidak


terjadi glikogen  produksi ATP ↓  produksi asam
laktat ATP↓ , ADP↑ dan asam  serat-serat aktin dan
miosin berikatan  membentuk sebuah gel  otot
menjadi kaku diawali di otot kecil (cranial) menuju otot
besar (caudal)  menghilang saat mulai pembusukan
Kaku mayat (rigor mortis)
Jenis:
- Belum lengkap
- Lengkap

Hilang timbulnya kekakuan bermula dari atas ke bawah.


Mekanisme:
- Otot-otot bagian atas relatif lebih kecil
- Kekakuan alat-alat dalam bervariasi

Waktu Lokasi
1-4 jam Wajah
4-6 jam Ekstrimitas
6-12 jam Increase
12-24 jam Bertahan hingga dekomposisi selulad dan sel-sel otot
kehilangan kohesi
Kaku mayat (rigor mortis)
Proses:
Otot kecil di luar tubuh menuju ke dalam (arah sentripetal dan kraniokaudal)

Penilaian kaku mayat:


- Distribusi kaku mayat
- Lengkap/tidak lengkap
- Mudah dilawan/tidak

Faktor yang mempengaruhi kekakuan mayat:


- Keadaan otot
- Umur  bayi prematur tidak ada kaku mayat, pada bayi normal kaku mayat
cepat
- Penyebab Kematian
- Suhu
- Aktivitas fisik  pada atlit lebih lambat (kecuali pelari maraton)
- Penyakit  orang sakit kronik lebih cepat mengalami kaku mayat
Kaku mayat (rigor mortis)
1. Primary flaccidity
Dalam fase ini otot-otot masih dapat dirangsang secara mekanik,
maupun elektrik. Terjadi dalam stadium somatic death. Berlangsung
selama 2 - 3 jam.

2. Rigor mortis
Dalam fase ini otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang
secara mekanik maupun elektrik. Terjadi dalam stadium cellular death

3. Secondary Flaccidity (fase lemas)


Mekanisme :
-Mulai tampak 2 jam setelah mati klinis
-Setelah 12 jam terjadi kaku mayat lengkap
-Bertahan selama 12 jam
-Menghilang sesuai urutan terbentuk
Kekakuan mayat menyerupai
kaku mayat

Heat Stiffening
Kekakuan yang terdapat pada orang-orang mati akibat suhu tinggi (terbakar
atau dibakar, tersiram cairan panas, jenazah yang dibakar)

Mekanisme:
Pada suhu tinggi akan terjadi koagulasi protein yang menyebabkan serat-
serat otot memendek.
Heat Stiffening tidak memerlukan waktu untuk menimbulkan kekakuan (beda
dengan kaku mayat)

Gambaran Makroskopik:
Kedua tangan fleksi dan menyerupai orang mau tinju (pugilistic attitude)
Kekakuan mayat menyerupai
kaku mayat
Cold Stiffening
Kekakuan akibat pengaruh suhu yang sangat dingin

Mekanisme:
Pada suhu sangat dingin terjadi pembekuan cairan intraseluler dan ekstraseluler
(termasuk cairan synovial)
Tubuh korban berwarna merah karena eritrosit terawetkan dalam suhu dingin
tersebut. (Beda dengan kaku mayat)
Harus dibedakan orang mati karena kedinginan dan mati terlebih dahulu
sebelum kedinginan

Gambaran Makroskopik:
Bila ekstremitas korban digerakkan akan terjadi pemecahan es cairan tubuh
Kekakuan mayat menyerupai
kaku mayat

Pseudokaku
Keadaan yang mirip dengan kaku mayat tapi sebenarnya merupakan
manifestasi proses lain.

Cadaveric Spasm / Instantaneous Rigor


- Tidak memerlukan waktu untuk menjadi kaku
- Unilateral
- Biasanya terjadi pada orang yang mengalami proses ketegangan
jiwa/mental atau kelelahan
- Intensitas otot lebih kuat dibanding kaku mayat
- Kekakuan bersifat asimetris dan menunjukkan bahwa proses kekauan
terjadi intravital
Penurunan suhu tubuh
(Algor mortis)
Kurva penurunan suhu berbentuk sigmoid terbalik

Proses:
- Terbentuk 30-60 menit setelah kematian

Dipakai untuk memperkirakan saat kematian yaitu dengan memakai


rumus berikut:
98,40F – suhu rectal jenasah (0F)

Mekanisme:
Pada awalnya suhu tubuh hanya turun sedikit karena masih ada
metabolisme tubuh  kemudian suhu turun drastis karena perpindahan
kalor dengan lingkungan  menjadi datar saat mendekati suhu lingkungan
Penurunan suhu tubuh
(Algor mortis)
Faktor yang mempercepat penurunan suhu:
o Suhu lingkungan rendah
o Aliran udara tinggi/berangin
o Kelembaban udara rendah
o Bentuk tubuh kurus
o Posisi tubuh terlentang
o Pakaian tipis/tnapa pakaian
o Lebih sering terjadi pada orang tua dan anak kecil
Kesimpulan

Tanda Waktu
Terasa hangat dan lunak < 3 jam
Terasa hangat dan kaku 3-8 jam
Terasa dingin dan kaku 8-36 jam
Terasa dingin dan lunak > 36 jam
Pembusukan
Pembusukan
• Proses pembusukan disebabkan oleh proses degradasi
jaringan akibat autolisis yaitu pengaruh enzim proteolitik
dan mikroorganisme.
• Umumnya proses pembusukan dimulai 18-24 jam setelah
seseorang meninggal.
Pembusukan
Perubahan lanjut dari mati seluler
Terjadi pemecahan protein oleh :

Bakteri pembusuk enzim proteolitik


(Klostridium welchii) (paling banyak dihasilkan
pancreas)

Degradasi unsur utama protein : CHONS

MENGHASILKAN:
- Gas-gas alkana, H2S
- Amoniak
- Lemak terurai

Menyebabkan bau busuk


Faktor-faktor
Faktor-faktor yang memengaruhi pembusukan :
- Sterilitas
- Suhu sekitar
- Kelembaban
- Medium  Udara : air : tanah = 1 : 2 :8
Faktor dari dalam
- Umur
- Keadaan tubuh pada waktu meninggal
- Sebab kematian
- Jenis kelamin
Pembusukan
24 jam
Warna kehijauan (sulf-met-hemoglobin) pada perut kanan
bawah.

36 jam
-Warna kehijauan menyebar ke seluruh perut dan dada
-Bau busuk mulai tercium
-Kulit ari mulai terkelupas dan terbentuk vesikel-bula
berisi cairan kemerahan
-Marbling (pembuluh darah superfisial tampak jelas)
Pembusukan
36 - 48 jam
-Tampak larva lalat saat gas pembusukan nyata
-Telur lalat di alis, bibir, lubang hidung menetas setelah 24
jam

48 - 72 jam
-Rambut, kuku mudah terlepas
-Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan
-Kelopak mata, lidah, pipi dan bibir bengkak
Adiposera (Saponification)
- Hasil hidrolisis lemak menjadi asam lemak jenuh pasca mati
yang tercampur sisa otot, jaringan ikat, dan jaringan saraf
- Bahan berwarna keputihan, lunak, atau berminyak dan
berbau tengik
- Terbentuk mulai dari lemak superfisial dan tampak perubahan
di pipi, payudara, bokong dan ekstremitas

Syarat untuk terjadinya adiposera:


- Tempat harus basah, artinya harus mengandung air
- Tempat harus mengandung alkali
Faktor yang mempercepat:
- Kelembaban dan lemak tubuh
- Suhu hangat
- Invasi bakteri andogen
Mummifikasi
Mummifikasi adalah proses penguapan cairan atau dehidrasi
jaringan yang cukup cepat sehingga terjadi pengeringan 
menghentikan pembusukan

Syarat untuk dapat terjadi mummifikasi :


- Suhu udara harus tinggi
- Kelembaban rendah
- Udara harus kering
- Tubuh kurus
- Harus ada aliran udara yang terus-menerus
- Memakan waktu 12-14 minggu
Mummifikasi
Gejala-gejala yang tampak:
-Tubuh kurus,kering dan mengkerut
-Warna coklat muda - coklat kehitaman
-Kulit melekat erat pada jaringan dibawahnya
-Susunan anatomi alat-alat tubuh masih baik

Kepentingannya bagi kedokteran forensik:


-Untuk identifikasi korban, sebab bentuk wajahnya hampir
tidak berubah
-Tanda-tanda kekerasan masih tetap ada
Perkiraan Saat Kematian
1. Perubahan pada mata
Kekeruhan kornea terjadi lapis demi lapis. Kekeruhan yang
menetap terjadi kira-kira 6 jam pasca mati baik dalam
keadaan mata tertutup maupun terbuka, kornea menjadi
keruh setelah 12 jam. Perubahan pada retina dapat
menunjukkan saat kematian hingga 15 jam pasca mati.
Hingga 30 menit pasca mati tampak kekeruhan makula dan
memucatnya diskus optikus. Kemudian hingga 1 jam pasca
mati, makula lebih pucat dan tepi nya tidak tajam lagi.

2. Perubahan dalam lambung


- Kecepatan pengosongan dalam lambung sangat bervariasi
- Tidak bisa menjadi petunjuk pasti waktu kematian
Perkiraan Saat Kematian
3. Perubahan pada rambut
Kecepatan pertumbuhan rambut 0,4 mm per hari. Dapat digunakan
bagi pria yang mempunyai kebiasaan mencukur kumis atau jenggot dan
diketahui saat terakhir pria tersebut mencukur

4. Pertumbuhan kuku
Kecepatan pertumbuhan kuku 0,1 mm per hari. Dapat digunakan bagi
pria yang mempunyai kebiasaan memotong kuku dan diketahui saat
terakhir yang bersangkutan memotong kuku.

5. Perubahan cairan serebrospinal


Kadar nitrogen asam amino kurang dari 14 mg% kematian belum lewat
10 jam.
Kadar nitrogen non protein > 80 mg% kematian belum lewat 24 jam
Kadar kreatinin < 5mg% kematian belum lewat 10 jam
Kadar kreatinin < 10 mg% kematian belum mencapai 30 jam
Perkiraan Saat Kematian
6. Cairan vitreus
Peningkatan kalium kematian antara 24-100 jam

7. Komponen darah
Tidak dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati

8. Reaksi supravital
Reaksi tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti jaringan tubuh orang hidup. Rangsang listrik
menimbulkan kontraksi (90-120 menit pasca mati). Trauma
perdarahan bawah kira (1 jam pasca mati)
Perkiraan Saat Kematian
9. Larva lalat
Bila umur larva sudah ditentukan maka dapat ditentukan
berapa lama korban telah meninggal.
Misalnya:
Didapatkan larva yang berumur 3 hari

Saat kematian korban adalah :


(3 hari + 1 hari) = 4 hari yang lalu
Yang Dapat Ditemukan Pada Waktu Otopsi

Siklus :
- Telur
- Larva
- Kepompong
- Lalat dewasa

Syarat pemeriksaan :
- Tidak boleh ada kepompong
- Dicari larva lalat yang paling besar
Life Cycle of Flies
1. Telur
• Dijumpai dalam bentuk rumpun hingga
mencapai 300
• Hingga menetas membutuhkan waktu 1 hari6,7
Life Cycle of Flies (cont)
2. Larva – 1st instar
• Awalnya memakan cairan yang dieksudasikan
dari tubuh
• Bermigrasi ke tubuh
• Dari menetas hingga 1st moult membutuhkan
waktu 1 hari
• Panjang 2 mm tumbuh menjadi sekitar 5 mm
sebelum berganti kulit6,7
Life Cycle of Flies (cont)
3. Larva – 2nd instar
• Berpindah dalam masa maggot
• 1st moult to 2nd moult membutuhkan waktu 1 hari
• Tumbuh hingga 10 mm6,7
Life Cycle of Flies (cont)
4. Larva – 3rd instar
• Masih berpindah dalam masa
• Ukuran menjadi jauh lebih besar
• second moult to pre-pupa membutuhkan waktu
2 hari
• Tumbuh hingga 15 mm-20 mm sebelum akhirnya
menjadi prepupa6,7
Life Cycle of Flies (cont)
5. Pre-pupa
• Bermigrasi dari mayat untuk menemukan tempat
yang cocok bagi pupation (biasanya pada
tanah)
• Tidak membutuhkan makanan
• Bertransformasi menjadi pupa
• pre-pupa to pupa membutuhkan waktu 4 hari6,7
Life Cycle of Flies (cont)
6. Pupa
• Bersarang pada puparium
• Mengalami transformasi dari tubuh larval menjadi
lalat dewasa
• Tidak membutuhkan makanan
• pupa to emergence membutuhkan waktu 10
hari6,7
Life Cycle of Flies (cont)
7. Adult fly
• Membutuhkan protein dari cairan tubuh
• Menaruh telur pada mayat
• Dari menjadi dewasa hingga menaruh telur
membutuhkan waktu 2 hari6,7

Pertumbuhannya tergantung dari spesies dan


temperature.6,7
Maggots atau Larva
48.562 maggots dapat ditemukan dalam 156 gram
daging setelah diekspos dalam 24 jam.
Namun karena makanan yang tidak cukup untuk
mempertahankan mereka, maka hanya 231 lalat
yang dapat tumbuh.
Pada cuaca hangat, kondusif untuk pertum-buhan
lalat, maggots dapat mengkonsumsi hingga 60%
tubuh manusia dalam kurang dari seminggu. 6,7
Daftar Pustaka
• Shephered R.: Simpson’s Forensic Medicine, 12th
edition,Arnold, London, 2003.
• ocw.usu.ac.id/course/.../gis156_slide_tanatologi.pdf
• http://kesehatanforensik001.blogspot.com/
• Budianto, A., Widiatmika, W., Sudiono, S., Winardi, T.,
Idries, AM., Sidhi, dkk, 1994. Ilmu Kedokteran Forensik.
Bagian Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran
Univesitas Indonesia.
• Arief Mansjoer., Suprohaita., Wahyu Ika Wardani.,
Wiwiek Setiowulan. 2000. Kapita Selekta Kedokteran
Edisi III Jilid 2. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta, Media
Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai