Menyinari ibu jari korban dengan lampu senter dan tidak terlihat
Note: Pada keracunan CO2 korban disimpan di kulkas, masih ada CO2 (diaphonos tes
palsu)
Tes Icard
TES Lilin
Bagian tubuh korban ditetesi lilin cair tidak akan terjadi
vasodilatasi (hiperemi) sebagai reaksi jaringan terhadap rangsang
panas karena sirkulasi tidak ada.
Tes Pernafasan
1. Kaca
• Tidak tampak uap air ketika kaca diletakkan didepan hidung
atau mulut korban
2. Bulu-bulu Halus
Tidak terdapat reaksi bersin/geli ketika bulu-bulu halus
diletakkan didepan hidung korban.
3. Tes Winslow (pada orang yang pernafasannya agonal)
• Menempatkan cermin di dada korban dan disinari dengan
lampu senter. (Pemeriksa tidak boleh bergerak)
epat (Early)
Perubahan mata
Mulai tampak 20-30 menit pasca kematian, menetap setelah 8-12 jam.
Akan tetapi, masih dapat terbentuk setelah 24 jam jika dilakukan
perubahan posisi.
Mekanisme:
o Sel endotel mengalami kematian fungsi untuk mengatur
permeabilitas pembuluh darah terhadap aliran darah yang
masuk terganggu permeabilitas menurun darah
intravaskuler keluar ke ekstravaskuler
o Gaya gravitasi pada eritrosit
Perbedaan Lebam dan Memar
Lebam Memar
Lokasi Bawah Tempat pukulan
Luas Ya Tidak
Proses Di permukaan Di dermis
Warna Uniform Tidak
Epitel Tidak rusak Rusak
Reaksi jaringan Tidak ada Ada
Histamin / serotonin ↓ atau normal ↑
Bila ditekan Lazim hilang Tidak hilang
Pembengkakakan Ada Tidak ada
Bila di iris Darah intravasculer Darah ekstravaskuler
Waktu Lokasi
1-4 jam Wajah
4-6 jam Ekstrimitas
6-12 jam Increase
12-24 jam Bertahan hingga dekomposisi selulad dan sel-sel otot
kehilangan kohesi
Kaku mayat (rigor mortis)
Proses:
Otot kecil di luar tubuh menuju ke dalam (arah sentripetal dan kraniokaudal)
2. Rigor mortis
Dalam fase ini otot-otot tidak dapat berkontraksi meskipun dirangsang
secara mekanik maupun elektrik. Terjadi dalam stadium cellular death
Heat Stiffening
Kekakuan yang terdapat pada orang-orang mati akibat suhu tinggi (terbakar
atau dibakar, tersiram cairan panas, jenazah yang dibakar)
Mekanisme:
Pada suhu tinggi akan terjadi koagulasi protein yang menyebabkan serat-
serat otot memendek.
Heat Stiffening tidak memerlukan waktu untuk menimbulkan kekakuan (beda
dengan kaku mayat)
Gambaran Makroskopik:
Kedua tangan fleksi dan menyerupai orang mau tinju (pugilistic attitude)
Kekakuan mayat menyerupai
kaku mayat
Cold Stiffening
Kekakuan akibat pengaruh suhu yang sangat dingin
Mekanisme:
Pada suhu sangat dingin terjadi pembekuan cairan intraseluler dan ekstraseluler
(termasuk cairan synovial)
Tubuh korban berwarna merah karena eritrosit terawetkan dalam suhu dingin
tersebut. (Beda dengan kaku mayat)
Harus dibedakan orang mati karena kedinginan dan mati terlebih dahulu
sebelum kedinginan
Gambaran Makroskopik:
Bila ekstremitas korban digerakkan akan terjadi pemecahan es cairan tubuh
Kekakuan mayat menyerupai
kaku mayat
Pseudokaku
Keadaan yang mirip dengan kaku mayat tapi sebenarnya merupakan
manifestasi proses lain.
Proses:
- Terbentuk 30-60 menit setelah kematian
Mekanisme:
Pada awalnya suhu tubuh hanya turun sedikit karena masih ada
metabolisme tubuh kemudian suhu turun drastis karena perpindahan
kalor dengan lingkungan menjadi datar saat mendekati suhu lingkungan
Penurunan suhu tubuh
(Algor mortis)
Faktor yang mempercepat penurunan suhu:
o Suhu lingkungan rendah
o Aliran udara tinggi/berangin
o Kelembaban udara rendah
o Bentuk tubuh kurus
o Posisi tubuh terlentang
o Pakaian tipis/tnapa pakaian
o Lebih sering terjadi pada orang tua dan anak kecil
Kesimpulan
Tanda Waktu
Terasa hangat dan lunak < 3 jam
Terasa hangat dan kaku 3-8 jam
Terasa dingin dan kaku 8-36 jam
Terasa dingin dan lunak > 36 jam
Pembusukan
Pembusukan
• Proses pembusukan disebabkan oleh proses degradasi
jaringan akibat autolisis yaitu pengaruh enzim proteolitik
dan mikroorganisme.
• Umumnya proses pembusukan dimulai 18-24 jam setelah
seseorang meninggal.
Pembusukan
Perubahan lanjut dari mati seluler
Terjadi pemecahan protein oleh :
MENGHASILKAN:
- Gas-gas alkana, H2S
- Amoniak
- Lemak terurai
36 jam
-Warna kehijauan menyebar ke seluruh perut dan dada
-Bau busuk mulai tercium
-Kulit ari mulai terkelupas dan terbentuk vesikel-bula
berisi cairan kemerahan
-Marbling (pembuluh darah superfisial tampak jelas)
Pembusukan
36 - 48 jam
-Tampak larva lalat saat gas pembusukan nyata
-Telur lalat di alis, bibir, lubang hidung menetas setelah 24
jam
48 - 72 jam
-Rambut, kuku mudah terlepas
-Wajah menggembung dan berwarna ungu kehijauan
-Kelopak mata, lidah, pipi dan bibir bengkak
Adiposera (Saponification)
- Hasil hidrolisis lemak menjadi asam lemak jenuh pasca mati
yang tercampur sisa otot, jaringan ikat, dan jaringan saraf
- Bahan berwarna keputihan, lunak, atau berminyak dan
berbau tengik
- Terbentuk mulai dari lemak superfisial dan tampak perubahan
di pipi, payudara, bokong dan ekstremitas
4. Pertumbuhan kuku
Kecepatan pertumbuhan kuku 0,1 mm per hari. Dapat digunakan bagi
pria yang mempunyai kebiasaan memotong kuku dan diketahui saat
terakhir yang bersangkutan memotong kuku.
7. Komponen darah
Tidak dapat digunakan untuk memperkirakan saat mati
8. Reaksi supravital
Reaksi tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama
seperti jaringan tubuh orang hidup. Rangsang listrik
menimbulkan kontraksi (90-120 menit pasca mati). Trauma
perdarahan bawah kira (1 jam pasca mati)
Perkiraan Saat Kematian
9. Larva lalat
Bila umur larva sudah ditentukan maka dapat ditentukan
berapa lama korban telah meninggal.
Misalnya:
Didapatkan larva yang berumur 3 hari
Siklus :
- Telur
- Larva
- Kepompong
- Lalat dewasa
Syarat pemeriksaan :
- Tidak boleh ada kepompong
- Dicari larva lalat yang paling besar
Life Cycle of Flies
1. Telur
• Dijumpai dalam bentuk rumpun hingga
mencapai 300
• Hingga menetas membutuhkan waktu 1 hari6,7
Life Cycle of Flies (cont)
2. Larva – 1st instar
• Awalnya memakan cairan yang dieksudasikan
dari tubuh
• Bermigrasi ke tubuh
• Dari menetas hingga 1st moult membutuhkan
waktu 1 hari
• Panjang 2 mm tumbuh menjadi sekitar 5 mm
sebelum berganti kulit6,7
Life Cycle of Flies (cont)
3. Larva – 2nd instar
• Berpindah dalam masa maggot
• 1st moult to 2nd moult membutuhkan waktu 1 hari
• Tumbuh hingga 10 mm6,7
Life Cycle of Flies (cont)
4. Larva – 3rd instar
• Masih berpindah dalam masa
• Ukuran menjadi jauh lebih besar
• second moult to pre-pupa membutuhkan waktu
2 hari
• Tumbuh hingga 15 mm-20 mm sebelum akhirnya
menjadi prepupa6,7
Life Cycle of Flies (cont)
5. Pre-pupa
• Bermigrasi dari mayat untuk menemukan tempat
yang cocok bagi pupation (biasanya pada
tanah)
• Tidak membutuhkan makanan
• Bertransformasi menjadi pupa
• pre-pupa to pupa membutuhkan waktu 4 hari6,7
Life Cycle of Flies (cont)
6. Pupa
• Bersarang pada puparium
• Mengalami transformasi dari tubuh larval menjadi
lalat dewasa
• Tidak membutuhkan makanan
• pupa to emergence membutuhkan waktu 10
hari6,7
Life Cycle of Flies (cont)
7. Adult fly
• Membutuhkan protein dari cairan tubuh
• Menaruh telur pada mayat
• Dari menjadi dewasa hingga menaruh telur
membutuhkan waktu 2 hari6,7