Disusun oleh :
Pembimbing :
JAYAPURA
PAPUA
2022
ii
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Nama : An. S. R A
Jenis kelamin :L
No. DM : 47.83.27
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada hari Senin, 11 Januari 2021 pukul 13.00 WIT
secara alloanamnesis pada orangtua angkat pasien di polik Tumbuh Kembang
Anak di lantai II RSUD Jayapura.
Keluhan Utama
1
Riwayat Penyakit Keluarga (Orangtua Angkat)
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
Keadaan umum : Tampak aktif
Kesadaran : compos mentis, GCS 15
Tanda vital
Tekanan darah : Tidak dilakukan
Nadi : 90 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,6oC
sp02 : 98%
BB : 18 kg
PB : 94 cm
LK : 44 cm
2
Pemeriksaan Kepala dan Leher
Kepala : Normocephal, Jejas (-), CA -/-, SI -/-, pupil bulat isokor, diameter
3mm/3mm, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tidak langsung +/+
KGB : tidak teraba membesar.
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Auskultasi : S1 dan S2 normal reguler, murmur (-), gallop (-).
Pemeriksaan Paru
Inspeksi : pergerakkan dada simetris pada statis dan dinamis, jejas negatif.
Palpasi : vocal fremitus kanan dan kiri simetris, krepitasi (-).
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru.
Auskultasi : suara napas vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-.
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Cembung, ikut gerak napas, jejas (-).
Palpasi : nyeri tekan (-), hepar/lien tidak teraba membesar, massa negatif
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Pemeriksaan Ekstremitas
Atas : akral hangat - / -, edema - /-, perdarahan - / -, pus - / - .
Bawah : akral hangat + / +, edema - / -, CRT < 2’’
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Skrining Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) pada anak pra sekolah
dengan GPPH
3
FORMULIR DETEKSI DINI GANGGUAN PEMUSATAN
PERHATIAN DAN HIPERAKTIVITAS (GPPH)
(Abbreviated Conners Ratting Scale)
4
10.Ledakkan kekesalan, tingkah laku eksplosif dan tak *
terduga.
Jumlah : 5 6 6
Nilai total : 17
Skor total didapatkan total 17 poin, dimana poin lebih dari 13 menandakan
bahwa pasien menderita GPPH
5
2. Grafik Tumbuh Kembang
6
3. KPSP Pra Skrining
KPSP dapat diinterpretasikan bahwa skor kurang dari enam (<6) menandakan
perkembangan anak masuk di kategori (P) Penyimpangan
7
4. Denver II
8
9
E. DIAGNOSIS
GPPH
Speech Delay
Ibu Riwayat B20
F. PENATALAKSANAAN
Stimulasi
Kontrol dokter Spesialis THT
Kontrol dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Prohiper 1 x 2,5 mg
Apialys syr. 1 x 1 cth
Kontrol ulang setelah terapi 2 minggu
G. PROGNOSIS
Ad vitam : Bonam
Ad functionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia ad bonam
10
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
tipe “Inattentiveness”
tipe “hyperactivity-impulsivity”
Gambar 1. Ilustrasi GPPH tipe “combined” (campuran).
Sumber : www.google.com
11
pada anak laki-laki sebesar 66.7%, sedangkan pada anak perempuan adalah
sebesar 33.3 %13. Hasil penelitian ini ditemukan tertinggi pada anak dengan
umur 9 dan 10 tahun dan ditemukan mayoritas pada anak-anak dengan
keadaan sosio ekonomi yang rendah(11)
3.2 Patofisiologi
Patofisiologi terjadinya GPPH masih sepenuhnya belum jelas, dan banyak
teori yang bermunculan. Salah satunya adalah bahwa pengaruh glukosa
dengan terjadinya GPPH. Penelitian lain menyebutkan bahwa adanya
pengaruh gangguan perkembangan neurologis yang mempengaruhi timbulnya
gejala GPPH. Penelitian dengan CT Scan dan MRI telah membuktikan bahwa
ada beberapa tempat di otak yang berfungsi abnormal pada individu dengan
GPPH yakni meliputi regio cortex prefrontalis, cortex frontalis, cerebellum,
corpus callosum dan dua daerah ganglia basalis yakni globus pallidus dan
nucleus caudatus(10,11).
Beberapa anak menunjukkan kelambatan perkembangan otak
(maturational delay) pada anak GPPH yang biasanya tampak gejalanya pada
usia 5 tahun. Perkembangan otak yang normal, biasanya menunjukkan
pertumbuhan secara cepat terjadi pada usia 3-10 bulan, 2-4 tahun, 6-8 tahun,
10- 12 tahun dan 14-16 tahun. Cerebellum mempunyai fungsi eksekutif yakni
mengatasi masalah, perhatian, “reasioning”, perencanaan, dan pengaturan
tugas individu. Hasil pemeriksaan dengan menggunakan MRI didapatkan
bahwa ada penurunan aktivitas metabolik di daerah - daerah di atas pada
individu dengan GPPH. Para peneliti menyatakan bahwa ada permasalahan
dalam pengaturan transmisi saraf (regulatory circuits) antara korteks
prefrontal, ganglia basal, dan cerebellum yang diduga merupakan penyebab
terjadinya gejala GPPH. Komunikasi dalam otak, dalam area di atas
menggunakan neurotransmiter dopamin dan noradrenalin. Pada anak GPPH
terjadi hipofungsi dopamin dan noradrenalin. Neurotransmiter catecholamine
yakni dopamine dan norepinephrine berperan besar dalam hal atensi,
konsentrasi yang dihubungkan dengan fungsi kognitif misalnya motivasi,
perhatian dan keberhasilan belajar seseorang(10,11)
12
3.3 Etiologi
Sampai saat ini memang belum ada teori yang menyebutkan penyebab
pasti dari GPPH, namun beberapa teori menyebutkan adanya berbagai faktor
yang ikut berperan, diantaranya adalah : genetik, minimal brain damage,
neurobiologi, neurokimiawi, psikososial, makanan, dan lain sebagainya.
Usaha-usaha untuk mencari penyebab yang pasti dari gangguan ini memang
belum menghasilkan kesepakatan yang jelas, namun demikian tidaklah
diragukan lagi bahwa faktor neurobiologi memiliki peran dan pengaruh yang
cukup besar terhadap timbulnya GPPH tersebut(4,8).
Hal ini bisa dimengerti mengingat atensi atau perhatian yang merupakan
aktifitas mental dalam memilah berbagai macam rangsangan sensorik yang
masuk untuk diberi respon, dalam prosesnya melibatkan berbagai sistim yang
ada dalam otak. Bila ada gangguan di bagian otak yang terkait dengan fungsi
atensi, maka hal tersebut akan menimbulkan gangguan dalam pemusatan
perhatiannya. Itulah sebabnya pemahaman aspek neurologis terhadap GPPH
diperlukan agar dapat dilakukan penanganan sedini dan seholistik mungkin
sehingga bisa mengurangi berbagai dampak negatif yang lebih buruk pada
anak GPPH, orang tua, sekolah, maupun masyarakat(9,10,11).
Faktor Genetik
GPPH lebih sering didapatkan pada keluarga yang menderita GPPH.
Keluarga keturunan pertama dari anak GPPH didapatkan lima kali lebih
banyak menderita GPPH daripada keluarga anak normal. Angka kejadian
orangtua kandung dari anak GPPH lebih banyak menderita GPPH
daripada orangtua angkat . Saudara kandung dari anak GPPH
(1,7)
didapatkan 2-3 kali lebih banyak menderita GPPH daripada saudara anak
normal. Angka kejadian saudara kembar satu telur (monozygot) anak
GPPH (79%) lebih tinggi daripada saudara kembar dua telur (dizygot)
(32%). Kembar identik atau monozigot memiliki kemiripan gen 100%.
Sebaliknya, kembar fraternal atau dizigotik tidak lebih mirip secara
genetik dengan saudara kandung, dan karenanya hanya berbagi 50% dari
gen mereka(4,5).
13
Jika sebuah penyakit dipengaruhi oleh faktor genetik, maka resiko
penyakit kembar akan menjadi paling besar ketika saudara kembar adalah
monozigot. Resiko kembar dizigotik seharusnya melebihi resiko terhadap
kontrol tetapi seharusnya tidak lebih besar daripada resiko pada saudara
kandung. Studi-studi pada keluarga secara konsisten mendukung
pernyataan bahwa GPPH diwariskan dalam keluarga. Studi-studi ini
menemukan bahwa orang tua dengan anak-anak GPPH memiliki
peningkatan dua hingga delapan kali lipat untuk resiko GPPH. Sehingga,
mereka menegaskan adanya faktor genetik pada GPPH dan sekaligus
menyediakan bukti-bukti untuk validitas diagnosisnya pada orang
dewasa(9).
14
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).
15
Tidak bisa diam
sering mengalami kesukaran mengikuti permainan atau aktivitas yang
membutuhkan ketenangan (main catur, halma dsb.)
selalu dalam keadaan bergerak atau sering melakukan aktivitas seolah-
olah mengendarai motor
sering berbicara berlebihan (DSM IV).
c. Impulsivitas
sering cepat menjawab sebelum pertanyaan selesai diutarakan
sering sukar menunggu giliran bermain
sering interupsi saat diskusi atau mengganggu permainan saat
pertandingan (menyela pembicaraan, mengacau permainan anak lain)
sering bicara berlebihan yang tak tak sesuai dengan respon tatanan
sosial (ICD X).
3.5 Diagnosis
Diagnosis GPPH didasarkan pada riwayat klinis yang didapatkan dari
wawancara dengan pasien, keluarga pasien, orang tua serta informasi dari
guru(13).
Wawancara dengan orang tua tentang gejala yang nampak, usia
timbulnya gejala
Riwayat perkembangan anak (dari lahir atau sejak dalam kandungan).
Selama dalam kandungan, nutrisi atau vitamin atau asupan terucupi atau
tidak
Riwayat medis: fungsi penglihatan dan pendengaran
Riwayat pengobatan: adanya riwayat alergi atau adanya penyakit kronis,
yang mungkin berpengaruh pada perkembangan anak
Riwayat sekolah: Hubungannya dengan teman sebaya dan lingungan
sekolahnya
Masalah dalam keluarga misalnya perselisihan dalam keluarga,
perceraian atau anak kurang kasih sayang, yang mungkin berperan dalam
menimbulkan GPPH.
16
Berdasarkan gejala-gejala yang menonjol, GPPH dibedakan menjadi 3 tipe,
yaitu:
a. Tipe “Inattentiveness” (inatensi) atau Gangguan Pemusatan Perhatian
Diagnosis GPPH tipe inatensi (menurut DSM IV) ditegakkan bila
minimal ada 6 gejala inatensi untuk waktu minimal selama 6 bulan dan
didapat kurang dari 6 gejala hiperaktivitas serta dimulai sebelum usia 7
tahun. Gejala-gejala ini tetap ada pada saat anak di sekolah atau di rumah
bersifat maladaptif dan tak sesuai dengan tahap perkembangan anak.
b. Tipe “hyperactivity-impulsivity” atau Gannguan Hiperaktivitas dan
Impulsivitas
Diagnosis GPPH tipe hiperaktivitas dan impulsivitas (menurut DSM
IV) juga ditegakkan bila minimal ada 6 gejala hiperaktivitas dan
impulsivitas, bersifat maladaptif dan tak sesuai dengan tahap
perkembangan anak, serta didapat kurang dari 6 gejala inatensi. Gejala-
gejala ini ada minimal selama 6 bulan dan dimulai sebelum usia 7 tahun
serta gejala-gejala ini tetap ada pada saat anak di sekolah maupun di
rumah.
c. Tipe “Combined” (campuran) atau Gejala campuran dari 2 tipe diatas
Diagnosis GPPH tipe campuran (combined type) (menurut DSM IV)
ditegakkan bila didapatkan 6 (enam) atau lebih gejala inatensi dan 6
(enam) atau lebih gejala hiperaktivitas dan impulsivitas yang tetap ada
selama paling sedikit selama 6 (enam) bulan, dimulai sebelum usia 7
tahun serta gejala-gejala ini tetap ada saat anak di sekolah dan di rumah.
17
tenaga kesehatan, dan guru TK. Keluhan tersebut dapat berupa salah satu atau
lebih keadaan di bawah ini :
a. Anak tidak bisa duduk tenang
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah
c. Perubahan suasana hati yang yang mendadak/impulsive
Interpretasi :
18
Intervensi :
19
8.Sering dan mudah menangis *
Jumlah : 5 6 6
Nilai total : 17
pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak dengan GPPH antara lain :
3.7 Penatalaksanaan
Penggunaan obat-obatan dalam terapi GPPH berperan sebagai CNS
stimulant, meliputi sediaan short dan sustained-release seperti
methylphenidate, dextroamphetamine, kombinasi dextroamphetamin dan
amphetamine salt. Salah satu keuntungan sediaan sustained-release untuk
20
anak-anak adalah satu dosis di pagi hari akan bertahan efeknya sepanjang hari
sehingga anak-anak tidak perlu minum dosis kedua maupun dosis ketigaa saat
kegiatan di sekolah berlangsung. Keuntungan lain adalah dipertahankannya
obat ini pada level tertentu dalam tubuh sepanjang hari, sehingga fenomena
rebound dan munculnya iritabilitas dapat dihindari. FDA (The Food and Drug
Administration) menyarankan penggunaan dextroamphetamine pada anak-
anak berusia 3 tahun atau lebih dan methylphenidate pada anak-anak berusia
6 tahun atau lebih. Kedua obat inilah yang paling sering digunakan untuk
terapi GPPH(7).
Psikostimulan menstimuli area yang mengalami penurunan aktivasi hingga
dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi. Ternyata efek methylphenidate
sangat baik terhadap anak GPPH dimana anak GPPH terjadi hipofungsi
dopamin dan adrenalin di sinaps, sedangkan sinaps bekerja untuk
menghambat reuptake dopamin dan noradrenalin kembali ke sel saraf. Efek
methylphenidate menstimulasi korteks serebral dan struktur subkortikal. Efek
samping psikostimulan yang tersering adalah insomnia, berkurangnya nafsu
makan sampai berat badan menurun, kadang-kadang sakit kepala. Bila
sebelum dan saat pengobatan anak GPPH menunjukkan gejala sukar makan,
maka perlu diberikan vitamin unttuk nafsu makan. Bila timbul efek samping
sukar tidur, sebaiknya pemberian malam hari tak dilakukan, dilakukan
membaca terlebih dahulu sebelum tidur, dan dapat diberikan obat tidur jika
sangat diperlukan (7).
Pengobatan terhadap anak dengan GPPH umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Penatalaksanaan
yang terbaik pada anak dengan GPPH (11,12), yaitu:
a. Farmakoterapi (Medikamentosa)
Obat stimulan yang sering digunakan untuk mengobati GPPH antara
lain :
1. Metilfenidat (Prohiper)
Dosis 10-60 mg/kgBB/hari dalam 2 – 4 dosis yang terbagi.
21
Intervensi; pantau supresi nafsu makan yang turun, atau kelambatan
pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap dalam 2
hari.
2. Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderal)
Dosis 3-40 mg/kgBB/hari dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi.
Intervensi; pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2
hari
3. Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 mg/kgBB/hari dalam satu dosis harian.
Intervensi; pantau peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu
makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang
lengkap.
b. Peran Orang Tua pada Anak dengan GPPH
1. Sedini mungkin membiasakan anaknya untuk hidup dalam suatu
aturan. Dengan menerapkan peraturan secara konsisten, anak dapat
belajar untuk mengendalikan emosinya.
2. Sedini mungkin memberikan kepercayaan dan tanggung jawab
terhadap apa yang seharusnya dapat dilakukan anak.
3. Kenali kondisi diri dan psikis anak. Dengan mengenali, orang tua tak
akan memberikan tekanan yang berlebihan, yang dapat
menyebabkan penolakan anak untuk melakukan apa yang seharusnya
ia lakukan.
4. Upayakan untuk menyediakan ruang belajar yang jauh dari
gangguan televisi, mainan atau kebisingan.
5. Sedini mungkin melakukan monitoring dan evaluasi secara
berkelanjutan, dan konsisten terhadap terapi yang sedang dijalankan
oleh anak anda.
6. Biasakan anak untuk mengekspresikan emosinya dalam bentuk
tulisan atau gambar.
7. Aturlah pola makan anak, hindari makanan dan minuman dengan
kadar gula dan karbohidrat yang tinggi.
22
8. Ajaklah anak berekreasi ke tempat-tempat yang indah. Hal ini akan
membantu anak untuk berpikiran positif.
9. Ajaklah anak untuk berlatih menenangkan diri. Misalnya dengan
menarik nafas dalam-dalam dan keluarkan lewat mulut. Latihan ini
bisa dilakukan berulang- ulang.
23
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien Anak S.R.A datang ke rumah sakit diantarkan oleh kedua Orangtua
Angkat pasien pada hari Senin 11 Januari 2021. Pasien diarahkan ke Poli Klinik
Anak rumah sakit dan konsul dengan dokter spesialis anak ahli tumbuh kembang.
Pemeriksaan pada pasien dilakukan secara alloanamnesis dengan orangtua angkat.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan status generalis pada anak dalam batas
normal. Pengukuran dilakukan untuk menilai berat badan, tinggi badan, lingkar
kepala, dan lingkar lengan atas. Didapatkan :
BB : 18 kg
PB : 94 cm
LK : 44 cm
24
kurang dari enam (<6) menandakan perkembangan anak masuk di kategori (P)
Penyimpangan. Selain dengan memakai formulir KPSP, skrining perkembangan
juga dilakukan dengan menggunakan tes Denver II, dengan menarik garis vertikal
sesuai usia pasien, kemudian kriteria yang tersentuh oleh garis ditanyakan kepada
orangtua pasien untuk menilai apakah anak memenuhi kriteria tersebut. Pada
pemeriksaan dengan Denver II didapatkan 2 dari 3 kriteria Personal Sosial gagal
(F), Adaptif-Motor Halus : 3 gagal, kriteria Bahasa : 3 gagal, dan Motorik Kasar :
3 gagal.
Dari diagnosa yang dibuat, tatalaksana yang diberikan untuk pasien yaitu :
Stimulasi
Kontrol dokter Spesialis THT
Kontrol dokter Spesialis Rehabilitasi Medik
Prohiper 1 x 2,5 mg
Apialys syr. 1 x 1 cth
Kontrol ulang setelah terapi 2 minggu
25
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
26
DAFTAR PUSTAKA
[1]AmericanPsychologican.Association.ADHD.2017.https://apa.org/topics/adhd/
index.aspx.
27
[10]Akinbami LJ, Liu X, Pastor PN, Reuben CA. Attention deficit hyperactivity
disorder among children aged 3-17 years in the United 2019;2:104–13.
[PMCID: PMC1525089] [PubMed: 16946911])
[11]http://www.cdc.gov/ncbddd/adhd/features/key-findings-adhd72018.html.
28