Anda di halaman 1dari 12

CHANCROID

Disusun Oleh :
Intan Gabriella Situmorang

(G1A110034)

Olyvia Dear Prestisea

(G1A110036)

Ahmad Rafiul

(G1A110037)

Dwi Eriyanto Saputro

(G1A110051)

Ayu Novita Sari

(G1A109089)

Alzi Kardiansyah

(G1A109099)

Ardian Nova Reza

(G1A109104)

Pembimbing :
dr. Tudung Hidayat Sp. KK

Program Studi Pendidikan Dokter


Universitas Jambi
2011/2012

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan refrat , yang berjudul Chancroid . Refrat ini di tulis untuk melengkapi
kegiatan kuliah Blok VII pada semester ganjil ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada dr.
Tudung Hidayat, Sp.KK selaku dosen pengampu penulis yang telah memberikan dukungan
dan bantuan agar penulis dapat menyelesaikan refrat ini.
Penulis menyusun refrat ini dengan seluruh kemampuan penulis untuk mendapatkan
hasil yang maksimal. Penulis menyadari refrat ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan refrat ini.
Penulis memohon maaf bila ada kata-kata yang tidak berkenan di hati para pembaca.
Penulis mengharapkan agar refrat ini dapat berguna bagi para pembacanya.

Jambi, 17 Oktober 2011

Penulis

Daftar Isi

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Tindakan seksual di luar nikah semakin sering dilakukan seiring dengan
berkembangnya zaman. Bahkan, tindakan ini juga dilakukan dengan pasangan yang
berbeda-bed. Tanpa disadari oleh masyarakat, hal ini merupakan salah satu penyebab
Penyakit Menular Seksual (PMS).
Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah penyakit yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual (Daili, 2007; Djuanda, 2007). Sejak tahun 1998, istilah STD
mulai berubah menjadi STI (Sexually Transmitted Infection), agar dapat menjangkau
penderita asimtomatik (Daili, 2009). Menurut WHO (2009), terdapat lebih kurang 30
jenis mikroba (bakteri, virus, dan parasit) yang dapat ditularkan melalui hubungan
seksual. Kondisi yang paling sering ditemukan adalah infeksi gonorrhoeae, chlamydia,
syphilis, trichomoniasis, chancroid, herpes genitalis, infeksi human immunodeficiency
virus (HIV) dan hepatitis B. Dalam semua masyarakat, Infeksi Menular Seksual (IMS)
merupakan penyakit yang paling sering dari semua infeksi (Holmes, 2005; Kasper, 2005).
Chancroid/ulkus mole termasuk golongan penyakit yang ditularkan melalui
hubungan seksual, ditetapkan sesuai dengan postulat KOCH setelah kuman ditemukan
oleh DUCREY pada tahun 1889. Kurangnya fasilitas diagnostik sering terjadi salah
diagnosis secara kliknik sebagai sipilis stadium 1. CHAPEL dkk. (1977 ) hanya dapat
menemukan H.ducrey pada sepertiga jumlah kasus yang secara klinik dibuat diagnosis
sebagai chancroid.
Chancroid telah jarang mendapat pengawasan penting sebagai Penyakit Menular
Seksual (PMS). Diperkirakan sesorang yang menderita chancroid sekitar 7 juta kasus
terjadi setiap tahunnya. Chancroid umumnya banyak ditemukan di daerah yang dengan
tingkat sosial ekonomi dan infrastruktur kesehatan masyarakat yang masih rendah,seperti
daerah Afrika, Asia, dan Karibia. Chancroid adalah penyakit endemik, yang sering
dijumpai dalam STD. Daerah-daerah dengan tingkat tertinggi infeksi virus (HIV)
imunodefisiensi di dunia, chancroid adalah hal umum yang terjadi di 18 negara dimana
prevalensi HIV orang dewasa melampaui 8%.. Chancroid adalah endemik di sebagian
besar belahan dunia di abad ke-20. Beberapa dekade sebelum penemuan obat sulfa dan
penisilin, chancroid mulai di Eropadan Amerika Utara mengalami penurunan yang stabil,
sehingga tidak lagi dianggap sebagai STD utama. Hal yang sama juga terjadi di negara
lain, termasuk Cina, Filipina, Senegal, dan Thailand. Oleh karena itu, pencegahan

perkembangan Chancroid yang disebabkan oleh Haemophilus Ducrey, harus dimengerti


bagaimana etiologi, epidemiologi, pathogenesis, gejala klinis, komplikasi yang dapat
terjadi, prognosis dan pengobatan dari chancroid.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi chancroid ?
2. Bagaimana Epidemiologi chancroid?
3. Bagaimana etiologi chancroid?
4. Bagaimanakah Patogenesis dan Imonokimia Chancroid ?
5. Bagaimanakah manifestasi klinis Chancroid ?
6. Bagaimana jenis-jenis bentuk klinis Chancroid?
7. Apakah komplikasi dari chancroid ?
8. Bagaimanakah cara mendiagnosis Chancroid ?
9. Apakah diagnosis banding dari Chancroid ?
10. Bagaimanakah Pengobatan chancroid ?
11. Bagaimanakah prognosis dari Chanccroid ?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui defenisi Chancroid.
2. Untuk mengetahui Epidemiologi Chancroid.
3. Untuk mengetahui Etiologi chancroid.
4. Untuk mengetahui Patogenesis dan Imonokimia Chancroid.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis Chancroid.
6. Untuk mengetahui jenis-jenis bentuk klinis Chancroid
7. Untuk mengetahui komplikasi dari chancroid.
8. Untuk mengetahui cara mendiagnosis Chancroid.
9. Untuk mengetahui diagnosis banding dari Chancroid.
10. Untuk mengetahui Pengoibatan chancroid.
11. Untuk mengetahui prognosis Chanccroid.

BAB II

ISI

2.1 Definisi Chancroid


Chancroid adalah penyakit infeksi pada alat kelamin akut, setempat disebabkan
oleh streptobacillus ducrey( Haemophilus ducreyi) dengan gejala klinis yang khas berupa
ulkus nekrotik yang nyeri pada tempaat inokulasi, dan sering disertai pernanahan kelenjar
getah bening regional. Biasanya disebut soft chancre, ulkus mole, soft sore. Chancoid
juga merupakan Penyakit Menular Seksual (PMS) yang sangat menular, dan bila tidak
diobati dapat memfasilitasi penularan HIV.

(contoh canchroid pada penis)

2.2 Epidemiologi Chancroid


Ulkus mole lebih sering menyerang pria terutama yang sering melakukan
prostitusi dibanding wanita. Perbandingan antara laki-laki dan perempuan yang
berpotensi adalah 10 : 1, dan lebih banyak pada laki-laki heterosexual, di dapat dari
penderita yang asimtomatik, biasanya pada wanita pekerja seks.
Penyebaran infeksi ulkus mole dari kontak seksual dengan wanita pekerja seks
yang memiliki ulkus genital. Kemungkinan penyebaran ulkus mole setelah seseorang
berhubungan seksual adalah 0,35%, dan wanita yang terinfeksi tanpa pengobatan tetap
menularkan penyakit ini sampai 45 hari dimana gejala klinis berupa lesi mulai terlihat.
Penyakit ini banyak ditemukan di negara berkembang, khususnya di negara tropis
dan subtropis.(1,4) Ulkus mole paling banyak terjadi di bagian dunia yang memiliki

sarana kesehatan yang kurang misalnya di Afrika, Asia, dan Karibia. Di Afrika bagian
selatan dan timur, dimana yang melakukan sirkumsisi agak rendah dan prevalensi HIV
yang tinggi, menyebabkan daerah ini endemik terhadap ulkus mole. Daerah dimana
kejadian ini masih kurang, yaitu di Afrika Barat,. Di Kenya,ulkus mole menular melalui
penderita HIV mulai muncul sejak tahun 1980-an, diduga dari pekerja seks komersial dan
pasien yang terkena penyakit infeksi menular seksual. Dilaporkan, sejak terjadi
peningkatan penggunaan kondom oleh pekerja seks komersial maka kejadian dari ulkus
genitalia mulai menurun.
2.3 Etiologi Chancroid
Ulkus mole merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh basil gram
negatif Haemophilus ducrey. Bassereau memisahkan ulkus mole dan sifilis tahun 1852.
Mix chancre dimana ulkus mole dan sifilis terjadi bersamaan dijelaskan pertama kali
oleh Rollet tahun 1859. Ducreyi mengidentifikasi bakteri H. ducreyi tahun 1889. H.
ducreyi merupakan bakteri gram negatif, fakultatif anaerob dan membutuhkan hemin
(faktor X) untuk bertumbuh. Organisme ini berukuran kecil, tidak memiliki motil, dan
tidak membentuk spora.
2.4 Patogenesis Chancroid
H. ducreyi menghasilkan toksin sitoletal, faktor virulensi penting pada patogenesis
ulkus mole. Diduga toksin ini yang meyebabkan prognosis ulkus pada genitalia sulit
untuk sembuh.
Penyebaran ulkus mole melalui virus yang menyerang sistem imun manusia yang
menurun. Reseptor berupa simokin CCR5 dan CXCR4 yang termasuk kelas 7
transmembran G-protein-reseptor, dan ikatan alami yang menyerang sel imun pada satu
tempat dan terbentuk inflamasi. CCR5 dan 2 co-reseptor penting, esensial keluar menjadi
HIV. Makrofag dalam lesi dari cancroid berpeluang besar meningkatkan ekspresi dari
CCR5 dan CXCR4 bersama dengan sel darah perifer, sel CD4 T berpeluang menurunkan
regulasi dari CCR5. Beta-simokin RANTES (mengaktifkan regulasi, sel T normal dan
sekretnya) dalam ikatan yang penting untuk CCR5.
RANTES menimbukan papul dan pustul dari infeksi ulkus mole tetapi tidak
menyebabkan infeksi pada kulit. Bersama dengan mukosa dan barier kulit, muncul sel
dengan regulasi yang menurun dari HIV-1 co-reseptor dalam lesi infeksi H ducreyi
dengan lingkungan yang fasilitasnya buruk dan menyebabkan infeksi HIV-1. Pengobatan
yang mudah dan efektif dari ulserasi genital, dan ulkus mole dari partikuler, bagian yang

penting dari beberapa strategi untuk mengontrol perkembangan dari infeksi HIV di
negara-negara tropis.
Pada pemeriksaan biopsi dari ulkus mole dikalsifikasikan menjadi 3 daerah
inflamasi dibawah ulkus. Daerah pertama terdiri dari daerah yang nekrotik, fibrin, dan
neutropil. Daerah tengah adalah daerah dengan jaringan granulasi dan zona yang paling
bawah terdiri dari limfosit dan plasma sel. Gram-negatif dari basil hanya daapt ditemukan
dengan menggunakan pewarnaan Gram atau Giemsa dan dapat dilhat baik dengan
Smears.
Awalnya, mikroorganisme melakukan penetrasi pada defek pertahanan epidermis.
Bakteri yang masuk memberi rangsangan inflamasi sehingga terjadi infiltrasi limfosit,
makrofag, granulosit dengan mediator utama TH-1 sebagai respon imun dan inflamasi
pyogenik. Perkembangan ulkus mole disertai juga limfadenitis akibat inflamasi pyogenik.

2.5 Gejala klinis Chancroid


Masa inkubasi bakteri 3-10 hari. Setelah melewati masa inkubasi, pasien mengeluh
muncul papul eritematous yang nyeri pada daerah kontak seks. Papul kemudian menjadi
pustul kemudian ruptur dan mudah berdarah. Biasanya terbentuk 1-3 ulkus yang nyeri.
Pria cenderung memiliki gejala nyeri pada lesi atau nyeri inguinal. Kebanyakan gejala
pada wanita asimtomatik walalupun kadang muncul gejala yang kurang jelas, seperti
disuria, dispareunia, sekret vagina, nyeri defekasi, atau perdarahan rektal. Gejala
konstitusi seperti malaise dan demam ringan kadang-kadang terlihat.
Pada pria, daerah yang paling sering terkena ulkus adalah prepusium, sulkus
koronalis, frenulum, dan jarang pada anus. Pada wanita, daerah yang paling sering
terkena ulkus adalah labia, frenulum labiorum pudendi, klitoris, atau anus. Sangat jarang
lesi terdapat pada orifisium vagina, serviks, atau intrauretra. Ekstensi lokal terdapat pada
abdomen, perineum, atau paha. Ulkus ekstragenital dapat terjadi di tangan, dada, bibir,
atau mulut.
Secara klinis, ulkus mole ditandai dengan ulserasi kronik dan nyeri, dekstruktif
yang dimulai di prepusium atau glans dan menyebar langsung sepanjang penis. Sering
kali menyerang skrotum atau pubis. Tepi yang ulserasi cenderung meninggi dan
tegang.Dasar granulasi yang gampang berdarah ditutupi oleh jaringan nekrotik yang tipis,
eksudat purulen dan kotor.Jaringan disekitarnya bisa juga udem dan berwarna kemerahan

serta jaringan limpa dapat juga membengkak. Meskipun tidak khas untuk menandai
gambaran klinisnya,

2.6 Pemeriksaan penunjang Chancroid


H. ducreyi merupakan mikroorganisme yang sulit dikultur. Untuk mengkultur
bakteri tersebut diperlukan teknik dan keterampilan khusus. Pemeriksaan kultur
merupakan gold standard untuk mendeteksi H. ducreyi. H. Ducreyi tumbuh pada suhu
terbaik 33oC kelembaban atmosfer yang mengandung karbondioksida 5%. Untuk
mendapatkan sensitivitas yang tinggi pada isolasi primer, dirokemendasikan penggunaan
2 media sekaligus yang ditambahkan dengan hemoglobin dan serum. Beberapa media
yang dapat digunakan adalah media selektif Chocolate Agar ditambah 1% isovitalex yang
mengandung 3 g/ml vancomycin, Heart Infusion Agar (HIA agar) dengan 5% defibrinasi
darah kecil atau 10% serum fetal calf serum dan Chocolate Mueller Hinton agar dengan
5% darah kuda.
Pada biakan nampak koloni kecil, non mukoid, abu-abu kuning, semi opak atau
translusen dapat digeser pada permukaan agar dalam keadaan utuh, nampak 2-4 hari,
tetapi biasa 7 hari setelah inokulasi.
Apusan kapas digunakan untuk mengambil spesimen dari dasar ulkus, kemudian
digaris pada kaca gelas. Organisme hanya bertahan hidup 2-4 jam pada swab jika tidak
ditempatkan dalam lemari pendingin. Tidak ada sistem transpor yang memuaskan. Jumlah
H.ducreyi pada eksudat ulkus antara 107-108/ml pus. Pada pus kelenjar ingunal yang
meradang tidak didapatkan mikroorganisme tetapi terdapat pada abses inguinal.
Gambaran mikroskopis yang muncul adalah segumpal basil gram negatif menyerupai
school of fish dan merupakan diagnosis pasti ulkus mole pada pemeriksaan kultur.
Pemeriksaan langsung ini dapat dilakukan dengan pewarnaan gram, giemsa 8 atau
mikroskop elektron. Identifikasi yang cepat dapat dengan pewarnaan
methylgreenpyronine pappenheim dan Unna, juga dapat dilaksanakan dengan pewarnaan
blue dan wright. Namun pemeriksaan langsung tersebut dapat menyesatkan oleh karena
banyaknya flora polimikrobial ulkus genital.
Selain pemeriksaan kultur, pemeriksaan lain dapat dilakukan yaitu PCR
(polymerase chain reaction), M-PCR (multiplex polymerase chain reaction), antibodi
monoklonal, biopsi jaringan, dan pewarnaan gram.
2.7 Diagnosis Chancroid

Jika pemeriksaan kultur tidak dapat atau sulit dilakukan, diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala klinis dan eliminasi mikroorganisme lain penyebab ulkus genitalia,
seperti sifilis atau herpes genitalia. Juga dari data epidemiologi dan respon terhadap
terapi.

2.8 Diagnosis banding Chancroid


Etiologi primer ulkus genitalia adalah H. Ducreyi, Treponema pallidum, dan
Herpes simpleks. Granuloma inguinale dan limfogranuloma venerum (LGV) sangat
jarang menyebabkan ulkus genitalia.

2.9 Penatalaksanaan Chancroid


Pasien dengan ulkus genitalia sebaiknya diterapi dengan pengobatan sifilis dan
ulkus mole. Terapi pada granuloma inguinale diberikan pada area endemik dan terapi
limfogranuloma venerum sebaiknya diberikan jika ada pembesaran kelenjar getah bening
inguinal (bubo) . Berikut adalah tabel pemberian obat pada ulkus mole:
A. Terapi Sistemik Antimikroba
Dosis Frekuensi Durasi Rute Rekomendasi, Eritromisin 500 mg 3 x 1 7 hari
Oral WHO ,Eritromisin 500 mg 4 x 1 7 hari Oral CDC, CEG,Azitromisin 1 g
Dosis tunggal Oral CDC, CEG, Seftriaksone 250 mg Dosis tunggal IM
WHO, CDC, CEG, Siprofloksasin 500 mg Dosis tunggal Oral WHO, CEG,
Siprofloksasin 500 mg 2 x 1 3 hari Oral CDC, CEG, Spectinomisin 2 g Dosis
tunggal IM WHO, Table 2. Rekomendasi terapi pada ulkus mole berdasarkan
World Health Organization (WHO), Centers for Disease Control and
Prevention (CDC), United Kingdom Clinical Effectiveness Group (CEG).*
Eritromisin diekskresi terutama melalui hati. Hanya 2-5% obat ini dieksresi dalam
bentuk aktif melalui urin. Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin jarang
terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentk demam, eosinofilia, dan eksantem
yang cepat hilang bila terapi dihentikan.
Seftriaksone merupakan golongan sefalosporin generasi ketiga yang aktif terhadap
kuman gram posif dan gram negatif. Kebanyakan sefalosporin diekskresi dalam bentuk
utuh melalui ginjal. Karena itu dosisnya harus dikurangi pada penderita insufisiensi
ginjal. Reaksi alergi merupakan efek samping yang sering terjadi. Reaksi mendadak yaitu
anafilaksis dengan spasme bronkus dan urtikaria dapat terjadi.

Siprofloksasin termasuk obat golongan florokuinolon yang menghambat kerja


enzim DNA girase pada kuman dan bersifat bakterisidal. Florokuinolon diserap dengan
cepat melalui saluran cerna. Efek samping yang terpenting ialah pada susunan saraf pusat
berupa sakit kepala, vertigo, insomnia dan saluran cerna, seperti mual dan hilang nafsu
makan.
Spektinomisin diserap dengan cepat dari tempat suntikan. Dalam darah praktis
tidak terikat oleh protein plasma dan diekskresi melalui urin dalam bentuk aktif. Efek
samping relatif jarang terjadi.
B. Terapi Topikal
Terapi lokal dilakukan dengan membersihkan dan mengkompres bubo untuk
mengurangi edema. Pemberian antiseptik seperti povidon yodium.
Limfadenitis tidak boleh diinsisi. Bila perlu diaspirasi untuk mencegah rupture
spontan. Pasien dengan bubo yang tidak berfluktuasi dan berespon baik
terhadap antibiotik tidak perlu dilakukan drainase pada lesinya.

2.10

Prognosis Chancroid
Prognosis ulkus mole adalah baik jika penyakit diterapi dengan tepat dan tidak
ditemukan infeksi HIV. Pasien sebaiknya disarankan untuk tidak melakukan aktivitas
seksual sampai lesi sembuh sempurna. Kontak seksual sebaiknya diperiksa dan
diterapi. Tetapi, tanpa pengobatan, ulkus genital dan abses inguinal dilaporkan
kadang-kadang menetap.

2.11

Penatalaksanaan Chancroid
Fimosis, balanopostitis, dan ruptur bubo dengan formasi fistula dan jaringan
parut dilaporkan pernah terjadi sebagai komplikasi ulkus mole.

BAB III
Kesimpulan dan Saran

3.1 Kesimpulan
Ulkus mole adalah penyakit menular seksual dalam bentuk ulkus genitalia
disamping sifilis dan herpes genitalia. Prostitusi merupakan media penularan penyakit ini.
Secara epidemiologi, insiden ulkus mole banyak terjadi di negara-negara berkembang dan
menular melalui kontak kulit serta mukosa pada saat melakukan aktivitas seksual. Pria
lebih banyak daripada wanita terkena dengan perbandingan 10:1. Karakteristik penyakit
ini adalah ulkus yang nyeri dan pembentukan bubo. Ulkus yang muncul sifatnya multipel,
mudah berdarah, dan mengandung pus. Ulkus mole disebabkan oleh bakteri gram negatif
Haemophilus ducreyi. Diagnosis ditegakkan melalui gambaran klinis dan pemeriksaan
kultur laboratorium.
Bakteri ini membutuhkan keterampilan khusus ketika dikultur karena tanpa
metode dan media yang tepat, sangat sulit bagi bakteri ini untuk bertumbuh. Pengobatan
yang dilakukan berupa antimikroba dan terapi lokal dengan jalan mengompres kelenjar
getah bening ingunal untuk mengurangi edema. Terapi yang diberikan bervariasi, terdiri
dari regimen WHO dan regimen CDC. Umumnya terapi yang digunakan adalah
azitromisin 1 g oral dosis tunggal, seftriakson 250 mg intramuskular dosis tunggal,
siprofolksasin 500 mg 2 x 1 selama 3 hari, dan eritromisin 500 mg 4 x 1 selama 7 hari.
Prognosis ulkus mole adalah baik dan disarankan pasien dan pasangannya diobati
bersama-sama dan tidak melakukan aktivitas seksual sampai lesi sembuh sempurna.

3.2 Saran
Penyakit ini sangat jarang di temukan di Indonesia tetapi bukan berarti tidak ada,
kita sebagai seorang dokter harus melakukan penatalaksanaan yang ade kuat dan
melakukan menjauhi semua cara penularan chancroid tersebut

Anda mungkin juga menyukai