• Dalam beberapa tahun terakhir, terdapat peningkatan minat pada
Implan Drainase Glaukoma (GDI). Secara tradisional, GDI lebih banyak digunakan untuk glaukoma refraktori, meskipun saat ini permintaan untuk GDI meningkat bahkan untuk kasus glaukoma non refraktori. • Dalam suatu penelitian yang meneliti prosedur rerata operasi glaukoma di Amerika, terdapat suatu peningkatan sebesar 184% pada penggunaan GI, dari 2728 pada tahun 1995 ke 7744 pada tahun 2004. • Survey pada keanggotaan dari American Glaucoma Society pada tahun 196, 2002, dan 2008 menunjukkan suatu peningkatan yang signifikan pada penggunaan GDI ketimbang trabekulektomi. • Semua GDI memiliki suatu bentuk yang mirip dan terdairi dari suatu tabung yang akan digunakan untuk mengubah aliran aqueous humor dari anterior chamber mata ke suatu reservoir external. • Alat-alat yang digunakan dibedakan dengan ada atau tidak adanya katup, ukuran dan komposisi dan end plate. • 2 GDI yang sering digunakan adalah katup ahmed dan implant Baerveldt. • Implan Ahmed memiliki suatu ventur yang berbasiskan penghambat aliran, yang dibuat untuk mengurangi hipotoni post operasi, walaupun hal ini dihubungkan dengan tingginya tingkat enkapsulasi dan reduksi TIO yang tidak adekuat. • Implan Baerveldt merupakan implan yang tidak berkatip dan memerlukan restriksi aliran mekanik intra-operasi agar tersedia waktu untuk suatu kapsul dapat terbentuk, • Drainase aqueous dimulai hanya bila setelah restriksi cairan dibalikkan, biasanya 4-6 minggu post-op. Penundaan dalam drainase aqueous telah dilaporkan menyebabkan volitilitas TIO pada awal post-op. • Ahmed Baerveldt Comparison (ABC) adalah suatu studi prospektif randomisasi yang dilakukan untuk membandingkan keamanan dan efektivitas dari AGV dan BGI. • Hasil primer dari studi ABC adalah rerata kumulatif kegagalan. Kemungkinan untuk gagal pada 5 tahun adalah 44.7% pada grup AGV sedangkan grup BGI adalah 39.4%, walaupun alasan dari kegagalan berbeda. • Kegagalan dengan AGV biasanya dikarenakan TIO akhir yang tinggi, sedangkan pada BGI paling sering berhubungan dengan titik akhir keselamatan (hipotoni, kehilangan persepsi cahaya, dan eksplantasi implan). • Dalam 5 tahun, rata-rata tekanan intra ocular menurun dari batas rata-rata (31-32 mmHg) ke 14.7 mmHg pada kelompok AGV dan 12.7 mmHg pada kelompok BGI • Hasil dari studi ABC didukung oleh suatu studi yang sama, yaitu studi Ahmed Versus Vaerveldt, yang juga dibandingkan dengan AGV ke BGI. • Rerata kegagalan yang lebih rendah dan suatu pengurangan kebutuhan untuk medikasi glaukoma di amati pada BGI, walaupun terdapat banyak komplikasi yang mengancam penglihatan dan hipotoni dalam grup BGI. • Studi ABC dan AVB tidak menunjukkan kelebihan dari 1 GDI. Terdapat pertimbangan penting lain, seperti karakteristik individu pasien dan pengalaman dari operator, pertimbangan ini penting sekali dalam menentukan suatu implan. • Setelah follow up selama 5 tahun, banyak re-operasi untuk komplikasi yang berhubungan dengan implant terjadi pada kelompok BGI dalam studi ABC.