Anda di halaman 1dari 27

Psikiatrik

Pemeriksaan Status Mental


Pembimbing : dr. Prasila Darwin, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RS JIWA ISLAM KLENDER JAKARTA
2017
I.Definisi pemeriksaan status mental

 Pemeriksaan status mental merupakan gambaran


keseluruhan tentang pasien yang didapat dari hasil
observasi pemeriksa dan kesan yang dimunculkan oleh
pasien saat wawancara.
 Status mental pasien dapat berubah-ubah dari hari ke
hari bahkan dari jam ke jam.
II. Indikasi pemeriksaan status mental

 Dilakukan untuk :
1. Mengetahui diagnosis dari seorang pasien
2. Membantu dokter dalam melakukan tindakan selanjutnya pada
pasien
3. Mengetahui perkembangan serta kemajuan terapi pada pasien
4. Digunakan sebagai standar pelayanan dalam memberikan
pelayanan paripurna terhadap pasien
III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
I. Deskripsi Umum VI. Sensorium dan Kognisi
a. Penampilan a. Kesadaran

b. Perilaku & aktivitas psikomotor b. Orientasi dan daya ingat

c. Sikap terhadap pemeriksa c. Konsentrasi dan perhatian

II. Mood dan Afek d. Kemampuan membaca dan menulis

a. Mood e. Kemampuan visuospasial

b. Afek f. Pikiran abstrak

c. Keserasian afek g. Intelegensi dan kemampuan informasi

III. Pembicaraan VII. Pengendalian Impuls


IV.Persepsi VIII. Daya Nilai dan Tilikan
V. Pikiran XI. RTA (Reality Testing of Ability)
a. Proses pikir dan bentuk pikir X. Taraf dapat dipercaya
b. Isi pikir
III. Status Mental
I. Deskripsi Umum
A. Penampilan
 Gambaran tentang penampilan pasien & kesan fisik secara keseluruhan
 Postur, sikap, ketenangan, cara berpakaian, dandanan, rambut & kuku.
 Istilah umum : tampak sehat, tampak sakit, tampak tenang, tampak
lebih tua, tampak lebih muda, tidak rapih, seperti anak- anak, & bizarre.
 Tanda kecemasan dicatat : tatapan mata, tangan yg lembab, kerutan
pada dahi, tremor, postur tegang atau keringat di wajah yang
merupakan tanda adanya kecemasan.
III. Status Mental

B. Perilaku & aktivitas psikomotor


• Kuantitatif & kualitatif

• Termasuk : manerisme, tics, gerak-gerik, gerak isyarat, kejang, perilaku


streotipik, ekopraksia, hiperaktivitas, agitasi, melawan, fleksibilitas,
rigiditas, cara berjalan dankegesitan bersikap seperti lilin.
• Kegelisahan, telapak tangan basah, meremas-remas tangan &
manifestasi fisik lainnya diamati.
III. Status Mental

C. Sikap terhadap pemeriksa


 Kooperatif, bersahabat, penuh perhatian, menarik perhatian, jujur,

merayu, menantang, datar, menggoda, sikap bertahan, merendahkan,


bingung, apatis, bermusuhan, bercanda, bermain-main, menyenangkan,
mengelak, berhati-hati atau berlindung.
III. Status Mental
II. Mood dan Afek
A. Mood
Adalah suasana perasaan yang bersifat pervasif dan bertahan lama, yang
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya.
- Mood dapat digambarkan dengan mood yang :

 Mood Eutimia  Aleksitimia

 Mood Hipotimia  Anhedonia

 Mood disforia  Mood kosong

 Mood hipertimia  Mood labil

 Mood eforia  Mood iritabel

 Mood Ekstasia
III. Status Mental

B. Afek
Adalah respons emosional saat sekarang, yang dapat dinilai lewat
ekspresi wajah, pembicaraan, sikap dan gerak gerik tubuhnya (bahasa
tubuh). Afek mencerminkan situasi emosi sesaat dapat bersesuaian
dengan mood maupun tidak.
- Penilaian terhadap afek dapat berupa :

 Afek luas  Afek serasi

 Afek menyempit  Afek tidak serasi

 Afek menumpul  Tidak serasi

 Afek mendatar  Afek labil


III. Status Mental

C. Keserasian Afek
- Apabila ekspresi emosi serasi/ tidak serasi dengan isi pikiran, budaya dan

keadaan/ suasana pada waktu pemeriksaan.


- Pasien mengekspresikan kemarahan atau ketakutan ketika menceritakan
waham kejar ( menggambarkan afek serasi)
- Pasien skizophrenia yang menceritakan tentang keinginan untuk

membunuh dengan ekspresi afek yang datar (menggambarkan afek tidak


serasi)
III. Status Mental
III. Pembicaraan
- Kuantitas :
Banyak bicara atau tidak, pendiam, mengomel, atau fasih, tidak spontan,
atau berespon normal terhadap isyarat yang disampaikan pemeriksa.
- Laju Produksi :
Pembicaraan dapat cepat atau lambat,tertekan, ragu-ragu,
emosional,dramatik, monoton, berbisik atau keras.
- Kualitas :
Baik, buruk, cadel, berguram, pelo, atau terpatah-patah.
III. Status Mental
IV. Persepsi
Gangguan Persepsi :
- Depersonalisasi :
Perasaan yang sangat berbeda terhadap diri/ satu kondisi patologis yang muncul
sebagai akibat dan perasaan subyektif dengan gambaran seseorang mengalami
atau merasakan diri sendiri (atau tubuhnya) sebagai tidak nyata khayali (asing
tidak dikenali).
- Derealisasi :
Perasaan yang sangat berbeda terhadap lingkungan/ perasaan subyektif bahwa
lingkungannya menjadi asing/ tidak nyata.
III. Status Mental
Gangguan Persepsi :
- Ilusi :
Satu persepsi yang keliru atau menyimpang dari stimulus eksternal yang nyata.
- Halusinasi:
Persepsi atau tanggapan palsu, tidak berhubungan dengan stimulus eksternal
yang nyata ; menghayati gejala-gejala yang dikhayalkan sebagai hal yang nyata.
Jenis-jenis halusinasi :
 Halusinasi hipnagogik  Halusinasi pengecapan
 Halusinasi hipnapompik  Halusinasi taktil
 Halusinasi auditorik  Halusinasi somatik
 Halusinasi visual  Halusinasi liliput
 Halusinasi penciuman
III. Status Mental
V. Pikiran
A. Proses dan Bentuk Pikir
 Gangguan proses pikir dapat terlihat dalam bentuk hubungan pikiran-pikiran yang

inkoheren dan tidak komprehensif (word salad), asosiasi bunyi(clang association),


asosiasi dengan makna ganda (punning), dan neologisma.
 Gangguan bentuk pikir/ arus pikir :

a. Asosiasi longgar

b. Inkoherensia

c. Flight of idea
 Gangguan terhadap kontinuitas pikir dapat berupa tangensial, sirkumstansial,
melantur, mengelak, dan perseveratif
III. Status Mental
B. Isi Pikir
Gangguan isi pikir dapat berupa :
1. Kemiskinan isi pikir : pikiran yang hanya menghasilkan sedikit informasi

dikarenakan ketidak jelasan, pengulangan yang kosong atau frase yang tidak
dikenal.
2. Waham/ delusi : satu perasaan keyakinan/ kepercayaan yang keliru, berdasarkan
simpulan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan
intelegensia dan latar belakang budaya pasien dan tidak bisa diubah lewat
penalaran/ dengan jalan penyajian fakta.
III. Status Mental
- Jenis-jenis waham :
a. Waham bizarre  Waham dikendalikan
b. Waham sistematik  Thought withdrawal
c. Waham nihilistik  Thouht insertion

d. Waham somatik  Thought broadcasting

e. Waham paranoid  Thought control

 Waham kebesaran f. Waham cemburu


 Waham kejaran g. Erotomania
 Waham rujukan
III. Status Mental
VI. Sensorium dan Kognisi
A. Kesadaran
- Gangguan kesadaran  biasanya menyatakan kerusakan organik pada otak.
- Tingkat kesadaran pasien :
a. Kompos mentis  Delirium

b. Apatia
c. Somnolen
d. Sopor
e. Koma
f. Kesadaran berkabut
III. Status Mental

B. Orientasi dan Daya Ingat


 Orientasi

- Waktu : perhatikan apakah pasien mampu mengidentifikasikan hari, waktu, lamanya


pasientelah berada di rumah sakit. Apakah perilakunya sesuai dengan orientasi
waktu.
- Tempat : perhatikan apakah pasien tahu dimana ia berada.

- Orang : perhatikan apakah pasien tahu siapa pemeriksa dan peranan orang-orang
yang berhubungan dengannya disekitarnya.
III. Status Mental
 Daya ingat
Fungsi daya ingat (memory) biasanya dibagi menjadi empat bidang :
 Daya ingat jangka panjang (remote memory)  data masa anak-anak, peristiwa
penting yang diketahui telah terjadi saat pasien masih muda, masalah pribadi, hitungan
tahun.
 Daya ingat jangka sedang (recent past memory)  dalam beberapa bulan yang lalu.
 Daya ingat jangka pendek (recent memory)  beberapa hari yang lalu, apa yang
pasien lakukan kemarin, hari sebelumnya, apa yang pasien makan untuk sarapan, makan
siang dan makan malam.
 Penyimpanan dan daya ingat segera (immediate retention reccal)  pengukuran
rentang angka, kemampuan untuk mengulang tiga kata segera dan 3-5 menit kemudian.
III. Status Mental
C. Konsentrasi dan Perhatian
- Konsentrasi pasien dapat terganggu karena berbagai alasan.

- Misalnya : gangguan kognitif, kecemasan, depresi dan stimulasi in ternal.

- Perhatian dinilai dengan kemampuan berhitung atau meminta pasien mengeja


kata secara mundur.
D. Kemampuan Membaca dan Menulis
- Pasien diminta untuk bereaksi terhadap suatu kalimat dan selanjutnya melakukan
apa yang diperintahkan kalimat tersebut.
- Pasien juga diminta untuk menulis kalimat sederhana tapi lengkap.
III. Status Mental

E. Kemampuan Visuospasial
- Pasien diminta mencontoh suatu gambar seperti jam atau segilima yang
berpotongan.

G. Berpikir abstrak
- Kemampuan pasien untuk berhadapan dengan konsep.

H. Sumber informasi dan intelegensia


- Intelegensia  berhubungan dengan perbendaharaan kata dan sumber
pengetahuan umum.
III. Status Mental
VII. Pengendalian Impuls
- Pemeriksaan pengendalian impuls penting dalam memastikan kesadaran

pasien tentang perilaku yang sesuai secara sosial dan suatu pengukuran
tentang kemungkinan bahaya pasien bagi dirinya sendiri atau orang lain,
misalnya : impuls seksual, agresif, memukul, emosi dan lainnya.
III. Status Mental
VIII. Daya Nilai dan Tilikan
A. Daya Nilai
1. Daya nilai sosial : kemampuan seseorang untuk menilai situasi secara benar (situasi nyata
dalam kehidupan sehari-hari) dan bertindak yang sesuai dalam situasi tersebut dengan
memperhatikan kaidah sosial yang berlaku di dalam kehidupan sosial budayanya. Pada
gangguan jiwa berat atau kepribadian antisosial maka daya nilai sosialnya sering terganggu.
2. Uji daya nilai : kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan bertindak yang sesuai
dalam situasi imajiner yang diberikan.
B. Tilikan
Kemampuan seseorang untuk memahami sebab sesungguhnya dan arti dari suatu situasi
(termasuk didalamnya dari gejala itu sendiri).
III. Status Mental
Jenis-jenis tilikan :
1. Tilikan derajat 1
Penyangkalan total terhadap penyakitnya
2.Tilikan derajat 2
Ambivalensi terhadap penyakitnya
3.Tilikan derajat 3
Menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
4.Tilikan derajat 4
Menyadari dirinya sakit&butuh bantuan namun tidak memahami penyebab sakitnya
5.Tilikan derajat 5
Menyadari penyakitnya&faktor-faktor yang berhubungan dengan penyakitnya namun tidak
menerapkan dalam perilaku praktisnya
6.Tilikan derajat 6 (sehat)
Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan
III. Status Mental
XI. RTA (Reality Testing of Ability)
- Kemampuan seseorang untuk menilai realitas. Kemampuan ini akan

menentukan persepsi, respons emosi dan perilaku dalam berelasi dengan


realitas kehidupan.
- Kekacauan perilaku, waham dan halusinasi adalah salah satu contoh

penggambaran gangguan berat dalam kemampuan menilai realitas


(Reality Testing of Ability)
III. Status Mental
X. Taraf Dapat Dipercaya
Pemeriksaan psikiatrik juga memperhatikan kesan pemeriksa terhadap
kemampuan pasien untuk dapat dipercaya dan bagaimana ia
menyampaikan peristiwa dan situasi yang terjadi secara akurat.
Pemeriksa dapat menilai kejujuran dan keadaan yang sebenarnya dari
yang dikatakan pasien.
“Dan carilah pertolongan
dalam kesabaran dan shalat
(ibadah)…
(QS Al-Baqarah 2: 45)

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai