Anda di halaman 1dari 38

WAWANCARA

(ANAMNESIS) DAN
PEMERIKSAAN
PSIKIATRI
Riwayat Psikiatrik

Adalah catatan tentang riwayat penyakit,


gangguan jiwa, dan riwayat hidup pasien yang
diperlukan untuk memahami siapa pasien, dari mana
pasien berasal dan perkiraan akan kearah mana
pasien selanjutnya pada masa mendatang.
Anamnesis Psikiatri
I. Data Pribadi
II. Keluhan Utama
III. Riwayat Gangguan Sekarang
a. Awitan
b. Faktor Presipitasi
IV. Penyakit atau Gangguan Sebelumnya
a. Psikiatrik
b. Medik
c. Penggunaan Zat
Anamnesis Psikiatri
V. Riwayat Hidup
a. Prenatal dan Perinatal
b. Masa kanak awal (sampai 3 tahun)
c. Masa kanak pertengahan (3-11 tahun)
d. Masa Remaja
e. Masa Dewasa
i. Riwayat pekerjaan, perkawinan/berpasangan/pacaran
ii. Riwayat pendidikan
iii. Riwayat militer
iv. Riwayat agama/kehidupan beragama
v. Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang
vi. Riwayat pelanggaran hukum
f. Riwayat Psikoseksual
g. Riwayat Keluarga
h. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai
Prinsip Wawancara Psikiatrik:

 Bina Rapport
o Salam
o Identitas
o Suasana tenang dan nyaman

 Tanyakan keluhan utama


 Onsetnya
 Gejala-gejala lain  DD/  D/
o Psikotik, Mood (depresi, manik, bipolar, cemas)

 Cara mengatasi gejala-gejala


 Faktor organik (penyakit fisik akut / kronis, obat,
penyalahgunaan)  singkirkan faktor organik
 Stressor psikososial (Perkawinan, pekerjaan, relasi
keluarga,dll)

 Biarkan pasien berbicara bebas  observasi komunikasi


verbal & non verbal pasien

 Pendengar aktif, bicara bahasa yang jelas & mudah


dimegerti

 Teknik wawancara spesifik (fasilitasi, kejelasan, refleksi,


interpretasi, keheningan,dll)

 Buat kesimpulan, informasi & edukasi, janji pertemuan


berikutnya
Lama wawancara :

30 menit sd 1 jam tergantung situasi

Psikotik akut, gaduh gelisah, derilium, penyakit


medik akut / terminal : lebih singkat
Teknik wawancara

■ Fasilitasi (verbal / non verbal)

■ Refleksi isi (mengulang & menyimpulkan)

■ Keheningan (normal, autistic thingking, halusinasi auditorik)

■ Konfrontasi (waham)

■ Interprestasi (jangan terburu-buru tetap seperti pada awal wawancara,


pasien depresi, cemas)

■ Menentramkan hati ( verbal / non-verbal)

■ Nasehat (akhir wawancara + sudah terbina raport)

■ Kejelasan (mengulang)
 Jangan malu / enggan bertanya ( hal-hal pribadi : seks,
perkawinan, ekonomi, bunuh diri : ide / usaha)

 Komunikasi verbal &non-verbal (melakukan & observer)

 Pendengar & Obeserver yang baik

 Status mental (kesadaran, sikap, perilaku / psikomotor,


mood/afek, bentuk & isi pikiran, persepsi, bahasa,
kognitif)

 Pertanyaan terbuka >> tertutup

 Teknik wawancara (fasilitasi, refleksi isi,


kejelasan,keheningan, dll)
EMPATI
■ Memahami / merabarasakan perasaan, pikiran,
keinginan pasien tanpa mempengaruhi
penilaian objektivitas

■ Tidak mengkritik, menghakimi, memotong


pembicaraan, mencela, menghargai

■ Menempatkan diri ditempat pasien sesuai usia,


jenis kelamin, pikiran, persepsi, budaya

■ Komunikasi 2 arah (verbal & non-verbal)

■ Kontak mata

• Pasien bicara jujur dan nyaman


• Psikopatologi muncul
• Problem muncul
Situasi tempat duduk:
Kursi sama tinggi

Membuat Catatan:
• Untuk alasan medis & hukum
• Bantu ingatan terapis tentang pasien
• Jangan dilakukan jika ganggu kelancaran wawancara
CHECK LIST
WAWANCARA PSIKIATRIK
CHECK LIST KETRAMPILAN WAWANCARA PSIKIATRIK

KOMPONEN PENILAIAN SKOR


NO.
0 1 2
1. Membina rapport
2. Menanyakan identitas pasien (nama, usia, pekerjaan,
pendidikan, status nikah, alamat pasien)

3. Menanyakan keluhan utama (alasan datang berobat)

4. Menunjukkan minat, perhatian dan empati (ekspresi wajah


dan intonasi suara ramah, kontak mata, dll)

5. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti dan jelas


oleh pasien
6. Memberi respon secara memadai terhadap komunikasi
verbal & non-verbal pasien
7. Mampu mendengar secara aktif
8. Menelusuri gejala gangguan jiwa (gejala psikotik, depresi,
cemas, manik)
9. Menggali kemungkinan faktor-faktor organik sebagai
penyebab atau pencetus keluhan pasien
10. Menggali stressor psikososial (pekerjaan, perkawinan, sosial
ekonomi,dll)
11. Menggali riwayat penggunaan obat-obat yang sudah diminum
12. Menyimpulkan dan menutup wawancara

Total Skor

0= Tidak dilakukan
1= Dilakukan, kurang benar

2= Dilakukan, dengan benar


PEMERIKSAAN STATUS MENTALIS
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

 Bagian dari pemeriksaan status


klinis yang menggambarkan jumlah
total observasi pemeriksa dan
kesan tentang pasien psikiatrik
saat wawancara.
GARIS BESAR PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

I. Gambaran umum
a.Penampilan
b.Perilaku dan aktivitas psikomotor
c.Sikap terhadap pemeriksa
II. Mood dan Afek
a.Mood
b.Afek
c.Kesesuaian
III. Bicara
IV. Gangguan persepsi
...lanjutan
V. Pikiran
a. Proses atau bentuk pikiran
b. Isi pikiran
VII. Sensorium dan Kognotif
a. Kesiagaan dan tingkat kecerdasan
b. Orientasi
c. Daya ingat
d. Konsentrasi dan perhatian
e. Kapasitas untuk membaca dan menulis
f. Kemampuan visuospasial
g. Pikiran abstrak
h. Sumber informasi dan kecerdasan
...lanjutan

VII. Pengendalian impuls


VIII. Pertimbangan dan tilikan
IX. Reliabilitas
I. GAMBARAN UMUM
a.PENAMPILAN  kesan fisik pasien secara
keseluruhan.
Contoh : jenis tubuh, postur, ketegangan,
pakaian, dandanan, rambut, kuku.
Istilah yg digunakan untuk menggambarkan
penampilan tampak sehat, sakit, seimbang,
kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti
anak- anak, dan kacau.
Tanda kecemsan : tangan yang lembab, keringat
pada dahi, postur tegang, mata lebar.
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Contoh : menerisma, tiks, gerakan isyarat,
kedutan, perilaku stereotipik, echopraxia,
hiperaktivitas, agitasi, melawan, fleksibilitas,
rigiditas, cara berjalan, dan ketangkasan,
kegelisahan, meremas-remas tangan dan
melangkah.
c. Sikap terhadap pemeriksa
Contoh : bekerjasama, bersahabat, penuh
perhatian, tertarik, datar, menggoda, bertahan,
merendahkan, kebingungan, apatis,
bermusuhan, bermain-main, menyenangkan,
mengelak atau berlindung.
II. Mood dan Afek

a. Mood  emosi yang meresap dan terus-


menerus yang mewarnai persepsi seseorang
akan dunia.
Contoh : depresi, kecewa, mudah marah,
cemas, marah meluap-luap, euforik, kosong,
bersalah, terpesona, sia-sia, merendahkan diri-
sendiri, ketakutan dan membingungkan.
b. Ekspresi Afektif  respon emosional pasien
yang tampak yang disimpulkan pemeriksa dari
wajah pasien termasuk jumlah dan macam
perilaku ekspresif. Afek digambarkan : dalam
rentang normal, terbatas, tumpul dan datar.
c. Kesesuaian
Kesesuaian respon emosional pasien dapat dipertimbangkan dalam
konteks masalah subyektif yang didiskusikan pasien.
Apabila ekspresi emosi serasi dengan isi pikiran, budaya dan
keadaan/ suasana pada waktu pemeriksaan.
III. BICARA

■ Menggambarkan karakteristik fisik dari berbicara


baik kuantitas, kecepatan produksi bicara dan
kualitasnya.
Contoh : senang berbicara, suka mengomel, fasih,
pendiam, tidak spontan atau berespon normal
terhadap pewawancara.

■ Bicara mungkin cepat atau lambat, tertekan, ragu-


ragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik,
dll.
IV. Gangguan persepsi

■ Halusinasi dan ilusi  apakah pasien mendengar


suara atau melihat bayangan?, apa yang dilihat
atau didengar?, dalam keadan bagimana keadaan
itu terjadi?

■ Depersonalisasi dan derealisasi : perasaan


terlepas dari diri sendiri dan lingkungan.
V. Pikiran
Contoh gangguan pikiran :
a. proses berpikir atau bentuk pikiran
o pengendoran asosiasi atau keluar dari jalur
o flight of ideas
o pikiran berpacu
o tangensialitas
o sirkumstansialitas
o inkoherensi
o neologisme
o asosiasi bunyi
o permainan kata
o penghambatan pikiran
o pikiran samara-samar.
b. Isi pikiran
 Waham
 Gagasan bunuh diri dan membunuh
 Paranoid
 Preokupasi
 Gagasan menyangkut diri sendiri
 Obsesi dan konvulsi
 Kemiskinan isi.
VI. Sensorium dan kognisi

 Mencari petunjuk fungsi organ organik,


intelegensia pasien, kapasitas untuk berpikir
abstrak, tingkat tilikan dan pertimbangan.
a. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran
Gangguan kesadaran  biasanya menyatakan
gangguan otak organik.

Tingkat kesadaran pasien : berkabut, somnolen,


stupor, koma, letargi, melupakan identitas lama
seringkali disertai perjalanan dan mengembara
kelingkungan baru.
b. Orientasi
• Waktu : perhatikan apakah pasien mampu
mengidentifikasikan hari, waktu, lamanya
pasientelah berada di rumah sakit. Apakah
perilakunya sesuai dengan orientasi waktu.

• Tempat : perhatikan apakah pasien tahu


dimana ia berada.

• Orang : perhatikan apakah pasien tahu siapa


pemeriksa dan peranan orang-orang yang
berhubungan dengannya disekitarnya.
c. Daya ingat

Fungsi daya ingat (memory) biasanya dibagi menjadi


empat bidang :

 Daya ingat jauh (remote memory)  data masa anak-


anak, peristiwa penting yang diketahui telah terjadi saat
pasien masih muda atau bebas dari penyakit, masalah
pribadi.
 Daya ingat masa lalu yang belum lama (recent past
memory)  dalam beberapa bulan yang lalu.
 Daya ingat yang baru saja (recent memory)  beberapa
hari yang lalu, apa yang pasien lakukan kemarin, hari
sebelumnya, apa yang pasien makan untuk sarapan,
makan siang dan makan malam.
 Penyimpanan dan daya ingat segera (immediate retention
reccal)  pengukuran rentang angka, kemampuan untuk
mengulang tiga kata segera dan 3-5 menit kemudian.
d. Konsentrasi dan perhatian
Konsentrasi pasien dapat terganggu karena
berbagai alasan.
Misalnya : gangguan kognitif, kecemasan, depresi
dan stimulasi in ternal.
Perhatian dinilai dengan kemampuan berhitung
atau meminta pasien mengeja kata secara
mundur.
e. Kemampuan membaca dan menulis
Pasien diminta untuk bereaksi terhadap suatu
kalimat dan selanjutnya melakukan apa yang
diperintahkan kalimat tersebut.
Pasien juga diminta untuk menulis kalimat
sederhana tapi lengkap.
f. Kemampuan visuospasial
Pasien diminta mencontoh suatu gambar seperti
jam atau segilima yang berpotongan.

g. Berpikir abstrak
Kemampuan pasien untuk berhadapan dengan
konsep.

h. Sumber informasi dan intelegensia


Intelegensia  berhubungan dengan
perbendaharaan kata dan sumber pengetahuan
umum.
VII. Pengendalian Impuls
 Pemeriksaan pengendalian impuls penting dalam
memastikan kesadaran pasien tentang perilaku
yang sesuai secara sosial dan suatu pengukuran
tentang kemungkinan bahaya pasien bagi dirinya
sendiri atau orang lain, misalnya : impuls seksual,
agresif dan lainnya.
VIII. Pertimbangan dan tilikan
 Pertimbangan (judgement)  menilai aspek
kemampuan pasien dalam pertimbangan sosial.
 Apakah pasien mengerti kemungkinan akibat dari
perilakunya?
 Dapatkah pasien memperkirakan apa yang akan
dilakukannya didalam situasi khayalan?
 Tilikan  derajat kesadaran dan pengertian
pasien mengenai gangguan kesehatan jiwa yang
dialami.
Tingkat tilikan

1. Penyangkalan penyakit sama sekali.


2. Kesadaran sedikit bhw mereka sakit & membutuhkan bantuan,
tp dlm wkt yg bersamaan menyangkal penyakitnya.
3. Terdapat kesadaran bhw mereka sakit tp melemparkan
kesalahan pd org lain, pd faktor eksternal/ faktor organik.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yg tdk diketahui
pd diri sendiri.
5. Tilikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit & gejala/
kegagalan dlm penyesuaian sosialnya disebabkan oleh perasan
irasional atau gangguan tertentu dlm diri pasien sendiri tanpa
menetapkan pengetahuan tsb untuk pengalaman dimasa dpn.
6. Tilikan emosional yang sesungguhnya : kesadaran emosional
tentang motif & perasaan di dalam diri pasien & orang yg penting
dlm kehidupan.
IX. Realibilitas

■ Perkiraan kesan dokter psikiatri pada


kebenaran atau kejujuran pasien.
Terima kasih…

Anda mungkin juga menyukai