I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny.SR
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Pendidikan : S1
A. Keluhan Utama
Pasien dirumah sering marah-marah, menyiram dan memukul ayahnya.
1
ayahnya dan menyiramnya. Pasien melakukan hal tersebut karena pasien ingin
keluar dari rumah secara terus menerus namun tidak diizinkan. Pasien memang
sering pergi dari rumah untuk pergi ke pesantren At-Taqwa.
Autoanamnesis
Pasien tidak mengetahui mengapa pasien dibawa ke RSPAD Gatot
Soebroto. Pasien sebelumnya ingin pergi ke pesantren At-Taqwa, namun keluarga
pasien melarang untuk keluar tetapi pasien tetap ingin pergi. Keluarga pasien
mengajak pasien untuk keluar dan ternyata dibawa ke RSPAD Gatot Soebroto di
IGD. Selama pasien di IGD pasien merasa tidak marah-marah dan tidak ngamuk
namun keluarga pasien melarang pasien untuk pergi kemanapun termasuk ke
masjid, saat pasien ingin ke masjid kakak ipar pasien menahan pasien dengan cara
mencekik. Pasien bercerita bahwa kakak ipar pasien sering melakukan kekerasan
terhadap pasien. Pasien juga merasa badannya lebam-lebam akibat dipukuli oleh
kakak ipar pasien. Pasien juga merasa mata dan hidungnya lebam, pasien bercerita
bahwa pasien ditonjok oleh bapaknya namun mata dan hidung pasien baik-baik
saja. Saat ini pasien meminta untuk tidak dipindahkan ke kamar yang pertama kali
pasien tempati di Pavilliun Amino, karena menurut pasien kamar tersebut adalah
kamar yang berasal dari kuburan kramat, saat pasien ingin dipindahkan lagi ke
kamar yang lama, pasien meminta pisau untuk bunuh diri, karena menurut pasien
lebih baik bunuh diri daripada menempati kamar kramat tersebut yang termasuk
dalam syiah. Pasien terkadang tidak ingin ditanya dan menutup diri, menurut
pasien setiap pasien ditanya mengenai kamar kramat tersebut pasien merasa ada
yang menghampirinya. Selama di rawat pasien seringkali mendengar suara orang
banyak sedang berbincang di luar kamarnya, namun ketika dilihat tidak ada
orangnya. Suara tersebut lebih sering terdengar malam hari dan masih suka
terdengar sampai malam sebelum wawancara (27 Januari 2018). Setiap ditanya
mengenai suara tersebut pasien tidak ingin menjawab.
Alloanamnesis
Menurut suami dan ayah pasien pada tanggal 26 dan 27 Januari 2018,
pasien pernah mengalami keluhan serupa seperti mengamuk pada saat SMA,
2
namun ayah pasien memutuskan untuk meruqyah pasien dengan memanggil ustad
karena dianggap kesurupan. Keluhan muncul setelah pasien mengikuti kegiatan
pendalaman agama dengan guru silatnya. Pasien sebelumnya mengikuti kursus
bela diri yaitu pencak silat dan menjuarai beberapa perlombaan. Pada ilmu bela
diri pencak silat terdapat ritual keagamaan untuk mendalami ilmu tersebut dan
pasien mengikutinya dengan niat agar dapat memiliki ilmu yang lebih dalam serta
indra keenam agar dapat membantu orang-orang yang sakit. Sejak saat itu pasien
memiliki keluhan serupa seperti suka mengamuk dirumah dengan membanting
barang. Keluhan tersebut hilang setelah sebulan berobat pada ustad, namun
seminggu setelah pasien membaik ibu pasien meninggal. Pasien yang awalnya
adalah pribadi yang tomboy berubah menjadi pribadi yang lebih diam.
Selama pasien kuliah setelah lulus dari SMA keluhan tersebut sudah tidak
muncul sama sekali, namun diketahui pasien adalah pribadi yang ambisius
sehingga apapun yang pasien inginkan harus tercapai. Pasien lulus dan menjadi
sarjana ekonomi tepat waktu dan pasien langsung bekerja disalah satu travel haji
yang dikelola oleh salah satu pesantren di bekasi. Di tempat kerjanya pasien
adalah orang yang cukup diandalkan dan tidak mempercayai pekerjaan pada
siapapun, pasien menganggap bahwa orang lain tidak mampu menyelesaikan apa
yang pasien kerjakan ditambah di tempat kerjanya rata-rata hanya lulusan D3 dan
SMA dan pasien sudah bekerja 7 tahun dikantor tersebut. Dua tahun terkahir
pasien cuti untuk melahirkan selama 3 bulan, saat masuk kembali direktur di
tempat kerjanya sudah ganti dengan yang baru dan memiliki cara kerja yang
berbeda. Direktur tersebut membagi kerja pasien dengan pegawai lain dan
membuat pasien merasa tidak diandalkan lagi ditempat kerjanya. Semenjak saat
itu dalam satu tahun terakhir pasien merasa orang-orang di tempat kerjanya tidak
menyukai pasien. Pasien meyakini bahwa rekan kerjanya selalu membicarakan
pasien mengenai ketidakmampuan pasien dalam bekerja. Pasien juga menjadi
mudah curiga terhadap tetangga dilingkungan rumahnya. Pasien pernah bercerita
bahwa ada yang ingin menyantet keluarga pasien dengan meletakan garam
disudut rumahnya. Pasien juga sering menyuruh suami pasien untuk tidak
melintasi jalan-jalan tertentu karena menurut pasien apabila suaminya melewati
jalan tersebut nanti akan terjadi musibah. Pasien menilai bahwa orang-orang
dilingkungan rumahnya tidak memiliki ilmu pengetahuan yang baik karena jarang
ada yang sarjana, sehingga pasien menganggap rendah tetangganya. Pasien juga
ingin mengganti ustadzah yang biasa memberikan tausiah dan memimpin
pengajian dilingkungan rumahnya dengan ustadzah dari pesantren yang biasa ia
datangi karena merasa ustadzah yang dirumahnya tidak bagus, namun tetangganya
tidak setuju.
Suami pasien bekerja di papua dan sudah bekerja selama 3 bulan terakhir,
setelah kembali dari papua pasien berkata bahwa sudah bercerai dan sudah bukan
menjadi suami pasien lagi, karena sudah tidak menyetubuhi pasien selama tiga
3
bulan tersebut sambil menunjukan buku nikah dan membacakan keterangan
bahwa apabila 7 bulan istri tidak disetubuhi oleh suami maka dianggap bercerai.
Pasien berkata pada suami bahwa pasien memiliki suami baru bernama Ilham,
pasien berkata bahwa Ilham terkadang muncul saat pasien sedang sendiri.
Keluhan pasien diperberat pada 4 hari terakhir dimana pasien tiba-tiba mengamuk
ingin pergi keluar ke pesantren At-Taqwa dibekasi untuk bertemu dengan
ustadzah yang biasa ia temui. Menurut keluarga pasien, pasien menjadi lebih aneh
setelah sering berkunjung ke pesantren tersebut seperti sering menyendiri dikamar
yang gelap, memilih gudang untuk tempat beristirahat dan berkata untuk
melakukan ritual agama. Pasien juga sempat melakukan ibadah shalat di kamar
mandi tanpa menggunakan bahawan mukena dan hanya menggunakan atasannya
saja, pasien juga sering berteriak “ La Nabi Ya Bada Raulullah”, keluarga pasien
menceritakan bahwa pasien suka berbicara ngelantur dan suka berubah topik
pembicaraan secara tiba-tiba. Seminggu sebelum pasien gaduh gelisah dan
berprilaku aneh, pasien diberhentikan untuk sementara waktu dari pekerjaannya
oleh direktur yang baru dikarenakan pasien membawa anaknya yang masih kecil
kekantor karena babby sitter yang biasa mengurusi anaknya sedang cuti karena
hamil. Pasien diberhentikan hingga pasien mendapatkan pengurus anaknya yang
baru, namun pasien merasa bahwa pasien sudah dipecat.
Pasien sempat diruqyah lagi dan diobati oleh ustadz yang dibawa oleh
bapaknya, namun tidak kunjung membaik. Ustadz tersebut berkata bahwa sudah
tidak ada jin yang ada dalam diri pasien dan mengusulkan untuk membawa pasien
kerumah sakit untuk berkonsultasi mengenai kejiwaannya.
4
A. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Menurut ayah pasien, pasien merupakan anak yang diinginkan. Ibu pasien
mengandung cukup bulan, persalinan normal. Riwayat kesehatan ibu baik selama
kehamilan. Kelainan saat kelahiran disangkal dan tidak terdapat masalah pada saat
persalinan.
5
2. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien berasal dari keluarga beragama Islam. Menurut keluarga, pasien
cukup rajin mengikuti kegiatan beragama. Pasien sering mengikuti majelis taklim
dilingkungannya dan sering pergi ke pesantren untuk bertemu ustadzah.
4. Riwayat keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien memiliki satu
kakak perempuan dan satu adik laki-laki. Ibu pasien meninggal saat pasien masih
SMA. Pasien memiliki hubungan dekat dengan ayahnya. Ayahnya sudah menikah
lagi dengan seorang perempuan dan tidak dikaruniai anak. Hubungan pasien
dengan kakaknya cukup baik namun setelah berkeluarga sudah tidak sedekat dulu
bahkan pasien suka ingin bercerita namun sang kakak terkadang tidak bisa untuk
bertemu, sedangkan dengan adiknya cukup baik namun tidak sedekat dengan sang
kakak. Ayah pasien saat pasien masih kecil suka dianggap anak laki-laki karena
ayahnya berharap saat masih dikandungan pasien adalah anak laki-laki. Ibu tiri
pasien tidak begitu menyukai pasien beserta keluarganya, dan hanaya baik saat
didepan ayahnya saja.. Saat ini pasien tinggal dengan suami dan satu orang
anaknya yang berjenis kelamin laki-laki. Hubungan pasien dengan suami baik,
namun setelah suami pasien bekerja di papua pasien merasa sudah bercerai. Anak
pasien saat ini masih berusia 2 tahun, pasien sangat menyayangi anaknya namun
saat ini pasien menganggap bahwa dia bukan anaknya lagi.
GENOGRAM
Keluarga pasien
6
Keterangan :
: Perempuan , : laki-laki , : satu rumah
: pasien, : meninggal, : Ibu Tiri
7
10. Harapan
Pasien berharap dapat segera pulang dan bekerja.
C. Gangguan Persepsi
- Halusinasi Auditorik : Ada, mendengar suara orang berbincang saat
malam hari.
- Halusinasi Visual : Ada, pasien melihat sosok “Ilham” berkali-kali.
- Ilusi : Tidak ada
8
- Derealisasi : Tidak ada
- Deporsonalisasi : Tidak ada
D. Pembicaraan
Cara berbicara pasien spontan, volume suara sedang,, tidak ada gangguan
bicara. Isi pembicaraan dapat dimengerti dan pasien menjawab sesuai dengan
yang diajukan pewawancara.
E. Pikiran
- Arus Pikir : koheren, dapat dimengerti
- Isi Pikir : pasien memiliki waham rujukan, pasien yakin bahwa tetangganya
ingin mengguna-guna pasien dan menabur garam dirumah pasien. pasien juga
menyuruh suami pasien untuk tidak melintasi jalan-jalan tertentu karena
menurut pasien apabila suaminya melewati jalan tersebut nanti akan terjadi
musibah, pasien juga yakin bahwa kamar yang pertama digunakan di pavilion
Amino adalah kamar kramat.
2. Orientasi
Waktu : Baik, pasien dapat membedakan waktu pagi, siang dan malam.
Tempat : Baik, pasien mengetahui bahwa pasien sedang di rawat di RSPAD
Gatot Soebroto.
Orang : Baik, pasien ingat identitas dirinya dan nama keluarganya serta
dapat mengenali dokter pemeriksa, perawat dan pasien lain di Pavilium
Amino.
3. Ingatan
9
Jangka Panjang : Baik, pasien dapat mengingat tanggal lahir dan
sekolahnya.
Jangka Sedang : Baik, pasien dapat mengingat siapa yang membawa
pasien berobat.
Jangka Pendek : Baik, pasien mengingat kapan pasien mandi dan makan
terakhir kali.
Jangka Segera : Baik, pasien dapat mengingat nama pemeriksa.
6. Kemampuan Visuo-Spasial
Pasien mampu menggambar kubus dalam bentuk ka’bah
10
7. Pikiran Abstrak
Baik. Pasien mengerti pribahasa ada udang dibalik batu.
G. Pengendalian Impuls
Pada saat wawancara pasien kooperatif dan tenang namun terkadang
pasien tiba-tiba diam.
I. Tingkat Kepercayaan
Secara umum dari wawancara dapat disimpulkan bahwa pasien kurang
dapat dipercaya, karena keterangan pasien berbeda dengan keterangan dari
keluarga.
11
- Nadi : 81 kali/menit, regular
- Nafas : 18 kali/menit
- Suhu : 36,5oC
e. Kulit : Sawo matang
f. Kepala : Normocephal
g. Mata : Konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik
h. Leher : KGB membesar -/-
i. Paru : Suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing atau ronkhi
J. Jantung : Bunyi jantung I-II regular, tidak ada murmur atau gallop
k. Abdomen :Bising usus normal, hepar/lien tidak teraba membesar
l. Ekstremitas :Akral hangat
2. Status Neurologis
a. GCS : 15(E4M6V5)
b. Tanda rangsang meningeal : negatif
c. Tanda rasa ekstrapiramidal : negatif
d. Motorik : 5/5/5/5
e. Sensorik : baik
12
diajak bicara. Terdapat halusinasi auditorik dan visual, mood irritable, afek
luas dan serasi. Isi pikir pasien berupa waham rujukan, Orientasi baik, tilikan
derajat 1 dan daya nilai realita terganggu.
4. Pemeriksaan fisik :
Tidak ditemukan kelainan pada pemeriksaan fisik pasien.
13
Belum bisa diagnosa untuk aksis II karena tidak ditemukan
gangguan kepribadian pada pasien. Namun pada pasien ini cenderung
menyimpan kecurigaan berlebih terhadap orang sekitarnya.
Aksis III
Pada pemeriksaan fisik tidak ditemukan adanya kelainan fisik pada
pasien.
Aksis IV
Masalah pekerjaan, karena pasien diminta untuk berhenti
sementara hingga mendapat pengasuh anak yang baru.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global
Assesment of functioning (GAF) menurut PPDGJ III pada aksis V
didapatkan GAF scale adalah 51-60, yaitu gejala sedang atau disabilitas
sedang dalam fungsi sosial atau okupasional.
14
Pedoman diagnostic
Sekurang-kurangnya harus ada 2 gejala dari 3 gejala utama depresi
Ditambah sekurang-kurangnya 3 (sebaiknya 4) dan gejala lainnya
Lamanya seluruh episode berlangsung sekitar minimum 2 minggu
Menghadapi kesulitan untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan
urusan rumah tangga.
B. F0 Gangguan Mental Organik
Gambaran Utama
Gangguan fungsi kognitif : missal, daya ingat, daya piker, daya
belajar
Gangguan sensorium : gangguan kesadaran, gangguan atensi
Sindrom manifestasi yang menonjol dalam bidang : persepsi
(halusinasi), isi pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi
(depresi, gembira, cemas).
IX. EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I : F20.x0 Skizofrenia paranoid episodik berkelanjutan
Aksis II : Belum bisa ditentukan
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : masalah pekerjaan
Aksis V : GAF scale 60-51
X. DAFTAR MASALAH
Organobiologik: Tidak ada
Psikologi :
Mood : Irritable
Afek : Luas
Gangguan persepsi : Halusinasi auditorik dan halusinasi visual
Arus pikir : Koheren, logis, sedikit, ragu, jawaban sesuai.
Isi pikir : Waham rujukan
RTA : Terganggu
Tilikan : Derajat 1
15
Lingkungan dan sosioekonomi
Adanya masalah dengan pekerjaan, pasien merasa diberhentikan dari
pekerjaannya
XI. PENATALAKSANAAN
a. Psikofarmaka : Risperidone 2x2 mg,, Clozapine 1x25 mg
b. Psikoterapi :
1. Kepada pasien :
Psikoterapi suportif: Sebagai bentuk alternative yang membantu untuk
pasien agar dapat menyesuaikan dengan mudah permasalahan yang
dihadapi, dan mendapat kenyaman hidup dalam keadaan yang memiliki
gangguan pada psikisnya. Tujuan terapi adalah untuk membantu pasien
dalam melakukan menilai realistik.
Psikoedukasi: Memberikan edukasi kepada pasien mengenai kepatuhan
dan kemandirian dalam minum obat, perilaku sehat, dan mengkonsumsi
makanan minuman bergizi.
2. Kepada keluarga:
Menjelaskan keadaan pasien secara keseluruhan sehingga keluarga dapat
membina dan menerima keadaan pasien saat ini. Memberikan edukasi
mengenai pentingnya pemberian obat yang teratur sehingga dapat
mengurangi gejala serangan yang dapat terjadi pada pasien.
XII. PROGNOSIS
1. Quo ad vitam : ad bonam
2. Quo ad functionam : Dubia ad malam
3. Quo ad Sanactionam : Dubia ad malam
16
- Tidak ditemukan ide atau rencana untuk bunuh diri
- Tidak ditemukan riwayat dalam keluarga yang menderita gangguan jiwa
XIII. Diskusi
Diagnosis
Berdasarkan urutan hirarki diagnosis multiaksial, diagnosis skizofrenia
didapat apabila kita dapat menghilangkan penyebab gangguan mental organik
dan gangguan mental akibat zat psikoaktif. Pada pasien ini dapat disingkirkan
yaitu dari anamnesis bahwa pasien tidak memiliki penyakit dasar seperti
riwayat trauma, riwayat kejang, epilepsi, atau infeksi otak, yang dapat
menyebabkan adanya disfungsi otak pada kepalanya. Pasien tidak dalam
mengkonsumsi zat-zat psikoaktif dalam waktu dekat ini yang dapat
menjadikan etiologi dari gangguan jiwa pasien.Kriteria diagnosis Skizofrenia
menurut Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ) di
Indonesia yang ke-III adalah sebagai berikut:
Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan
biasanya dua gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang jelas):
a) “thought eco” = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema
dalam kepalanya (tidak keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya
sama tapi kualitasnya berbeda.
“thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar
masuk ke dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil
keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan
“thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang
lain atau umum mengetahuinya;
b) “delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu
kekuatan tertentu dari luar, atau
“delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh
suatu kekuatan tertentu dari luar
“delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan
pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang “dirinya” secara jelas
17
merujuk ke pergerakan tubuh/anggota gerak atau pikiran, tindakan atau
penginderaan khusus);
“delusion perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang
bermakna sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau
mukjizat;
c) Halusinasi auditorik:
Suara halusinasi yang berkomentar secara terus-menerus terhadap
perilaku pasien, atau
Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara
berbagai suara yang berbicara) atau
Jenis suara halusinasi lain yang berasal dari salah satu bagian tubuh
pasien
d) Waham-waham menetap lainnya yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal
keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di
atas manusia biasa.
Atau paling sedikit dua gejala di bawah ini yang harus selalu ada secara
jelas:
a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja apabila disertai baik
oleh waham yang mengembang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan
yang menetap, atau yang terjadi setiap hari selama berminggu-minggu
atau berbulan-bulan terus menerus;
b) Arus pikiran yang terputus atau yang mengalami sisipan, yang berakibat
inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme;
c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh delisah, posisi tubuh tertentu
atau fleksibikitas cerea, negativism, mutisme dan stupor;
d) Gejala-gejala “negative”, sepeti sikap sangat apatis, bicara yang jarang,
dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan diri dari social dan
menurunnya kinerja social; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut
tidak disebabkan oleh depresi atau medikasi neuroleptika;
18
Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama
kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase
nonpsikotik prodromal).
Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam
mutu keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi
(personal behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak
bertujuan, tidak berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri dan
penarikan diri secara sosial.
Pasien memenuhi kriteria Skizofrenia (F20) dari PPDGJ III yaitu
adanya waham rujukan dan halusinasi auditorik. Hal – hal yang didapatkan
dalam anamnesis dan pemeriksaan pada pasien ini yaitu :
1. Gangguan isi pikir berupa :Waham rujukan(menganggap tetangganya
mengguna-guna pasien dan keluarganya)
2. Persepsi : Halusinasi auditori (suara orang berbincang padamalam hari di
depan kamar rawatnya)
Waham rujukan yang dimiliki pasien ini sudah terjadi sejak 1 tahun terakhir.
Halusinasi auditori masih perlu digali awal mulanya.
Kriteria diagnosis skizofrenia paranoid berdasarkan PPDGJ-III diantaranya
adalah sebagai berikut :
Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia
Sebagai tambahan :
- Halusinasi dan waham harus menonjol :
o Suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi
perintah, atau halusinasi auditori tanpa bentuk verbal berupa
bunyi pluit, mendengung, atau bunyi tawa
o Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat
seksual, atau lain lain perasaan tubuh, halusinasi visual
mungkin ada tapi jarang menonjol
o Waham berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan
(delusion of control), dipengaruhi (delusion of influence), atau
delusion of passivity dan keyakinan dikejar kejar yang
beraneka ragam, adalah yang paling khas.
19
- Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaran serta gejala
katatonik secara relatif tidak nyata atau tidak menonjol.
Berdasarkan gangguan yang dimiliki pasien maka dapat diambil diagnosis
aksis 1 berupa Skizofrenia Paranoid(F20.0) karena telah ditemukan gangguan
waham dan halusinasi yang menonjol diantaranya waham rujukan, halusinasi
auditori, dan halusinasi visual.
Belum ditemukan gangguan kepribadian dan tidak ditemukan kelainan
fisiologis pada riwayat penyakit pasien dan dari hasil pemeriksaan fisik sehingga
belum didapatkan diagnosis pada aksis II.
Pada aksis III pasien tidak ditemukan kelainan.
Pada aksis IV didapatkan adanya masalah pekerjaan.
Aksis V didasarkan pada penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan
skala Global assessment of functioning (GAF), menurut PPDGJ III didapatkan
GAF recent saat pasien dirawat (dinilai pada tanggal 28/01/2018) adalah rentang
51-60 gejala sedang dengan disabilitas sedang.
Terapi
Penatalaksanaan psikofarmaka pada pasien ini adalah pemberian obat
antipsikotik. Obat antipsikotik yang diberikan pada pasien ini berupa Risperidone
2x2 mg, Clozapine 1x25 mg. Risperidone merupakan antipsikosis atipikal.
Mekanisme kerja obat antipsikosis atipikal adalah sebagai antagonis dopamine D2
dan serotonin, pada reseptor pasca-sinaptik neuron di otak, khususnya di sistem
limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonist) sehingga
obat ini efektif untuk mengatasi gejala positif maupun negative pada pasien
psikosis. Pada pasien ini diberikan antipsikotik atipikal dibandingkan dengan yang
tipikal dikarenakan efek samping dalam penurunan fungsi kognitif antipsikotik
atipikal lebih sedikit dibanding antipsikotik tipikal pada usia produktif. Obat
selanjutnya yakni, clozapine. Clozapine adalah obat antipsikotik atipikal yang
merupakan derivat dari dibenzodiazepin dengan aktifitas antagonis terhadap
reseptor serotonin tipe 2 (5HT2) dan pada reseptor dopamine tipe 2 (D2).
Aktivitas antipsikotik ini melalui hambatan terhadap reseptor serotonin dan
dopamin, antipsikotif atipikal efektif dalam mengobati gejala positif dan negatif
dari skizofrenia seperti menarik diri dan hendaya kognitif. Pada pasien ini
20
clozapine digunakan untuk mengambil efek sedasinya sehingga digunakan dosis
yang sedikit. Efek samping dari obat antipiskosis berupa:
a. Sedasi dan inhibisi psikomotor (rasa ngantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja
psikomotor menurun, kemampuan kognitif menurun)
b. Gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/parasimpatolitik: mulut kering,
kesulitan miksi dan defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan
intraokuler meninggi, gangguan irama jantung)
c. Gangguan ekstrapiramidal (dystonia akut, akathisia, sindrom Parkinson :
tremor, bradikinesia, rigiditas)
d. Gangguan endokrin (amenorrhea, gynaecomastia), metabolic (jaundice),
hematologic (agranulocytosis), biasanya pada pemakaian jangka panjang.
Prognosis
- Quo ad vitam :
Ad bonam, dikarenakan gangguan jiwa yang dialami pasien tidak sampai
bermanifestasi ke kehidupan pasien sampai mengarah kepada kematian. Pada
pasien sendiri tidak ditemukan adanya keinginan untuk bunuh diri ataupun
riwayat menyakiti diri sendiri.
- Quo ad fungsionam:
Dubia ad malam, karena pasien cenderung untuk mengalami kekambuhan, hal
tersebut dapat menurunkan fungsi kerja tubuh dalam melakukan aktifitas dan
kegiatan sehari-hari
- Quo ad sanationam :
Dubia ad malam, karena pasien akan bergantung dengan obat dan belum
diketahui kapan tercapai efek terapeutik hingga pasien dinyatakan sembuh.
21
DAFTAR PUSTAKA
22