TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Placenta adalah organ sementara yang menghubungkan ibu dan fetus dan
mengirim oksigen dan nutrisi-nutrisi dari ibu ke fetus. Placenta berbentuk cakram
dan pada masa sepenuhnya berukuran kira-kira tujuh inches dalam diameternya
(garis tengahnya). Placenta melekat pada dinding kandungan (uterus). Placenta
atau ari-ari terdiri dari vili-vili dan kotiledon yang berfungsi untuk jalan makanan
dan oksigen bagi janin. Makanan akan diantar melalui peredaran darah yang
sebelumnya disaring terlebih dahulu melalui placenta. Placenta juga menyaring
racun maupun obat-obatan yang membahayakan janin.3
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim
demikin rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.1 Plasenta
previa adalah posisi plasenta yang berada di segmen bawah rahim, baik posterior
(belakang) maupun anterior (depan), sehingga perkembangan plasenta yang sempurna
menutupi os serviks.4
Seiring dengan pertumbuhan segmen bawah rahim (SBR) ke arah proksimalme dapat
menyebabkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR) ikut
berpindah mengikuti segmen bawah rahim (SBR). Ostium Uteri yang secara dinamik
mendatar dan meluas dalam persalinan kala Ibisa mengubah luas permukaan serviks yang
tertutup oleh plasenta.3
2.2. Etiologi
Etiologi plasenta previa masih belum diketahui pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu
implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh endometrium di fundus uteri
2
belum siap menerima implanmtasi, endometrium yang tipis sehingga diberpulakan
perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan vili korealis pada
chorion leave yang persisten.4 Hipoksemia dari hasil pembakaran rokok yang
mengandung karbonmonoksida menyebabkan plasenta menjadi hipertrofi sehingga upaya
kompensasi. Plasenta yang terlalu besar pada kehamilan ganda dan eritroblas fetalis bisa
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri.1
2.3. Klasifikasi
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Plasenta previa totalis
Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
b. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium
uteri internum
d. Plasenta previa letak rendah
Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah
uterus.
3
berimplantasi < 5 cm dari ostium uteri internum
2. Tipe II : tepi plasenta mencapai pada ostium uteri internum namun tidak
menutupinya
3. Tipe III : plasenta menutupi ostium uteri internum secara asimetris
Tipe I dan II disebut juga sebagai plasenta previa minor sedangkan tipe III dan
IV disebut plesanta previa mayor.
2.4. Patogenesis
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada
triwulan ketiga karena saat itu segmen bawah uterus lebih mengalami perubahan
berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.5
Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan :
1. Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi.
2. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi janin
3. Villi korealis pada korion leave (korion yang gundul) yang persisten.5
Penyebab plasenta melekat pada segmen bawah rahim belum diketahui secara
pasti. Ada teori menyebutkan bahwa vaskularisasi desidua yang tidak memadahi
yang mungkin diakibatkan oleh proses radang atau atrofi dapat menyebabkan
plasenta berimplantasi pada segmen bawah rahim. Plasenta yang terlalu besar dapat
tumbuh melebar ke segmen bawah rahim dan menutupi ostium uteri internum
misalnya pada kehamilan ganda, eritroblastosis dan ibu yang merokok.5
Pada saat segmen bawah rahim terbentuk sekitar trisemester III atau lebih
awal tapak plasenta akan mengalami pelepasan dan menyebabkan plasenta yang
berimplantasi pada segmen bawah rahim akan mengalami laserasi. Selain itu, laserasi
plasenta juga disebabkan oleh serviks yang mendatar dan membuka. Hal ini
menyebabkan perdarahan pada tempat laserasi. Perdarahan akan dipermudah dan
4
diperbanyak oleh segmen bawah rahim dan serviks yang tidak bisa berkontraksi
secara adekuat. 5
Pembentukan segmen bawah rahim akan berlangsung secara progresif, hal tersebut
menyebabkan terjadi laserasi dan perdarahan berulang pada plasenta previa. Pada
plasenta previa totalis perdarahan terjadi lebih awal dalam kehamilan bila
dibandingankan dengan plasenta previa parsialis ataupun plasenta letakn rendah
karena pembentukan segmen bawah rahim dimulai dari ostium uteri internum. 5
2.6. Diagnosis
Plasenta previa dapat didiagnosis dengan melihat gejala klinis dan pemeriksaan
obstetri menggunakan USG.1 Pemeriksaan spekulum dapat dilakukan untuk menilai
vagina dan serviks. Vaginal toucher harus dihindari pada semua ibu yang mengalami
perdarahan antepartum sampai terdiagnosis bukan sebagai plasenta previa.5
5
Beberapa metode pemeriksaan penunjang telah digunakan untuk mendiagnosis plasenta
previa diantaranya USG transabdominal, USG transvaginal dan MRI. Penggunaan USG
transvaginal lebih direkomendasikan karena mempunyai tingkat akurasi yang lebih baik
dibandingkan dengan USG transabdominal. Terdapat beberapa kekurangan USG
transabdominal yaitu visualisasi yang kurang baik pada plasenta letak posterior dan
segmen bawah rahim akibat terhalang kepala bayi, obesitas serta keadaan kandung
kemih yang kosong atau terlalu penuh. MRI juga mempunyai tingkat akurasi yang lebih
baik bila dibandingkan dengan USG transabdominal. Namun tidak dapat memberikan
gambaran lokasi plasenta sebaik USG transvaginal, selain itu MRI tidak tersedia pada
semua pelayanan kesehatan.2
Biometri janin, indeks cairan amnion, kelainan congenital, letak dan derajat maturasi
plasenta. Lokasi plasenta sangat penting karena hal ini berkaitan dengan teknik operasi
yang akan dilakukan biasa ditentukan dari hasil USG.
2.7. Penatalaksanaan
Penanganan Ekspektif
- Perdarahan sedikit
- Belum ada tanda-tanda persalinan
- Keadaan umum baik, kadar Hb 8 gr% atau lebih.
Rencana Penanganan :
6
2. Infus D 5% dan elektrolit
3. Spasmolitik. tokolitik, plasentotrofik, roboransia.
4. Periksa Hb, HCT, COT, golongan darah.
5. Pemeriksaan USG.
6. Awasi perdarahan terus-menerus, tekanan darah, nadi dan denyut jantung janin.
Penanganan aktif
Kriteria
7
Dilakukan pada plasenta previa marginalis atau lateralis pada multipara dan anak
sudah meninggal atau prematur.
1. Jika pembukaan serviks sudah agak besar (4-5 cm), ketuban dipecah (amniotomi)
jika hid lemah, diberikan oksitosin drips.
2. Bila perdarahan masih terus berlangsung, dilakukan SC.
3. Tindakan versi Braxton-Hicks dengan pemberat untuk menghentikan perdarahan
(kompresi atau tamponade bokong dan kepala janin terhadap plasenta) hanya
dilakukan pada keadaan darurat, anak masih kecil atau sudah mati, dan tidak ada
fasilitas untuk melakukan operasi.6
2.8. Komplikasi
Komplikasi pada ibu :
a. Perdarahan dapat menimbulkan :
1) Variasi turunnya tekanan darah sampai keadaan syok.
2) Perdarahan tidak sesuai dengan keadaan penderita
anemis sampai syok.
3) Kesadaran bervariasi dari baik sampai koma.
8
dapat menimbulkan asfiksia ringan sampai berat dan
kematian dalam rahim.
b. Prematuritas
Pada ibu yang mengalami placenta previa komplikasi yang
dialami oleh janin adalah salah satunya yaitu prematuritas
disini dikarenakan pada pasien plasenta previa ibu
mengalami perdarahan yang hebat sehingga mendorong
untuk dilakukannya operasi walaupun umur kehamilannya
belum menyukupi.
c. Gawat janin
Dengan adanya placenta previa totalis atau marginalis
yang menutupi sebagian atau seluruh mulut rahim sehingga
pembuluh darah besar yang ada di mulut rahim akan
tertutup oleh implantasi placenta yang tidak sempurna.
Dengan bertambahnya umur kehamilan maka akan terjadi
pembentukan segmen bawah rahim yang mengakibatkan
pergeseran placenta, sehingga akan menyebabkan
terjadinya perdarahan, dan dengan terjadinya perdarahan
akan menyebabkan peredarahan darah janin terganggu dan
sirkulasi darah ibu juga terganggu sehingga menyebabkan
terjadinya gawat janin.
d. Kematian.6
2.9. Prognosis
Dengan penanggulangan yang baik seharusnya kematian ibu karana plasenta
rendah sekali atau tak ada sama sekali. Sejak diperkenalkannya penanganan pasif
pada tahun 1945, kematian perinatal berangsur-angsur dapat diperbaiki. Walaupun
demikian, hingga kini kematian perinatal yang disebabkan prematuritas tetap
memegang peranan utama.