Anda di halaman 1dari 11

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT

INTOKSIKASI ZAT STIMULAN

UMI LATIFAH

201710330311086

SKILL 8

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH


MALANG 2020
KASUS Kasus 2 : GMP (Gangguan Mental dan Perilaku) akibat intoksikasi zat stimulant DD
Skizofrenia Paranoid  Tn. A, 21, bujang, mahasiswa, suku Sunda, Islam, alamat Jl. Sutami Malang. 
Ke klinik diantar kakaknya.  Keluhan (dikeluhkan oleh ayah penderita)

Tn. A tak mau masuk kuliah 1 bulan, cenderung menyendiri, sering tampak ketakutan. Sering lampu2
dimatikan, korden2 ditutup, bahkan kaca di kamarnya ditutup dengan koran dan diisolasi. Malam hari
sering sulit tidur. Ia juga selalu membawa bawa pisau didalam tasnya. Kadang ia tampak berbisik2
sendiri: “Saya nggak salah, kenapa saya diincar.”, “.. Banyak teman2 saya yang lain, mereka banyak
terlibat, jangan saya.” Belakangan ini ia menolak makan, hanya mau makan hasil masak dia sendiri.
Penampilannya kurang rapi, mandi dan merawat diri cenderung kurang diperhatikan. Ia anak tunggal,
cenderung ramah, dan banyak berteman, pergaulannya luas mulai anak kuliahan hingga diluar kampus.
Sebelum mulai gangguan ia sering diajak teman2nya jalan bersama hingga larut malam. Selama 1 bulan
ini dia tak mau lagi berkumpul teman2nya. Ia sering merasa curiga salah satu temannya adalah intel polisi
yang akan menangkapnya. Keluarganya termasuk jenis “broken home” & tak ada riwayat keturunan
gangguan jiwa. Ia juga tak mengalami sakit badan serius sebelumnya. Artis: Penderita tampak banyak
diam, menjawab seperlunya o Sering mengatakan “Sebenarnya saya gak ada masalah, kenapa kakak
memaksa saya kesini” o Yang banyak bercerita kakak penderita o Mimik dan pandangan mata waspada
dan curiga o Penampilan tak rapi, agak kumal o Bila pemeriksa mampu ber empati, pandai mengambil
hati & mampu mencairkan suasana hingga membuat penderita merasa aman dan nyaman, penderita
sedikit2 bersedia cerita tentang apa yang ia alami, antara lain: ▪ Sering merasa khawatir ▪ Sering merasa
curiga, ada komplotan yang selalu mengikuti dan akan mencelakai bahkan akan membunuh penderita ▪
Kadang muncul suara2 di telinga penderita yang selalu mengingatkan penderita agar waspada ▪ Bila
ditanya (hanya bila ditanya) “Kenapa tak mau makan/ hanya makan yang dimasak penderita sendiri?”,
dijawab: “Nggak apa2.. (berkali2).., baru setelah pemeriksa pandai “mengejar” ia menjawab “Masakan
sendiri bebas racun”

▪ Demikian juga tentang pisau yang dia bawa2 di tas: “Untuk berjaga-jaga..” Panduan: Status Psikiatris:
Kesan Umum: Wajah sesuai usia, dandanan wajar, tak terlalu rapi, tampak gelisah, cemas, ketakutan,
selama anamnesis sering tidak menjawab karena cenderung menengok kanan kiri seperti berwaspada,
memastikan tak ada yang mengawasinya. Kontak/ komunikasi: +, terputus2 Kesadaran: Berubah
Kemauan: Menurun Afek/ emosi: Cemas, ketakutan (paranoid) Psikomotor: Meningkat

Proses Berpikir: Bentuk pikiran: Non-realistis Arus pikiran: Terputus2 Isi pikiran: Waham paranoid (
persecutory delusions ) Persepsi: Halusinasi auditorik dan visual Intelegensi: Dalam batas normal
Insight (“tilikan”): Buruk / Daya nilai realitas Catatan: Deskripsi DD: 1. GMP Akibat intoksikasi Zat
(stimulant):

Khas didapatkan: - Perilaku penyalahguna zat: 1. Sering keluar malam 2. Kebutuhan uang berlebihan
(minta2 uang, memaksa, mencuri, menjual barang) 3. Teman2 penampilan “funky” (tatoo, piercing,
rambut dicat, aksesoris “metal”, merokok) 4. Sering menyendiri di kamar (karena sedang “memakai”,
atau fase depresi krn withdrawal, atau fase paranoid) - Gejala berfluktuatif sesuai kapan ia intoksikasi
(euphor serta perilaku menyerupai mania atau paranoid saat intoksikasi zat, dan normal atau depresi saat
withdrawal) - Bisa terdapat halusinasi visual maupun auditorik, umumnya isi halusinasi hal paranoid spt
merasa akan ditangkap polisi, dikhianati teman, dianiaya, atau dibunuh - Waham paranoid/ kejar
(persecutory delusions) - Riwayat keluarga seringkali tak didapatkan skizofrenia - Pemeriksaa fisik
didapatkan gejala intoksikasi:
Tekanan darah meningkat, nadi meningkat, suhu meningkat, pupil midriasis - Pemeriksaan lab
toksikologi urin/darah: didapatkan amfetamin positif

Terapi: 1. MRS 2. Life saving procedures: ABC..: ▪ Waspada kesadaran menurun (umumnya karena
dehidrasi, kejang, hiperpireksia, stroke, gagal ginjal, aritmia jantung, DIC): ▪ Terapi simptomatik (atasi
panas, kejang, hipertensi, takikardi, stroke) 3. Medikamentosa:

- Antidotum: asidifikasi urin: Ammonium klorida 6-8 x 500 mg - Atasi waham, halusinasi dan agitasi ▪
Haldol 2 x 5 mg, atau Risperidone 2 x 2 mg, atau Clozapine 2 x 50 mg ▪ Anti kolinergik:
Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah EPS: Extra Pyramidal Syndrome) ▪ Bila sangat gelisah tambahkan
Lorazepam 2 x 1-2 mg atau Alprazolam 2 x 0,5–1 mg 4. Psikoterapi supotif & manipulasi lingkungan:

2. Skizofrenia Paranoid - Dari anamnesis:

1. Tak didapatkan perilaku penyalahguna zat (keluar malam, penggunaan uang berlebih dsb) 2. Gejala
menetap (konstan): isi gejala: murni paranoid (tak ada fluktuasi dengan depresi atau menyerupai mania)
3. Riwayat keluarga seringkali didapatkan skizofrenia (meski tak harus/ sering diingkari keluarga) -
Halusinasi auditorik menonjol (disamping kemungkinan kecil terdapat halusinasi lainnya), umumnya isi
halusinasi sama: persecutory (paranoid) - Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan peningkatan tensi,
nadi, suhu, dan RR. - Pupil tidak midriasis. - Pada pemeriksaan toksikologi urin: didapatkan amfetamin
negatif

Terapi: 1. Anti psikotik: ▪ Typical: Haloperidol dosis penuh: 2 x 5 mg ▪ Atypical: Risperidone 2 x 2 mg


2. Anti kolinergik: Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (mencegah EPS: Extra Pyramidal

Syndrome) 3. Psikoterapi & manipulasi lingkungan


BAB I

PENDAHULUAN

1.1.PENDAHULUAN Substancial-induced disorders termasuk intoksikasi, putus zat, gngguan mental


dan erilaku, yang diinduksi oleh penggunaan zat termasuk psikosis akibat penggunaan zat, gangguan
bipolar akibat penggunaan zat, gangguan cemas, gangguan depresi, gangguan obsesig kompulsif,
gangguan disfungsi seksual, delirium dan gangguan neurokognitif akubat penggunaan zat. DSM-V
mengenali beberapa substanc related disorders diantaranya yaitu: o Alkohol, o Kafein o Kanabis o
Halusinogen(seperti phencyclidine ) o Opioid inhalan o Sedatif o Hipnotik anxiolytik o Stimulan
()termasuk amphetamine type o Kokain o Tembakau DSM 5 menyatakan bahwa zai ini mengaktifkan
sistem reward di otak, mendapatkan kesenangan sebagai umpan balik penggunaan demikian dirasakan.
Sehingga keinginan mengulang penggunaan menjadi lebih besar dan besar

Kesulitan untuk mengendalikan keinginan tersebut membuat pengguna dari obat obatan tersebut
mengabdikan seluruh waktunya untuk mencari, mengginakan atau mengatasi rasa tidak nyaman jika
sedang tidak menggunakan. Dengan demikian, eaktu yang dignakan untuk sosialisasi atau misalnya
sekolah atau liburan terabaikan termasuk kewajiban yang seharusnya dilakukan dalam hidupnya.
Pengaktifan sistem reward akan membuat penggunanya merasakan eforia.

Terdapat 2 kelompok pada substance-related disorders yaitu:

Substance used disorders melupakan pengguaan zat yang menghaslkan symtoms penggunaan zaat yan
gditeruskan oleh individu tahu dan mengalami akibatnya

Substance induced disorders termasuk intoksikasi, putus zat, gangguan mental, yang diinduksi oleh
penggunaan zat.

Stimulan sendiri adalah merupakan zat yang meningkatkan kerja sistem saraf psat.. pada remaja populer
dengan sebutan Club drugs, digunakan dalam kehidupan pepsta dan biasanya terkait dengan duna malam.
Dalam golongan ini terdapat beberapa zat termasuk : Rohypnol, ketamina, MDMA (ecstasy),
methamphetamine dan LSD (acid).

1.2.EPIDEMIOLOGI Pada banyak negara, penggunaan obat batan terlarang seingkali disalah gunakan
oleh orang orang yang berusia muda. Lakilaki cenderung lebih dering menyalah gunakan obat obatan ini
daripada perempuan. Selain itu pada orang yang erstastus sosial ekonomi yang rendah pada daerah sosial
yang tinggi juga cenderung mengalami penyalah gunaan obat obatan. Salah satunya ketergantungan
narkoba merupakan penyakut mental dan perilaku yang dapat berdampak pada kondisi kejiwaan yang
bersangkutan dan masalah sosial. Penyalahgunaan narkoba di indonesia rata rata pada usis 10-60 tahun
terdapat sedikitnya 4 juta jiwa. Sementar itu penyalah gunaan obat stimulansia mencapai puncak pada
usia 25-44 tahun yaitu pada usia produktif. Menurut WHO penggunaan methamphetamine mulai usia
pertengahan remaja dan kebanyakan pada laki laki. Namun banyak pula pada dewasa muda yang
menggunakannya. Biasanya yang menggunakan amphetamine type stimulants (ATS) kebanyakan adalah -
Pekerja terutama pekerja yang terkait dengan pekerja malam di kasino, kelab malam, tempat
diskotikpengangguran

- Anak jalanan, termasuanak yang tinggal dalam perkampungan anak dengan kekerasan seksual -
1.3.PATOGENESIS FAKTOR PREDISPOSISI FAKTOR RESIKO 1.3.1. Patogenesis

Pada beberapa penelitian disebutkan bahwa pemakaian amfetamin dalam dosis besar akan menyebabkan
pelepasan oksigen reaktif yang akan meningkatkan aktifitas dopamin. Akibatnya akan menyebabkan
ternjadinya stress oksidatif yang mengakibatkan kerusakan sel. Efek ini terlihat jelas pada sitosol. Hal ini
akan mengakibatkan defisit persisten dari fungsi neuron dopaminergik. Hal ini mengakibatnya
terganggunya neuron dopaminergik dan mengakibatkan kerusakan otak pad jangka panjang. Terutama
pada daerah pentingpada otak yang mengatur gerakan, belajar, dan memori.

Efek yang muncul dari penggunaan amfetamin tergantung dari jumlah dosis yang dikonsumsi saat
penggunaan nya dan juga cara konsumsi amfetamin itu sendiri. pada umumnya, penggunaan amfetamin
menimbulkan efek akut berupa gangguan sistem simpatetik saraf otonom seperti hipertensi, takikardi,
hipertermia, takipnea, dan vasokonstriks. Selain itu efek lain dari amfetamin dapat menyebabkan euforia,
meningkatnya energi, dan kewaspadaan, meningkatnya libido, dan kepercayaan diri seta perasaan
meningkatnya kapasitas fisik serta mental dan produktifitas. Efek penggunaan yang disertai dengan rokok
atau dengan cara injeksi akan mempercepat efek yang dihasilkan daripada oral atau hirup.

Penggunaan dosis tinggi secara terus menerus akan menyebbkan efek menyenangkan dari efek amfetamin
semakin berurang dan meningkatkan efek toksiknya. Penggunaan amfetamin akan mengalami kecemasan,
mudah matah, insomnia dan kebingungan. Gejala putus obat akan terjadi pada pengkentian amfetamin
gejala tersebut yaitu: disforia, depresi, mudah marah, cemas, sulit konsentrasi, hipersomnia, kekelahan,
paranoia, akatisia dan keinginan kuat untuk kembali mengkonsumsi amfetamin.

Pengaruh amfetamin terhadap otak berhubungan dengan pelepasan dopamin, norepinefrin, dan juga
serotonin. Para pengguna amfetamin menuunjukkan adanya peningkatan performa kognitif, khususnya
kecepatan memproses informasi, fungsi psikomotor, dan atensi. Dengan pemberian akut amfetamin dalam
dosis terapeutik.

Dopamin yang dihasilkan di substansa nigra terproyeksi ke dorsal striata sehingga kerusakan pada daerah
ini akan mengakibatkan sindeom parkinson. Area ventreal tegmental akan terproyeksi ke korteks
prefrontral melalui septum lateral sehingga akan mengakibatkan gangguan atens, inhibisi, dan memori.
Septum lateral yang dilewati dari hasil proyeksi neuron GABA dianggap sebagai zona kesenangan
ataupun kerakutan pada manusia.

1.3.2. Faktor resiko

Remaja beresiko tinggi untuk menggunakan zat stimulan selain itu terdapat beberapa faktor resiko yang
mempengaruhi remaja untuk menggunakan zat tersebut:

❖ Orang tua yang merupakan pengguna juga ❖ Kekerasan di dalam rumah / kekerasan seksual/
ekerasan verbal- non verbal/ kekerasan yang secara fisik ❖ Perokok ❖ Keluarga yang disfungsi ❖
Teman sebaya yang pengguna ❖ Tanda fisik: jejas penggunaan berulang jarum suntuk, septum nasal
perforasi ❖ Pupil konstriksi pada pasien intoksikasi ❖ Mulut kering konstipasi, disfungsi seksual, harid
yang idak eratur

Tanda putus zat ATS akan ditandai dengan kelelahan, lettargi, gangguan makan dan tidur, depresi,
irritabilitas, retardasi psikomotor atau agitasi dan kuatnya rasa nagih.

1.3.3.

1.4.MANIFESTASI KLINIS DAN DIAGNOSIS

1.4.1. Gejala Klinis dan diagnosis Gangguan pada penggunaan zat yang dapat menyebabkan gangguan
mental serta perilaku dapat meliputi 11 kriteria yaitu: 1. Menggunakan zat dalam jumlah yang makin
lama makin banyak ata waktu penggunaan nya lebih panjang dari yang dibayangkan 2. Ingin menurunkan
atau menghentikan penggunaan namun kuasa tidak memenuhinya 3. Menghabiskan banyak waktu untuk
mendapatkan, menggunakan, atau mengurus diri untuk pulih dari penggunaan 4. Menagih dan meningkat
dorongan untuk menggunakan 5. Tidak mempu mengelola diri atas kewajibannya seperti bekerja atau
bersekolah; dirumah atau di tempat kerja karena akibat dari penggunaan. 6. Tetap meneruskan
penggunaan meski hubungan / relasi dengan orang sekiter menjadi bermasalah karenanya. 7. Tidak lagi
melakukan kewajiban utama social, okupasional,atau rekreasional karena penggunaan 8. Terus
menggunakan zat lagi dan lagi meski pasien paham akan bahaya dari penggunaanzat tersebut 9.
Melanjutkan penggunaan zat, meskipun terdapat masalah fisik dan psikologik yang diakibatkan atau
diperbutuk oleh penggunaan zat. 10.Meningkatkan jumlah pemakaian untuk mendapatkan efek yang sama
dengan sebelumnya (toleransi) 11.Simptom putus zat, yang akan dapat diatasi dengan penggunaan zat
yang makin banyak.

DSM 5 menekankan keparahan pada penggunaan tergantung seberapa banyak simtom yang terindikasi.

Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif digoongkan menjadi beberapa
kelompok; o F10 - Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol o F11 - Gangguan mental
dan perilaku akibat penggunaan opioida

o F12 - Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan Kannabinoida o F13 - Gangguan mental dan
perilaku akibat penggunaan Sedativa atau Hipnotika o F14 - Gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan kokain o F15 - Gangguan mental dan perilaku akibat peggunaan stimulansia lain termasuk
kafein o F16 - Gangguan mental dan pperilaku akibet penggunaan Halusinogenika o F17 - Gangguan
mental dan perilaku akibat penggunaan Tembakau o F18 - Gangguan mental dan perilaku akibat
penggunaan pelarut yang mudah menguap o F19 - Gangguan mental dan perilaku akibat pengguaan zat
multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya

Kode 4 dan lima karakter tersebut untnuk menentukan kondisi klinis sebagai berikut ♦ F1x.0 Intoksikasi
akut o .00 = tanpa komplikasi o .01 = dengan trauma atau cedera tubuh lainnya o .02 = dengan
komplikasi medis lainnya o .03 = dengan delirium o .04 =dengan distorsi persepsi o .05 = dengan koma
o .06 = dengan konvulsi o .07 = Intoksikasi patologis

♦ F1x.1 penggunaan yang merugikan

♦ F1x.2 Sindrom ketergantungan o .020 : kini abstinen o .021 : Kini abstinen tapi dalam lingkungan
terlindung o .022 : Kini dalam pengawasan klinis dengan terapi pemeliharaan atau dengan pengobatan zat
pengganri (ketergantungan terkendali)

o .023 : Kini abstinen tapi sedang falam terapi dengan obat aversif atau penyekat o .024 : ini
menggunakan zat (ketergantungan aktif) o .025 : penggunaan berkelanjutan o .026 : penggunaan episodik
(dipsomania)
♦ F1x.3 keadaan putus zat o .030 : tanpa komplikasi o .31 : dengan konvulsi ♦ F1x.4 keadaan putus zat
dengan delirium o .040 : tanpa konvulsi o .041 : dengan konvulsi

♦ F1x.5 Gangguan Psikotik o .050 : lir-Skizofrenia (Schizophrenia-like) o .51 : predominan waham o .52 :
predominan halusinasi o .53 : predominan poliorfik o .54 : predominan gejala depresi o .55 : predominan
gejala manik o .56 : Campuran

♦ F1x.6 Sindrom amnestik ♦ F1x.7 Gangguan psikotok residual atau onset lambat o .70 Kilas balik
(Flashbacks) o .71 Gangguan kepribadian atau perilaku o .72 gangguan afektif residual o .73 demensia o .
74 hendaya kognitif menetap lainnya o .75 gangguan psikotik onset lambat

♦ F1x.8 Gangguan metal dan perilaku lainnya

♦ F1x.9gangguan mental dan perilaku YTT

Gangguan yang bervariasi luas berbeda tingkat keparahannya yang dapat diakibatkan karena intoksikasi
dengan atau tanpa komplikasi, dampai mengalami demensia. Denganpenggunaan zat satu atau lebih baik
degnan ataupun tanpa resep dokter.

Identifikasi darizat psikoaktif yang digunakan dapat dilakukan berdasarkan berikut:

❖ Data Laporan individu ❖ Analisis objektif dari spesimen utin, darah dan sebgainya ❖ Bukti lai
(adanya sampel obat yang ditemukan padapasien, tanda dan gejala klinis atau laporan dari pihak ketiga)

Banyak pegguna yang menggunakan lebih dari satu oba tnamun bila mungkin, diagnosis gangguan harus
diklasifikasikan sesuai dengan zat tunggal (dari kategori zat)yang paling penting dan sering digunakannya
seta dapat menyebabkan gangguan yang nyata.

Pada kasus gangguan mental, (terutama deliriu pada usia lanjut) akibat dari zat psikoaktif tetapi tanpa
salah satu gangguan dalam blik ini (misal penggunaan yang merugikan) dapat dikategorikan dengan kode
F00-F09.

Untuk pedoman diagnostik pada pasien dengan intoksikasi akut dapat ditanai dengan F1x.0 intoksikasi
akut yaitu:

- Intoksikasi akut sering dikaitkan denganL Tingakt dosis zat yang digunakan (dose dependent), individu
dengan kondisi organik tertentu yang mendasarinya yang dalam dosis kecil dapat menyebabkan rfrk
intoksikasi berat yang tidak proporsional. - Disinhibisi yang ada hubungannya dengan korteks sosial perlu
dipertimbangkan (misalnya disinhibisi pperilaku pada pesta atau upacara keagamaan) - Intoksikasi akut
merupakan suatu kondisi peralihanyang timbul akibat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif lainnya
sehingga

dapat mengganggu kesadaran, fungsi kognitif persepsi, afek atau perilaku, atau fungsi dan respon
psikofisiologis lainnya Intensitas intoksikasi berkurang dengan berlalunya waktu dan pada akhirnya
efeknya menghilang jika tidak terjadi penggunaan zat lagi. Dengan demikian orang tersebut akan
kembalo ke kondisi semua kecuali jika ada jaringan yang resak atau terjadi kompikasi lainnya.

Kode 5 karakter berikut digunakan untuk menunjukkan apakah intoksikasi akut disertai suatu komplikasi
yaitu: ▪ F1x.00 Tanpa Komplikasi ▪ F1x.01dengan trauma atau cedera tubuh lainnya ▪ F1x.02dengan
komplikasi medis lainnya ▪ F1x.03 dengan delirium ▪ F1x.04 dengan distorsi persepsi ▪ F1x.05 dengan
koma ▪ F1x.06 dengan konvulsi ▪ F1x.07 intoksikasi patologis o Hanya pada penggunaan alkohol o Onset
secara tiba tiba dengan agresi dan sering berupa perilaku tindak kekerasan yang tidak khas bagi individu
tersebut saat ia bebas alkohol o Biasanya timbul segera seteah monim sejumlah alkohol yang pada
kebanyakan orang tidak akan menimbulkan intoksikasi

Terdapat pula sindroma ketergantungan yang pasti ditegakkan jika ditemukan 3 atau lebih gejala dibawah
ini dialami salam masa 1 tahun sebelumnya yaitu:

a. Ada keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa (kompulsi ) untuk menggunakan zat psikoaktif

b. Kesulitan mengendalikan perilaku menggunakan zat termasuk sejak mulainya, usaha penghentian, atau
pada tingakat sedang menggunakan c. Keadaan putus zat fisiologis ketika penghentian penggunaa zat atau
pengurangan terbukti dengan adanya gejala putus zat yang khas, atau orang tersebut menggunakan zat
atau golongan zat yang sejenis dengan tujuan untuk menghilangkan atau menghidari terjadinya gejala
putus zat d. Terbukti adanya toleransi berupa eningkatan dosis zat psikoaktif yang diperlukan guna
memperoleh efek yang sama yang biasanya diperileh dengan dosis lebih rendah. e. Secara progresif
mengabaikan menikmati kesenangan atau minat lain disebabkan penggunaan zat psikoaktif,
meningkatnya jumlah waktu yang diperlukan untuk mendapatkan atau menggunakan zat untuk pulih dari
akibatnya f. Tetap menggunakan zat meskipun dia sadar akan adanya efek yang merugikan bagi
kesehatannya. Seperti contohnya menglaami gangguan fungsi hati, kedaan depresi.
BAB II

TATALAKSANA

Dalam menghadapi pasien yang menggunakan amfetamun maka harus mencari tanda tanda intoksikasi
seperti dibawah ini:

1. Gaya bicara yang cepat, keras dan tidak dapat diinterupsi serta adanya slight of ideas. 2. Gelisah agitasi
3. Gerakan berulang ulang 4. Impulsif 5. Gigi bergemeretak (Bruxism) 6. Berkeringat, 7. Paranoia 8.
Pupil midriasis 9. Mudah tersinggung

hal yang harus dilakukan ketika mendapatkan pasien dengan intoksikasi amfetamin adalah menjaga agar
pasien tetap tenang ditempat yang tenang. Sebisa mungkin harus mendengarkan apa yang diaktakan oleh
pasien. Hindari berdebat dengan pasien dan menanyakan banyak pertanyaan.

Penggunaan amfetamin juga dapat mengalami overdosis yang dapat membuat keadaan menjadi
emergensi. Jika tidak ditangani dengat tepat dapat menyebabkan serngan jantung, stroke, rabdomiolisis,
gagal ginjal, hingga kematian. Gejala yang dapat timbul ketika terjadi hiperdosis amfetamin adalah:

a. Demam tinggi kemerahan pada wajah b. Nyeri kepala c. Neri dada d. Gangguan berjalan e. Kekakuan
otot, tremor,spasme, kejang f. Panik gelisah g. Sulit ernafas

h. Gangguan status mental

Pertolongan pertama yang harus dilakukan bagi pasien adalah memindahkan pasien ke tempat yang
tenang tanpa cahaya berlebih, suhu ruangan yang baik, ganti pakaian pasien ke yang tebal dan kompres es
jika pasien mengalami demam tinggi. Jika pasien kejang, miringkan pasien ke kiri dan longgarkanbagian
leherbagian leher pasien untuk mencegah aspirasi atau tercekik. Jangan meninggalkan pasien sendirian
karena perburukan kondisi dapat erjadi sewaktu waktu.

Tatalaksana khusus jika ada gejala overdosis. Jika pasien mengalami sindrom koroner akut maka harus
diberikan nitrat, aspirin, opioat dan oksigen. Jika pasien mengalami agitasi maka berikan benzodiazepin.
Jika pasien mengalami aritmia maka harus diberikan natrium biakrbonat dan amidaron. Pasien intoksikasi
amfetamin jiika mengalami hipertensi tidak boleh diberikan antagonis beta. Obat ilihan untuk pasien
dengan hipertensi berat dengan intoksikai amfetamin uaitu adalah antagonis alfa.

BAB 3 DIAGNOSIS BANDING : SKIZOFRENIA PARANOID 3.1. Definisi Skizofrenia adalah suatu
deskripsi sindrom dengan variasi penyebab yang banyak masih belum diketahui, dan perjalanan penyakit
yang lua, serta sejumlah akibat yang ergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik, dan sosial
budaya. Pada umumnya ditansai oleh penyimangan yang fundamental dan karakteristik dari pikira dan
persepsu, serta afek yang tidak wajar atau tumpul. Kesadaran yang jernih dan kemampuan intelektual
biasanya tetap terpelihara walaupun kemunduran kognitif tertentu dapat berkembang kemudian. 3.2.
Pedoman diagnostik Pada diagnosis skizofrenia harus ada sedikitnya satu dari gejala berikut ini yang
amat jelas : a. – thought Echo ; isi pikirannya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak
keras) dan isi pikiran ulangan walaupun isinya sama, namun kualitasnya. -Thought insertion or
withdrawal : isi pikiran yang asing dari luat masuk kedalam pikirannya atau isi ikirannya diambil keluar
oleh sesuatu dari luar dirinya - Thought Brodcasting : isi ikirannya tersiar keluar sehingga orang lain atau
umum mengetahuinya b. – Delusion of control : waham ttng dirinya dikendalikan oleh sesuatu kekuatan
tertentu dai luar -Delusion of influence : waham tentang dirinya dipengaruhi oleh sesuatu kekuatan
tertentu dari luar -Delusion of passivity : waham tentang diriya tidak berdaya dan pasrah terhadap
sesuatu kekuatan dari luar -Delusional perception : pengalaman inrawi yang tidak wajar yang bermakna
sangat khas bagi dirinya. Biasanya bersigat istik atau mukjizat “tentang dirinya” = secara jelas merujuk
pada pergerakan tubuh yang t/ anggita ferak ke pikiran, tindakan, atau pengindreaan khusus. c. Halusinasi
Auditorik -Suara halusinasi yang bekomentar secata terus menerus -mendiskusikan perihal pasien
diantara mereka sendiri -jenis suara halusinasi lain yang berasa dari satu bagian tubuh d. Waham waham
terhadap jenis lainnya yang menurut budaya setempat dianggaptidak wajar dan sesuatu yang mustahil,
misal perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia biasa.
Atau didapati paling sedikitnya dua gejala dibawah ini yang harus ada dengan jelas :

a. Halusinasi yang menerapdari panca-indra apa saja, apabila sidertai baik oleh waham yang mengambang
maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai ide ide berlebihan
yang menetap, atau apabila terjadi tiap hari selama berminggu minggu atu berbulan bulan terus menerus
b. Arus pikiran yang terpuus atau mengalami sisipan yang berakibat inkohorensi atau pembicaraan yang
tidak relevan atau neologisme. c. Perilaku katatonik seperti gaduh gelisah, posisi tubuh tertentu atau
fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan tupor d. Gejala negatif seperti sikap yang sangat apatis,
bicara yang jaeang, respon emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasannya akan mengakibatkan
menarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunkan kinerja sosial. Tetapi harus jelas semua hal tersebut
tidak disebabkan deresi atau medikasi neuroepileptika Adanya gejala tersebut telah berlangsung selama 1
bulan atau lebih dan harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan
dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut diri sendiri danpenaikan secara sosial Secara khusus pada skizofrenia
paranoid dapat didiagnosis berdasarkan kriteria umum skizofrenia dengan tambahan sebagai berikut:
Waham atau halusinasi akan lebih menonjol : a. Suara suara halusinasi yang mengancam pasien atau
memberi perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi pluit, mendengungm atau
bunyi tawa b. Halusinasi bersifat pembauanatau pengecapan rasa atau bersifat seksual atau lain lain
perasaan tubuh halusinasi visual mungkin ada namu tidak menonjol c. Waham dapat berupa hampit di
tiap jenis tetapi waham dikendalikan, dipegaruhi, atau pasiffity dan keyakinan dikejar kejar yang
beraneka ragam. Gangguan afektif dorongan kehendak dan pembicaraan serta gejala katatonik secara
relatif tidak nyata/ tidak menonjol.
DAFTAR PUSTAKA

al, R. T. e., 2017. Gangguan fungsi Kognitif akibat penyalahgunaan Amfetamin. Volume 7.

Diano ramadhan Fauzan, d., 2016. Ganggua mental dan perilaku akibat stimulansia termasuk kafein.

Jurnal Medula Unila , Volume 6. Dr. dr. Rusdi Maslim Sp. KJ, M., 2013. Buku Saku diagnosis
Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari PPDGJ-III dan DSM -5. s.l.:s.n.

KJ, D. R. M. S., 2016. Gangguan penggunaan Zat psikoaktif.

Anda mungkin juga menyukai