Anda di halaman 1dari 14

PROGRAM ELEKTIF 2

PSIKIATRI

UMI LATIFAH
201710330311086

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2020

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt atas segala limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya
sehingga saya berhasil menyelesaikan pembuatan Laporan Elektif II ini.

Terima kasih saya ucapkan kepada dr. Iwan Sis Indrawanto, S.PKj yang telah membantu kami
baik secara moral maupun materi. Terima kasih juga saya ucapkan kepada teman-teman seperjuangan
yang telah mendukung kami sehingga kami bisa menyelesaikan tugas ini tepat waktu.

Harapan saya, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Makalah ini saya akui masih banyak kekurangan karena pengetahuan yang saya
miliki sangat kurang. Oleh karena itu, saya harapkan kepada para pembaca untuk memberi kritik dan
saran agar makalah ini kedepannya dapat lebih baik.

Malang, 19 Februari 2020

Penyusun

Umi Latifah

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................2
BAB I..........................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN......................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................3
1.2 Informasi Diri............................................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................................6
PROGRAM KEGIATAN.........................................................................................................................6
2.1 Catatan Harian................................................................................................................................6
2.1.1. Struktur Organisasi.................................................................................................................6
2.1.2. Definsi Narkoba.......................................................................................................................6
2.1.3. Portal Of Entry Narkoba ke Indonesia..................................................................................6
2.1.4. Tahapan Rehabilitasi Medis.......................................................................................................7
2.2 Refleksi.............................................................................................................................................7
2.3 Pengembangan Diri.........................................................................................................................8
BAB III.......................................................................................................................................................9
KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................9
3.2 Saran.................................................................................................................................................9
Lampiran..................................................................................................................................................10

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Di Indonesia, penyalahgunaan narkotika dan obat-obat berbahaya menjadi masalah serius dan telah
mencapai masalah keadaan yang memperihatinkan sehingga menjadi masalah nasional. Korban
penyalahgunaan narkoba telah meluas sedemikian rupa sehingga melampaui batas-batas strata sosial,
umur, jenis kelamin. Merambah tidak hanya perkotaan tetapi merambah sampai pedesaan dan melampaui
batas negara yang akibatnya sangat merugikan perorangan, masyarakat, negara, khususnya generasi
muda. Bahkan dapat menimbulkan bahaya lebih besar lagi bagi kehidupan dan nilai-nilai budaya bangsa
yang pada akhirnya dapat melemahkan ketahanan nasional.

Dalam Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika ditegaskan bahwa narkotika adalah
zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Badan Narkotika Nasional (disingkat BNN) adalah sebuah Lembaga Pemerintah Non


Kementerian (LPNK) Indonesia yang mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika, prekursor, dan bahan
adiktif lainnya kecuali bahan adiktif untuk tembakau dan alkohol. BNN dipimpin oleh seorang kepala
yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden melalui koordinasi Kepala Kepolisian Negara
Republik Indonesia. Dasar hukum BNN adalah Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang
Narkotika. Sebelumnya, BNN merupakan lembaga nonstruktural yang dibentuk berdasarkan Keputusan
Presiden Nomor 17 Tahun 2002, yang kemudian diganti dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun
2007.

Sejarah penanggulangan bahaya Narkotika dan kelembagaannya di Indonesia dimulai tahun 1971
pada saat dikeluarkannya Instruksi Presiden Republik Indonesia (Inpres) Nomor 6 Tahun 1971 kepada
Kepala Badan Koordinasi Intelijen Nasional (BAKIN) untuk menanggulangi 6 (enam) permasalahan
nasional yang menonjol, yaitu pemberantasan uang palsu, penanggulangan penyalahgunaan narkoba,
penanggulangan penyelundupan, penanggulangan kenakalan remaja, penanggulangan subversi,
pengawasan orang asing.

4
Berdasarkan Inpres tersebut Kepala BAKIN membentuk Bakolak Inpres Tahun 1971 yang salah satu
tugas dan fungsinya adalah menanggulangi bahaya narkoba. Bakolak Inpres adalah sebuah badan
koordinasi kecil yang beranggotakan wakil-wakil dari Departemen Kesehatan, Departemen Sosial,
Departemen Luar Negeri, Kejaksaan Agung, dan lain-lain, yang berada di bawah komando dan
bertanggung jawab kepada Kepala BAKIN. Badan ini tidak mempunyai wewenang operasional dan tidak
mendapat alokasi anggaran sendiri dari ABPN melainkan disediakan berdasarkan kebijakan internal
BAKIN.

Pada masa itu, permasalahan narkoba di Indonesia masih merupakan permasalahan kecil dan
Pemerintah Orde Baru terus memandang dan berkeyakinan bahwa permasalahan narkoba di Indonesia
tidak akan berkembang karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang ber-Pancasila dan agamis.
Pandangan ini ternyata membuat pemerintah dan seluruh bangsa Indonesia lengah terhadap ancaman
bahaya narkoba, sehingga pada saat permasalahan narkoba meledak dengan dibarengi krisis mata uang
regional pada pertengahan tahun 1997, pemerintah dan bangsa Indonesia seakan tidak siap untuk
menghadapinya, berbeda dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang sejak tahun 1970 secara
konsisten dan terus menerus memerangi bahaya narkoba.

Merespon perkembangan permasalahan narkoba yang terus meningkat dan makin serius, maka
Ketetapan MPR-RI Nomor VI/MPR/2002 melalui Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat
Republik Indonesia (MPR-RI) Tahun 2002 telah merekomendasikan kepada DPR-RI dan Presiden RI
untuk melakukan perubahan atas Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika. Oleh karena
itu, Pemerintah dan DPR-RI mengesahkan dan mengundangkan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika, sebagai perubahan atas UU Nomor 22 Tahun 1997.

Berdasarkan UU Nomor 35 Tahun 2009 tersebut, BNN diberikan kewenangan penyelidikan dan
penyidikan tindak pidana narkotika dan prekursor narkotika. Yang diperjuangkan BNN saat ini adalah
cara untuk MEMISKINKAN para bandar atau pengedar narkoba, karena disinyalir dan terbukti pada
beberapa kasus penjualan narkoba sudah digunakan untuk pendanaan teroris (Narco Terrorism) dan juga
untuk menghindari kegiatan penjualan narkoba untuk biaya politik (Narco for Politic).

1.2 Informasi Diri

Nama : Umi Latifah


Nim : 201710330311086
Tempat tanggal lahir : Banyu Abang, 18 Agustus 1999
Alamat : Pontianak, Kal-Bar

5
Universitas : Universitas Muhammadiyah Malang
Fakultas : Kedokteran
Jurusan : Pendidikan Dokter
Program : Elektif II
Topik : Program Napza - BNN

6
BAB II

PROGRAM KEGIATAN
2.1 Catatan Harian
Topik : BNN
Program : Elektif 2
Lokasi : Malang

No Hari/tanggal Waktu Uraian Kegiatan


1. Jumat, 24 Januari 2020 8.15 WIB Perjalanan menuju
BNN kota Malang
9.00 -10.00 WIB Pemaparan materi
seputar BNN
10.00-11.00 WIB Sesi tanya jawab
11.00-12.30 WIB Penutupan sekaligus
dokumentasi

2.1.1. Struktur Organisasi

Pertemuan elektif pertama yang diinformasikan kepada kami adalah struktur organisasi BNN.
Fasilitator menjelaskan struktur dan program kerja dari masing-masing bagian, secara singkatnya struktur
BNN sepeeti ini: Kepala, Sekretariat Utama, Deputi Bidang Pencegahan, Deputi Bidang Pemberdayaan
Masyarakat, Deputi Bidang Pemberantasan, Deputi Bidang Rehabilitasi, Deputi Bidang Hukum dan Kerja
Sama, Inspektorat Utama, Pusat Penelitian, Data, dan Informasi, Balai Besar Rehabilitasi, Balai Diklat,
UPT Uji Lab Narkoba, Instansi vertical.

2.1.2. Definsi Narkoba

Selanjutnya kami mempelajari tentang definisi dari narkoba, narkoba yaitu Semua zat padat, cair
maupun gas yangdimasukan kedalam tubuh yang dapat merubahfungsi dan struktur tubuh secara fisik
maupunpsikis tidak termasuk makanan, air dan oksigendimana dibutuhkan untuk mempertahankan fungsi

7
tubuh normal, secara ringkas istilah narkoba dan napza seperti ini NARKOBA: NAR kotika,
psiKOtropika dan Bahan/zat Adiktif NAPZA: NArkotika,Psikotropika danZat Adiktif.

2.1.3. Portal Of Entry Narkoba ke Indonesia

Kondisi saat ini adanya kecenderungan penyelundupan dari segitiga emas ke Indonesia, ekstasi
merupakan narkoba yang dipilih untuk daerah perkotaan, mulai adanya penangkapan terhadap pengguna,
bandar narkoba dll

Gambar 1.1. Gold Triangle Entrance

2.1.4. Tahapan Rehabilitasi Medis

 Tahap pertama, tahap rehabilitasi medis (detoksifikasi), yaitu proses di mana pecandu
menghentikan penyalahgunaan narkoba di bawah pengawasan dokter untuk mengurangi
gejala putus zat (sakau). Pada tahap ini pecandu narkoba perlu mendapat pemantauan di
rumah sakit oleh dokter.
 Tahap kedua, tahap rehabilitasi non medis, yaitu dengan berbagai program di tempat
rehabilitasi, misalnya program therapeutic communities (TC), pendekatan keagamaan, atau
dukungan moral dan sosial.
 Tahap ketiga, tahap bina lanjut, yang akan memberikan kegiatan sesuai minat dan bakat.
Pecandu yang sudah berhasil melewati tahap ini dapat kembali ke masyarakat, baik untuk
bersekolah atau kembali bekerja.

2.2 Refleksi

8
Sebagai warga negara yang baik, tentunya kita harus berjanji pada diri sendiri untuk tidak akan
pernah mencoba narkoba, sekalipun godaan yang menerpa begitu kencang. Imunitas diri menjadi modal
terbaik yang harus dimiliki, karena dengan imunitas yang begitu prima, tentu kita bisa lebih mudah untuk
melakukan proteksi pada keluarga kita dari ancaman narkoba, dan menghantarkan pesan kuat pada orang
lain untuk jauh dari narkoba.

2.3 Pengembangan Diri

Banyak hal-hal positif yang dapat menyibukkan kita dan memberikan manfaat bagi diri sendiri
maupun orang lain. Lakukan hal-hal positif yang dapat mendukung cita-cita anda, membuat bangga
orangtua, meningkatkan kebugaran dan meningkatkan keterampilan. Family watch harus jadi yang
pertama dan utama. Ketika kita sudah memahami betul dengan bahaya narkoba yang begitu mengancam,
sudah selayaknya jadi tanggung jawab kita untuk menguatkan orang-orang yang ada di sekitar kita, dari
mulai keluarga, tetangga, dan lingkungan yang ruang lingkupnya lebih besar.

9
10
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN


3.1 Kesimpulan

Narkoba adalah obat obatan terlarang yang jika dikonsumsi mengakibatkan kecanduan dan  jika
terlalu lama dan sudah ketergantungan narkoba maka lambat laun organ dalam tubuh akan rusak dan jika
sudah melebihi takaran maka pengguna itu akan overdosis dan akhirnya kematian.
Manfaat yang dirasakan hanyalah sesaat. Tapi mudhorotnya jelas banyak sekali. Banyak organ tubuh
menjadi rusak. Yang pasti biaya untuk bisa mengkonsumsi barang-barang haram itu, sangatlah mahal.

3.2 Saran

Diharapkan setelah penulis menyusun makalah ini masyarakat sadar akan bahayanya
mengkonsumsi narkoba dan menyalah gunakan narkoba.
Karena jika salah seorang sudah menggunakan narkoba dan kecanduan, orang tersebut akan
mengalami jantung yang berdebar-debar, mering menguap, mengeluarkan air mata berlebihan,
mengeluarkan keringat berlebihan, mengalami nyeri kepala, mengalami nyeri/nilu sendi-sendi

11
Lampiran

12
13
14

Anda mungkin juga menyukai