Anda di halaman 1dari 27

KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN/ SMF ILMU KESEHATAN JIWA


RSUD dr. DORIS SYLVANUS PALANGKA RAYA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

DEPRESI

Disusun Oleh:
Ni Ketut Adhi, S.ked
FAB 118 008
 
 
PEMBIMBING:

dr. HOTMA MARINTAN, Sp.KJ


dr. DINI MIRSANTI, Sp.KJ
PENDAHULUAN
Berdasarkan data
Riset Kesehatan
Gangguan suasana Dasar pada tahun
perasaan yang 2018, sulawesi
Kerap diabaikan
sering terjadi di tengah memiliki
karena dianggap
tengah (WHO) pada tahun prevalensi
bisa hilang sendiri
masyarakat. 2016, terdapat tertinggi yaitu 12,3
tanpa pengobatan.
sekitar 35 juta %, dan prevalensi
Stres yang tidak Depresi yang tidak
orang terkena terendah di kota
diatasi, dapat diterapi dengan
depresi Jambi sebesar
membuat baik bisa berakhir
1,8%. Kalimantan
seseorang jatuh ke dengan bunuh diri.
Tengah sendiri
fase depresi. memiliki
prevalensi sekitar
4%.
DEFINISI
Depresi adalah gangguan psikiatri
yang menonjolkan mood sebagai
masalahnya, terganggunya fungsi
manusia yang berkaitan dengan
alam perasaan yang sedih dan
gejala penyertanya, termasuk
perubahan pada pola tidur dan
nafsu makan, psikomotor,
konsentrasi, anhedonia, kelelahan,
rasa putus asa dan tak berdaya,
serta gagasan bunuh diri.
Epidemiologi Gangguan depresi berat, paling sering terjadi,
dengan prevalensi seumur hidup sekitar 15
persen. Perempuan dapat mencapai 25%.
Sekitar 10% perawatan primer dan 15% dirawat
di rumah sakit.

Pada anak sekolah didapatkan


prevalensi sekitar 2%.

Pada usia remaja didapatkan


prevalensi 5% dari komunitas
memiliki gangguan depresif berat.
Faktor yang mempengaruhi
terjadinya Depresi

Sosio
Jenis Status
Usia Ekonomi
Kelamin Perkawinan
Budaya
Etiologi
Genetik

Biokimia

Hormonal

Kepribadian

Lingkungan
GEJALA UTAMA DEPRESI
• Afek depresif
• Kehilangan minat dan
kegembiraan
• Berkurangnya energi
yang menuju
meningkatnya keadaan
mudah lelah dan
menurunnya aktivitas
• Episode depresif
Klasifikasi ringan
• Episode depresif
Episode Depresif dengan gejala: sedang
• Konsentrasi dan perhatian berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri
• Episode depresif berat
berkurang tanpa gejala psikotik
• Gagasan tentang perasaan bersalah dan • Episode depresif berat
tidak berguna (bahkan pada episode
tipe ringan sekalipun) dengan gejala psikotik
• Pandangan masa depan yang suram dan • Episode depresif
pesimistis lainnya
• Gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri
• Episode depresif YTT
• Tidur terganggu • Gangguan Depresif
• Nafsu makan berkurang Berulang
• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama
depresi
Episode • Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya
• Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
depresif • Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya
ringan sekitar 2 minggu
• Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan
sosial yang biasa dilakukannya

• Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama


• ditambah sekurang-kurangnya tiga (dan sebaiknya empat)
Episode gejala lainnya.
depresif • Lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2
minggu.
sedang • Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan
sosial, pekerjaan dan urusan rumah tangga
• Semua 3 gejala utama harus ada
• ditambah sekurang-kurangnya empat gejala lainnya, dan
Episode
beberapa diantaranya harus berintensitas berat.
depresif • Gejala penting: agitasi/ retardasi psikomotor yang mencolok
berat tanpa
• Episode depresif biasanya seharusnya berlangsung sekurang-
gejala
kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan
psikotik beronset sangat cepat, maka mungkin dibenarkan untuk
menegakkan diagnosis dalam waktu kurang dari 2 minggu.

Episode
depresif • Episode depresif berat yang memenuhi
berat
dengan kriteria menurut F32.2 tersebut di atas
gejala • disertai waham, halusinasi atau stupor
psikotik depresif.
Episode • Episode yang termasuk di sini adalah yang tidak sesuai
dengan gambaran yang diberikan untuk episode
depresif depresif pada F32.0-F32.3, meskipun kesan diagnostik
lainnya menyeluruh menunjukkan sifatnya sebagai depresi.

• episode berulang dari depresi sebagaimana dijabarkan


Ganggua dalam episode depresif ringan, sedang, atau berat, tanpa
riwayat adanya episode tersendiri dari peninggian suasana
n perasaan dan hiperaktivitas yang memenuhi kriteria mania
dan hiperaktivitas ringan yang memenuhi kriteria
Depresif hipomania segera sesudah suatu episode depresif.
Berulang • Episode masing-masing juga lamanya antara 3 dan 12 bulan
(rata-rata lamanya sekitar 6 bulan).
Patofisiologi
Patofisiologi
Hipotesis monoamin Hipotesis reseptor
monoamin
• Neuropsikologi - Kognitif dan Daya Ingat
Pasien depresi memperlihatkan gangguan pada
fungsi kognitif dan daya ingat, terutama pada
perhatian-perhatian tertentu dan daya ingat
yang tersamar.
Hipokampus adalah yang terpenting dalam
proses daya ingat, sebagai jalur neuron dalam
memproses informasi dan membenntuk emosi
dan menjabarkan ingatan. Volume hipokampus
menurun pada pasien depresi, terutama dengan
episode yang berulang atau kronis atau trauma
masa lalu.
GAMBARAN KLINIS
• Konsentrasi dan perhatian
• Afek depresif berkurang
• Harga diri dan kepercayaan diri
• Kehilangan minat dan berkurang
kegembiraan • Gagasan tentang perasaan bersalah
dan tidak berguna (bahkan pada
• Berkurangnya energi episode tipe ringan sekalipun)
• Pandangan masa depan yang suram
yang menuju dan pesimistis
meningkatnya • Gagasan atau perbuatan
keadaan mudah lelah membahayakan diri atau bunuh diri
• Tidur terganggu
dan menurunnya • Nafsu makan berkurang
aktivitas
Diagnosis
• ICD-10 telah menetapkan pedoman diagnostik tertentu untuk
mendiagnosis episode depresif. Durasi minimum episode
adalah 2 minggu dan setidaknya dua dari tiga gejala depresi,
kehilangan minat atau kesenangan dan peningkatan kelelahan
harus ada.

• Pada DSM-5 diagnosis gangguan depresi utama membutuhkan


salah satu dari berikut: (1) suasana hati disforik atau (2)
penurunan minat dalam kegiatan biasa. Gejala seperti itu harus
dipertahankan setidaknya selama 2 minggu, dan tidak dapat
dijelaskan dengan proses lain yang diketahui menyebabkan
gejala depresi, seperti berkabung normal, kondisi fisik tertentu
yang umumnya terkait dengan depresi, atau gangguan mental
lainnya.
Diagnosa Banding
• F00 Gangguan afektif karena gangguan organik
• F25 Gangguan Skizoafektif Tipe Depresif
• F31.3 Gangguan afektif bipolar episode kini
depresif ringan atau sedang
• Gangguan afektif bipolar episode kini depresif
berat
• Siklotimia
• Distimia
Pemeriksaan Tambahan
Digunakan untuk membantu memberikan
penilaian yang objektif terhadap kondisi
depresi yang dialami oleh pasien.
• Beck’s Depression Inventory
• Hamilton Depression Scale
Tujuan Pengobatan
Pasien Gangguan Mood
• Keamanan pasien harus terjamin.
• Pemeriksaan diagnostik yang lengkap pada
pasien harus dilakukan.
• Suatu rencana pengobatan harus dimulai yang
menjawab bukan hanya gejala sementara
tetapi juga kesehatan pasien selanjutnya.
Penatalaksanaan

• Farmakologi:
Antidepresan
(Trisiklik,
MAOIs, SSRIs,
SRNIs.
• Non Farmakologis
Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yang
digunakan dalam pengobatan depresif berat
adalah terapi kognitif, terapi interpersonal dan
terapi perilaku
Prognosis
• Episode depresif yang tidak diobati berlangsung 6
sampai 13 bulan, sementara sebagian besar
episode yang diobati berlangsung kira-kira 3 bulan.
Menghentikan antidepresan sebelum 3 bulan
hampir selalu menyebabkan kembalinya gejala.
• Pasien yang dirawat di rumah sakit untuk episode
pertama gangguan depresif berat memiliki
kemungkinan 50% untuk pulih dalam tahun
pertama.
• Prognosis buruk dapat meningkat oleh adanya
penyerta gangguan distimik, penyalahgunaan
alkohol dan zat lain, gejala gangguan
kecemasan, dan riwayat lebih dari satu
episode sebelumnya.
Kesimpulan
• Ketika seseorang mengalami gangguan mood atau
lebih khususnya mengalami gangguan depresi yang
mana terjadi perubahan dalam kondisi emosional,
fungsi motorik, kogintif serta motivasinya dan jika
tidak segera diberi penanganan maka akan memicu
timbulnya gangguan depresi mayor satu episode
dan depresi mayor berulang. Apabila hal tersebut
terjadi maka itu akan lebih susah untuk ditangani
dan akan berujung pada bunuh diri.
• Ada beberapa sebab-sebab yang dapat
menimbulkan depresi yaitu dari sisi biologis karena
adanya ketidakseimbangan otak yaitu berkurangnya
neurotransmitter, dari sisi psikologis yaitu karena
adanya kepribadian-kepribadian yang rentan
terhadap timbulnya depresi, dari sisi sosial karena
keadaan lingkungan-lingkungan sekitar yang tidak
mendukung berlangsungnya kehidupan yang baik
dan dari sisi spiritual adalah kurangnya keimanan
dan ketakwaan.
Daftar Pustaka
• Chand SP, Arif H. Depression. [Updated 2018 Oct 27]. In: StatPearls [Internet].
Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2018
• W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes. 2000. p.
1-57.
• Jurnal Psikiatri dan Kesehatan Jiwa Indonesia Indonesian Journal of Psychiatry and
Mental Health, Volum 1, nomor 1 Agustus 2016 pp 1 – 35
• Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Riset Kesehatan Dasar tahun 2018
• Ismail K. Gangguan Mood. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran;
2013.
• Maslim R. Buku Saku – Diagnosis Gangguan Jiwa – PPDGJ – III. Jakarta: Ilmu
Kedokteran Jiwa Universitas Atma Jaya; 2001.
• Maramis W.F, Maramis Albert A. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya:
Airlangga University Press; 2009.
• Kaplan H.I, Sadock B.J, Grebb J.A. Kaplan – Sadock Sinopsis Psikiatri. Jilid 1.
Tanggerang: Binarupa Aksara Publisher; 2010.
• Ayu, Anak Sri. Diagnosis dan Patofisiologi Gangguan Depresi Mayor. Departemen Psikiatri
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana. 2018.
• Hof E.V, Cujipers P, Waheed W, Stein DJ. Psychological treatments for depression and anxiety
disorders in low and middle income countries a meta analysis. African Journal of Psychiatry;
2011.
• Duman, Ronald S. Pathophysiology Of Depression And Innovative Treatments: Remodeling
Glutamatergic Synaptic Connections. Published in Dialogues in Clinical Neuroscience - Vol 16 .
No. 1 . 2014
• Stahl, Stephen M. Stahl’s Essential Pharmacology. Fourth Edition. Published in the United
States of America by Cambridge University Press, New York. 2013.
• Ronald, S. Bhvya Voleti. Signaling pathways underlying the pathophysiology and treatment of
depression: novel mechanisms for rapid-acting agents. Departments of Psychiatry and
Neurobiology. Vol 35, No 1; 2012
• Ashlee A. Moore1, Michael C. Neale, Judy L. Silberg, Brad Verhulst. Substance Use and
Depression Symptomatology: Measurement Invariance of the Beck Depression Inventory (BDI-
II) among Non-Users and Frequent-Users of Alcohol, Nicotine and Cannabis. Journal of Plos
one. DOI:10.1371. 2016
• Hamilton M. Development of a rating scale; for primary depressive illness. Br J Soc Clin
Psychol.

Anda mungkin juga menyukai