Anda di halaman 1dari 45

GANGGUAN

DEPRESI

PEMBIMBING:
dr. Imelda Wijaya Sp.KJ

Disusun oleh:
Faisal Bastian
Intan Asri Sarasati
Fransiska Lumempouw
PENDAHULUAN

Depresi merupakan gangguan mental


yang sering terjadi di tengah masyarakat.
Berawal dari stres yang tidak diatasi, maka
seseorang bisa jatuh ke fase depresi.

Penyakit ini kerap diabaikan karena


dianggap bisa hilang sendiri tanpa
pengobatan.
DEFINISI
• Depresi merupakan salah satu gangguan
mood (mood disorder).
GANGGUAN AFEKTIF (MOOD
DISORDER)

• Mood : situasi emosi internal yang persisten dan


bertahan lama, dialami dan dirasakan secara
subyektif. Mood mungkin naik / meningkat
(elatif), normal atau menurun (depresif)

• Mood : suasana perasaan yang bersifat pervasif


dan bertahan lama, mewarnai persepsi
seseorang terhadap kehidupannya – Buku Ajar
Psikiatri FKUI
Tipe-tipe Gangguan Mood

Gangguan Depresi (Gangguan Unipolar)


• Gangguan Depresi Mayor

• Gangguan Distimik
Gangguan Perubahan Mood (Gangguan Bipolar)

• Gangguan Bipolar

• Gangguan Siklotimik
• Menurut WHO, depresi merupakan
gangguan mental yang ditandai dengan
munculnya gejala penurunan mood,
kehilangan minat terhadap sesuatu,
perasaan bersalah, gangguan tidur
atau nafsu makan, kehilangan energi,
dan penurunan konsentrasi. (WHO,
2010)
DEPRESI
Suatu fenomena yang terjadi ketika
seseorang menyadari
ketidakmampuannya untuk mewujudkan
cita-cita idealnya yang tinggi.
EPIDEMIOLOGI

• Tahun 2020 penyakit depresi


diperkirakan akan mejadi rangking
kedua sebagai penyebab
disabilitas.
• Perempuan dua kali lipat lebih
besar dibanding laki-laki.
• Onset depresi antara 24-35 tahun
dengan rata-rata usia 27 tahun.
• 40% memiliki episode depresi
pertama kali pada usia 20 tahun,
50 % episode pertama antara usia
20 sampai 50 tahun, dan 10%
setelah usia 50 tahun.
ETIOLOGI
Faktor biologis
Pada penelitian akhir-akhir ini, monoamine
neurotransmitter seperti norephinefrin, dopamin,
serotonin, dan histamin merupakan teori utama yang
menyebabkan gangguan mood (Kaplan, et al, 2010).
• Biogenic amines
a. Norephinefrin ↓
b. Serotonin ↓
c. Dopamin ↓

• Gangguan neurotransmitter lainnya


Kadar choline yang abnormal yang dimana merupakan
prekursor untuk pembentukan Ach ditemukan abnormal pada
pasien-pasien yang menderita gangguan depresi (Kaplan, et al,
2010).
Faktor psikososial yang mempengaruhi depresi
meliputi:
• peristiwa kehidupan dan stressor lingkungan,
• kepribadian,
• psikodinamika,
• kegagalan yang berulang,
• teori kognitif dan dukungan social

Faktor genetik
Penelitian genetik dan keluarga menunjukkan bahwa
angka resiko di antara anggota keluarga tingkat
pertama dari individu yang menderita depresi berat
(unipolar) diperkirakan 2 sampai 3 kali dibandingkan
dengan populasi umum.
• Jenis kelamin
Wanita > pria (Kaplan, et al 2010)

• Umur
Depresi mayor umumnya berkembang pada masa dewasa muda,
dengan usia rata-rata onsetnya adalah pertengahan 20 thn.

• Status Pernikahan (perceraian/perpisahan)

• Faktor Sosial-Ekonomi dan Budaya


Tidak ada suatu hubungan antara faktor sosial-ekonomi dan
gangguan depresi mayor, tetapi insiden dari gangguan Bipolar I
lebih tinggi ditemukan pada kelompok sosial-ekonomi yang
rendah (Kaplan, et al, 2010).
PATOFISIOLOGI

• Faktor Keluarga
Genetik • Faktor Kembar
• Faktor Adopsi

• Hipotesis monoamin
Neuro- • Hipotalamus-hipofisis-
biologi adrenal axis
• Tidur

• Peristiwa kehidupan
dan stres lingkungan
Psiko- • Kepribadian premorbid
sosial • Learned helplessness
• Kognitif
KLASIFIKASI
• DSM-IV-TR, membagi depresi menjadi tiga bagian besar :
gangguan depresi mayor/ major depressive disorder
(MDD), distimia, dan depresi yang tidak
terklasifikasikan.
• Gangguan depresi termasuk di dalam Gangguan Mood
yang menurut PPDGJ III dalam bagian F30-F39 yaitu :
F32 Episode Depresif
F33 Gangguan Depresif Berulang
F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
Menetap
F38 Gangguan Suasana Perasaan (Mood [Afektif])
Lainnya
Mood yang rendah

Kehilangan minat pada aktivitas dan interaksi


sosial

Kesulitan tidur

Kelelahan atau sulit untuk memulai suatu


pekerjaan

Merasa bersalah atau perasaan tidak berguna

Kesulitan dalam berkonsentrasi

Nafsu makan menurun/berat badan menurun

Perubahan psikomotor

Adanya ide bunuh diri

Gejala lain berupa kecemasan, dll


Kriteria depresi menurut PPDGJ III

F32 Episode Depresif


Gejala utama Gejala lainnya
• Afek depresif • konsentrasi dan perhatian
berkurang
• Kehilangan minat dan
kegembiraan, dan • harga diri dan kepercayaan
diri berkurang
• Berkurangnya energi yang
menuju meningkatnya • gagasan tentang rasa
keadaan mudah lelah dan bersalah dan tidak berguna
menurunnya aktivitas • pandangan masa depan
yang suram dan pesimistis
• gagasan atau perbuatan
Untuk episode depresif membahayakan diri atau
diperlukan masa sekurang- bunuh diri
kurangnya 2 minggu untuk • tidur terganggu
penegakkan diagnosis. • nafsu makan berkurang
Kriteria depresi menurut PPDGJ III

– F32.0 Episode depresif ringan


– F32.1 Episode depresif sedang
– F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik
– F32.3 Episode depresif berat dengan gejala
psikotik
– F32.8 Episode depresif lainnya
– F32.9 Episode depresif YTT
Kriteria Depresi Menurut
PPDGJ III
• F32.0 Episode depresif ringan
• Pedoman diagnostik :
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti
disebut di atas
b. Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya sampai dengan (g)
c. Tidak boleh ada gejala berat diantaranya
d. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
e. Hanya ada sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang
biasa dilakukannya
• Karakter kelima: F32.00 = tanpa gejala somatik
• F 32.01 = dengan gejala somatik
Kriteria Depresi Menurut
PPDGJ III
• F32.1 Episode depresif sedang
• Pedoman diagnostik:
a. Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi seperti pada
depresi ringan
b. Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya;
c. Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar 2
minggu
d. Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan
dan urusan rumah tangga

3. Episode Depresif Berat Tanpa Gejala
Psikotik
(a) Tiga dari gejala A
(b) Paling sedikit empat dari gejala B dan
intensitas berat.
(c) Paling sedikit telah berlangsung dua minggu
atau gejala amat berat dan onset sangat
cepat.
(d) Tidak mungkin melakukan pekerjaan dan
kegiatan sosial.
4. Episode Depresif Berat dengan Gejala
Psikotik
• Sama seperti kriteria diatas disertai
dengan waham, halusinasi, atau stupor
depresif.

5. Episode Depresif Lainnya


6. Episode Depresif YTT
GANGGUAN DEPRESIF
BERULANG
Kriteria depresi menurut PPDGJ III

F33 Gangguan Depresif Berulang

• Gangguan ini tersifat dengan episode berulang dari


episode depresi ringan, sedang, dan berat. Episode
masing-masing rata-rata lamanya sekitar 6 bulan, tapi
frekuensinya lebih jarang dibanding gangguan bipolar.
• Tanpa riwayat adanya episode tersendiri dari
peninggian afek dan hiperaktivitas yang memenuhi
kriteria mania.
• Pemulihan keadaan biasanya sempurna diantara
episode.
• Episode masing-masing, dalam berbagai tingkat
keparahan, seringkali dicetuskan oleh peristiwa
kehidupan yang penuh stress atau trauma mental lain
1. Gangguan Depresif Berulang,
Episode Kini Ringan
(a) Memenuhi kriteria episode depresif
berulang dan saat ini memenuhi kriteria
episode depresif ringan.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode
masing-masing minimal 2 minggu,
dengan selang waktu beberapa bulan.
2.Gangguan Depresif
Berulang, Episode Kini
Sedang
(a) Memenuhi kriteria episode depresif
berulang dan saat ini memenuhi
kriteria episode depresif sedang.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode
masing-masing minimal 2 minggu,
dengan selang waktu beberapa bulan.
3. Gangguan Depresif Berulang,
Episode Kini Berat tanpa Gejala
Psikotik
a. Kriteria depresif berulang terpenuhi
dan saat ini memenuhi kriteria episode
depresif berat tanpa gejala psiktik.
b. Sekurang-kurangnya dua episode
masing-masing minimal 2 minggu,
dengan selang waktu beberapa bulan.
4. Gangguan Depresif Berulang, Episode Kini
Berat dengan Gejala Psikotik.

(a) Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat


ini memenuhi kriteria depresif berat dengan
gejala psikotik.
(b) Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.
5. Gangguan Depresif Berulang, Kini dalam
Remisi
(a) Kriteria depresif berulang terpenuhi dan saat ini
tidak memenuhi kriteria depresif apapun.
(b). Sekurang-kurangnya dua episode masing-
masing minimal 2 minggu, dengan selang
waktu beberapa bulan.

6. Gangguan Depresif Berulang Lainnya


7. Gangguan Depresif Berulang YTT
Kriteria depresi menurut PPDGJ III

F34 Gangguan Suasana Perasaan (Mood


[Afektif] Menetap)
F34.0 Siklotimia
F34.1 Distimia
GANGGUAN SUASANA
PERASAAN MENETAP
• Merupakan gangguan suasana
perasaaan berfluktuasi dan menetap.
• Lebih ringan dari hipomania atau
depresi ringan
• Berlangsung bertahun-tahun lamanya
• Beronset dini atau lambat
Siklotimia
(1) Ciri esensial : ketidakstabilan suasana
perasaan menetap, meliputi banyak periode
depresi ringan dan elasi ringan, tidak ada yang
cukup parah/lama untuk memenuhi kriteria
gangguan afektif bipolar atau depresi berulang.
(2) Setiap gangguan suasana perasaan tersebut
tidak memenuhi kriteria untuk kategori manapun
dari episode manik atau episode depresif.
2. Distimik
(1) Ciri esensial : depresi yang berlangsung sangat
lama atau jarang sekali atau cukup parah untuk
memenuhi kriteria gangguan depresif berulang
ringan atau sedang.
(2) Biasanya mulai pada usia diri dari masa dewasa
dan berlangsung sekurang-kurangnya beberapa
tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu yang tak
terbatas. (Jika onsetnya pada usia lanjut, gangguan
ini sering kali merupakan kelanjutan suatu depresi
tersendiri dan berhubungan dengan masa
berkabung atau stres lainnya).
DIAGNOSIS BANDING
• Bereavement (kehilangan teman atau keluarga
karena kematian)
• Gangguan afektif disebabkan karena kondisi
medis umum
• Gangguan afektif disebabkan karena zat
• Gangguan bipolar
PROGNOSIS
• Beberapa pasien, MDD dapat menjadi
kronis, penyakit yang berulang.
• Pada penelitian, pasien dengan satu tahun
terdiagnosis post MDD, 40% mengalami
penyembuhan tanpa ada gejala depresi.
• Individu dengan gejala depresi residual yang
menetap memiliki resiko tinggi untuk
kambuh, bunuh diri, fungsi psikososial yang
buruk, dan tingkat mortalitas yang tinggi dari
kondisi medis lainnya.
FARMAKOLOGI
1. Tricyclic Antidepressants
• Mencegah reuptake dari norephinefrin
dan serotonin di sinaps atau dengan
cara megubah reseptor-reseptor dari
neurotransmitter norephinefrin dan
serotonin.

• Tricyclic antidepressants yang sering


digunakan adalah imipramine,
amitryiptilene, dan desipramine (Reus
V.I., 2004).
2. Monoamine Oxidase
Inhibitors
• Obat lini kedua dalam mengobati gangguan
depresi mayor adalah Monoamine Oxidase
Inhibitors.
• MAO Inhibitors menigkatkan ketersediaan
neurotransmitter dengan cara menghambat aksi
dari Monoamine Oxidase, seperti kadar
ephineprin, norephineprin dan 5HT dalam otak
(Greene, 2005).
• Indikasi untuk depresi dengan gejala hipersomnia,
hiperfagia, ansietas dan tidak adanya gejala
vegetatif.
Contohnya Moclobemide
3. Selective Serotonine Reuptake
Inhibitors and Related Drugs

• Obat ini
mempunyai struktur yang
hampir sama dengan Tricyclic
Antidepressants, tetapi SSRI
mempunyai efek yang lebih langsung
dalam mempengaruhi kadar serotonin.
Pertama SSRI lebih cepat mengobati
gangguan depresi mayor dibandingkan
dengan obat lainnya.

 Contoh obatnya Sertraline, Paroxetine,


Fluvoxamine, Fluoxetine, Citalopram.
No Golongan Obat Sediaan Dosis
Anjuran
1. Trisiklik (TCA) Amitriptilin Tablet 25mg 75-
150mg/hari
Imipramin Tablet 25mg 75-
150mg/hari
2. SSRI Sentalin Tablet 50mg 50-
150mg/hari
Fluvoamin Tablet 50mg 50-
150mg/hari
Fluoxetin Kapsul 20mg, 20-
kaplet 20mg 40mg/hari

Paroxetin Tablet 20mg 20-


10mg/hari
3. MAOI Moclobemid Tab 150mg 300-
e 600mg/hari
 Intervensi psikoterapi sama
efektifnya dengan obat
antidepresan, tidak ada efek
samping, murah Þmerupakan
first line therapy pada
depresi ringan.


Terapi Elektrokonvulsan
• ECT bekerja dengan aktivitas listrik yang
akan dialirkan pada otak. Elektroda-
elektroda metal akan ditempelkan pada
bagian kepala, dan diberikan tegangan
sekitar 70 sampai 130 volt dan dialirkan
pada otak sekitarsatu setengah menit.

• ECT paling sering digunakan pada pasien


dengan gangguan depresi yang tidak dapat
sembuh dengan obat-obatan, dan ECT ini
mengobati gangguan depresi sekitar 50%-
60% individu yang mengalami gangguan
depresi.
PSIKOTERAPI
• Terapi aktif, langsung, dan time limited yang
berfokus pada penanganan struktur mental
Terapi seorang pasien (C. Daley, 2001).
• Tujuan meringankan episode depresif dan
mencegah kekambuhan dengan membantu
Kognitif pasien mengidentifikasi kognisi negatif dan
mengembangkan cara berfikir alternatif, felksibel,
positif

• Terapi yang digunakan pada pasien dengan


Terapi gangguan depresi dengan cara membantu pasien
untuk mengubah cara pikir dalam berinteraksi
denga lingkungan sekitar dan orang-orang
Perilaku sekitar. Terapi perilaku dilakukan dalam jangka
waktu yang singkat, sekitar 12 minggu

Terapi • Terapi ini berfungsi untuk mengetahui stressor


Interpers pada pasien yang mengalami gangguan, dan
para terapis dan pasien saling bekerja sama
untuk menangani masalah interpersonal tersebut
onal
Fase
Pengobatan
Gangguan
Depresif

 Fase akut
bertujuan untuk
meredakan
gejala.
 Fase kelanjutan untuk
mencegah
relaps.
 Fase pemeliharaan.

Kupfer DJ. Recurrent depression: challenges and solutions. J Clin Psychiatry. 1991;52:28-
34. Copyright 1991, Physicians Postgraduate Press. Reprinted by Permission.
KESIMPULAN
• Ketika seseorang mengalami gangguan
mood atau lebih khususnya mengalami
gangguan depresi yang mana terjadi
perubahan dalam kondisi emosional, fungsi
motorik, kogintif serta motivasinya dan jika
tidak segera diberi penanganan maka akan
memicu timbulnya gangguan depresi mayor
satu episode dan depresi mayor berulang.
• Ada beberapa sebab-sebab yang dapat
menimbulkan depresi yaitu dari sisi biologis,
dari sisi psikologis, dan dari sisi sosial.
Daftar Pustaka
• W. Lam R, Mok H. Depression Oxford Psychiatry Library. Lunbeck Institutes. 2000. p. 1-
57.
• I.M Ingram. dkk. 1993. Catatan kuliah Psikiatri. Jakarta: buku kedokteran EGC
• Anonim. Major Depressive Disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [22 Mei 2016]:
Available from : http://www.All About Depression.com
• Sadock, Benjamin James,et al. Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry: Behavioral
Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition Lippincott Williams & Wilkins. 2007. p. 1-89.
• W. Long P. Mayor depressive Disorder. [online]. Updated on 2011. Cited on [22 Mei
2016]: Available from : http://www.mentalhealth.com
• Ismail I R, Siste K. Gangguan Depresi. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta : Penerbit
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia;2013.h. 228-43.
• Hawari D . Depresi. Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Edisi ke-2, Cetakan ke-4.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI;2013. h. 85-113.
• Kaplan and Saddock. Comprehensive Textbook Of Psychiatry. 7th Ed. Lippincott Wiliams
And Wilkins. Philadelphia, 2010.
• Rusdi Maslim. 2013. Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas PPDGJ III. Jakarta:
Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.
• Anonim. Depression in Older Adults, in : Mental Health: A report of the surgeon general.
[online]. Update 0n 2012. Cited on [22 Mei 2016]: Available from : http://www.Mental
Health.com
• Anonim. Major depressive disorder. [online]. Update 0n 2012. Cited on [22 Mei 2016]:
Available from : http://www.Major_depressive_disorder.htm
• Kupfer DJ. Recurrent depression: challenges and solutions. J Clin Psychiatry. 1991;52:28-
34. Copyright 1991, Physicians Postgraduate Press. Reprinted by Permission.

Anda mungkin juga menyukai