Anda di halaman 1dari 89

Chapter 2

The Theoritical Basis Of


Dynamic Psychiatric
(GABBARD)

Dibackan oleh : Alain Stephano Mahardhika

Pembimbing :
dr. Natalia Dewi, Sp.KJ
Teori psikoanalitik adalah dasar psikiatri dinamis.

Teori tidak hanya membimbing dokter terhadap


pemahaman diagnostik, tapi juga menginformasikan
pilihan pengobatan untuk setiap pasien.

Pemahaman teoritis membantu psikiater dinamis


memutuskan apa yang harus dikatakan, kapan
mengatakannya, bagaimana mengatakannya, dan
apa yang tidak dikatakan
Psikiatri dinamis memiliki 4 aspek kerangka teoritis
psikoanalitik:
1)psikologi ego, berasal dari teori klasik psikoanalitik
Freud;
2)teori hubungan objek, berasal dari karya Melanie
Klein dan anggota dari "British School," seperti
Fairbairn dan Winnicott dan juga termasuk teori
relasional / intersubjektif;
3)psikologi diri, berasal oleh Heinz Kohut dan
diuraikan oleh banyak kontributor setelahnya; dan
4)teori attachment.
PSIKOLOGI EGO
• Gejala histeris dipandang sebagai hasil dari pengalaman/peristiwa
yang direpresi.

• Freud : intervensi psikoterapi dapat mengangkat represi, memanggil


atau mengingat peristiwa yang di represikan.

• Deskripsi verbal terperinci tentang ide atau peristiwa patogenik yang


diingat, disertai dengan pengaruh yang kuat, akan mengarah pada
hilangnya gejala.

Contoh : lengan seorang pria lumpuh mungkin merupakan hasil dari


keinginan tertekan untuk memukul ayahnya. Menurut model ini,
pemuda itu mungkin mendapatkan kembali penggunaan lengannya
dengan mengambil keinginan dari alam bawah sadarnya,
mengucapkannya secara lisan, dan mengekspresikan kemarahannya
kepada ayahnya. Metode ini katarsis, juga dikenal sbg abreaksi,
membuat sadar memori patogenik yang tidak sadar.
• Freud beberapa kali menemukan resistensi pasien saat terapi.

• Beberapa pengalaman masa lalu tdk bisa dibawa kembali ke alam


sadar. Mekanisme pertahanan bertanggung jawab untuk resistensi
pasien dan kondisi alam bawah sadar yg tidak bisa dicapai.

• Pengamatan ini menyebabkan Freud menyimpulkan bahwa ego


memiliki dua komponen sadar dan bawah sadar.

• Freud memperkenalkan teori struktural tripartit : ego, id, dan superego.

• Ego dipandang sabagai hal yg berbeda dari drive dorongan istingtual.


Aspek sadar ego sebagai organ eksekutif jiwa, yang bertanggung
jawab untuk pengambilan keputusan dan mempersepsikan. Aspek
sadar ego terkandung mekanisme pertahanan, seperti represi, yang
diperlukan untuk menangkal dorongan istingtual kuat terhadap id yang
kuat, seperti seksualitas (libido) dan agresi.o) dan agresi.
• Id : bgn dari intrapsikis yang tidak sadar untuk
melaksanakan ketegangan intrapsikis. Id dikendalikan oleh
ego dan superego.

• Sebagian besar superego adalah tidak sadar, tetapi aspek


didalamnya adalah sadar. Kondisi ini menggabungkan
kesadaran moral dan ego yg ideal.

• Superego cenderung lebih sensitif terhadap instuisi dari id


dan membuatnya menjadi tenggelam dalam
ketidaksadaran dibandingkan dengan ego (Gambar 2-1).
• Konflik antara Superego, ego, dan id diantara mereka
sendiri menghasilkan kecemasan.

• Kecemasan akan memanggil ego dimana mekanisme


pertahanan diperlukan.

• Konflik menghasilkan kecemasan, yang menghasilkan


pertahanan, yang mengarah pada kompromi antara id dan
ego.

• Gejala tesebut adalah formasi dari keinginan yang timbul


dari id dan keinginan yang ingin dipuaskan dalam bentuk
yang disamarkan
Contoh

Seorang akuntan dengan gg. obsesif-kompulsif selalu khawatir bahwa


bosnya selalu marah padanya. Dia diam-diam membenci atasannya, dan
marah kepada bosnya adalah proyeksi keinginannya sendiri yg meledak
kepada bosnya dan mengatakan kepadanya apa yang dia pikirkan
tentang bosnya.

Dengan mekanisme yang secara tidak sadar, ia kemudian bersikap manis


kepada bosnya untuk memastikan bahwa dia tidak dicurigai marah
dengan bosnya. Bos merasakan kekesalan akan perilaku ini, dan sebagai
hasilnya munculah ketegangan yang selalu hadir antara mereka berdua.

Dengan kata lain, kepatuhan akuntan terhadap bos dipertahankan untuk


menahan id pasien tersebut, tetapi juga berisi ekspresi keinginan yang
agresif yang dilemahkan

Gejala neurotik hanya mewakili kondisi dari patologis. Karakter tersebut


bentuk kompromi dari perilaku adaptif terhadap konflik intrapsikis.
MEKANISME PERTAHANAN

Freud mengakui keberadaan mekanisme


pertahanan lain, tapi dia mencurahkan sebagian
besar perhatiannya pada represi.

Anna Freud menjelaskan 9 mekanisme pertahanan:


regresi, reaksi formasi, undoing, introjeksi,
identifikasi, proyeksi, berbalik melawan diri,
pembalikan, dan sublimasi.
• Psikiater dinamis harus memahami berbagai mekanisme pertahanan
untuk pemahaman pada masalah neurotik dan gg.kepribadian.

• Sering diklasifikasikan menurut hirarki dari yg paling tidak dewasa atau


patologis ke yang paling matang atau sehat.

• Profil mekanisme pertahanan seseorang adalah barometer kesehatan


psikologi yang baik (Tabel 2-1).

• Meskipun hierarki ini umum digunakan baik dalam praktik klinis dan
penelitian, ini mungkin menyiratkan kekakuan yang menyesatkan.
Istilah seperti "primitif" dapat memiliki konotasi yang merendahkan.

• Lebih akurat untuk mengatakan bahwa kita semua cenderung


menggunakan berbagai pertahanan, beberapa di kategori primitif,
ketika pada kondisi stres.

• Sebaliknya, beberapa pasien psikiatris dengan gangguan serius dapat


menggunakan beberapa pertahanan yang lebih matang dalam
keadaan tertentu.
HIERARKI MEKANISME PERTAHANAN JIWA PRIMITIF

• Splitting : proses yang terjadi secara tidak sadar yakni pemisahan


pengalaman diri dengan yang lainnya. Saat individu dihadapkan
dengan kontradiksi dalam perilaku, pikiran, atau hal yang
mempengaruhi dirinya kemudian ia menganggap perbedaan tersebut
dengan penolakan atau ketidakpedulian. Tujuan : mencegah konflik
dari 2 aspek diri yang dipolarisasikan

• Proyeksi Identifikasi : Dua mekanisme pertahanan intrapsikis dan


interpersonal dengan cara identifikasi. Orang sebagai target dari
proyeksi kemudian mulai brperilaku, berpikir, dan sesuai dengan apa
yang telah diproyeksikan.

• Proyeksi : bereaksi terhadap impuls batin yang tidak dapat diterima


seolah-olah mereka berada di luar diri mereka. Berbeda dari proyektif
identifikasi, karena target proyeksi tdk berubah.
• Denial : Menghindari secara sadar akan aspek realitas eksternal yang
sulit diterima. Biasanya pada orang dengan psikosis, dan
gg.kepribadian, namun pada orang sehat mental, ini dipakai saat
kondisi katastrofik

• Disosiasi : Mengacaukan seseorang dalam identitas, memori,


kesadaran, atau persepsi sebagai cara mempertahankan suatu ilusi
kontrol psikologis dlm menghadapi ketidakberdayaan atau saat
kehilangan kendali. Splitting hampir sama dgn disosiasi, namun
disosiasi untuk kasus yang ekstrim melibatkan perubahan memori
peristiwa karena pemutusan diri dari peristiwa tersebut.

• Idealisasi : Pelabelan diri dengan kualitas sempurna/mendekati


sempurna dari orang lain sebagai cara menghindari kecemasan atau
perasaan negatif, seperti penghinaan, iri hati,atau kemarahan.
• Acting Out : Memberlakukan sebuah keinginan secara tidak sadar atau
fantasi impulsif sebagai cara menghindari hal yg menyakitkan bagi
dirinya.

• Somatisasi : Konversi rasa sakit akan emosionalnya yang


mempengaruhi bagian fisik dimana gejala memfokuskan pada somatik
(bukan dari keprihatinan intrapsikis).

• Regresi : Kembali ke fase awal perkembangan untuk menghindari


konflik dan ketegangan yang terkait dengan tingkat perkembangan
seseorang.

• Fantasi skizoid : Mundur ke dunia internal pribadi seseorang untuk


menghindari kecemasan tentang situasi interpersonal..
MEKANISME PERTAHANAN JIWA NEUROTIK

Introyeksi : Internalisasi aspek dari orang yang penting sebagai


cara untuk menghadapi kehilangan orang tersebut. Seseorang
juga dapat memproyeksikan objek yang bermusuhan atau buruk
sebagai cara memberi satu kontrol atas objek. Introjection yang
terjadi dalam bentuk tidak defensif à sebagai bagian normal
dari perkembangan.

Identifikasi : Internalisasi kualitas orang lain dengan menjadi


seperti orang itu. Sedangkan introyeksi mengarah ke
representasi yang diinternalisasi sebagai orang lain. identifikasi
dialami sebagai bagian dari diri. yang terjadi dalam bentuk tidak
defensif à sebagai bagian normal dari perkembangan.

Displacement : Pergeseran perasaan dengan satu ide atau


objek lain yang menyerupai aslinya dalam beberapa cara..
Intelektualisasi : Menggunakan ide berlebihan/ abstrak untuk
menghindari kesulitan dirinya.

Isolasi Afek : memisahkan ide/ pikiran dari kondisi afektif


yang terkait untuk menghindari gejolak emosi.

Rasionalisasi : Pembenaran dari sikap yang tidak dapat


diterima untuk membuat mereka dapat ditoleransi akan
dirinya sendiri.
Seksualisasi : memberikan suatu perilaku yang signifikan bersifat
seksual terhadap objek untuk mengubah pengalaman negatif menjadi
lebih menarik dan merangsang untuk menangkal kecemasan terkait
dengan objek tersebut.

Reaksi Transformasi : mengubah keinginan yang tidak dapat diterima


atau dorongan untuk membentuk pada hal yang sebaliknya.

Represi : Mengusir atau memblokir ide yg tidak dapat diterima atau


impuls untuk memasuki kesadaran. Pertahanan ini berbeda dari
penolakan terkait dgn kondisi eksternal.

Undoing : Mencoba untuk meniadakan perilaku seksual, agresif, atau


memalukan sebagai implikasi dari komentar sebelumnya atau perilaku
dengan menguraikan, mengklarifikasi, atau melakukan sebaliknya.
MEKANISME PERTAHANAN JIWA MATURE

Humor : Memasukkan unsur jenaka saat situasi sulit untuk


mengurangi hal yang tdk menyenangkan yang
mempengaruhi ketidaknyamanan pribadi.

Supresi: secara sadar memutuskan untuk tidak


memperhatikan perasaan, keadaan, atau dorongan tertentu.

Asketisme : Mencoba menghilangkan aspek pengalaman


menyenangkan karena konflik internal yg dihasilkan dari
kesenangan itu. Mekanisme ini sering untuk tujuan spiritual.
Altruisme : Berkomitmen pada kebutuhan orang lain diatas
kebutuhan sendiri. Perilaku altruistik dapat sebagai kontribusi
yang konstruktif bagi masyarakat.

Antisipasi: Menunda kepuasan sesaat dengan


merencanakan dan memikirkan pencapaian keberhasilan di
kemudian hari.

Sublimasi : Mengubah tujuan yang secara sosial tidak


menyenangkan atau tidak dapat diterima menjadi dapat
diterima secara sosial
ASPEK ADAPTIF EGO

Pentingnya ego bagi jiwa seseorang tidak terbatas hanya


pada aspek defensif.

Titik adaptif menurut Hartman: hasil dari kemandirian dan


kebebasan,dmn ego yg bebas dari konflik.

Yg paling penting dari fungsi ego : uji realitas, kontrol impuls,


proses berpikir, penilaian, sintetis-integratif, penguasaan-
kompetensi, dan otonomi primer sekunder.
TEORI RELASI OBJEK

Konsep teori Psikologi Ego : Dorongan instingtual (misalnya, seksualitas


dan agresi) adalah yang utama, sedangkan hubungan antar objek adalah
sekunder.

Teori hubungan objek meliputi transformasi hubungan interpersonal


menjadi representasi dari hubungan yang diinternalisasi.

Pada masa perkembangan anak, tidak hanya menginternalisasi suatu


objek atau orang, tapi mereka internalisasi suatu betuk hubungan.

Prototipe pengalaman positif ketika dari diri (bayi menyusui), dari objek
(ibu penuh perhatian, merawat), dan hubungan positif keduanya
(kesenangan, pemuasan.)
Ketika kembali kelaparan si bayi ini dan Ibu tidak segera
tersedia, maka pengalaman negatif terjadi, termasuk
pengalaman negatif dari diri (frustrasi bayi yang menuntut
untuk disusui), dimana objek frustasi (ibu tidak tersedia), dan
pengalaman negatif kemarahan terbentuk.

Pada akhirnya, dua pengalaman diinternalisasikan sebagai


kondisi yang berlawanan sebagai representasi diri,
representasi objek, dan hubungan dinatara keduanya (Ogden
1983
Internalisasi ibu dari bayi tersebut sebagai introyeksi, dimulai dengan
sensasi fisik, dimana kehadiran ibu selama menyusui.

Objek yang telah di introyeksikan tidak selalu berkorelasi dengan objek


eksternal yang nyata.

Teori hubungan objek mengakui bahwa tidak ada satu korelasi antara
objek nyata dan representasi objek yg diinternalisasi.

Teori hubungan objek memandang perbedaan pada konflik ego. konflik


bawah sadar bukan hanya antara impuls dan pertahanan; tapi juga konflik
antara internal psikis yang berlawanan antara hubungan dengan objek
(Ogden 1983
Internalisasi hubungan objek selalu melibatkan pemisahan
ego ke dalam suborganisasi yang tidak disadari (Ogden
1983) yang terbagi dalam 2 kelompok:
1)self-suborganisasi ego, yaitu, aspek ego di mana orang
lebih banyak pengalaman dan perasaan sebagai miliknya,
dan
2)objek-suborganisasi ego, berdasarkan pada identifikasi
ego dengan objek. Identifikasi dengan objek tersebut sangat
teliti sehingga diri asli seseorang hampir seluruhnya hilang

Model ini jelas menunjukkan pengaruh gagasan Freud


tentang superego, yang umumnya dialami seolah-olah itu
adalah "benda asing" (yaitu, objek-sub-organisasi ego yang
memantau apa yang dilakukan sub-organisasi ego. )
PERSPEKTIF SEJARAH

• Melanie Klein adalah salah satu pendiri teori


objek relasi
• Teori dipengaruhi oleh Freud tetapi berfokus
pada objek internal
• Pendapat Klein : fantasi intrapsikis alam bawah
sadar dipengaruhi oleh perkembangan tahun
pertama bayi
Bulan2 pertama kehidupan :
• bayi merasa memiliki teror utama berupa
penghancuran (Freud : death instinct)
• Bentuk pertahanan → spliting ego
• Muncul agresi akibat death instinct
• Bayi hidup dlm ketakutan → merasa ibu akan masuk
kedalam diri bayi dan menghancurkan “goodness” dlm diri
bayi
• Hal tsb disebut sebagai paranoid-schizoid position
• Paranoid = proyeksi ; schizoid = spliting ego
• Muncul “bad” & “good” mother
Proyeksi dan introyeksi :
• Bayi mulai menyadari ibu “bad” & “good”
bukanlah individu yg terpisah
• Muncul kebingungan → bayi kadang
menunjukkan sadistik atau baik (menghancurkan
fantasi bad mother)
• Hal tersebut disebut sebagai depresive position
• Muncul rasa bersalah “guilt” sebagai afek yang
sering muncul akibat fantasi tsb.
• Oedipus complex adalah bentuk reparasi
akibat kerusakan “damage” yang ditimbulkan
depresive position
• Anna Freud tidak menyetujui teori Melanie Klein
sehingga timbul perpecahan di British
Psychoanalytic Society
• Grup A = Melanie Klein ; Grup B = Anna Freud ;
Middle Grup = menolak mengikuti kedua pihak
• Middle grup (“Independents”) mengembangkan
teori Melanie Klein sehingga muncul teori objek
relasi
Teori Independent :
• Fokus pada relasi internal objek sebagai kunci utama
• Perkembangan awal kehidupan sangat menentukan
• Menatalaksana pasien dengan metode psikoanalitik
dengan melihat serta mengevaluasi perkembangan
awal kehidupan pasien
• Objek baru dapat diinternalisasikan ke dalam diri
pasien sehingga memperbaiki struktur intrapsikis
• Peran ibu sangat dominan untuk mengurangi tendensi
negatif yang muncul pada bayi
MEKANISME PERTAHANAN DIRI

SPLITTING
•Suatu proses tak sadar yang muncul untuk memisahkan
perasaan yang kontradiktif, representasi diri, atau
representasi objek satu dengan yang lainnya
•Contoh kontradiktif adalah memisahkan baik dan buruk,
menyenangkan dan tidak menyenangkan, cinta dan benci,
dll.
•Splitting terjadi karena kelemahan fundamental dari ego →
terjadi kesalahan dalam merepresentasikan kontradiktif
Kernberg, manifestasi klinis memiliki karakter :
1. Ekspresi kontradiksi antara perilaku dan sikap, seperti
berkurangnya perhatian dan penolakan yang lembut
2. Berkurangnya kontrol impuls secara selektif
3. Mengelompokkan setiap orang menjadi semua buruk
atau semua baik
4. Muncul bersama dalam representasi diri yang
berkontradiksi
Kernberg : splitting adalah kunci operasi pertahanan pd
pasien gg. Kepribadian borderline
IDENTIFIKASI PROYEKSI

3 tahap proses tak sadar dimana 1 aspek diri diingkari dan


digantikan dengan orang lain
Tahap2 :
1. Pasien memproyeksi diri terhadap terapis
2. Terapis secara tidak sadar mengidentifikasi dengan
apa yang telah diproyeksikan dan mulai merasaksn
seperti proyeksi diri sebagai respon tekanan
interpersonal dari pasien
3. Material proyeksi merupakan “psychologically
processed” dan dimodifikasi oleh terapis, yang
dikembalikan pada pasien dengan reintroyeksi
Ogden :
proses2 tersebut merupakan dialektika dimana pasien
dan terapis memasuki suatu hubungan yang secara
simultan terpisah tetapi juga menjadi 1 kesatuan.
Tranferensi dan kontertransferensi dapat berkorelasi pada
tahap 1 dan 2.
Grotstein :
Splitting dan identifikasi proyeksi adalah mekanisme kuat
interrelasi yang bekerja bersama untuk tetap memisahkan
baik atau buruk
Step 1

Bad Bad
Self Object

Good Good
Self Object
Step 2

Bad
Self
Bad
Object
Good Good
Self Object
Step 3

Modified
Modified
Bad
Bad Self
Object

Good Good
Self Object
Grotstein :
Semua proyeksi adalah proyeksi identifikasi karena
identifikasi empatik dengan material yang diproyeksikan
selalu dipertahankan oleh proyektor

Ogden :
Semua proyeksi tidak selalu proyeksi identifikasi
Individu paranoid memproyeksikan bentuk jahat terhadap
individu lain di lingkungan sekitar walaupun tidak ada
kontak sebelumnya
Proyeksi berubah menjadi proyeksi identifikasi dimana
target proyeksi mulai bertransformasi karena proyeksi tsb
Jika individu paranoid mulai kontak langsung dengan
objek proyeksinya → maka akan menuduh akan
melakukan kejahatan → scr unconsious objek proyeksi
adalah “bad object” → individu paranoid menjadi defensif dan
mudah marah

Kernberg :
Tidak menyetujui bahwa proyeksi adalah mekanisme
primitif
Proyeksi sebagai mekanisme tipikal yang lebih tinggi
pada pasien neurotik
INTROYEKSI
•Proses unconsious dimana objek eksternal (sebuah simbol)
dimasukkan ke dalam diri dan diasimilasikan sebagai bagian
dari diri.
•Mekanisme ini mungkin sebagai bagian dari proyeksi
identifikasi
•Freud : memformulasikan depresi sebagai hasil introyeksi
dari ambivalensi objek yang diamati
•Introyeksi dibedakan dengan identifikasi sebagai salah 1
dari 2 mode prinsip internalisasi.
DENIAL
•Merupakan proses penyangkalan terhadap kejadian
traumatik yang dirasakan.
•Meskipun represi secara umum digunakan sebagai
pertahanan melawan pengharapan internal atau impuls.
•Denial biasanya pertahanan melawan realita dunia luar yang
dirasakan diri sangat mengganggu.
•Meskipun mekanisme ini sering dipakai oleh psikosis dan
gg. Kepribadian berat, dapat pula digunakan oleh individu
sehat (ketika menghadapi kejadian katastropi)
PSIKOLOGI DIRI

KOHUT
• psikologi diri menekankan bagaimana hubungan eksternal
membantu menjaga harga diri dan Self-kohesi sedangkan
teori relasi objek menekankan hubungan diinternalisasi
antara representasi diri dan objek
• Berasal dari temuan tulisan dari Heinz Kohut (1971, 1977,
1984), pendekatan teoritis ini memandang pasien seperti
membutuhkan respon tertentu dari orang lain untuk
mempertahankan rasa kesejahteraan.
• Psikologi diri berevolusi dari studi naarsisik kohut yang
terjadi pada pasien rawat jalan yang diobati dengan
psikoanalitik à dimana mereka berbeda dari pasien
neurotik klasik à dimana mereka mengeluhkan perasaan
depresi dan ketidakpuasan dalam hubungan
• Pasien ini sangat rentan dan sensiti terhadap penghinaan.
• Kohut mengamati model structural dari psikoloi ego tidak
cukup untuk menjelaskan pathogenesis dan penyembuhan
masalah pasien
• Kohut mencatat pasien ini membentuk dua macam
transferensi yaitu mirror transferensi dan transferensi
idealisasi
Mirror Transferensi
•Dalam mirror tranferensi pasien melihat analis untuk
mengkonfirmasi, memvalidasi respon yang dikaitkan Kohut
dengan “pancaran di mata ibu "dalam berespon terhadap
tampilan fase dari eksibisionisme pada bagian dari anak
kecil, apa yang disebut Kohut “grandiositas eksibisionisme
diri” à sangat penting untuk perkembangan normal untuk
memberikan rasa harga diri.
•Ketika seorang ibu gagal untuk berempati dengan
kebutuhan anak seperti respon cermin, anak memiliki
kesulitan besar dalam menjaga rasa keutuhan dan
menganggap diri à bila gagal perasaan anak akan terbelah
dan anak akan berusaha untuk menjadi sempurna dan
menunjukkannya agar mendapatkan pujian
•Bentuk "pamer" adalah manifestasi grandiositas
eksibisionisme diri
Idealisasi Transferensi
• mengacu pada situasi dimana pasien merasakan terapis
sebagai orangtua yang sangat kuat yang kehadirannya
menenangkan dan menyembuhkan
• Kohut menegaskan bahwa kebutuhan narsisistik bertahan
sepanjang hidup dan bahwa perkembangannya sejalan
dengan objek cinta.
• Dia mendalilkan teori double-axis (Gambar 2-5) yang
memungkinkan untuk perkembangan berkelanjutan pada
alam narsis dan alam objek cinta (Omstein 1974).
• pada bayi matur, mereka berusaha untuk menangkap
kesempurnaan yang hilang dari awal ikatan maternal-bayi
dengan beralih ke salah satu dari dua strategi diri –
grandiositas, di mana kesempurnaan ditangkap dalam diri,
dan orangtua ideal, di mana ia ditugaskan ke orangtua.
• Kedua kutub merupakan bipolar
• Dalam buku terakhirnya (1984, anumerta diterbitkan),
Kohut memperluas konsep ini menjadi tripolar dengan
menambahkan tiang ketiga kebutuhan objek diri, twinship
atau ego berubah.
• Aspek diri muncul dalam transferensi sebagai kebutuhan
untuk menjadi seperti terapis. Ia memiliki asal-usul
perkembangan pada keinginan untuk bergabung yang
secara bertahap berubah menjadi perilaku imitasi
• Dengan pengasuhan yang adekuat, dengan kata lain,
grandiositas diri diubah menjadi ambisi yang sehat, dan
orangtua ideal diinternalisasikan sebagai cita-cita dan
nilai-nilai (Kohut 1971).
• terapis bisa berempati dengan kebutuhan narsistik pasien
mereka sebagai perkembangan normal ketimbang
menberikan mereka penghinaan untuk menjadi egois dan
immatur.
• teori ego psikologi klasik menkonsepkan
pasien sebagai memiliki keinginan kekanak-
kanakan yang perlu ditinggalkan,
• Kohut menganggap pasien memiliki
kebutuhan yang harus dipahami dan
dipenuhi sebagian dalam pengobatan
(Eagle 1990).
• Buku pertama Kohut mengusulkan
formulasi teoritis yang dipakai terutama
untuk patologi karakter narsistik
• Istilah self object menjadi istilah umum untuk "menjelaskan
peran bahwa orang lain melakukan untuk diri sehubungan
dengan kebutuhan pencerminan, idealisasi dan twinship.
• Dari sudut pandang pertumbuhan dan perkembangan diri,
yang lain tidak dihormati sebagai orang yang terpisah
tetapi sebagai objek untuk memuaskan kebutuhan diri.
• Dalam akal,selfobjects dapat dilihat lebih sebagai fungsi
(misalnya, menenangkan, memvalidasi) daripada sebagai
orang.
• Kebutuhan selfobjects tidak pernah terlalu besar, menurut
Kohut, melainkan berlanjut sepanjang hidup, kita perlu
selfobjects di lingkungan untuk kelangsungan hidup
emosional seperti kita membutuhkan oksigen di atmosfer
untuk kelangsungan hidup fisik 1984).
• Salah satu implikasi pernyataan teoritis terakhir dari Kohut
adalah bahwa pemisahan adalah mitos.
• Pandangannya berbeda dari pandangan hubungan objek
Mahler, yang berporos sekitar pemisahan intrapsikis,
• psikologi diri memandang pemisahan diri dari selfobject
sebagai hal yang mustahil.
• Kita semua perlu meneguhkan, respon empatik dari orang
lain sepanjang hidup untuk mempertahankan harga diri
kita.
• Dalam pengaturan klinis, tujuan mengobati adalah untuk
memperkuat kelemahan diri sehingga dapat mentolerir
pengalaman yang kurang dari optimal self objek tanpa
kehilangan yang signifikan dari kohesi diri ).
• Kohut selalu menolak definisi sederhana dari diri, yang ia
percaya adalah seperti struktur menyeluruh yang
menantang definisi.
• pada saat kematiannya pada tahun 1981, pandangannya
tentang diri telah pergi dan representasi diri menjadi
“supraordinate diri sebagai konstelasi psikis primer, pusat
pengalaman dan inisiatif merupakan bagian utama
memotivasi “
• Implikasi lebih lanjut termasuk deemphasis pervasif pada
ego dan perubahan dorongan dan pertahanan /drives and
defense, fokus yang lebih besar pada pengalaman
subyektif sadar, dan konseptualisasi agresi sebagai
sekunder terhadap kegagalan selfobjects (misalnya,
kemarahan narsis) bukan sebagai drive primer atau
bawaan.
• Kohut melihat Oedipus kompleks pada kepentingan
sekunder.
• Konflik odipal melibatkan seksualitas dan agresi yang
hanya "produk pecahan" dari kegagalan perkembangan
sebelumnya dalam mengacu self- selfobject.
• Jika seorang ibu secara adekuat memenuhi selfobject
kebutuhan anaknya, oedipus kompleks tidak menjadi
gejala-anak.
• Kecemasan mendasar, menurut psikologi diri, adalah
"disintegrasi ansietas/ kehancuran kecemasan" yang
melibatkan ketakutan tersebut bahwa diri sendiri akan
memberikan respon terpecah untuk tanggapan selfobject
indekuat, mengakibatkan mengalami keadaan non human
of psychological death).
• Dari sudut pandang psikologi diri, kebanyakan gejala
perilaku (misalnya, penyalahguaan obat, seksual bebas,
tingkah laku tak wajar, melukai diri sendiri, pesta minuman,
dan purging) tidak tumbuh dari konflik neurotik terkait
dengan castration anxiety.
• Sebaliknya, mereka mencerminkan "keadaan darurat
sebagai suatu upaya untuk mempertahankan kohesi
internal dan harmoni ke keadaan mudah diserang,
unhealthy self” (Baker dan Baker 1987, hal. 5).
• Fragmentations diri terjadi di sepanjang waktu (suatu
rangkaian) yang berkisar dari kekhawatiran ringan atau
kecemasan sampai panik atas persepsi dari sesuatu yang
berantakan (Wolf 1988).
• Penekanan psikologi diri pada kegagalan tokoh
pengasuhan dan hasil dari kekurangan diri beresonansi
dengan teori British tentang hubungan objek.
• Winnicott dengan good-enough mothering dan kesalahan
dasar Ballint terdengar di tema tulisan psikologis diri.
• Meskipun Kohut tidak mengakui kontribusi dari teori
tersebut, pengaruh mereka jelas.
• Kohut juga telah membuat kontribusi yang signifikan
dalam mengenali pentingnya kepercayaan diri/ self-
esteem dalam patogenesis gangguan kejiwaan.
• Sebagai contoh, gangguan kepribadian dapat dipandang
sebagai gangguan diri yang diwujudkan oleh upaya putus
asa untuk mempertahankan kohesi diri yang sering
mengakibatkan hubungan yang bermasalah dengan orang
lain (Silverstein 2007).
• Demikian pula, peran terapis bergeser lebih lanjut ke
usaha empatik daripada pemahaman interpretatif, dengan
tujuan memberikan pengalaman selfobject yang akan
menyembuhkan gangguan kepribadian melalui bentuk
koreksi emosional pengalaman dengan terapis. Dengan
kata lain, penyediaan empati untuk jangka waktu yang
lama akan optimal dari bentuk tindakan terapeutik
daripada menekankan wawasan tentang pola-pola dan
hubungan dengan orang lain.
Post Kohut
• Setelah kematian Kohut, sebuah generasi baru dari
psikolog diri menjabarkan dan memperluas aspek
teorinya.
• Wolf (1988) mengidentifikasi dua selfobject transferences
lain.
• Selfobject transferensi permusuhan adalah satu di antara
pengalaman-pengalaman pasien analis sebagai
menentang individu yang tetap mempertahankan
beberapa derajat supportiveness. Analis juga dianggap
mendorong ukuran otonomi untuk diri pasien dengan
menerima kebutuhan pasien yang bersifat permusuhan.
• efikasi transferensi selfobject, melibatkan persepsi pasien
bahwa analis adalah membiarkan pasien untuk secara
efektif menghasilkan perilaku selfobject diperlukan dalam
analisa.
• Analis lain dipengaruhi oleh psikologi diri percaya bahwa
informasi diluar modus empatik-introspektif dari persepsi
harus diintegrasikan ke dalam dasar pengetahuan analis.
• Lichtenberg menganggap pengetahuan tentang "model
adegan" prototipe pengalaman masa kanak-kanak dan
bayi sangat relevan dengan merekonstruksi dan
memahami pengalaman awal pasien.
• Dia berpendapat bahwa lima sistem motivasi mempunyai
ciri khas sendiri-sendiri harus diperhitungkan untuk
sepenuhnya memahami kekuatan yang bekerja pada
pasien.
• Masing-masing sistem didasarkan pada kebutuhan
bawaan dan pola terkait respon.
Lichtenberg, 5 system motivasi
• Sistem pertama berkembang sebagai respons kebutuhan
untuk lampiran dan afiliasi.
• Sistem kedua melibatkan respon terhadap perlunya
regulasi psikis dan persyaratan fisiologis.
• Sistem ketiga berkembang sebagai respon terhadap
kebutuhan untuk penegasan/asersi dan eksplorasi.
• Sistem keempat adalah responsif terhadap kebutuhan
untuk bereaksi terhadap pengalaman aversi melalui
penarikan dan / atau antagonisme.
• Sistem kelima melibatkan respon terhadap kebutuhan
untuk kesenangan sensual dan, pada akhirnya, gairah
seksual
• Bacal dan Newman (1990) telah berusaha untuk
mengintegrasikan psikologi diri dengan teori relasi objek.
• Mereka berpendapat bahwa psikologi diri dapat dipahami
sebagai varian teori relasi objek dan yang Kohut gagal
untuk mengakui pengaruh Sekolah British dari relasi objek
pada ide-idenya.
• Bacal dan Newman menunjukkan bahwa diri sehubungan
dengan objeknya, bukan dalam isolasi, adalah unit dasar
yang benar dari psikologi diri
DEVELOPMENTAL CONSIDERATION
• semua teori psikoanalitik didasarkan pada pemikiran
perkembangan.
• teori psikoanalitik telah berkembang dari penekanan pada
drive, defensi, dan konflik intrapsikis antara agen yang
menjadi kekhawatiran pada diri, objek, dan relationships,
sehingga penelitian perkembangan bergerak ke arah itu.
• Teori awal dari perkembangan yang terkait dengan
psikologi ego difokuskan pada zona libidinal dan sebagian
besar rekonstruksi perkembangan awal berdasarkan
psikoanalitik bekerja pada orang dewasa.
• Erikson (1959), membuat upaya bahwa konflik
bergerak cepat dalam susunan ego psikologi.
• Dia fokus pada isu-isu psikososial dari lingkungan,
yang memungkinkan dia untuk berkembang
menjadi Skema perkembangan epigenetik
ditandai dengan krisis psikososial pada setiap
fase.
• Sebagai contoh, selama fase oral, bayi harus
berjuang dengan kepercayaan dasar vs
ketidakpercayaan dasar.
• Krisis fase anal melibatkan autonomy vs malu dan
ragu.
• Selama fase phallic-oedipal, anak bergulat
dengan inisiatif vs rasa bersalah
• Fase oedipal dimulai sekitar usia 3 tahun dan
berhubungan dengan fokus yang lebih intens
pada alat kelamin sebagai sumber kesenangan.
• ketertarikan diintensifkan menjadi objek cinta
terhadap orangtua berlawanan jenis.
• Namun, pada saat yang sama, child diadik atau
kerangka ibu-anak berubah menjadi triadic,
dengan anak menjadi sadar adanya saingan
untuk kasih sayang dari orang tua yang
berlawanan jenis kelamin.
• Pada anak laki-laki, objek cinta pertama
adalah ibu.
• Dia ingin tidur dengannya, membelai, dan
menjadi pusat dari dunia ibu.
• Sejak ayah mengganggu rencana ini, anak
mengembangkan keinginan pembunuhan
terhadap saingannya.
• Keinginan ini menghasilkan rasa bersalah,
takut akan pembalasan oleh ayah, dan rasa
kecemasan tentang pembalasan yang akan
datang.
• Freud secara berulang mengamati bahwa
sumber utama kecemasan anak laki-laki
selama di fase perkembangan adalah
bahwa pembalasan ayah akan datang
dalam bentuk Castration.
• Untuk menghindari hukuman ini, anak
meninggalkan aspirasi seksualnya untuk
ibunya dan mengidentifikasi dengan
ayahnya.
• Identifikasi ini dengan agresor membawa keputusan untuk
mencari seorang wanita seperti ibu sehingga anak itu bisa
seperti ayahnya.
• Sebagai bagian dari resolusi oedipal ini, ayah
diinternalisasi pada sekitar akhir tahun kelima atau
keenam, membentuk superego, yang oleh Freud
dipandang sebagai pewaris Oedipus kompleks .
• Pemikiran kontemporer tentang oedipal pada tahap
perkembangan telah menjelaskan bahwa ada juga
kerinduan libidinal untuk orangtua sesama jenis terkait
dengan keinginan untuk terbebas dari orang tua lawan
jenis.
• Pandangan ini sering disebut sebagai odipus kompleks
negatif.
• Freud memiliki lebih banyak kesulitan menjelaskan
perkembangan oedipal pada gadis kecil.
• Freud menganggap bahwa perkembangan perempuan 'itu
pada dasarnya analog dengan laki-laki.
• Freud melihat pada anak laki-laki Oedipus kompleks
diselesaikan dengan kompleks kastrasi, pada anak
perempuan itu diumumkan oleh kesadaran "castration.“
• Dalam perkembangan fase preodipal, dalam pandangan
Freud, gadis kecil pada dasarnya seperti anak laki laki
kecil sampai dia menemukan keberadaan penis.
• Pada saat itu, ia mulai merasa minder dan cemburu penis.
• Dia cenderung menyalahkan ibunya untuk
keadaan rendah dirinya, jadi dia beralih ke
ayahnya sebagai objek yang dicintainya, dan
keinginan untuk seorang anak dari ayahnya
menggantikan keinginannya untuk penis.
• Freud percaya bahwa salah satu dari tiga jalur
telah tersedia untuk anak perempuan setelah
penemuannya terhadap "inferioritas kelamin": 1)
penghentian dari semua seksualitas, yaitu,
neurosis; 2) menantang hipermaskulinitas, atau 3)
definitif kewanitaan, yang mensyaratkan
penolakan dari seksualitas klitoris.
• Dalam resolusi Oedipus normal, kehilangan cinta
ibu daripada castration oleh ayahnya, itu
didalilkan sebagai faktor kunci.
• Stoller (1976) tidak setuju dengan Freud tentang evolusi
feminitas sebagai produk diferensiasi seksual, cemburu
penis, dan konflik bawah sadar.
• Dia merasa bahwa feminitas adalah potensi bawaan dan
merupakan penugasan seks pada saat lahir, sikap
orangtua, organisasi neurofisiologis otak janin, interaksi
awal antara bayi dan orang tua, dan belajar dari bentuk inti
lingkungan kompleks sekitar yang rasa matur feminitas
akan akhirnya menjadi terorganisir.
• Dia menyebut ini langkah pertama primary'femininity
karena tidak dipandang sebagai produk dari konflik.
• Tyson (1996) telah menekankan bahwa kewanitaan
dewasa dimulai dengan primer feminitas resolui konflik
dan identifikasi dibuat oleh kedua orang tua, akhirnya akan
menentukan bentuk akhir.
• Lcmer (1980) dan Torok (1970), bahwa iri penis
hanyalah salah satu aspek dari perkembangan
perempuan.
• Teori Kontemporer psikoanalitik feminis
menekankan kerugian implikasi terapeutik melihat
cemburu penis sebagai "bedrock" fenomena yang
menentang analisis lebih lanjut dan pemahaman.
• Salah satu bahaya dari pandangan "bedrock"
adalah bahwa hal itu dapat menyebabkan upaya
salah arah pada bagian Therapis untuk membantu
pasien perempuan menerima pandangan sendiri
sebagai bentuk inferior laki-laki.
• Frenkel (1996) telah menekankan bahwa pasien
wanita umumnya tidak merasa bahwa alat
kelamin mereka atau stimulasi genital tidak
memadai dan bahwa klitoris adalah lokus untuk
inisiasi kesenangan intens dan sesekali orgasme
pada usia 4-6 tahun.
• Kesadaran vagina juga hadir pada usia itu.
Pemikiran terkini tentang pembangunan gender
menekankan pengaruh budaya, relasi objek, dan
identifikasi oleh orang tua daripada pemikiran
sampit pada perbedaan anatomi (Benjamin 1990;
Chodorow1996).
• Penelitian neurosains juga telah
memperluas pengetahuan kita tentang
perbedaan pria-wanita .
• Wilayah otak yang terlibat dalam perbedaan
ini lebih berkembang pada perempuan
daripada laki-laki dari di awal kehidupan
(McClure 2000).
• Pada kenyataannya, secara neurologis
pematangan otak pada umumnya
berlangsung pada tingkat yang lebih cepat
pada perempuan dibandingkan laki-laki
(Moore dan Cocas 2006).
• Konektivitas antara belahan otak kanan dan kiri lebih
besar pada wanita dibanding pada laki-laki (Friedman dan
Downey 2008).
• Oleh karena itu, lateralization awal pada otak wanita dapat
mengakibatkan kemampuan yang lebih unggul untuk
sensitif membaca emosi pada wajah orang lain.
• Meskipun perbedaan pada neurologi gender ini signifikan,
tetapi tidak mempengaruhi pentingnya pembentukan
lingkungan awal dalam perkembangan perempuan.
• Interaksi dengan orang tua dan tokoh kunci pengasuhan
lainnya menjadi pusat untuk membentuk individu — yaitu,
biologi dan lingkungan yang saling berpengaruh dalam
pembentukan gender (Silverman 2010).
MAHLER
• 2 bulan pertama à fase autis terjadi di mana bayi muncul egois
dan peduli dengan kelangsungan hidup daripada keterkaitan.
• 2 dan 6 bulan à simbiosis, dimulai dengan respon senyum dari
bayi dan kemampuan visual untuk mengikuti ibu.
• Tahap ketiga à pemisahan menjadi individu, ditandai dengan
empat sub fase :
1. 6 -10 bulan à diferensiasi, anak menjadi sadar bahwa ibu
adalah orang yang terpisah
2. 10 -16 bulan à keterampilan locomotor, balita senang
menjelajahi dunia sendiri, meskipun mereka sering kembali
ke ibu
3. 16-24 bulan à pemulihan hubungan, ditandai dengan
kesadaran yang lebih tajam dari keterpisahan ibu
4. Tahun ketiga kehidupan à ditandai dengan konsolidasi
individualitas dan awal dari objek keteguhan
STERN
• pada penelitian dengan melakukan observasi pada bayi Daniel Stern
(1985, 1989) mempertanyakan gagasan bahwa bayi muncul dari rahim
dalam keadaan autistik penyerapan diri.
• Penelitian Stern ini menunjukkan bahwa bayi, tampaknya menyadari
ibu atau pengasuh dari hari-hari pertama kehidupan.
• Sesuai dengan ide-ide Kohut, Stern mengamati bahwa menegaskan
dan memvalidasi tanggapan dari sosok seorang ibu penting untuk
perkembangan rasa diri pada bayi.
• Dia menekankan bahwa bayi mengembangkan rasa self-dengan-
lainnya dalam menanggapi pengasuh
• Stern berbeda, dengan Klein, karena ia dianggap sebagai fantasi
hanya memiliki signifikansi minimal.
• Dia menyimpulkan bahwa bayi adalah pengamat yang mahir dari
realitas dan bahwa hal itu hanya terjadi pada balita yang lebih tua
bahwa mereka mulai memanfaatkan signifikan fantasi dan distorsi
dalam upaya untuk mengubah persepsi mereka.
STERN
•lima indra diskrit diri.
1.Dari lahir sampai usia 2 bulan à seorang diri muncul
tampak bahwa pradominan tubuh sendiri berbasis fisiologis.
2.Dari 2 sampai 6 bulan à rasa inti diri muncul yang
dihubungkan dengan keterkaitan interpersonal yang lebih
besar.
3.antara 7 dan 9 bulan à Rasa subjective diri muncul dan
merupakan peristiwa besar karena melibatkan pencocokan
fase intrapsikis antara infant dan ibu.
4.Antara usia 15 dan 18 bulan à pengertian lisan atau
kategoris diri muncul.
5.antara 3 dan 5 tahun à narasi rasa diri.
• Posner dan Rothbart (2000) mempelajari pengaturan
gairah dan menemukan bahwa interaksi ibu-bayi awal
penting untuk mengatur ketegangan pada bayi.
• Meins et al.(2001) meneliti bagaimana ibu berbicara
kepada bayi usia 6 bulan. Mereka menyimpulkan bahwa
pembentukan diri ini difasilitasi dengan membuat komentar
pada anak yang mencerminkan keadaan mental anak dan
memperlakukan anak seperti orang. Oleh karena itu studi
ini memastikan pentingnya empati orangtua pada
pengembangan anak diri.
• Penelitian yang memeriksa substrat saraf
untuk empati menggarisbawahi pentingnya
perkembangan sensitif attunement oleh
pengasuh atau orangtua dalam
perkembangan anak. Empati memerlukan
kemampuan untuk peta perasaan orang lain
ke sistem saraf ( Leslie et al.tahun 2004 ).
• Fogassi dan Gallese (2002) menyarankan
bahwa neuron cermin mungkin terlibat
dalam tujuan deteksi dan oleh karena itu
dalam memahami apa yang terjadi dalam
pikiran orang lain.
• studi pencitraan fungsional menyarankan bahwa sistem
mirroring belahan kanan mungkin penting untuk
memproses emosi lain (Leslie et al.2004).
• Konsensus yang berkembang dalam literatur
perkembangan mengatakan pengalaman tanggapan awal
orangtua atau pengasuh akan mengatur, mempengaruhi
dan akhirnya menyebabkan model kerja internal atau
penggambaran hubungan, yang terus berfungsi pada
pengaturan internal (Hofer 2004).
• Wilayah orbitofrontal dianggap penting dalam
perkembangan internal yang merupakan representasi dari
hubungan yang akhirnya bertindak sebagai regulator
biologis (Schore 1997).
Teori Attachment

•Kelekatan/attachment adalah dasar secara biologi antara


anak dan pengasuh yang dirancang untuk menjamin
keselamatan dan kelangsungan hidup anak.
•Dalam model ini, anak berusaha dekat dengan pemberi
perawatan untuk mendapatkan respon membantu dan
menenangkan.
•Model kerja internal relativitas hubungan sosial
dikembangkan dan disimpan sebagai skema mental yang
didasarkan pada integrasi pengalaman masa lalu mengenai
ekspektasi perilaku orang lain terhadap diri.
• Strategi kelekatan, yang sebagian besar
independen dari pengaruh genetik, yang diadopsi
pada masa bayi dan tetap relatif stabil.
• Ainsworth et al. (1978) mempelajari strategi ini
dalam skenario laboratorium yang dikenal sebagai
Situasi Aneh. Situasi ini termasuk pemisahan
balita dari caregiver, cenderung untuk
mendapatkan salah satu dari empat strategi
perilaku.
• Bayi aman hanya mencari proximiry dengan
perawatan yang diberikan setelah ia kembali dan
kemudian merasa terhibur dan kembali bermain.
• Tingkah laku Avoidant terlihat pada bayi yang
muncul sedikit cemas selama pemisahan dan
dimarahi pengasuh.
• Dalam kategori lain, disebut cemas-ambivalen
atau resisten, bayi menunjukkan sebuah bencana
yang besar; pemisahan dan diwujudkan dengan
marah, tegang, dan perilaku menempel saat-
pengasuh kembali.
• Kelompok lain, disebut disorganized-disorientasi,
tidak memiliki strategi yang koheren apapun untuk
berurusan dengan pengalaman pemisahan
• Beberapa studi telah menunjukkan bahwa status
kelekatan orangtua akan memprediksi tidak hanya
Apakah anak akan aman tetapi juga kategori
kelekatan yang tepat dalam situasi yang aneh
(Fonagy 2001).
• temperamen biologis, yang didasarkan secara
genetik, mungkin mempengaruhi anak dalam
menanggapi pengasuhan oleh tokoh perlekatan
(Allen 2013).
• temperamen dapat tunduk pada pengaruh
lingkungan dan dapat berubah dari waktu ke
waktu karena kualitas pengasuhan dan kelekatan.
• Ada beberapa bukti bahwa pola-pola atachment ini
memiliki kelangsungan sampai dewasa (George et
al.1996).
• ada empat tanggapan dengan situasi yang aneh sesuai
masing-masing dengan kategori kelekatan dewasa
sebagai berikut:
1. aman/otonomi individu yang menghargai hubungan
atachment;
2. tidak aman/mengabaikan orang-orang yang menyangkal,
merendahkan, atau mengidealkan atachment masa lalu
dan saat ini;
3. individu yang bingung atau kewalahan oleh kedua
hubungan masa lalu dan attachment saat ini ; dan
4. belum terselesaikan pada individu yang menderita
pengabaikan atau trauma.
• klasifikasi atachment dari masa kanak-kanak sampai
dewasa menunjukkan berbagai kesinambungan dari
minimal sampai stabilitas tinggi (George dan Salomo
2008).
• Penelitian ini mencerminkan banyak faktor yang mungkin
terkait dengan perubahan dalam keamanan dari masa
kanak-kanak sampai dewasa.
• Ini termasuk peristiwa stres kehidupan, kematian orangtua,
dukungan sosial, berfungsi Keluarga, perceraian, dan
penyakit serius baik orang tua atau anak-anak.
• Oleh karena itu, kita harus menyimpulkan bahwa pola
atachment awal tidak selalu terukir seperti granite.
• Teori atachment telah membuat kontribusi signifikan untuk
pemahaman kita dari apa yang memotivasi manusia.
• Seksualitas, agresi, dan self-kohesi semua yang relevan
untuk memahami pasien dewasa yang datang untuk
psikoterapi.
• Joseph Sandler (2003) mengakui bahwa pencarian
keamanan juga faktor pendorong utama, dan dia berasal
pemahaman ini sebagian dari temuan teori atechment
dan penelitian
• berbeda dengan Kleinian penekanan pada fantasi
intrapsikis, teori atechment menempatkan pengabaian
nyata, ditinggalkan, dan trauma awal lainnya, serta
pengolahan mental tentang trauma, sebagai pusat dalam
teori psikoanalitik.
• bukti menunjukkan bahwa atechment yang
terdisorganisasi adalah faktor kerentanan untuk kemudian
mengalami gangguan kejiwaan dan bahwa keamanan
atachment dapat berfungsi sebagai faktor pelindung
terhadap psikopatologi saat dewasa (Fonagy dan Target
2003).
• Beberapa penelitian menunjukkan bahwa keamanan
atachment atau kurangnya attachment dapat memprediksi
jenis gangguan kepribadian tertentu.
• Atachment tidak koheren/teratur dikaitkan dengan sejarah
masa kanak-kanak trauma dan mengganggu
• Kemampuan Pengasuh untuk mengamati bayi pada semua tahapan
tampaknya mempengaruhi perkembangan kemanan atachment anak.
• Konsep kunci dalam teori atachment adalah mentalization, yang
mengacu pada kemampuan untuk memahami diri sendiri dan orang
lain, berpikir representasi nature, diri sendiri dan perilaku lain yang
dimotivasi oleh bagian internal, seperti pikiran dan perasaan ( Fonagy
1998).
• Orang tua atau wali yang mempunyai kapasitas mentalize bisa masuk
kedalam bagian mental bayi, dan bayi akhirnya menemukan dirinya
atau dirinya di pikiran pengasuh dan menginternalisasi representasi
pengasuh untuk membentuk inti psikologis diri.
• keamanan atachment anak kepada pengasuh menimbulkan
kemampuan anak untuk mentalize.
• Dengan kata lain, melalui interaksi dengan pengasuh, anak belajar
bahwa perilaku terbaik dimengerti dengan asumsi bahwa gagasan,
dan perasaan menentukan tindakan seseorang
Peran Teori dalam Praktek Klinis
• Kemberg (1987a) mencatat, "Semua observasi fenomena klinis
tergantung pada teori-teori, dan ketika kita berpikir bahwa kita adalah
melupakan tentang teori, itu hanya berarti bahwa kita memiliki teori
yang kita tidak sadari"(hlm. 181-182).
• beberapa dokter memilih salah satu teori, tergantung pada kebutuhan
pasien.
• Wallstein (1988) telah menunjukkan bahwa bagi dokter untuk
memperhatikan fenomena klinik dijelaskan oleh masing-masing
perspektif teoretis tanpa merangkul seluruh model yang
metapsychological.
• Advokasi lainnya lebih besar adalah teori fleksibilitas (Gabbard 1996;
Pine 1990; Pulver 1992), menyarankan bahwa pasien yang berbeda
dan berbeda jenis psikopatologinya membutuhkan pendekatan teoritis
berbeda.
• Klinisi harus selalu ingat bahwa teori adalah metafora.
• Teori berusaha menangkap psikologi manusia, tetapi karena mereka
adalah metafora, mereka harus menanggung nasib semua metafora
(Gabbard 2007).
• Yang terbaik yang dapat kita lakukan adalah menggunakan teori
sebagai alat dalam membantu kita memahami apa yang terjadi pada
pasien
• melakukan banyak trial and error mungkin diperlukan.
• Kita juga harus siap untuk kemungkinan bahwa kita akan melalui
sebuah gua untuk jangka waktu lama tanpa mengetahui jalan yang
ada di hadapan kita.
• Namun demikian, kita masih mungkin jauh lebih baik daripada
perjalanan dengan peta gua yang sama sekali berbeda.
TERIMA KASIH
MOHON
BIMBINGAN

Anda mungkin juga menyukai