Anda di halaman 1dari 36

PENDEKATAN EKSISTENSIAL

- HUMANISTIK
DISUSUN OLEH :
MELLISSA JULYANE (17610028)
WAHYU RANI NIRWANA (17615009)
PENDEKATAN EKSTENSIAL - HUMANISTIK

• Pendekatan ekstensial – humanistic → menekankan renungan – renungan


filosofis tentang apa artinya menjadi manusia utuh.
• Kebutuhan psikologi akan suatu perspektif yang lebih luas yang mencakup
pengalaman subjektif klien atas dunia pribadinya.
• Tujuan dasar pendekatan psikologi → membantu individu agar mampu
betindak, menerima kebebasan dan tanggung jawab atas tindakannya.
• Dalam penerapan trapeutik, pendekatan ekstensial – humanistic memusatkan
perhatian pada asumsi – asumsi filosofis yang melandasi terapi.
• Menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang – orang dalam hubungan
dengan sesamanya yang menjadi ciir khas, kebutuhan yang unik dan menjadi
tujuan konselingnya, dan yng melalui implikasi – implikasi bagi usaha
membantu individu dalam menghadapi pertanyaan – pertanyaan dasar yang
menyangkut keberadaan manusia.
KONSEP – KONSEP UTAMA
PANDANGAN TENTANG SIFAT MANUSIA

• Psikologi ekstensial – humanistic → focus kepada kondisi manusia yang


menekankan pada pemahaman atas manusia alih alih suatu system Teknik-
Teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien.
• Konsep-konsep utama dari pendekatan ekstensial yang membentuk
landasan bagi praktek terapeutik :
1. Kesadaran diri
2. Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan
3. penciptaan makna
KESADARAN DIRI

• Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri dan


memungkinkan manusia mampu berpikir memutuskan.
• Semakin kuat kesadaran diri → semakin besar kebebasan yang ada pada
orang itu.
• Kebebasan memilih dan bertindak disertai tanggung jawab
KEBEBASAN, TANGGUNG JAWAB DAN
KECEMASAN

• Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan


• Kecemasan ekstensial → akibat kesadaran atas keterbatasan dan atas
kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing)
PENCIPTAAN MAKNA

• Manusia itu unik → berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan


menciptakan nilai – nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.
• Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian namun tetap
memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya karena manusia
adalah mahkluk rasional.
• Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna menimbulkan
kondisi – kondisi isolasi, depersonalisasi, aleniasi, ketrasingan, dan kesepian.
PROSES – PROSES TERAPEUTIK

• Tujuan-tujuan terapeutik
• agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan
potensi – potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan berindak berdasaekan
kemampuan.
• Keotentikan → urusan utama psikoterapi dan nilai ekstensial pokok.
1. Menyadari sepenuhnya keadaan sekarang
2. Memilih bagaimana hidup pada saat sekarang
3. Memikul tanggung jawab untuk memilih
TUJUAN TERAPI EKSTENSIAL

• Meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan


pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya.
• Penerimaan tanggung jawab tidaklah mudah
• Klien harus memilih, misalnya akan tetap berpegang pada kehidupan yang
dikenalnya atau akan membuka diri pada kehidupan yang kurang pasti dan
lebih menantang. Justru tiadanya jaminan – jaminan itulah yang membuat
seseorang merasa cemas.
• Terapi ekstensial juag bertujuan untuk membantu klien agar mampu
menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.
FUNGSI DAN PERAN TERAPIS

• Tugas utama terapis → berusaha memahami klien sebagai ada dalam dunia
• Menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis menunjukkan
keleluasaan dalam menggunakan metode – metode.
• Buhler dan Allen (1972) sepakat bahwa psikoterapi difokuskan pada
pendekatan terhadap hubungan manusia alih – alih system teknik
• Menurut Buhler dan Allen, para ahli psikologi humanistic memiliki orientasi Bersama yang
mecakup hal berikut :
1. Mengakui pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
2. Menyadari peran dan tanggung jawab terapis
3. Mengakui sifat timbal balik dari hubungan terapeutik
4. Berorientasi pada pertumbuhan
5. Menekankan keharusan terapis terlibat dengan klien sebagai suatu pribadi yang menyeluruh
6. Mengakui bahwa putusan – putusan dan pilihan terletak ditangan klien.
7. Memandang terapis sebagai model
8. Mengakui kebebasan klien untuk mengungkapkan pandangan dan
untukmengembangkan tujuan dan nilainya sendiri
9. Bekerja kearah mengurangi kebergantungan klien serta meningkatkan
kebebasan klien.
• May ( 1961, hlm 81 ) memandang tugas terapis diantaranya membantu klien
agar menyadari keberadaanya dalam dunia.
• “ ini ada saat pasien melihat dirinya sebagai orang yang terancam, yang hadir
di dunia yang mengancam dan sebagai subjek yang memiliki dunia”.
• Frankl (1959, hlm 174 ) menjabarkan peran terapis sebagai “spesialis mata
daripada sebagai pelukis”
• Untuk contoh bagaimana seorang terapis yang beroirentasi ekstensial bekerja dalam
pertemuan terapi, bisa ditunjukkan surat klien yang tealh diungkapkan di muka. Jika klien
mengungkapkan perasaan – perasaanya kepada terapis pada pertemuan terapi, maka terapis
akan bertindak sebagai berikut :
1. Memberikan reaksi pribadi dalam kaitan dengan apa yang dikatakan oleh klien
2. Terlibat dalam sejumlah pertanyaan pribadi yang relevan dan pantas tentang pengalaman
– pengalaman yang mirip dengan yang dialami klien
3. Meminta kepada klien untuk mengungkapkan ketakutannya terhadap keharusan memilih
dalam dunia yang tak pasti
4. Menantang klien untuk melihat seluruh cara dia menghindari pembuatan putusan –
putusan dan memberikan penilaian terhadap penghindaraan itu
5. Mendorong klien untuk memeriksa jalan hidupnya pada periode sejak memulai terapi
dengan bertanya : “ jika anda bisa secara ajaib kembali kepada cara anda ingat kepada
diri anda sendiri sebelum terapi, maukah anda melakuknanya sekarang ? “
6. Beri tahukan kepada klien bahwa ia sedang mempelajari apa yang dialaminya
sesungguhnya adalah suatu sifat yang khas sebagai manusia. Bahwa akhirnya dia akan
sendirian, bahwa dia akan memutuskan untuk dirinya sendiri. Bahwa dia akan
mengalami kecemasan atas ketidakpastian putusan – putusan yang dibuat, dan bahwa
ia akan berjuang untuk menetapkan makna kehidupannya di dunia yang sering tampak
tak bermakna
PENGALAMAN KLIEN DALAM TERAPI

• Dalam terapi ekstensial, klien mampu mengalami secara subjektif persepsi-


persepsi tentang dirinya. Dia harus aktif dalam proses terapeutik, sebab dia
harus memutuskan ketakutan-ketakutan, perasaan – perasaan berdosa, dan
kecemasan apa saja yang akan dieksplorasinya.
Pendek kata, klien dalam terapi eksistensial terlibat dalam pembukaan pintu
menuju diri sendiri. Pengalaman sering menakutkan, atau menyenangkan,
mendepresikan, atau gabungan dari semua perasaan tersebut.
Dengan membuka pintu yang tertutup, klien mulai melonggarkan belenggu
deterministic yang telah menyebabkan dia terpenjara secara psikologis.
Lambat laun klien menjadi sadar, apa dia tadinya dan siapa dia sekarang, serta
klien lebih mampu menetapkan masa depan macam apa yang dia inginkan.
HUBUNGAN ANTARA TERAPIS DAN KLIEN

• Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah klien”.
• Hubungan dengan orang lain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada
“disini dan sekarang”.
• Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung.
• Sidney Jourard (1971) mengimbau agar terapis, melalui tingkah lakunya yang
otentik dan terbuka, mengajak klien kepada keotentikan.
• Jourard meminta agar terapis membangun hubungan aku-kamu.
PENERAPAN : TEKNIK-TEKNIK DAN
PROSEDUR-PROSEDUR TERAPEUTIK
• Metode-metode berasal dari teori Gestalt dan Analisis Transaksional sering digunakan, dan
sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan kedalam pendekatan eksistensial-
humanistic.
• Pertanyaan-pertanyaan eksistensial yang menempati kedudukan sentral dalam terapi adalah :
• Seberapa besar saya menyadari siapa saya ini? Bisa menjadi apa saya ini ? Bagaimana saya bisa
memilih menciptakan kembali identitas diri saya yang sekarang? Seberapa besar kesanggupan
saya untuk menerima kebebasan memilih jalan hidup saya sendiri? Bagaimana saya mengatasi
kecemasan yang ditimbulkan ole kesadaran atas pilihan-pilihan ?
TEMA-TEMA DAN DALIL-DALIL UTAMA
EKSISTENSIAL : PENERAPAN – PENERAPAN
PADA PRAKTEK TERAPI
• Dalil 1 : kesadaran Diri
Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari diri yang menjadikan dirinya
mampu melampaui situasi sekarang dan membentuk basis bagi aktivitas
berpikir dan memilih yang khas manusia
Kesadaran diri itu membedakan manusia dengan mahkluk-mahkluk lain.
• Pada inti keberadaan manusia, kesadaran membukakan kepada kita bahwa :
1. Kita adalah mahkluk yang terbatas
2. Kita memiliki potensi mengambil atau tidak mengambil tindakan
3. Kita memiliki suatu ukuran pilihan tentang tindakan-tindakan yang akan diambil
4. Kita pada dasarnya sendirian
5. Makna adalah sesuatu yang tidak diperoleh begitu saja
6. Kecemasan eksistensial adalah bagian hidup yang esensial
7. Kecemasan timbul dari penerimaan ketidakpstian masa depan
8. Kita bisa mengalami kondisi-kondisi kesepian, ketidakbermaknaan,
kekosongan, rasa berdosa dan isolasi.
• Kesadaran bisa dikonseptualkan dengan cara sebagai berikut :
• umpamakan anda di Lorong yang di kedua sisinya terdapat banyak pintu.
Bayangkan bahwa anda bisa membuka beberapa pintu, baik membuka sedikit
ataupun membuka lebar-lebar, barangkali,jika anda membuka satu pintu,anda
tidak akan menyukai apa yang anda temukan di dalamnya menakutkan atau
menjijikan di lain pihak anda bisa menemukan sebuah ruangan yang di
penuhi oleh keindahan, anda mungkin berdebat dengan diri sendiri, apakah
akan membiarkan pintu itu tertutup atau terbuka
• Berikut ini adalah daftar dari beberapa pemunculan yang dialami orang, baik
dalam kosneling individual maupun dalam konseling kelompok:
1. Mereka menjadi sadar bahwa dalam usaha yang nekat untuk dicimtai,
mereka sebenarnya kehilangan pengalaman dicintai
2. Mereka melihat, bagaimana mereka menukarkan keamanan yang diperoleh
dari kebergantungan dengan kecemasan-kecemasan yang menyertai
pengambilan putusan utnuk diri sendiri
3. Mereka mengakui, bagaimana mereka berusaha mengingkari berbagai
ketidakonsistenan diri mereka sendiri
4. Mereka mulai melihat bahwa identitas diri mereka terlambat pada
penentuan orang lain
5. Mereka belajar bahwa diri mereka dengan berbagai cara dibiarkan menjadi
tawanan pengalaman – pengalaman dan putusan – putusan masa lampau
• Dalil 2: kebebasan dan tanggung jawab
Manusia adalah mahkluk yang menentukan diri dalam arti bahwa mereka
memiliki kebebasan untuk memilih diantara alternative-alternative.
Manusia pada dasarnya adalah bebas, maka dia harus bertanggung jawab atas
pengarahan hidup dan penentuan nasibnya sendiri
• Pendekatan eksitensial meletakkan kebebasan, determinasi diri, keinginan
dan putusan pada pusat keberadaan manusia.
• Tillich mengingatkan “manusia benar-benar menjadi manusia hanya saat
mengambil keputusan.”
• Dalil 3 : Keterpusatan dan Kebutuhan akan Orang Lain
Kegagalan dalam berhubungan dengan orang lain dan dengan alam
menyebabkan ia kesepian, mengalami alienasi, keterasingan dan
depersonalisasi. Sebagai akibat dari kekosongan dan kehampaan batin dan
kekurangan rasa ada, ia mencoba menenggelamkan diri ke dalam massa yang
anonym.
• Keberanian untuk ada
Usaha menemukan inti dan belajara bagaimana hidup dari dalam memerlukan
keberanian.
• Pengalaman kesendirian
Rasa terisolasi muncul ketika kita menyadari bahwa kita tidak bias bergantung orang
lain dalam mengukuhkan diri.
• Pengalaman keberhubungan
Kita adalah makhluk yang relasional, dalam arti bahwa kita bergantung pada
hubungan dengan orang lain untuk kemanusiaan kita.
• Dalil 4 : Pencarian Makna
Salah satu karakteristik yang khas pada manusia adalah perjuangannya untuk
merasakan arti dan maksud hidup.
• Masalah penyisihan nilai – nilai lama
• Pandangan eksistensial tentang psikopatologi
• Dalil 5 : Kecemasan sebagai Syarat Hidup
Kecemasan adalah suatu karakteristik dasar manusia. Kecemasan adalah akibat
kesadaran atas tanggung jawab untuk memilih.
• Kecemasan sebagai sumber pertumbuhan
• Pelarian dari kecemasan
• Implikasi – implikasi konseling bagi kecemasan
• Dalil 6 : Kesadaran atas Kematian dan Non-Ada
Kesadaran atas kematian adalah kondisi manusia yang mendasara yang
memberikan makna kepada hidup. Para eksistensialis mengungkapkan bahwa
hidup memiliki pembatasan waktu.
• Implikasi – implikasi konseling
• Dalil 7 : Perjuangan untuk Aktualisasi Diri
Manusia berjuang untuk aktualisasi diri, yakni kecenderungan menjadi apa saja
yang mereka mampu.
RANGKUMAN & EVALUASI

• Salah satu kritik terhadap pendekatan eksistensial bagi praktek terapi adalah
bahwa ia tidak memiliki pernyataan yang sistematis mengenai prinsip – prinsip
dan praktek psikoterapi. Humanisme eksistensial lebih meyakinkan
dibandingkan banyak eksistensialisme, namun lebih mengenal keterbatasan dan
keniscayaan aktualisasi diri manusia disbanding dengan para humanis yang
terpusat pada kesenangan dan pertumbuhan.
• Salah satu sumbangan utama dari pendekatan eksistensial – humanistic adalah
penekananya pada kualitas manusia kepada manusia dari hubungan terapiutik.
• Meskipun dianggap pendekatan eksistensial – humanistic memiliki banyak
hal yang bisa diberikan kepada klien yang fungsi psikologis dan sosialnya
relative tinggi, penulis memandang pendekatan eksistensial – humanistic ini
amat terbatas penerapannya pada para klien yang fungsinya rendah, pada
para klien yang berada dalam keadaan krisis, dan para klien yang miskin.

Anda mungkin juga menyukai