LATAR BELAKANG
singkat, menggunakan kerjasama antara pasien dan terapis untuk mencapai sasaran terapi yang
berorientasi masalah pada saat ini serta pemecahannya. Terapi ini digunakan untuk pasien
gangguan somatoform. Terapi biasanya dilakukan secara individual, meskipun metode kelompok
juga kadang bermanfaat. Seorang psikiater boleh memberikan obat di samping terapi dan
menurut banyak penelitian, kombinasi antara CBT dengan psikofarmaka lebih efektif dibanding
Terapi untuk depresi dapat dianggap sebagai paradigma pendekatan kognitif ini.
Terapi kognitif-perilaku berasumsi bahwa persepsi dan penghayatan seseorang itu secara
umum merupakan suatu proses aktif yang mencakup data inspektif maupun introspektif. Kognisi
pasien mencerminkan suatu sintesis dari stimulus eksternal maupun internal. Cara seseorang
menilai suatu kejadian/keadaan umumnya tampak dalam kognisi mereka (pikiran dan bayangan
visual).
Kognisi ini yang membentuk kesadaran (consciousness) atau fenomena yang timbul. Hal
ini mencerminkan pandangan mereka akan dirinya, dunianya, masa lalunya, dan masa depannya.
Perubahan dalam struktur kognitif yang mendasari akan mengubah kondisi emosi serta
pola perilaku pasien. Melalui terapi psikologik, pasien akan menyadari (aware) akan distorsi
kognitif yang dimiliknya. Koreksi pikiran-pikiran yang salah dan menimbulkan hendaya ini akan
• Seseorang menafsirkan suatu kejadian serta bereaksi terhadap hal itu berdasarkan caranya
• Kalau cara memandang masalahnya tidak rasional, akan mengganggu dan menyebabkan
• Bila memiliki cara pandang yang tidak rasional,maka cara memperbaikinya adalah dengan
Cognitive Restructuring
DEFENISI CBT
CBT adalah bentuk psikoterapi yang menekankan pentingnya peran pikiran dalam
bagaimana kita merasa dan apa yang akan kita lakukan. Istilah “Cognitive Behaviour Therapy
(CBT)” merupakan istilah yang sangat luas untuk kelompok terapi yang sejenis. Ada beberapa
pendekatan terhadap CBT, meliputi Rational Emotive Behaviour Therapy, Rational Living
digunakan untuk gangguan mental mayor, yang awalnya dikembangkan untuk depresi dan
cemas. Teori struktur dan metoda dasarnya dikembangkan oleh Aaron Beck pada tahun 1960-an.
Awalnya memfokuskan pada patologi dalam gaya memproses informasi dari pasien depresi atau
cemas, tetapi kemudian dia menggabungkan metoda perilaku untuk mengaktifkan pasien,
penelitian yang mendukung telah mendorong perkembangan berbagai teknik sehingga saat ini
CBT menjadi istilah umum yang meliputi sekelompok terapi yang sejenis.
generiknya. Jadi, disebuah tingkat yang sangat dasar CBT melihat hubungan antara lima elemen:
lingkungan, pikiran, perasaan, sensasi fisik, dan perilaku. Ini biasanya digambarkan sebagai
lingkaran setan dan metafora inilah yang digunakan sebagai dasar pemikiran pengobatan ketika
pertama kali mendeduksi pasien ke CBT sebagai model. Di CBT, semua model gangguan
spesifik seperti serangan panic, disajikan sebagai lingkaran setan dengan elemen-elemen ini
diwakili. Ilmuwan praktisi model akan mendorong dokter, sedapat mungkin, untuk
menggunakan sebuah model spesifik untuk gangguan dengan memperkenalkan pasien pada
Namun, untuk memahami prinsip-prinsip dasar CBT, ada baiknya untuk berpikir tentang
prinsip pertama. Jadi, dalam bentuk yang paling umum, model CBT dapat direpresentasikan oleh
Greenberger dan Padesky (1995), sebagai lingkaran setan yang menghubungkan peristiwa di
Dalam model CBT ada tiga tingkat pemikiran (dalam buku teks CBT hal ini disebut
sebagai kognisi), yang selama 30 tahun terakhir telah didefinisikan, dijelaskan, dan diuraikan
Teks kunci untuk pembaca yang tertarik adalah oleh Beck dan rekan (1976, 1979) dan Beck
(1995) dan Padesky dan Greenberger (1995). Bahasa yang digunakan untuk mendeskripsikan
tingkat pemikiran ini tampak sangat kompleks dan membingungkan baik bagi dokter maupun
pasien.
Oleh karena itu, untuk menyederhanakan bahasa dan istilah-istilah berikut ini telah
Inti Keyakinan.
Dari perspektif teoretis, ketiga level ini terhubung dan ini dijelaskan dengan paling baik
menggunakan metafora. Jika kita mempertimbangkan tiga tingkat dalam istilah air mancur, maka
keyakinan inti akan mewakili lubang kuat yang memaksa air keluar dari tanah. Aturan hidup
akan mewakili sumber air yang langsung muncul dari lubang dan beri air mancur itu bentuk dan
bentuknya.
Akhirnya, pikiran negative otomatis (NATs) akan mewakili ratusan tetesan air yang
dibuang dari setiap mata air, didorong oleh kekuatan lubang, mencapai ketinggian maksimalnya.
Dinyatakan dalam istilah psikologis inti keyakinan mewakili perasaan dasar diri kita dan
merupakan kunci bagaimana kita melihat- diri sendiri, orang lain, dan dunia dan terkait dengan
emosi tingkat tinggi. Aturan untuk hidup bertindak sebagai asas yang memandu perilaku
individu dan mengatur cara kita bertindak dan berinteraksi di dunia dengan cara yang
membangun dan mengembangkan lebih lanjut rasa diri kita, yaitu kita adalah siapa. NATs
adalah produk langsung dari keyakinan dan aturan inti kami untuk kehidupan dan mewakili
bagaimana kita memahami pengalaman kita dalam situasi sehari-hari. Kami akan melakukannya
Tingkat pertama biasanya disebut sebagai pikiran otomatis negatif (NATs) . Di level ini
Dalam model Beck et. al (1976, 1979) NATs didefinisikan sebagai penilaian individu
dari situasi atau peristiwa tertentu. Dengan demikian, tingkat kognisi ini mewakili apa yang
sedang terjadi melalui pikiran individu dalam situasi tertentu dan dapat dikaitkan dengan
kesenangan, keadaan perasaan tidak menyenangkan atau netral. Dalam model CBT, NATs
merupakan gejala klinis yang paling menarik adalah yang paling terkait erat dengan tingkat
negatif yang tinggi dari perasaan seperti kecemasan, suasana hati rendah, rasa bersalah, malu dan
Setiap model CBT spesifik gangguan mengidentifikasi tema yang berbeda dalam hal pikiran
NATs (dan aturan untuk hidup). Jadi, misalnya, dalam gangguan panik (Clark, 1986)
Tema ceritanya dari NATs adalah salah tafsir dari sensasi tubuh di mana bahaya yang sudah
dekat
Verbal atau kata-kata , misalnya 'Saya akan pingsan', 'Saya mengalami serangan jantung'
Gambar atau gambaran di mata pikiran , misalnya gambar diri, supermarket runtuh dan
orang yang berdiri di dekat Anda menatap Anda dan tidak membantu. Perumpamaan
Dalam model asli Beck (Beck, 1976; Beck et al., 1979; Beck et al., 1985b) informasi
pemrosesan yang bias disebut sebagai 'kesalahan berpikir' atau 'distorsi kognitif'. Dalam Model
klinis Beck, isi setiap NATs dikatakan mengandung pemrosesan informasi bias dan jenis tertentu
dari bias pemrosesan informasi dapat diidentifikasi sehubungan dengan depresi dan kecemasan.
Yang terpenting adalah sebagai berikut.
Proses berpikir lebih negatif dan sering berfokus pada peristiwa masa lalu : 'Saya belum
Proses berpikir lebih hitam dan putih : 'jika ada kesalahan dalam esai itu tidak layak
Kita mengalami kesulitan berpikir dalam istilah tertentu dan cenderung membuat
kesimpulan umum yang biasanya negatif tentang- diri sendiri, orang lain, atau peristiwa
dalam hidup kita: 'bos saya tidak suka pekerjaan itu; dia mungkin tidak akan menyukai
Kita lebih mudah mengingat ingatan negatif dari masa lalu dan lebih sulit mengingat
Pemikiran kita tentang peristiwa masa lalu bisa menjadi renungan , yaitu kita
membalikkan hal yang sama berulang kali dalam pikiran kita berulang kali
Kita lebih peka terhadap kritik dan melihat ini di tempat yang mungkin tidak
Lebih negatif dan sering berfokus pada kejadian di masa depan : 'jika saya pergi untuk
wawancara ini, saya akan membuat diri saya seperti orang bodoh '
Secara otomatis mencari apa yang berpotensi mengancam atau berbahaya bagi kita
Hanya berfokus pada ancaman yang ada dengan perspektif yang sempit dan tidak
Berfokus pada hasil terburuk yang sering kali berlangsung selama berminggu-minggu,
Didominasi oleh kekhawatiran tentang kejadian di masa depan dan kita membalikkan hal
Umumnya, saat ini, yang disebut sebagai bias pemrosesan informasi dan ini adalah istilah yang
akan digunakan. Kategori yang ditentukan oleh Beck dalam pekerjaannya aslinya berasal dari
pengamatan klinis. Selama 30 tahun terakhir penelitian yang sedang berlangsung di bidang ilmu
kognitif telah mengembangkan bukti untuk mendukung pengamatan klinis Beck dan
menguraikan lebih lanjut bagaimana bias pemrosesan informasi menjaga dari masalah kesehatan
mental. Contoh bukti penelitian ini ada (lihat Williams et al., 1997 untuk review komprehensive)
untuk mendukung gagasan bahwa dalam hal cemas dan depresi, bagaimana informasi diproses
dengan cara yang bias yang berarti hanya jenis informasi tertentu yang diambil di papan atau
Bias dari pemrosesan ini dipandang sebagai pusat untuk pemeliharaan gangguan
emosional dengan menjaga fokus perhatian pada hal-hal negative atau informasi terkait ancaman
dan tidak memperhatikan atau mengabaikan informasi yang bertentangan. Untuk adalah teks
yang sangat baik tentang aplikasi klinis dari aspek kognisi, lihat Harvey et al., 2004. Sebagai
contoh, tetap menggunakan model kognitif gangguan panik (Clark, 1986), ada bukti penelitian
(untuk diskusi yang menarik, lihat Barlow, 2004) yang menunjukkan dari penderita gangguan
panik akan lebih sigap mendeteksi dan memperhatikan perubahan pada tubuhnya sensasi dari
pada kontrol non-cemas. Dengan demikian, jika individu yang mengalami kepanikan mengalami
sebuah sensasi pusing, mereka tidak hanya mendeteksi ini lebih cepat daripada yang non-panik
juga individu yang rentan, tetapi mereka lebih cenderung menilai ini sebagai berbahaya dan
mengancam dan mereka akan menyimpulkan 'Saya akan pingsan'. Mereka lebih cenderung
melakukan ini daripada mengabaikan sensasi atau menganggap penjelasan yang lebih ringan dari
sensasi tersebut, seperti 'itu hanya sebuah perasaan saja, nanti akan berlalu'. Dalam literatur ini
disebut sebagai Deteksi isyarat ancaman (Barlow, 2004; Williams et al., 1997)
Demikian pula dalam depresi, bukti penelitian menunjukkan bahwa tidak hanya itu
konten pemikiran negatif tetapi juga bias pemrosesan utama yang merupakan pusat pemeliharaan
gejala depresi adalah pemikiran hitam dan putih (lihat Williams et al., 1997). Cemas dan depresi
dibahas secara terpisah, tetapi bagaimanapun, dalam realitas klinis praktek di mana pasien sering
datang dengan kecemasan komorbid dan atau depresi kemudian pasien mungkin mengalami
kombinasi dari gejala ini. Area ini mewakili ujung potongan dari penelitian CBT saat ini.
Sebagai literatur di bidang pengolahan informasi bias dan peran mereka dalam pemeliharaan
masalah kesehatan mental meluas, beberapa peneliti menyerukan pengembangan apa yang
informasi bias sering terjadi pada berbagai gangguan kecemasan atau gejala komorbiditas
kecemasan dan depresi. Bias pemrosesan informasi ini selanjutnya akan dibahas.
bentuk disfungsional asumsi (Beck, 1995; Beck et al., 1979) atau, dalam beberapa tahun terakhir,
diistilahkan tingkat kognisi aturan untuk hidup yang didefinisikan sebagai aturan yang memandu
perilaku dan tindakan. Ini juga mewakili bahasa yang lebih ramah untuk bekerja dengan
pasien.
kemudian . . . '. Untuk dikembalikan kepada kami Contoh kasus, Orang yang hidup
dengan aturan yang memandu sebagian besar pengambilan keputusannya dengan perilaku
menghindar, sebagai berikut: 'Jika saya tidak memegang kendali disetiap saat, akan ada
sesuatu yang buruk terjadi.' Pada pemikiran tingkat kedua ini, tema kendali adalah kunci
Jenis aturan kedua berkaitan dengan yang diutarakan sebagai pernyataan 'permintaan'.
Orang yang memegang aturan: 'Saya harus sempurna.' Ini tidak memiliki persyaratan 'jika
saya melakukan X maka Y akan mengikuti ', akan tetapi hanya terjadi sebagai bentuk
mengikuti permintaan yang diharapkan individu itu sendiri. Aturan, yang diutarakan
sebagai pernyataan permintaan, sering dikaitkan dengan sebuah rasa tanggung jawab dan
moralitas yang kuat dan seringkali lebih sulit untuk ditangani dalam pengobatan. Aturan
hidup ini secara langsung terkait dengan perilaku yang kita lakukan untuk melakukannya
Dengan demikian, asalkan kita bisa memenuhi kondisi atau permintaan yang ditetapkan
untuk kita oleh aturan kita, harga diri dan rasa aman dan keamanan tetap utuh dan kita bisa
berfungsi dengan baik. Namun, jika karena alasan apapun kemampuan kita menjaga kondisi atau
permintaan kemudian dikompromikan dengan aturan kita, menurut Beckian teori, ini membuat
Juga bila sikap lingkungan masa kecil yang mengarah pada pengembangan aturan ini bisa
berarti bahwa tuntutan aturan kita pada akhirnya tidak realistis dan meningkatkan kerentanan kita
lebih lanjut.
Ada dua perbedaan penting yang harus dibuat antara NATs dan aturan untuk hidup, sebagai
berikut:
Meskipun NATs mewakili penilaian kita atas situasi atau peristiwa tertentu, aturan untuk
Sementara NATs bias dalam hal konten dan proses, aturan untuk hidup adalah nilai dari
penilaian , yang bukan secara inheren benarnya atau salah lebih besar atau derajatnya
Sesuai dengan model normalisasi yang dijelaskan sebelumnya, kita semua memiliki aturan
seperti itu yang memandu pilihan terhadap perilaku kita. Memang teori Beckian menyatakan
bahwa aturan ini adalah langsung diturunkan dari pola asuhan kita dan sering kali mencerminkan
nilai-nilai budaya bersama keluarga, sekolah, agama, kelas sosial dan sejenisnya.
Fitur yang menentukan dari aturan tersebut adalah bahwa orang memegangnya dengan
kaku, sering kali dengan tingkat keyakinan yang tinggi dan ketidakfleksibelan inilah yang sering
kali bermasalah daripada konten aturan itu sendiri. Mengingat bahwa ciri khas dari aturan untuk
hidup adalah bahwa mereka beroperasi lintas situasi, maka mereka kecenderung memberikan
pengaruh atas beberapa bidang kehidupan seseorang. Perilaku seorang individu dalam
melakukan ataupun tidak terlibat dalam sesuatu peristiwa adalah penanda yang berguna untuk
Diskusi yang lebih mendalam tentang tema hingga konten kognitif aturan untuk hidup
Dalam teori Beckian, tingkat kognisi ketiga ini disebut dengan berbagai cara sebagai
yang mendasari asumsi (Beck et al., 1979) atau, dalam beberapa tahun terakhir, keyakinan tanpa
syarat (Greenberger dan Padesky, 1995) dan skema (Young, 1994). Secara konsistensi, mereka
disebut sebagai Inti keyakinan. Ini mewakili mekanisme dimana informasi diproses oleh individu
untuk menggerakkan komponen psikologis dari gangguan emosional, dimana aturan hidup
adalah proses terkait dan NATs adalah produknya. Inti keyakinan berhubungan dengan domain
tentang diri ('Saya buruk', 'Saya gagal'); diri sendiri dalam hubungannya dengan orang lain,
('Saya lebih rendah'); orang lain ('orang tidak bisa dipercaya', 'orang lain lebih baik dari saya');
dan dunia ('dunia itu kompetitif', 'dunia tidak adil'). Ini dianggap memiliki pengaruh lebih global
dalam lingkup mereka dan memiliki kualitas absolute, dalam hal itu orang cenderung
Dengan demikian, individu merasa sulit untuk melakukannya menjauhkan diri dari
keyakinan, dan mendefinisikan dirinya, orang lain, dan dunia dengan keyakinan itu. dengan
demikian, lebih seperti pemberian sehari-hari kita hidup dari rumput itu berwarna hijau atau
langit biru, orang melihat dirinya rentan, orang lain tidak dapat diandalkan dan dunia sebagai
berbahaya. Sementara itu, ada orang yang melihat dirinya sebagai orang yang gagal, orang lain
remaja sebagai sebuah hasil dari pengalaman dalam hidup kita. Sedangkan peristiwa traumatis
seperti pelecehan atau berkabung dalam masa kanak-kanak jelas dapat mengarah pada
pengembangan keyakinan inti yang dipegang kuat tentang diri, orang lain dan dunia,
kepercayaan kebanyakan orang pada tingkat ini adalah produk umum dari lingkungan mereka
selama masa kanak-kanak, yang akan menjadi campuran pengalaman yang bermanfaat dan
pengalaman negative. Young (1994) menggambarkan keyakinan inti sebagai produk dari
lingkungan umum berbahaya dari hasil sebuah peristiwa traumatis. Menurut Beckian teori (Beck,
1976; Beck et al., 1979; Padesky dan Greenberger, 1995), ini adalah aturan kita untuk hidup dan
keyakinan inti yang mewakili kerentanan psikologis individu terhadap depresi dan kecemasan.
Dengan demikian, keyakinan ini mungkin tidak aktif tetapi diaktifkan oleh peristiwa
Tujuan keseluruhan CBT adalah untuk mengubah setiap tingkat pemikiran. Ada anggapan
bahwa pekerjaan selalu dimulai pada tingkat NATs, bekerja dengan kedua konten ( apa yang
Salah satu yang paling mudah ditangani, hasilnya meredakan gejala secara cepat.
Alasan lebih lanjut untuk tidak menangani aturan untuk hidup dan keyakinan inti pada
contoh pertama adalah bahwa ini lebih terkait erat dengan perasaan inti diri dan harga diri kita,
dan untuk mengatasi hal ini kemungkinan besar akan meningkatkan emosi yang naik yang
mungkin malah makin buruk daripada mengurangi kesusahan. Dengan demikian, individu perlu
dibekali dengan keterampilan mengelola emosi tersebut. Keterampilan ini berasal dari pekerjaan
yang dilakukan di tingkat NATs. Keterampilan yang dipelajari pada saat ini dalam pengobatan
sangat penting dimana jika pasien dan dokter mengambil keputusan untuk melakukan pekerjaan
Upaya apa pun untuk mengatasi dapat menyebabkan eksaserbasi sementara dari suasana
hati dan kecemasan yang rendah. Ini normal dan perlu agar pekerjaan ini bisa berlangsung.
Namun, pasien perlu memiliki pemahaman yang baik tentang keterampilan CBT yang digunakan
untuk menangani NATs dan perilaku tidak membantu sehingga ini dapat digunakan untuk
mengelola emosi tinggi yang muncul saat mengerjakan aturan untuk hidup dan keyakinan inti.
Yang penting, ada asumsi dalam CBT bahwa ketiga tingkatan pemikiran tersebut saling
dalam aturan untuk hidup dan pada gilirannya bekerja langsung pada aturan ini membuat proses
kerja dalam keyakinan inti lebih fleksibel dan adaptif. Jadi, dalam terapi kognitif jangka pendek
(6-18 sesi) ada asumsi bahwa mekanisme pemrosesan dalam keyakinan inti adalah cukup adaptif
dan tidak ada pekerjaan yang langsung perlu dilakukan pada tingkat ini berpikir. Namun, sebagai
sebuah aturan hidup kita dapat memainkan peran kunci dalam pemeliharaannya dengan tidak
membantu perilaku mempertahankan kecemasan dan depresi, kemudian bekerja pada level ini
untuk mengambil keuntungan yang terus bagi individu dalam menerima pengobatan.
Kesalahan umum bagi orang yang mulai menggunakan CBT untuk berpikir bahwa CBT
adalah 'tentang' secara lisan mempermasalahkan beberapa NATs pasien. Meskipun ini adalah
elemen CBT, sebenarnya tentang mengidentifikasi, memahami dan memutus lingkaran setan
yang terbentuk antara peristiwa di lingkungan individu, kognisi orang tersebut (NATs dihasilkan
oleh aturan untuk hidup dan keyakinan inti) perasaan, sensasi fisik dan perilaku (Green- Berger
Blackburn dan Twaddle (1996) menjelaskan elemen kunci CBT sebagai berikut:
• Pentingnya pemahaman psikologis bersama tentang masalah pasien. Di literatur CBT, ini
sehingga terjadi dialog itu mempromosikan pemecahan masalah dan pemahaman diri,
• Ketelitian dokter, biasanya sebagian besar aspek pengobatan dijelaskan kepada dan
• Penekanan pada empirisme, yang berarti memperoleh pengetahuan dari pengalaman, dan
• Pentingnya apa yang terjadi di luar sesi melalui penggunaan pekerjaan rumah.
Sesuatu yang sangat penting dalam suatu model konsep adalah organisme itu sendiri. Tergantung
pada bagaimana proses internal seperti bekerjanya perhatian, persepsi, dan memori, dan pada
makna dari rangsangan baginya. Organisme yang berbeda apabila mendapat rangsangan yang
serupa bisa memberikan respon yang berbeda. Hal ini dapat digambarkan dengan singkatan S-O-
dari teori pembelajaran sosial dan kognitif perilaku. Ini dapat disebut sebagai prinsip pertama
2. A-B-C-D-E-F
Cara yang berguna untuk menggambarkan peran dari kognisi adalah dengan model “A-B-C-D-E-
F” atau model rasional emosi (aslinya dikembangkan oleh Albert Ellis, model ini telah diadaptasi
“A” adalah activating event (kejadian yang mencetuskan terbentuknya keyakinan atau
“B” adalah beleif (keyakinan atau kepercayaan seseorang berdasarkan kejadian yang
mencetuskan). Ellis menjelaskan bahwa bukan kejadian itu sendiri yang menghasilkan
“C” adalah concequence (konsekuensi emosional dari kejadian tersebut). Dengan kata
lain, ini adalah pengalaman perasaan orang tersebut sebagai hasil dari interpretasi dan
realistik, tidak tepat, dan tidak benar kemudian menggantinya dengan keyakinan yang
rasional, realistik, tepat dan benar). Sebelum mengganti dengan keyakinan yang baru,
pasien sebaiknya menggoyahkan keyakinan yang lama yang ingin diganti. Ajukan 3
baru. Pastikan bahwa hal ini cukup untuk melawan keyakinan lama dan relistis (bukan
“E” adalah effect (efek yang baru dan lebih baik yang harus diidentifikasi dan
bagaimana supaya pasien bisa merasakannya lebih intens atau bagaimana pasien dapat
“F” adalah further action yaitu pada akhirnya dikembangkan sebuah rencana untuk
bertindak lebih lanjut dengan mempertimbangkan kemungkinan pasien akan berpikir dan
bereaksi yang sama seperti sebelumnya. Mencoba mengembangkan salah satu dari
tindakan tersebut:
baru, dan
(3) Tindakan perilaku. Secara sengaja, pasien menerapkan cara baru untuk
Penerapan CBT
CBT sebagai suatu terapi aktif sangat membutuhkan pemahaman dan kerjasama dari
klien, dimana mereka hendaknya dapat termotivasi, mampu mengenali berbagai pikiran dan
emosinya, menyampaikan dalam bentuk kata dan kalimat yang dapat dipahami, serta mampu
menghubung-hubungkan berbagai pikiran dan emosi tersebut. Oleh karenanya, walau terapi ini
dapat diaplikasikan pada cukup banyak gangguan psikiatri, namun terdapat beberapa kondisi
yang menjadi kontraindikasi yaitu psikosis akut, gangguan depresi berat, delirium, dan demensia.
Klien dengan psikosis akut sulit diberikan CBT terkait dengan tingginya ekspresi emosi mereka
dan berbagai defisit neuropsikologis lain yang dialaminya. Pada gangguan depresi berat terjadi
retardasi psikomotor dan tingginya resiko bunuh diri mendadak, sehingga juga merupakan
hambatan dalam pemberian CBT. Sedangkan pada delirium dan demensia terdapat kondisi
Terdapat hubungan 2 arah antara kognisi dan perilaku, dimana proses kognitif akan
keduanya yang demikian, maka klinisi dapat memilih untuk mengintervensi pada baik level
kognitif atau level perilaku dengan metoda praktis memutus lingkaran dan mendorong respons
yang lebih adaptif. Dalam praktek klinis CBT, terapis biasanya merancang strategi untuk
mempengaruhi keduanya, baik patologi pada kognitif maupun perilaku. (Wright et al, 2006)
CBT adalah bentuk psikoterapi yang berorintasi pada kemampuan penerapkan terapi.
Para terapis dilengkapi dengan alat-alat untuk membantu pasien mengatur suasana hati mereka,
restrukturisasi cara berpikir, dan mengatasi masalah mereka. Para klinisi terkadang lupa bahwa
orang-orang yang dirawat telah berhasil mengontrol kehidupannya lama sebelum datang kepada
mereka. Para pasien tersebut mungkin tidak dikelola dengan optimal, tetapi kemungkinan
mereka sudah memiliki beberapa kemampuan penerapan CBT dan sudah belajar dari
merupakan terapi yang didukung bukti klinis dan yang dapat diterapkan ke serangkaian masalah
emosi, tetapi CBT juga menjadikan proses perubahan dapat dicapai, dalam jangka pendek yang
biasanya 6-20 sesi. Hal tersebut dilakukan dengan merinci pemikiran dan keyakinan yang
merusak diri, dan dengan membentuk suatu alternatif dalam hidup yang menekankan pada sudut
pandang. CBT menangani masalah emosi dan perilaku dengan menarik perhatian ke pola pikir
dan mood (suasana hati). Ketika seseorang tenggelam dalam masalah emosi, maka orang tersebut
tidak berada dalam kondisi yang paling rasional. Mereka akan cenderung berpikir dalam cara
Kemampuan menerapkan CBT akan membantu membangun ulang pola pikir (sikap,
asumsi dan keyakinan), menguji pola pikir, memutuskan apa yang bermanfaat dan apa yang
tidak bermanfaat, kemudian membangun cara berpikir yang lebih produktif dan meningkatkan
kualitas hidup. CBT digunakan secara luas dalam NHS (National Health Service) di Inggris dan
dikenal sebagai pemecah masalah yang cepat dan efektif, serta sarana untuk meningkatkan
kualitas hidup.
2. Melatih keterampilan praktis untuk mengubah suasana hati yang berkaitan dengan
4. Atribusi perbaikan diri pada keterampilan diri bukan perjumpaan dengan terapis.
Poin-poin kunci CBT:
2. Tugas klinisi adalah tidak hanya untuk menolong orang mengatasi gejala penyakit dan
pulih dari konsekuensi psikososial tetapi juga untuk mempersiapkan untuk situasi yang
Kunjungan terapi dapat memberikan suatu struktur untuk menandai berlalunya waktu,
5. Metode CBT bekerja baik bagi terapis seperti dilakukan untuk para pasien. Karena itu,
ketika perasaan internal selama sesi terapi merasa tertekan, terapis harus mengerti pikiran
otomatis mereka, mencari kesalahan berpikir , dan memperbaiki distorsi mereka dalam
menerapkan koping sebelumnya dan mengkomunikasikan baik secara lisan atau melalui
menyelesaikan masalah, dan cukup cerdas untuk mengetahui kapan minta tolong
.Validasi jenis ini meningkatkan kolaborasi alam dari ikatan terapetik, suatu yang sangat
1) Mengikat hubungan terapi. Hal ini merupakan langkah pertama dalam membangun
hubungan terapeutik dengan klien, yang dicapai dengan sikap empati, menerima, dan
hormat. Pada tahap awal ini, terapis menunjukkan pada klien tentang adanya
kemungkinan untuk berubah dan bahwa CBT dapat membantunya untuk mencapai
tujuan tersebut.
2) Menilai masalah, orang, dan situasi dengan menilai sudut pandang klien tentang
permasalahannya, gangguan klinis yang berkaitan, riwayat pribadi dan sosial, menilai
tingkat keparahan masalah, faktor kepribadian yang terkait, serta faktor non psikologis
lainnya seperti kondisi fisik, pengobatan, penyalahgunaan zat, gaya hidup dan
3) Mempersiapkan klien untuk terapi dengan menjelaskan tujuan terapi menilai motivasi
4) Menerapkan program terapi. Hal ini mengambil sebagian besar sesi terapi, dimana
mengembangkan perilaku yang disepakati, serta strategi atau teknik tambahan yang
5) Menilai kemajuan terapi yang dilakukan menjelang akhir terapi dengan memeriksa
6) Mempersiapkan terminasi juga merupakan hal yang penting dilakukan dan perlu
disampaikan kepada klien setelah diperoleh periode perbaikan. Komponen ini dilakukan
dengan mengingatkan kembali tentang berbagai hal yang telah dipelajari, mendiskusikan
Karakteristik CBT
Konsep dan metode CBT terus berkembang, sebagian besar memiliki karakteristik
sebagai berikut :
1. CBT didasarkan pada model kognitif respons emosional, dimana CBT didasari oleh ide
bahwa perasaan dan perilaku dipengaruhi oleh pikiran, bukan oleh faktor luar seperti
orang, situasi, atau peristiwa. Serta bahwa cara berpikir dapat diubah untuk memperoleh
perasaan dan perilaku yang lebih baik, bahkan walaupun situasi tidak berubah.
2. CBT memiliki durasi pendek dan mempunyai batasan waktu, dimana bahwa diantara
berbagai bentuk psikoterapi, CBT termasuk bentuk yang cepat mencapai hasil dengan
rata-rata 16 sesi yang diterima oleh klien. Hal ini terjadi karena bentuknya yang sangat
instruktif dan disertai penggunaan tugas rumah. Sejak sesi awal, klien dibantu untuk
mengerti bahwa proses terapi formal akan memiliki titik akhir setelah dicapai suatu
3. Hubungan terapeutik penting untuk terapi yang efektif namun bukan merupakan fokus,
dimana bahwa memiliki hubungan yang baik dan penuh kepercayaan adalah penting pada
CBT namun yang lebih penting adalah bagaimana belajar untuk berpikir dengan cara
yang berbeda dan berperilaku sesuai yang dipelajari dengan mengajarkan kemampuan
4. CBT adalah usaha kolaboratif antara terapis dan klien, dimana terapis akan melihat apa
yang menjadi tujuan klien dan membantu dalam mencapainya. Oleh karenanya, terapis
akan berperan sebagai pendengar, pengajar, dan pendorong. Sementara klien berperan
5. CBT didasarkan pada aspek filosofi pengendalian diri. Sebagian besar klien yang mencari
terapi tidak menginginkan merasa seperti cara mereka merasa sebelumnya. CBT tidak
yang bisa didapat dengan mampu merasa tenang pada saat menghadapi situasi yang tidak
diharapkan, sehingga mampu meletakkan diri pada posisi yang lebih baik untuk
masalah.
Socrates ini merupakan cara menyusun pertanyaan seperti yang dilakukan oleh seorang
guru dalam menuntun murid untuk menggunakan pengalaman dan pengetahuan yang
telah dimilikinya dalam memecahkan suatu masalah pada arah yang diinginkan. Dalam
dialog tersebut akan memadukan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah
disadari secara pemikiran biasa. Pertanyaan diajukan dengan motivasi untuk mengerti
progres pertanyaan untuk membantu klien dalam evaluasi kepercayaan yang salah dan
memperbaikinya. Dalam proses ini, sebuah catatan pemikiran seringkali digunakan. Klien
7. Terstruktur dan terarah, bahwa terapis mempunyai rencana khusus untuk setiap sesi serta
teknik atau konsep khusus yang dipikirkan selama setiap sesi yang berfokus pada tujuan
klien. Terapis CBT tidak mengatakan apa yang harus dilakukan oleh klien, namun
8. Didasarkan pada metoda pendidikan, dimana CBT didasari pada pendapat bahwa hampir
seluruh reaksi emosional dan perilaku dipelajari. Karena itu, maka tujuan terapi adalah
untuk menolong klien agar belajar cara baru dalam bereaksi, mengerti bagaimana dan
9. Teori dan teknik CBT menggunakan metoda induktif. Bahwa suatu pikiran rasional
intinya adalah didasarkan atas fakta. Metoda induktif mendorong klien memandang
pikirannya sebagai hipotesis yang dapat diragukan dan diuji. Jika memperoleh informasi
baru, sehingga hipotesis menjadi tidak benar, maka klien dapat mengubah cara
10. Tugas rumah sebagai bentuk inti CBT. Sesi terapi yang 1 jam perminggu akan
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk mencapai perubahan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan. Maka dari itu, pembuatan tugas rumah akan mendorong klien
untuk terus belajar dan berlatih teknik yang telah dipelajari pada sesi terapi.
Gambaran Pengobatan
Terapi dimulai dengan komponen psikoedukasi dimana sifat dan faktor yang
mempertahankan (mis. pola pemikiran dan tendensi perilaku) digaris bawahi. Dari awal, terapis
bekerja untuk membentuk kerjasama terapeutik dengan klien mereka, yang mendukung untuk
berperan sebagai partner aktif dalam proses terapeutik. Terapis dan klien secara bersama-sama
menentukan tujuan terapi dan bersedia bergabung dalam jadwal sesi. Sebagai tambahan, terapis
yang ditunjuk antara sesi “pekerjaan rumah” yang mendampingi klien dalam menerapkan teknik
yang dipelajari di sesi terapi dan dalam mempraktikkan pentingnya kemampuan kognitif dan
Fase terapi pertama terfokus pada pemulihan gejala. Tujuan fase ini adalah untuk mengikat
kembali klien dengan aktivitas sehari-hari serta membuat mereka dapat produktif kembali.
Fase tengah terapi bertujuan dalam merubah kognitif. Dalam fase ini klien belajar untuk
Fase final tertuju dalam mempertahankan efek terapi dan pencegahan kekambuhan. Pada fase
ini, klien didorong untuk menantang skema negatif yang mendasari dengan cara terlibat dalam
percobaan perilaku yang menguji kebenaran skema serta kemampuan adaptasi mereka.
Fase pertama menekankan perubahan perilaku. Fase ini sering disebut "penjadwalan
perilaku" atau "aktivasi perilaku.” Pada awalnya, klien belajar untuk memantau aktivitas dan
pengalaman harian mereka. Seringkali, rutinitas orang yang mengalami depresi ditandai dengan
pola inaktivitas dan koping penarikan diri/menghindar. Untuk mengidentifikasi pola tersebut,
klien diminta untuk membuat catatan kegiatan sehari-hari yang membantu mereka dalam
meningkatkan suasana hati mereka dibandingkan dengan yang merusak suasana hati.
Menggunakan log aktivitas, terapis dan klien bekerja bersama dalam menetapkan tujuan perilaku
dalam domain kehidupan yang penting seperti hubungan sosial, pekerjaan, pendidikan, waktu
luang, kesehatan, dll. Klien didorong untuk menetapkan tujuan jangka pendek dan jangka
panjang yang realistis, dan untuk menggambarkan langkah-langkah yang diperlukan untuk
mencapai tujuan ini. Tujuan didefinisikan dalam hal hasil perilaku daripada emosional.
Selanjutnya, klien secara bertahap menangani masing-masing tujuan mereka sambil memberi
perhatian khusus pada pola penghindaran dan menggantinya dengan coping aktif. Ketika mereka
membuat kemajuan menuju tujuan mereka, klien mencatat keberhasilan mereka dan menghargai
Baru-baru ini para peneliti menganjurkan bahwa aktivasi perilaku dapat berfungsi sebagai
terapi yang berdiri sendiri dan bahwa komponen kognitif dari pengobatan mungkin tidak
Saat klien sudah lebih aktif dan terikat dengan lingkungannya, fokus terapi berubah
menjadi penilaian kognitif dan pembangunan struktur secara ulang. Pertama, terapis membantu
klien memeriksa pola pemikiran mereka menggunakan Socratic questioning, yang merupakan
sebuah metode non-konfrontasi yang memanfaatkan progres pertanyaan untuk membantu klien
catatan pemikiran di mana mereka melaporkan terjadinya peristiwa buruk yang dirasakan dan
mengidentifikasi perasaan negatif serta pemikiran otomatis yang ditimbulkan oleh peristiwa ini.
Kedua, terapi mendampingi klien dalam sebuah proses cognitive restructuring. Sebagai bagian
dari proses ini, klien diajarkan untuk bertanya pada diri mereka mengenai pemikiran otomatis
Apa cara berpikir alternatif yang memungkinkan? Apa implikasinya bagi hidup saya jika
pemikiran ini benar? Apakah pemikiran ini bermanfaat? Catatan pikiran biasanya digunakan
dalam fase ini untuk merekam respons kognitif rasional dan pengaruhnya terhadap emosi
selanjutnya. Beck dkk beranggapan bahwa pemikiran yang dilaporkan oleh individu yang
mengalami depresi umumnya melibatkan distorsi kognitif. Sebagai contoh, individu yang
mengalami depresi sering membuat generalisasi berlebihan mengenai akibat dari peristiwa
negatif, fokus pada hal negatif dan mengabaikan aspek-aspek positif dari sebuah situasi, terlibat
dalam pemikiran semua-atau-tidak sama sekali (all-or-none), dan meramalkan bahwa peristiwa
negatif kemungkinan terjadi di masa depan. Klien belajar tentang distorsi ini dan dilatih untuk
mengenalinya dalam pemikiran mereka sendiri. Mereka diajari untuk memikirkan metode
alternatif dan yang lebih bermanfaat dalam berhubungan dengan diri mereka sendiri dan dunia.
Terapi fase akhir adalah fase pencegahan kambuh, yang terdiri dari dua komponen.
Dalam ranah kognitif, klien berusaha untuk mengubah keyakinan inti yang dapat memicu pikiran
otomatis negatif. Untuk mencapai tujuan ini, mereka melakukan eksperimen perilaku. Ini adalah
aktivitas eksperimental yang direncanakan dan dirancang untuk memperoleh informasi baru
untuk membantu dalam menguji validitas keyakinan klien dan menggantinya dengan yang lebih
adaptif. Dalam ranah perilaku, klien melakukan analisis perilaku mekanisme koping
disfungsional dan strategi pemecahan masalah alternatif. Pada akhirnya, mereka menetapkan
tujuan masa depan, mengantisipasi rintangan dan mempertimbangkan cara untuk mengatasi
hambatan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Ellis, A. (1962) Reason and Emotion in Psychotherapy. Secaucus, NJ: Lyle Stuart.
Beck, A. T. (1967) Depression: Clinical, Experimental and Theoretical Aspects. New York:
Harper & Row.—— (1976) Cognitive Therapy and the Emotional Disorders. New York:
International Universities Press.
Beck, A. T., Rush, A. J., Shaw, B. F. and Emery, G. (1979) Cognitive Therapy of Depression.
New York: Guilford Press.
Beck, A. T., Hollon, S. D., Young, J. E., Bedrosian, R. C. and Budenz, D. (1985b) Treatment
of depression with cognitive therapy and amitryptyline. Archives of General Psychiatry,
42, 142–148.
Beck, A. T., Sokol, L., Clark, D. A., Berchick, R. and Wright, F. (1992) A crossover study of
focussed cognitive therapy for panic disorder. American Journal of Psychiatry,
149,b778–783.
Beck, J. (1995) Cognitive Therapy: Basics and Beyond. New York: Guilford Press.
Wright, J. H. (1996) Inpatient cognitive therapy, in P. M. Salkovskis (ed.) Frontiers of Cogni-
tive Therapy. New York: Guilford Press.
Greenberger, D. and Padesky, C. A. (1995) Mind over Mood: A Cognitive Therapy Treatment
Manual for Clients. New York: Guilford Press.
Williams, J. M. G., Watts, F. N., MacLeod, C. and Mathews, A. (1997) Cognitive Psychology
and Emotional Disorders, 2nd edn. Chichester: John Wiley & Sons.
Clark, D. M (1986) A cognitive approach to panic. Behaviour Research and Therapy, 24, 461–
470.
Barlow, D. H. (2004) The nature of anxious apprehension, in Anxiety and Its Disorders: The
Nature and Treatment of Anxiety and Panic, 2nd edn. New York: Guilford Press.
Young, J. E. (1994) Cognitive Therapy for Personality Disorders: A Schema-focused Approac
Sarasota, FL: Professional Resource Press.
Persons, J. (1989) Cognitive Therapy in Practice: A Case Formulation Approach. New York:
Norton.
Butler, G. (1998) Clinical formulation, in A. S. Bellack and M. Hersen (eds) Comprehensive
Clinical Psychology. Oxford: Pergamon Press.
Padesky, C. A. (1993) Socratic Questioning: Changing Minds or Guided Discovery? Keynote
address, European Congress of Behavioural and Cognitive Psychotherapies, London,
September.
Munoz, R. F., Miranda. J. (2000) Individual Therapy Manual of Cognitive – Behavioral
Treatment of Depression,
Sadock, B (2017) Comperhensive textbook of Psychiatry, 10th edition, London; Lyprncott
Williams dan willm. 10th Edition, halaman: 141 – 148; 953 – 961.
KOLEGIUM PDSKJI, (2007) Modul Psychiatri , Topik : Cognitive Behavior Therapy,
halaman : 50 – 58