PENDAHULUAN
tumbuh kembang yang berbeda pada anak mereka. Orang tua akan mulai
anaknya.
berbagai hal, namun kadang menunjukkan emosi yang labil dapat dipandang
sebagai kondisi normal bila masih dalam batas tertentu. Tetapi ketika seorang
yang timbul lebih sering, lebih persisten, dan dalam intensitas lebih berat
Hyperactivity Disorder (ADHD). Beberapa gejala lain yang dapat ditemukan pada
anak dengan GPPH adalah adanya ambang toleransi frustasi yang rendah,
anak sehari-hari seperti interaksi dengan teman sebaya dan keluarga. Serta yang
1
2
Banaschewski & Rohde (2010) menyatakan GPPH sebagai suatu gangguan psikiatri
yang ditandai oleh suatu perkembangan yang tidak sesuai, pervasif (berbagai situasi
berbeda seperti di rumah dan sekolah) dan persisten dari pola inatensi, hiperaktivitas,
dan/atau impulsivitas berat dengan onset pada masa kanak awal yang berkaitan
dengan hendaya besar dalam fungsi sosial, akademik, dan/atau pekerjaan. Gangguan
neurobehaviour yang paling umum. Merupakan penyakit kronis yang dimulai saat
usia anak-anak dan gejala-gejalanya menetap sampai usia remaja atau dewasa dan
yang signifikan dalam fungsi sosial atau akademik, atau ditandai adanya stres
Pada awalnya GPPH disebut sebagai suatu disfungsi atau kerusakan otak
minimal yang dipahami sebagai suatu gangguan pada anak sehingga tidak
didiagnosis pada masa remaja bahkan orang dewasa. Pada tahun 1976, untuk
pertama kalinya dua laporan pendahuluan menyatakan bahwa GPPH yang terjadi
sejak usia anak tidak selalu muncul saat usia dewasa. Pada tahun 1980, katagori
3
formal tentang GPPH pada dewasa yang memiliki riwayat ADD dengan kondisi
persisten. Walaupun kriteria ADD tipe residual tidak dimasukkan kembali pada
DSM-IV, kriteria GPPH telah dimodifikasi sedemikian rupa sehingga klinisi dapat
mengaplikasikan dengan lebih mudah (Kessler, 2011). Sejak saat itu penerimaan
berkembang.
menetap secara signifikan pada orang dewasa yang memiliki riwayat GPPH saat
anak (Mannuza, 2011). Prevalensi GPPH rata-rata di seluruh dunia adalah 3-10 %
dari populasi anak usia sekolah dan 30-50 % anak dengan GPPH akan tetap
mengalami gangguan ini pada masa remaja dan dewasa muda, walaupun profil
antisosial, berisiko lebih tinggi mengalami depresi berat diusia dewasa muda,
akibat bunuh diri dan kecelakaan, kegagalan dalam pendidikan, kondisi sosial
ekonomi dan status pekerjaan lebih rendah, melakukan hubungan seks pada usia
muda, memiliki pasangan seksual lebih banyak semasa hidupnya, dan lebih
Secara umum, GPPH adalah suatu gangguan yang menetap. Apa yang kita
hadapi saat ini adalah kenyataan bahwa banyak mereka yang berusia muda
gejalanya berlanjut dan mengalami kesulitan yang bermakna pada masa dewasa,
baik gejala GPPH sendiri atau disertai gangguan kepribadian, kesulitan dalam
adaptasi sosial ataupun mengatur emosi, jatuh dalam penyalahgunaan zat, tidak
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Sejarah
Crichton menerbitkan “On Attention and its Diseases” sebagai bagian dari
tinjauan pustaka yang berjudul “An enquiry into the nature and origin of mental
inatensi telah dijabarkan dengan lebih rinci oleh George Still dalam The
dan sikap emosional sering pula diobservasi pada anak-anak tersebut (Kendall,
2009). Pada tahun yang sama gangguan ini diidentifikasi oleh Heinrich Hoffman
sebagai Still Disease dan terus mengalami perubahan nama dan kriteria sesuai
Pada awalnya GPPH disebut sebagai suatu disfungsi atau kerusakan otak
minimal yang dipahami sebagai suatu gangguan pada anak sehingga tidak
didiagnosis pada masa remaja bahkan orang dewasa. Gangguan ini disebut Post
5
6
utama pada kondisi ini adalah sustained attention dan kontrol impuls, sedangkan
1033 ].
bahwa GPPH yang terjadi sejak usia anak tidak selalu muncul saat usia dewasa.
ditemukan antara GPPH anak dan GPPH dewasa, meliputi gejala utama,
pertama untuk membuat diagnosis formal tentang GPPH pada saat remaja yang
usaha-usaha tetap dilakukan agar dapat menentukan kriteria diagnosis yang sesuai
untuk GPPH pada remaja dan dewasa. Walaupun kriteria ADD tipe residual tidak
7
disfungsi pada neurobiologik yang ciri- cirinya sudah tampak pada anak sejak
dua atau lebih situasi yang berbeda seperti di rumah, di sekolah, dan di tempat
kerja. Anak dengan GPPH selalu memiliki tiga komponen ciri utama yang sama
Pendapat yang terbaru dari Higg menyatakan, GPPH bukan hanya masalah
mengenai adanya atensi dan aktivitas, namun lebih pada self regulation. Anak-
anak dengan GPPH memiliki regulasi diri yang buruk, dimana mereka tidak
Regulasi diri juga memerlukan kemampuan untuk menekan impuls dan mengatur
emosi sehingga tidak ada ledakan emosi. Selain itu, komponen lain dari
hiperaktivitas, impulsivitas dan inatensi. Biasanya gejala-gejala ini ada pada saat
impulsivitas saja atau seseorang bisa saja hanya mengalami inatensi saja (Kendall,
2009).
atau impulsivitas dan 3) Kelompok kombinasi (Saddock, 2017). Pasien juga harus
menunjukkan secara klinis adanya gangguan fungsi pada dua atau lebih
Kriteria diagnostik utama yang digunakan saat ini adalah sesuai dengan
Psychiatric Association pada bulan Mei 2013. GPPH dijabarkan sebagai sebuah
gejala terjadi pada dua atau lebih situasi dan secara negatif mempengaruhi fungsi
sosial, akademik atau pekerjaan. Gejala-gejala tersebut harus ada sebelum umur
12 tahun dan tidak muncul secara eksklusif pada skizofrenia, atau gangguan
psikotik atau gangguan mental lainnya. Pada DSM-5 disebutkan juga pada anak-
anak harus memenuhi sedikitnya 6 gejala baik dari kriteria inatensi saja atau dari
ditegakkan sejak berumur 17 tahun) memenuhi sedikitnya 5 atau lebih gejala baik
yang memiliki ciri khas pokok yaitu masalah kurang perhatian. Gangguan ini
selalu timbul pada masa perkembangan dini (biasanya pada umur 5 tahun
pertama). Memiliki ciri utama kurang tekun dalam suatu kegiatan yang menuntut
kegiatan lain tanpa menyelesaikan satu tugas pun, ditambah aktivitas yang
mengacau, tidak beraturan, dan berlebihan. Masalah ini biasanya menetap selama
masa bersekolah dan bahkan sampai umur dewasa, tetapi banyak penderita secara
atau gangguan perhatian harus memenuhi kriteria diagnosis dalam DSM-5 dimana
sosialisasi, atau psikologis. Berdasarkan wawancara dan atau observasi pada lebih
10
dari satu situasi dan terjadi pada dua atau lebih situasi serta mempengaruhi fungsi
Perbedaan yang dapat ditemukan pada GPPH pada anak adalah pada anak
sering tidak mampu mempertahankan duduk diam lebih dari beberapa menit,
mereka dapat tumbuh menjadi sosok dewasa yang mampu mendorong dirinya saat
dibutuhkan. Remaja dengan GPPH sering memiliki mekanisme koping yang lebih
bekerja pada pekerjaan yang aktif, bekerja pada dua tempat sekaligus, atau
memiliki berbagai hobi. Hiperaktif pada anak-anak sering kali tidak bertujuan,
sementara pada remaja dengan GPPH biasanya lebih produktif dan mampu
menjadi lebih buruk pada remaja dan orang dewasa dengan GPPH walaupun
gejala-gejalanya sering kali tidak lebih buruk, hal ini seringkali karena usia remaja
padahal kenyataanya lebih banyak jumlah pasien remaja dan orang dewasa
mengidap GPPH. Walaupun angka kejadian GPPH pada anak lebih tinggi, tapi
mengacu pada sensus di Amerika Serikat tahun 2000, jumlah populasi dewasa
dewasa berkisar tiga kali lebih banyak daripada anak, sehingga diduga ada sekitar
8 juta GPPH dewasa, sedangkan GPPH anak hanya 2 sampai 3 juta saja. Ini
11
dikarenakan 30% hingga 50% GPPH akan berlanjut hingga dewasa (Searight,
2000).
Suatu studi lanjutan mengenai anak-anak dengan GPPH menemukan bahwa 15%
masih memiliki gejala penuh pada usia 25 tahun, dan 50% mengalami remisi
parsial, dengan beberapa gejala yang berhubungan dengan gangguan klinis dan
behavioral pediatrician, dan psikiatri anak. Prevalensi gangguan ini sebesar 2,2%
inatensi, serta 15,3% untuk GPPH tipe inatensi. GPPH terjadi pada 3-5% populasi
anak dan didiagnosis 2-16% pada anak usia sekolah. Terdapat kecenderungan
GPPH lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan
antara 2-9 : 1 pada laki : perempuan. Hubungan biologi seperti memiliki saudara
dengan GPPH dikaitkan dengan resiko tinggi terjadinya GPPH. Orang tua dari
Berdasarkan tinjauan sistematik terhadap 102 studi yang meliputi 171.756 subyek
ditemukan prevalensi GPPH di seluruh dunia adalah 5,29%. Untuk kelompok usia
anak ditemukan prevalensi 6,5% dan 2,7% untuk kelompok usia remaja. Angka
diantara anak sekolah (rentang usia 6-13 tahun) di Jakarta mencapai 26,2%
2012).
Selain itu, banyak anak GPPH juga memiliki komorbiditas dengan gangguan
psikiatri lain. Dikatakan bahwa hanya sekitar 31% yang terdiagnosis sebagai GPPH
murni, selebihnya memiliki gangguan komorbid lain, dan lebih dari 50% mempunyai
2 kondisi komorbid. Salah satu komorbiditas yang asosiasi kuat dengan GPPH adalah
gangguan disruptif, dimana 54-67% anak GPPH juga didiagnosis sebagai gangguan
sikap menentang (GSM) setelah berusia 7 tahun, serta 20-25% akan berkembang
komorbid dengan gangguan tingkah laku (GTL) pada usia pertengahan masa kanak.
Anak GPPH tipe inatensi juga sering memiliki komorbid gangguan cemas. Dapat pula
terjadi komorbid dengan gangguan mood, baik depresi maupun bipolar, dengan
prevalensi sekitar 20-30%. Diantara anak dengan GPPH, 19-26% juga mempunyai
kesulitan belajar yang cukup berat. Komorbiditas lainnya dapat berupa gangguan tik,
baik sebagai gangguan tersendiri atau efek samping pemakaian obat psikostimulan
dengan GPPH. Anak dengan GPPH akan menunjukkan beberapa gejala utama
belajar, pengamatan waktu yang kurang baik, menurunnya daya ingat, baik verbal
emosi dibandingkan anak normal, mudah mengalami frustasi, dan mudah marah.
masalah saat hamil, melahirkan, menderita sakit parah pada usia dini serta racun
yang ada di sekeliling kita memperbesar risiko terjadinya gangguan ini. Kesemua
faktor ini berinteraksi satu sama lain yang dapat memperberat GPPH (bio-psiko-
yang timbul akibat gangguan ini akan semakin komplek. GPPH saat ini dipahami
neurobiologis.
1. Faktor Genetik
sistem neurokimia dan neuroelektrofisiologi, hal ini dibuktikan dari studi genetik
14
pada keluarga, studi genetik transport dopamin, studi neuroimaging dan data
ini. Terjadi polimorfism dalam sejumlah gen termasuk dalam koding untuk
dengan dizigot. Hal yang sama dengan kejadian GPPH meningkat 2-8 kali lebih
tinggi jika ada saudara atau orang tua dengan riwayat GPPH. Hal ini dikaitkan
dengan hipotesa terkait dengan sex gen yang dapat menjelaskan kejadian GPPH
kaitan yang erat dengan GPPH. Penelitian molekular pada GPPH fokus dalam
Defiant Disorder / Conduct Disorder ) dimana perilaku sulit pada anak memicu
perilaku negatif dari orang tua yang selanjutnya memperburuk masalah perilaku
2. Faktor Neurokimiawi
15
menimbulkan efek positif pada gangguan. Dopamin menjadi fokus utama dalam
fungsinya sebagai pengaturan atensi dan regulasi dari kontrol impuls. Pada
penelitian binatang, region otak yang berperanan yaitu lokus sereleus (yang
Sistem adrenergik meliputi sistem sentral dan sistem simpatis perifer. Disfungsi
sereleus. Obat yang paling banyak diteliti dalam terapi gangguan defisit
signal dopamine yang pada akhirnya berefek pada keseluruhan sistem dopamin.
Gejala kognitif pada GPPH juga dikaitkan dengan asetilkolin pada PFC;
seseorang dapat menunda reward, yang mana hal ini sangat terganggu pada
3. Faktor Neurofisiologi
peningkatan aktifitas gelombang theta khususnya pada bagian frontal otak dan
16
elevasi aktifitas gelombang beta. Hal ini menunjukkan adanya mood yang labil
dan temper tantrum pada anak-anak dan remaja dengan GPPH (Buitelaar, 2015).
4. Struktur Anatomi
keseluruhan dari region otak. Prefrontal Cortex (PFC) merupakan bagian otak
yang paling berimplikasi pada GPPH. Korelasi neuroanatomi pada bagian kortek
superior dan temporal yang berperanan dalam fokus perhatian; region korpus
stimulus ke stimulus lainnya. Batang otak yang berisi nucleus talamik reticular
dengan GPPH menunjukkan pengecilan volume otak yang bermakna pada korteks
frontal yang tidak adekuat dalam menginhibisi otak bawah berefek pada
disinhibisi.
17
depannya, seperti hambatan tingkah laku di masa depan. Kapasitas ini membentuk
dasar bagi self control seseorang. Penyebab munculnya gejala GPPH murni
karena proses biologi dan bukan karena pengaruh faktor lingkungan seperti diet,
pola asuh orang tua yang buruk atau pengaruh televisi. Defisit ini membuat
5. Perkembangan
adanya infeksi pada ibu selama kehamilan. Trauma perinatal selama masa awal
yang disebabkan oleh infeksi, radang dan trauma; paparan infeksi selama musim
dimaksud adalah pola hidup selama kehamilan yang memudahkan paparan racun
pada ibu hamil seperti rokok dan alkohol, dimana rokok lebih menunjukkan angka
yang signifikan dibanding penggunaan alkohol pada masa kehamilan. Faktor stres
ibu selama kehamilan yang berkaitan dengan sekresi hormon kortisol dikatakan
juga memberi implikasi pada etiologi GPPH. Faktor postnatal berupa masalah
pola asuh orang tua, dimana lingkungan keluarga yang suportif dapat membantu
termasuk lingkungan sosial dan faktor budaya, riwayat trauma kepala dan toksin
Penambahan zat pewarna, zat perasa makanan dan pemanis diperkirakan memberi
6. Faktor Psikososial.
Anak-anak dalam institusi seringkali hiperaktif dan memiliki rentan atensi
yang lama, dan gejala menghilang jika faktor pemutus dihilangkan, seperti
7. Jenis Kelamin merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi GPPH pada
anak, yaitu anak laki memiliki angka kejadian yang lebih besar bila
menderita GPPH dibandingkan dengan anak perempuan sebanyak 2-9:1. Hal ini
19
disebabkan oleh faktor mekanisme genetik anak perempuan yang memiliki kadar
serotonin darah lebih tinggi dan sintesis yang lambat. Keadaan ini membuat
perilaku agresif anak laki -laki lebih tinggi dibanding perempuan, sehingga
tua kepada anak. Pendidikan orang tua dapat memberikan dampak bagi pola fikir
dan pandangan orang tua terhadap cara mengasuh dan mendidik anaknya.
terhadap pola berfikir dan orientasi pendidikan yang diberikan kepada anaknya.
Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki oleh orang tua maka akan semakin
9. Pola asuh orang tua sebagian besar otoriter, dengan sikap yang cenderung
agresif. Orang tua melarang anaknya tanpa memberikan alasan, sehingga anak
merasa cemas dan stress. Anak yang mengalami stress akan menimbulkan efek
10. Penganiayaan pada anak usia dua tahun pertama merupakan salah satu
pada perkembangan otak anak. Anak yang memperoleh kekerasan akan mudah
cemas dan terangsang impulsif, agresif dalam situasi konflik serta kesulitan
perhatian. Anak selalu hiperaktif, impulsif serta agresif yang merupakan kriteria
11. Penggunaan smartphone sejak usia dini dan dilakukan secara terus
salah satunya GPPH. Anak yang withdrawal dari pemakaian smartpone akan
merasa gelisah, tidak fokus dan ingin selalu kembali memainkan smartphonenya.
yang profesional dalam kesehatan jiwa dengan menggunakan kriteria dari DSM-5
selama minimal 6 bulan untuk tingkat yang tidak sesuai dengan level
dalam memahami tugas atau instruksi. Untuk remaja yang lebih tua dan
sekolah, tugas-tugas.
gejala berikut bertahan selama minimal 6 bulan untuk tingkat yang tidak
dalam memahami tugas atau instruksi. Untuk remaja yang lebih tua dan
a. Sering gelisah menggerakkan tangan atau kaki, sering tidak bisa duduk
diam.
diharapkan.
c. Sering berlarian atau banyak memanjat dalam situasi dimana hal ini
tenang.
motor “.
disampaikan.
C. Beberapa gangguan dari gejalanya muncul pada dua atau lebih situasi.
D. Harus ada bukti yang jelas bahwa gejala-gejala bercampur atau mengurangi
perhatian dan aktivitas berlebih. Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk
diagnosis dan haruslah nyata ada pada lebih satu situasi. Berkurangnya perhatian
tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya tugas dan ditinggalkannya suatu
kegiatan sebelum tuntas selesai. Biasanya karena tertarik pada hal lain dimana
bagi anak dengan usia atau IQ yang sama. Hiperaktivitas dinyatakan dalam
tenang dan dibandingkan pada anak-anak dengan usia dan IQ yang sama. Adanya
dapat mendukung, gangguan belajar serta kekakuan motorik sangat sering terjadi
dan harus dicatat terpisah bila ada, namun tidak boleh dijadikan bagian dari
gejala dari gangguan tingkah laku bukan merupakan kriteria eksklusi atau inklusi
24
untuk diagnosis utamanya, tetapi ada tidaknya gejala-gejala itu dijadikan dasar
secara bersama-sama dalam situasi yang multipel dan ketika gangguan sangat
berat, ini menentukan bahwa tingkat keparahan adalah suatu hal yang harus
GPPH sering timbul bersama gangguan psikiatrik lain, pada anak yang lebih muda
Pada anak yang lebih tua bahkan remaja dan dewasa cenderung menunjukkan :
1. Gangguan mood
bipolar. Hal ini menimbulkan misdiagnosis. Diagnosis yang akurat dapat dicapai
1033 ].
khususnya gejala gangguan perhatian pada GPPH seperti kesulitan dan mudahnya
duduk lama adalah merupakan kriteria gejala depresi mayor. Selain itu beberapa
keadaan yang berkaitan dengan GPPH berupa penurunan minat, penurunan selera
25
yang kronis yang berlangsung hampir sepanjang hari, sedikitnya selama 2 tahun.
Untuk menegakkan diagnosis harus disertai sedikitnya dua gejala lain yang
Pada mereka yang sepanjang hidup menderita GPPH sering ditemukan gejala
gangguan bipolar dan telah mengidap GPPH sejak masa kanak. Tingkat
keparahan penyakit menjadi lebih parah pada mereka yang mengalami GPPH dan
saja. Mereka dengan dua kondisi ini bersamaan biasanya mengalami gangguan
mood tahun sebelumnya lebih awal, memiliki periode sehat yang lebih pendek
dan lebih sering memiliki periode depresi serta lebih banyak disertai komorbiditas
tenang dan mood yang labil, sementara pada GPPH tanpa periode tenang
membantu mengatasi gejala GPPH. Dalam kondisi terdapat GPPH yang komorbid
GPPH komorbid gangguan bipolar, baik psikofarmaka stimulan atau non stimulan
2. Gangguan cemas
ketiganya ada secara bersamaan, semakin jelas bahwa perhatian, kecemasan dan
Bro11 \l 1033 ].
Aspek subyektif pada GPPH dan gangguan cemas sering kali sulit
dibedakan, mereka menunjukkan keluhan yang sama, seperti merasa sama sama
sulit diam pada satu kondisi dalam waktu yang lama, sulit menghentikan pikiran
compulsive disorder (OCD) dan ketika kedua gangguan ini muncul bersamaan,
terapi. Sebagian ahli beranggapan bahwa kedua gangguan ini tidak mungkin
Kemiripannya justru terletak pada baik OCD atau GPPH menunjukkan ujung
yang saling berlawanan dari hendaya yang sama [ CITATION Bro11 \l 1033 ].
27
penanganan awal yang tepat terhadap GPPH dapat memperbaiki gejala cemas.
3. Penyalahgunaan zat
yang lebih awal. GPPH tanpa komorbiditas tampaknya tetap menjadi faktor risiko
tingkat sedang untuk terjadinya penyalahgunaan zat pada masa remaja bahkan
berlanjut saat dewasa. GPPH mempercepat transisi dari kondisi dimana tingkat
yang ada bersamaan dengan gangguan tingkah laku atau gangguan bipolar akan
[ CITATION Bro11 \l 1033 ]. GPPH yang tidak tertangani saat masa anak
4. Psikotik
yang lebih buruk, respon terhadap neuroleptik lebih buruk, dan hasil secara
hanya dengan diagnosis skizofrenia saja [ CITATION Bro11 \l 1033 ]. Pada kasus
GPPH yang komorbid dengan psikotik yang mendapat terapi jangka pendek
(Rittmannsberger, 2014).
GPPH sering kali memiliki gejala yang bertumpang tindih dengan autism
disabilitas intelektual atau kurang stimulasi. Persamaan GPPH dengan ASD ialah
dengan cara non-verbal, kurang peduli dengan lingkungan dan bila marah sulit
ditenangkan. Gejala-gejala GPPH tersebar dalam populasi yang luas dan sangat
Diagnosis banding pada GPPH anak yang lebih tua adalah gangguan
2012). Pada GPPH yang disertai gangguan bipolar juga dapat diikuti oleh
Suatu kondisi medis umum lain dapat pula menjadi diagnosis banding pada
lalu lintas pada orang dengan GPPH maka sangat penting untuk
kepala terjadi.
ahli saraf.
Terdapat bukti-bukti bahwa gejala-gejala GPPH pada masa anak dan remaja
kegagalan, namun tidak ada suatu patokan yang jelas mengenai level GPPH yang
GPPH yang tidak tertangani dengan baik akan berimbas pada masa dewasa
yaitu pada masa ini pasien mengalami masalah dalam pekerjaannya baik berkaitan
dengan penyelesaian tugas-tugas atau dalam hal berinteraksi dengan pekerja lain.
bekerja, menerima penilaian yang lebih rendah dari pimpinan dibanding teman
sekerjanya. GPPH dewasa juga lebih sering memiliki toleransi yang rendah
pekerjaan dalam waktu yang lama dan sering mengalami pencapaian yang rendah
dalam pekerjaan. GPPH dewasa yang tidak mampu mengatur diri mereka dengan
baik serta tidak mampu mengkoreksi diri sendiri saat masalah muncul, kurang
GPPH terutama apabila kesulitan dalam proses belajar telah ada sejak masa anak-
Orang dengan GPPH juga sering mengalami mood yang labil baik dalam
pekerjaan atau di rumah dan banyak yang mengalami rasa percaya diri yang
rendah. Namun masih sering menjadi sulit menentukan apakah mood depresi
merupakan inti dari GPPH itu sendiri atau merupakan suatu komorbiditas atau
31
bahkan dapat sebagai diagnosis banding apabila keluhan itu merupakan episode
imbas dari GPPH masa anak dan remaja yang tidak tertangani dengan baik adalah
masalah reproduksi atau seksual. GPPH dewasa sering memulai aktivitas seksual
lebih dini yaitu pada usia 15 tahun dan cenderung memiliki pasangan seksual
2.8.1.Intervensi farmakologi
efektivitas terapi tetap memerlukan identifikasi yang tepat dari gejala-gejala yang
GPPH baik pada gangguan tingkat sedang atau parah. Methylphenidate adalah
obat lini pertama pilihan. Pada GPPH kemungkinan terjadi defisit dari dopamin
dalam sel melalui dopamine transporter, hal ini mengakibatkan terlalu sedikit
menstimulasi pelepasan dopamin dan oleh karena itu obat ini memiliki cara kerja
yang berbeda. Hal ini memungkinkan jika methylphenidate tidak memberi respon
atomoxetine dapat berupa cemas, gelisah, ide bunuh diri dan perilaku
membahayakan diri sendiri dan perubahan perilaku yang tidak wajar terutama
atomoxetine dapat digunakan sebagai obat lini pertama. Penanganan dengan obat
pada GPPH yang juga melakukan penyalahgunaan zat hanya boleh ditangani dan
diberikan resep oleh orang yang profesional di bidang kesehatan dan memiliki
kualifikasi dalam menangani kedua bidang ini yaitu GPPH dan penyalahgunaan
zat.
33
dan bahkan tidak tersedia di pasaran pada banyak negara. Terdapat preparat
program pengobatan komprehensif untuk anak (di atas 6 tahun) dan remaja
dengan GPPH.
Sedangkan atomoxetine adalah satu-satunya obat non stimulan yang diakui untuk
pengobatan GPPH, baik pada anak dan dewasa. Efektivitas ketiganya dalam
(Zuddaz, 2010).
2.8.2.Intervensi nonfarmakologi
Salah satunya adalah melalui pelatihan ketrampilan sosial. Anak dengan GPPH
menjalin relasi yang optimal dengan teman sebaya, sehingga sering disingkirkan
dari kelompok, dan diberi label negatif oleh guru atau lingkungan. Maka anak
dengan GPPH perlu diberi pelatihan ketrampilan sosial dengan harapan mereka
norma yang ada. Selain itu dilakukan pula modifikasi perilaku dengan
Antecedents adalah semua bentuk sikap, perilaku, dan kondisi yang terjadi
sebelum anak menampilkan perilaku tertentu (misal cara orang tua/guru memberi
instruksi pada anak). Behaviour adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak (yang
ingin diubah). Sedangkan consequences adalah reaksi orang tua/guru setelah anak
antecedents dan consequences sehingga anak diharapkan anak pun akan merubah
perilakunya, dari yang kurang adaptif menjadi lebih adaptif dengan lingkungan
sekitarnya. Tehnik tersebut dilakukan secara konsisten dalam waktu cukup lama.
Edukasi bagi orang tua juga tidak kalah penting. Dalam hal ini dilakukan
edukasi untuk membantu orang tua dapat memahami dengan lebih baik tentang
GPPH, agar tidak ragu dengan diagnosis dan rencana tatalaksana yang dianjurkan.
Edukasi dan pelatihan juga ditujukan bagi guru. Seringkali masalah utama anak
dengan GPPH berupa masalah akademis, dan anak lebih banyak menghabiskan
waktunya di sekolah. Sehingga edukasi dan pelatihan bagi guru penting untuk
guru dalam meng-empati sikap, perilaku, dan reaksi emosi anak didik yang
mengalami GPPH. Para orang tua yang memiliki anak dengan GPPH dapat
yang dihadapi anak, mendapatkan dukungan emosional dari sesama orang tua,
mengurangi penderitaan yang dirasakan, belajar pengalaman praktis dari orang tua
lain. Pada akhirnya diharapkan akan meningkatkan daya penyesuaian serta reaksi
35
yang lebih positif terhadap anak mereka (Wiguna, 2010). Walaupun pengobatan
adalah unsur utama dalam penanganan pada GPPH, suatu psikoterapi individu
GPPH sejak tahun 1979 dan diberikan secara kombinasi atau diberikan bila terapi
lain dianggap gagal. Merupakan suatu bentuk pelatihan perilaku yang bertujuan
memperlihatkan pola gelombang otak pada korteks. Tujuan terapi ini adalah untuk
banyak diteliti dan memberikan hasil responsif yang positif bagi perbaikan klinis
masing sesi dengan durasi sekitar 40-60 menit. Pelatihan Neurofeedback untuk
gelombang beta. Otak memiliki aktivitas listrik yang bekerja pada neuron-neuron
otak, terutama di korteks yang diatur oleh thalamus. Kelistrikan ini dapat direkam
alpha, gelombang beta, gelombang theta, dan gelombang delta. Gelombang beta
dalam keadaan sadar dan siaga. Gelombang alpha berhubungan dengan keadaan
36
relaks (dengan mata tertutup) dengan frekuensi 8-13 Hz. Jika seseorang terus
menutup matanya dan mulai membayangkan suatu kedamaian selama kurang dari
setengah menit, hal ini akan meningkatkan gelombang alpha. Gelombang theta
seseorang sulit fokus. Gelombang theta memiliki frekuensi 4-8 Hz. Gelombang
theta yang sangat rendah frekuensinya akan menyebabkan keadaan yang sangat
rileks, mewakili “zona twilight” antara sadar dan tertidur. Gelombang delta
merupakan gelombang terendah dengan frekuensi sebesar kurang dari 3,5 Hz dan
konsentrasi.
Pada anak dengan GPPH terjadi peningkatan aktivitas gelombang lambat (theta)
dan/atau penurunan aktivitas alpha dan beta, khususnya padea area sentral dan
Nervous System (PNS), sensor diarahkan pada bagian-bagian yang berbeda dari
kelenjar keringat, suhu tubuh dan detak jantung. Instrumen yang digunakan dalam
terapi ini akan memberi respon jika individu menghasilkan aktifitas biologi yang
diharapkan, dan ini akan memperkuat pembelajaran dan kontrol dari individu
Central Nervous system (CNS) dan menggunakan aktifitas bioelektrik dari otak
seperti yang terekam pada EEG sebagai perantara biofeedback (Buitelaar, 2015).
BAB III
1.1. Simpulan
neurobehaviour yang paling umum dan kronis, memiliki dasar neurobiologi yang
memberi dampak luar biasa pada kehidupan seseorang. Gangguan ini biasanya
dimulai saat usia anak-anak dan gejala-gejalanya menetap sampai usia remaja atau
dewasa dan dapat sepanjang hidup. Gangguan ini memiliki gejala berupa
sering dan lebih berat dibanding individu pada level perkembangan yang sama.
perhatian dan paling tidak harus berhubungan dengan gangguan dalam hal
dan atau observasi pada lebih dari satu situasi dan terjadi pada dua atau lebih
situasi penting termasuk di dalamnya situasi sosial, keluarga, pendidikan dan atau
situasi pekerjaan. Konsekuensi GPPH terutama menjadi lebih buruk pada remaja
yang berlanjut hingga dewasa walaupun gejala-gejalanya sering kali tidak lebih
buruk, hal ini seringkali karena orang dewasa memiliki kemampuan lebih untuk
38
39
gejala sering kali bertumpang tindih dengan gejala penyakit lain baik sebagai
diagnosis banding atau komorbidnya. Maka dari itu amat penting untuk mengenali
dan memahami GPPH sehingga dapat dilakukan penanganan secara dini demi
1.2. Saran
profesional yang terlatih dan berpengalaman dalam hal ini, dimana kemampuan
tersebut masih terbatas sehingga dirasa perlu adanya sosialisasi tidak hanya bagi
profesi medis namun penting bagi khalayak umum, workshop mengenai tehnik
DAFTAR PUSTAKA
Adler, A.L. & Shaw, D., 2011. Assesment and Diagnosis of adult GPPH.
In J.K. Buitelaar, C.C. Kan & P. Asherson , eds. GPPH in Adult,
Characterization, Diagnosis, and Treatment. 1st ed. Cambridge: Cambridge
University press. pp.91-104.
American Psychiatric Association, 2013. Diagnostic And Stastitical
Manual Of Mental Disorder. 5th ed. London: American Psychiatric Association.
Banaschewski, T., Coghil, D. & Danckaerts, M., 2010. GPPH and
Hyperkinetic Disorder. 1st ed. New York: Oxford University Press.
Barkley, R.A., Biederman, J. & Weiss, G., 2014. Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (GPPH) in Children and Adults. World Anti-Doping
Program, 5, pp.1-9.
Biederman, J., 2011. The develpoment of Adult GPPH as an
epidemiological concept. In J.K. Buitelaar, C.C. Kan & P. Asherson, eds. GPPH
in Adult,Characterization,Diagnosis,and Treatment. 1st ed. Cambridge:
Cambridge Univer3sity press. pp.1-6.
Brown, T.E., 2011. Comorbidities of adult GPPH. In J.K. Buitelaar, C.C.
Kan & P. Asherson, eds. GPPH in Adult, Characterization, Diagnosis, and
Treatment. 1st ed. Cambridge: Cambridge University Press. pp.121-71.
Buitelaar, J.K., Posthumus, J.A. & Buitelaar, N.J., 2015. GPPH in
Childhood and/ or Adulthood as a risk factor for Domestic Violence or Intimate
Partner Violence : a systematic review. J atten Disord.
CADDRA, 2011. Canadian Attention Deficit Hyperactivity Disorder
Resource Alliance. [Online] Toronto: CADDRA (March 2014) [Accessed 4 June
2015].
Charach, A., Dashti, B. & Carson, P., 2011. Attention Deficit
Hyperactivity Disorder: Effectiveness of Treatment in At-Risk Preschoolers;
Long- Term Effectiveness in All Ages; and Variability in Prevalence, Diagnosis,
and Treatment. October ed. Canada: AHRQ.
Cheung, K., Wong, I., Patrick, L.P., Chan, P., Lin, C. & Wong, L., 2015.
Experience of adolescent and young adults with GPPH in Hongkong: treatment
services and clinical management. BMC psychiatry, pp.1-11.
Departemen Kesehatan RI, 1993. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia III. 1st ed. Jakarta: World Health Organization.
Gomez, N., Colom, F., Jimenez, E., Bosch, R. & Torres, L., 2015. Bipolar
Disorder with Comorbid Attention Deficit and Hyperactivity Disorder. Main
Clinical Features and Clues for an Accurate Diagnosis. Acta Psychiatrica
Scandinavia.
41
42
Goodman, D.W. & Thase, M.E., 2009. Recognizing GPPH in Adults with
Comorbid Mood Disorders: Implications for Identification and Management.
Postgraduate Medicine, 121(5), pp.1-11.
Kendall, T., Taylor, E., Asherson, P., Bretherton, K. & Bailey, S., 2012.
Attention Deficit Hyperactivity Disorder Diagnosis and Management of GPPH in
Children, young people and adults Issued. British: The British Psychological
Society and The Royal College of.
Kessler, R.C., Adler, L..A., barkley, R., Biederman, J., Conners, C.K. &
Laurence, L., 2011. The development of adult GPPH as an epidemiological
concept. In J.K. Buitelaar, C.C. Kan & P. Asherson, eds. GPPH in
Adult,Characterization,Diagnosis,and Treatment. 1st ed. Cambridge: Cambridge
Unyversity Press. pp.9-14.
Kooij, J.S., 2013. Adult GPPH Diagnostic Assessment and Treatment. 3rd
ed. London: Springer.
Mannuzza, S., Weiss, G. & Hetchman, L., 2011. Comorbidity of adult
GPPH. In J.K. Buitelaar, C.C. Kan & P. Asherson, eds. GPPH in Adult,
Characterization, Diagnosis, and Treatment. 1st ed. Cambridge: Cambridge
University Press. pp.121-90.
Patel, N., Patel, M. & Patel, H., 2012. GPPH and Comorbid Condition. In
J.M. Norvilitis, ed. Current Directions in GPPH and Its Treatment. 1st ed. Rijeka:
Intech. pp.25-46.
Rittmannsberger, H., Foff, C. & Holler, M., 2014. Methylphenidate for
Psychosis and aggression in a Patient Comorbid with GPPH- A Case Report.
Psychiatria Danubina, 26(1), pp.77-79.
Russel, R., 2012. Non Medication treatment for adult GPPH: evaluating
impact on Daily Functioning and Well-Being. 2nd ed. Newyork: Routledge.
Rutter, M., Bishop, D., Pine, D., Scott, S., Stevenson, J., Taylor, E. &
Tapher,A., 2008. Rutter's Child and Adolescent Psychiatry. 5th ed. Massachusetts:
Blackwell.
Sadock, B.J., Sadock, V.A. & Ruiz, P., 2017. Attention Deficit/
Hyperactivity Disorder. In C.S. Pataki & N. Sussman, eds. Kaplan & Sadock's.
Synopsis of Psychiatry. Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry. 11th ed. United
State: Wolters Kluwer. pp.1169-81.
Saputro, D., 2012. Deteksi Dini dan Assesment GPPH. In Yusnadewi, S.,
ed. konas AKESWARI 1. Jakarta, 2009. AKESWARI Jakarta.
Searight, H.R., Burke, J.M. & Rottnek, F., 2000. Adult GPPH: Evaluation
and Treatment in family medicine. Missouri: American Family Physician.
Stahl SM. Stahl’s Essential Psychopharmacology, Neuroscientific Basis
and Practical Application. 4th editio. Cambridge University Press. 2013.
41
42