Anda di halaman 1dari 40

Departemen / KSM Psikiatri

Fakultas Kedokteran Universitas Udayana


RSUP Sanglah Denpasar v

Tinjauan Pustaka Tahap I

HUBUNGAN
PSIKOSIS POSTPARTUM TERHADAP PEMBERIAN
ZINK SEBAGAI ASUPAN PADA WANITA HAMIL

oleh:
dr. Petrus Agustinus Seda Sega
Pembimbing : DR. dr. Lely Setyawati, SpKJ(K)
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Salah satu gangguan kejiwaan paling sering
pada wanita Nifas (masa–masa setelah
melahirkan adalah masa-masa sulit)
 Bentuk gangguan kejiwaan yang paling parah

di masa nifas adalah psikosis pascapartum,


sangat terganggu kemampuannya untuk
berfungsi, biasanya karena halusinasi atau
delusi ( kegawatdaruratan bidang Psikiatri
dan Obstetri )
Batasan Pembahasan

 Referat Tahap I ini membahas tentang


diagnosis, epidemiologi gangguan Psikosis
post partum, psikodinamika gangguan
psikosis postpartum pada wanita pasca
melahirkan serta hubungannya dengan
asupan zink pada wanita hamil pada periode
antenatalcare.
Tujuan dan Manfaat
 Memberikan gambaran tentang manfaat
pemberian zink pada wanita hamil pada masa
antenatal yang berpengaruh pada insiden
terjadinya kejadian wanita postpartum yang
mengalami psikosis post partum
 Dimana merupakan suatu kegawat

daruraratan pada bidang psikiatri dan


obstetric, yang dapat mengancam jiwa wanita
serta anak yang dilahirkan
Defenisi Masa Nifas
 Masa nifas (puerperium) atau masa
postpartum adalah masa setelah keluarnya
plasenta sampai alat-alat reproduksi pulih
seperti sebelum hamil dan secara normal
masa nifas berlangsung selama 6 minggu
atau 40 hari. (Ambarwati, 2010)
 Masa nifas (postpartum/ puerperium) yaitu

masa pulih kembali, mulai dari persalinan


selesai sampai alat-alat kandungan kembali
seperti pra hamil, berkisar sekitar 6-8
minggu (Sujiyatini, dkk. 2010)
Masa nifas dibagi menjadi 3 tahap:
 Puerpurium dini merupakan masa kepulihan
ketika ibu diperbolehkan berdiri dan
berjalan. (Bahiyatun, 2009)
 Puerperium intermedial merupakan suatu

kepulihan menyeluruh alat-alat genitalia,


yang lamanya sekitar 6-8 minggu. (Dewi
Vivian, 2011)
 Remote puerperium merupakan masa yang

diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna,


terutama bila selama hamil atau waktu
persalinan mempunyai komplikasi.
Proses Adaptasi Psikologi Masa Nifas
 Proses adaptasi psikologis pada seorang ibu
sudah dimulai sejak dia hamil, Perubahan
psikologis yang nyata sehingga memerlukan
adaptasi, Pada masa ini wanita mengalami
transisi menjadi orang tua :
 Taking in

Fase ini merupakan periode ketergantungan


yang berlangsung dari hari ke 1-2 setelah
melahirkan. Pada saat itu fokus perhatian ibu
terutama pada dirinya sendiri.
Taking hold
Yaitu meniru dan role play (Hari ke 2-4
postpartum).
◦ Ibu menjadi perhatian pada kemampuannya menjadi
orangtua yang sukses dan meningkatkan tanggung
jawab terhadap bayi.
◦ Ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya.
◦ Ibu berusaha keras untuk menguasai ketrampilan
perawatan bayinya.
◦ Ibu sensitive dan merasa tidak mahir dalam melakukan
hal-hal tersebut. (Sulistyawati, 2009)
 ibu memerlukan dukungan karena saat ini
merupakan kesempatan yang baik untuk
menerima berbagai hal dalam merawat diri dan
bayinya sehingga timbul percaya diri. (Dewi
Vivian, 2011)
 Letting go
◦ Terjadi setelah ibu pulang kerumah dan
sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga.
◦ Ibu mengambil tanggung jawab terhadap
perawatan bayi. Ia harus beradaptasi
dengan kebutuhan bayi yang sangat
bergantung, yang menyebabkan
berkurangnya hak ibu dalam kebebasan
dan berhubungan sosial.
◦ periode ini umumnya terjadi depresi dan
psikosis postpartum. (Bahiyatun, 2009)
Definisi Psikosis Postpartum
 Gangguan Psikosis postpartum ialah suatu
sindrom yang ditandai oleh depresi berat
pada awalnya dan diikuti oleh gejala psikosis
seperti waham, halusinasi
 Jadi secara etiologi tidak bisa dipisahkan

antara Depresi postpartum dengan Psikosis


post partum. Penanganan dengan adekuat
terhadap Depresi postpartum akan
menurunkan angka terjadinya Psikosis
Postpartum.
Perbandingkan dengan Depresi post
partum dan blue syndrome

Post Partum “Blue Syndrome” : Sekitar 70


hingga 80 persen mengalami depresi
sementara setelah melahirkan, biasanya tiga
hari post partum dan menghilang beberapa
hari.
 Kelelahan, Perasaan sedih, Mudah menangis,

Cemas, Labil, Bingung , Sangat sensitive,


Susah tidur, merasa sendiri.
Depresi Postpartum
 Pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun
1988. Pitt Regina dkk (2001), depresi
postpartum adalah depresi pasca persalinan
yang mulai terjadi pada hari ketiga setelah
melahirkan dan berlangsung sampai
berminggu-minggu atau bulan  
Gejalanya:
 Merasa tidak berharga, merasa tidak mampu

mengatasi kehidupannya.
 Mengalami perubahan cepat tingkatan

suasana hati dari sedih jadi marah


 Tidur kurang baik atau terlalu banyak tidur
 Selalu merasa lelah sepanjang waktu
 Hanya tertarik sedikit pada mengurus bayi.
 Merasa tidak menikmati hidup lagi
 Mengalami perubahan nafsu makan (makan

terlalu sedikit atau terlalu banyak makan)


 Kesulitan untuk berkonsentrasi
 Menarik diri dari keluarga atau teman
 Pernah berfikir untuk mencelakai diri sendiri

atau bayinya
Gejala psikosis postpartum
 Pada psikosis postpartum gejala dapat terjadi
dalam jangka waktu setahun setelah
melahirkan anak. Dimulai awalnya sering
terjadi pada minggu kedua atau minggu
ketiga setelah persalinan :
 Agitasi, Gelisah, Emosi yang labil,

Kegembiraan yang berlebihan, Insomnia,


Menangis,Bingung.
 Dan lama-kelamaan akan timbul episode

psikotik yang gawat dengan gambaran mania


dan delirium.
Diagnosis Psikosis Postpartum
 Diagnosis gangguan jiwa dan perilaku yang
berhubungan dengan masa nifas terdapat pada
Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III (PPDGJ-III) yang hanya
digunakan untuk gangguan jiwa yang berhubungan
dengan masa nifas (timbul dalam 6 minggu setelah
persalinan).
 Terdapat empat penggolongan, yaitu gangguan jiwa

dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa


nifas YTK, gangguan jiwa dan perilaku berat yang
berhubungan dengan masa nifas YTK, gangguan
jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan
masa nifas YTK, serta gangguan jiwa masa nifas YTT
(Departemen Kesehatan Indonesia. WHO, 1993).
Kriteria Diagnostik Gangguan Psikotik Sementara (DSM – 5 )
Adanya satu (atau lebih) gejala berikut:
1. Waham
2. Halusinasi
3. Bicara kacau (cth.inkoheren, frequent derailment)
4. Perilaku katatonik atau kacau secara keseluruhan
Note : jangan memasukkan gejala jika merupakan respons yang sesuai budaya.
Durasi episode sekurang-kurangnya 1 hari tetapi kurang dari 1 bulan, dan
akhirnya kembali ke tingkat fungsi sebelum sakit.
Gangguan tidak disebabkan gangguan mood dengan gambaran psikotik,
gangguan skizoafektif, atau skizofrenia dan tidak disebabkan efek fisiologi
langsung suatu zat (cth, penyalahgunaan obat, pengobatan), atau kondisi medis
umum.
a. Dengan stressor yang nyata (psikosis relative singkat)
terjadi segera setelah dan tampak sebagai respons terhadap peristiwa yang
secara sendir-sendiri atau bersamaan, secara nyata menekan hamper setiap
orang dalam situasi yang sama dalam budaya seseorang.
b. Tanpa stressor nyata (psikosis reaktif singkat)
Jika gejala psikotik tidak terjadi segera setelah, atau tidak tampak sebagai
Epidemiologi Psikosis Post Partum
 Prevalensi psikotis postpartum dapat terjadi
pada semua golongan umur persalinan dan di
berbagai daerah di dunia, maupun di Indonesia.
Berdasarkan laporan WHO (1999) diperkirakan
wanita melahirkan yang mengalami depresi
postpartum ringan berkisar 10 per 1000
kelahiran hidup dan depresi postpartum
sedang atau berat dan psikosis postpartum
berkisar 30 sampai 200 per 1000 kelahiran
hidup.
 Hasil penelitian O’Hara dan Swain (1996)
menemukan kejadian depresi dan psikosis
postpartum di Belanda sekitar 2%-10%, di
AmerikaSerikat 8%-26%, di Kanada 50%-70%.
 Wratsangka (1996) di RSUP. Hasan Sadikin

Bandung mencatat depresi dan psikosis


postpartum pada wanita primipara sekitar
50-80%, pada multipara sekitar 33%.
 Alfiben (2000) di Rs.Cipto Mangunkusumo

tidak berbeda jauh dengan yang dilakukan


oleh Wratsangka, 70% wanita primipara dan
30 % pada wanita multipara.
Psikodinamika Gangguan psikosis postpartum

Patofisiologi gangguan psikosis pada Periode


postpartum belum diketahui dengan pasti,
namun diduga kombinasi :
Faktor Psikologis
 Berperan diantaranya adalah pola asuh yang

diterima seorang wanita dari ibunya, meniru


pola pengasuhan yang pernah dilakukan ibunya
untuk mengasuh anak yang baru dilahirkan.
Penolakan terhadap pola pengasuhan tersebut
akan mengganggu proses adaptasi dan
penerimaan peran baru sebagai ibu. Konflik
peran ini dapat menyebabkan penolakan
identitas sebagai wanita dan sifat feminisme.
Faktor Sosial
 Faktor sosial yang paling sering berpengaruh

pada timbulnya gangguan psikosis pada


kehamilan dan periode postpartum adalah
kurangnya dukungan sosial dan konflik
pernikahan.
Faktor Budaya
 Faktor budaya tidak berhubungan dengan

kondisi psikologis wanita postpartum secara


bermakna adalah jenis kelamin bayi yang
berhubungan dengan ritual budaya yang
dipercaya.
Faktor Genetik
 Penyebab gangguan psikosis post partum ,

diturunkan oleh secara genetik oleh orang


tua, sangat kecil, karena semua lebih
mencakup aspek bio-psikososial. Kehamilan
merupakan stress tertentu pada wanita
dengan riwayat depresi dan meningkatkan
kemungkinan psikosis post partum
Faktor Neuroendokrin
 Keterlibatan berbagai hormon pada saat
kehamilan, persalinan, dan masa nifas
menyebabkan perubahan kondisi psikologis
pada wanita, namun hormon sebagai pemicu
gangguan psikiatri pada masa peripartum
masih belum sepenuhnya dipahami. Peran
hormon yang diketahui adalah adanya
peningkatan kadar corticotropin-releasing
hormone (CRH) (1000 kali), kortisol (3 kali),
estradiol (100 kali), dan progesteron (10 kali)
pada akhir masa kehamilan yang diikuti
penurunan kadar setelah persalinan.
Korteks
profrontal

Estrogen/Prog Sistem Sistem


Serotonin
serotonergik Limbik

Dopamin Aktifitas
Norepinefrin Pituatari

Menghambat uptake
dopamine Perilaku
(mengubah receptor Merubah protein G
dopamine) pada resptor D2 seksual
Dopamin

DEPRESI POSTPARTUM

PSIKOTIKPOSTPARTUM
Klinis Psikosis Post partum
skrinning depresi dan psikosis post partum dapat
dipergunakan Edinburgh Postnatal Depression
Scale (EPDS) dengan validitas yang teruji yang
dapat mengukur intensitas perubahan perasaan
depresi selama tujuh hari pasca persalinan,
terdiri dari sepuluh pertanyaan yang diajukan
dalam EPDS 30 skor, semakin besar jumlah skor
gejala depresi semakin berat, dan kemungkinan
akan menjadi psikosis post partum. Skor di atas
12 memiliki sensitifitas 86% dan nilai prediksi
positif 73% utnuk mendiagnosis kejadian depresi
dan psikosis postpartum.
Psikosis postpartum Organik
 adalah suatu gejala yang dialami oleh ibu
pasca melahirkan yang mengalami gejala
gejala psikosis, seperti waham dan halusinasi
yang benar benar terjadi diakibatkan oleh
suatu penyakit pada ibu sebelum hamil,
selama masa kehamilan, dan selama
melahirkan sehingga timbul gejala psikosis
tersebut setelah ibu itu melahirkan
Penyakit itu antara lain:
 Delirium Infective
 Eklampsia dan Pre eklampsia toxaemia
 Donkin Psychoses
 The Wernicke-Korsakow Syndrome
 Sydenham ' s Chorea (St Vitus ' Dance)
  Trombosis Vena serebral
 Stroke
 Embolisme Udara
  Angiopati Serebral Pascapartum
 Subdural Hematoma
 Gangguan Neuropsikiatri: Epilepsi, Delirium

tremens
Zink Pada Kehamilan dan Periode
Postpartum
Zink merupakan salah satu suplemen yang
diberikan selama masa kehamilan seorang
ibu, suplemen itu bisa dalam bentuk vitamin
maupun mineral, Suplemen yang dibutuhkan :
 400 unit vitamin D
 250 miligram kalsium
 400-800 mikrogram asam folat
 30 miligram zat besi
 2 miligram tembaga
 2 miligram vitamin B6
 15 miligram zink
 50 miligram vitamin C
Dampak Zink
 Berpengaruh secara langsung maupun tidak
langsung pada pengaktifan reseptor
adenosine A1 dan A2A ataupun pengaktifan
pengaturan perlindungan saraf, sejenis
gluthathione.
 Zink sebagai antidepresan terhadap stres

ringan kronis/ Chronic Mild Stress (CMS) dan


kadar Brain-Derived Neurotrophic Factor
(BDNF) protein serta BDNF mRNA ,
menunjukkan bahwa zink hidroaspartat (10
mg/kg BB) ternyata dapat meningkatkan
kadar BDNF sebesar 17-39 persen di tingkat
mRNA dan protein hipokampus
 Kombinasi terapi yang menggunakan zink,
magnesium, dan vitamin B1 pada hari ke-3
postpartum memperbaiki gejala depresi dan
mengurangi rasa cemas, selama 4 bulan secara
signifikan dapat meningkatkan aktifitas katalase
dari Glutathione S-transferase (GST) di serebelum.
 Agen anti inflamasi berkaitan dengan gangguan
imunitas sebagai neurotransmiter pada sistem
saraf pusat melalui reseptor GPR Tidak aktifnya
reseptor tersebut akan dapat menyebabkan
gangguan kekebalan tubuh, menunjukkan
perilaku depresi, penurunan berat thymus,
berkurangnya viabilitas sel splenosit dan respon
proliferasi sel splenosit, meningkatnya produksi
IL-6 dan berkurangnya IL-1b.
Studi pada Manusia
 Kadar zink yang rendah berhubungan dengan
gangguan mood. Hubungan tersebut terlihat
konsisten pada berbagai usia, dari usia
dewasa muda, dewasa, hingga usia lanjut.
Beberapa studi juga menunjukkan adanya
hubungan tentatif antara zink dan
pengaturan mood pada bayi dan anak-anak.
Nowak et al melaporkan hasil penelitian
dalam sampel kecil (n=20), yang
menunjukkan bahwa gejala depresi
berkurang pada subjek yang menerima
suplemen zink
 Studi di Italia menunjukkan hubungan antara
konsentrasi albumin (sebagai indikator status
zink) dan depresi, 71 persen peserta yang
mengalami defisiensi albumin memiliki skor
depresi yang lebih tinggi bila dibandingkan
peserta dengan nilai albumin yang normal.
Tingkat keparahan depresi mengalami
penurunan yang signifikan setelah peningkatan
kadar zink pada individu tersebut
 Peningkatan sistem respon inflamasi
 Mekanisme antidepresan zink karena perannya

pada sistem glutamat


Hubungan Zink dan Depresi
Postpartum dan psikosis post partum
 Selain berhubungan dengan depresi secara
umum, zink juga berperan pada terjadinya DPP
dan psikosis post partum pada ibu. Wojcik et
al telah melakukan studi kohor terhadap 66
wanita yang diberikan suplementasi zink.
Serum zink kemudian diperiksa pada tiga titik
waktu, yaitu satu bulan sebelum melahirkan,
tiga hari dan 30 hari setelah melahirkan.
Hasilnya menunjukkan bahwa kadar zink
berhubungan dengan keparahan gejala depresi
pada ibu yang mengalami DPP.
 Hubungan antara zink berkaitan melalui
hiperaktivitas glutamat. Glutamat merupakan
neurotransmiter eksitasi utama pada sistem
saraf pusat dan berikatan dengan beraneka
reseptor ionotropic dan metabotropic
 Glutamat berada pada membran pre atau

postsynaptic dan beberapa lagi pada sel-sel


glial. Reseptor ionotropic (ion channels)
termasuk N-methylD-Aspartate (NMDA),
alpha-amino-3-hydroxy5-methyl-isoxazole-
4-propionic Acid (AMPA) dan kainite.
 Sedangkan reseptor metabotropic mGluR2/3

presinaptik yang mengatur pelepasan glutamat


ataupun melalui inhibisi oleh GABA
 Gangguan keseimbangan antara eksitatorik
utama yaitu neurotransmiter glutamatergik
dan inhibitory utama yaitu neurotransmitter
GABAergik menyebabkan excitotoxicity. Zink
berperan penting pada pusat pengaturan
emosi seperti pada hipokampus dan korteks
frontal, amigdala serta olfactory bulb.
 Zink dapat memodulasi eksitabilitas di otak

melalui pengaruhnya terhadap reseptor


glutamatergik dan GABAergik. Zink juga
berpengaruh pada reseptor NMDA serta
reseptor AMPA dan kainite.
Penatalaksanaan Psikotis Post Partum
Tatalaksana Nonfarmakologi
 Psikoterapi Cognitive behavior therapy (CBT)

(terapi perilaku kognitif).


 Psikoedukasi dengan memberikan penyuluhan

tentang gangguan psikosis post partum


sehingga si penderita dan keluarganya bisa
memahami
 Family therapy (terapi keluarga). Terapi

keluarga diberikan kepada keluarga sebagai


keseluruhan utamanya untuk menciptakan
suasana yang tidak menekan (stress).
 Group therapy (terapi kelompok). Terapi dalam

kelompok sesama penderita depresi


Tatalaksana Farmakologi
 Pasien mungkin akan membutuhkan terapi
obat untuk jangka waktu tertentu, seperti
haloperidol atau flufenazin, keduanya
diberikan dalam dosis 2-5 mg 3 kali perhari.
Bila agitasi maka pasien membutuhkan anti
psikotika berpotensi tinggi dan diberikan IM.
 Mood stabilizer seperti lithium, valproid acid,

carbamazepine digunakan sebagai terapi akut


yang dikombinasi dengan obat anti psikotik
dan benzodiapezine.
 Indikasi pemakaian ECT dianjurkan ditunda

sampai satu bulan postpartum untuk


menghindari terjadinya emboli.
Pencegahan
 Deteksi dini psikosis dan depresi post
partum dapat dilaksanakan melalui
pelayanan kesehatan ibu hamil dan
imunisasi (antenatal Care)
 Memberikan pemahaman kepada masyarakat

khususnya ibu hamil tentang faktor resiko


terjadinya depresi
 Wanita dengan riwayat dapat diberikan

lithium yang diberikan pertama kali sebelum


atau 24 jam sebelum persalinan.
 Asupan vitamin dan mineral, memungkinkan

turunnya insiden kasus Depresi dan psikosis


post partum.
RINGKASAN
  Gangguan psikosis post partum adalah
gangguan jiwa serius, yang merupakan
kegawatdaruratan di Bidang psikiatri dan
bidang obstetri.
 Gangguan ini ditandai dengan gejala psikotik

setelah melahirkan antara lain waham dan


halusinasi, yang merupakan suatu kelanjutan
dari Depresi post partum ataupun post
partum blues.
 Pada manusia, zink terlihat berhubungan
dengan terjadinya depresi dan psikosis
postpartum pada ibu, dimana kadar zink
berhubungan negatif dengan skor depresi
ibu.
 Peran zink pada psikosis postpartum

dijelaskan melalui mekanisme keseimbangan


glutamatergik, dimana defisiensi zink
menyebabkan ketidakseimbangan glutamat
di otak dan pada BDNF, yang memicu
terjadinya depresi dan berlanjut menjadi
psikosis postpartum.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai