Anda di halaman 1dari 20

Laporan Kasus Psikiatri Kepada Yth:

ATTENTION DEFICIT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

Penyaji : Siti Aisyah Dalimunthe


Pembimbing : Prof. dr. H.M Joesoef Simbolon, Sp.KJ (K-AR)
Moderator : dr. M. Surya Husada, M.Ked(KJ), Sp.KJ
Hari/Tanggal : Selasa/ 18 September 2018
Tempat : Gedung Pendidikan Dokter Lt. II RS. Jiwa Daerah
Provinsi Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN
Istilah Attention Deficit Disorder (ADD) pertama sekali
diperkenalkan pada tahun 1980an dalam Diagnostic and Statistical
Manual of Mental Disorders (DSM) III edisi ketiga yang menjadi panduan
psikiatris. Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) yang merupakan gangguan perilaku yang
paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan remaja. Gejala intinya
meliputi tingkat aktivitas dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan
serta kemampuan mengumpulkan perhatian yang terganggu. 1,2
Prevalensi ADHD pada anak usia sekolah adalah 8-10%. Hal
tersebut menjadikan ADHD sebagai salah satu gangguan yang paling
umum pada masa kanak-kanak. Gejala inti ADHD meliputi tingkat aktivitas
dan impulsivitas yang tidak sesuai perkembangan serta kemampuan
mengumpulkan perhatian yang terganggu. 1,2
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40-50% kasus ADHD
menetap pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila menetap
sampai remaja, dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan
remaja, gangguan kepribadian antisosial, dan cenderung terlibat
penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA).
Orang dewasa dengan ADHD sering bertengkar dengan pimpinannya,

1
sering pindah pekerjaan dan dalam melaksanakan tugasnya seringkali
terlihat tidak tekun.
Diagnosis ADHD tidak dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
laboratorium atau alat kedokteran, sekalipun wawancara terhadap orang
tua merupakan hal penting. Selain itu, diperlukan laporan dari sekolah
mengenai gangguan tingkah laku, kesulitan belajar dan kurangnya
prestasi akademis oleh gurunya.1,2
Penanganan ADHD perlu melibatkan berbagai disiplin ilmu dalam
suatu tim kerja yang terdiri dari dokter spesialis anak, psikiater, dokter
spesialis saraf, psikolog, pendidik, dan pekerja sosial. Penanganan ADHD
memerlukan evaluasi jangka panjang dan berulang untuk dapat menilai
keberhasilan terapi. Penanganan ADHD biasanya berupa terapi obat,
terapi perilaku, dan perbaikan lingkungan.1,2.
Pada tulisan ini akan dilaporkan sebuah kasus Attention Deficit
Hyperactivity Disorder (ADHD) pada seorang anak perempuan 6
tahun 8 bulan.

II. TINJAUAN PUSTAKA


DEFINISI
Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau gangguan
pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH) adalah suatu diagnosis
untuk pola perilaku anak yang berlangsung dalam jangka waktu paling
sedikit 6 bulan, dimulai sebelum usia 7 tahun, yang menunjukkan
sejumlah gejala ketidakmampuan untuk memusatkan perhatian atau
sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif, atau kedua-duanya. 1,3 Menurut
panduan DSM V terdapat perubahan dalam hal onset timbulnya gejala
yaitu sebelum usia 12 tahun.4
EPIDEMIOLOGI
ADHD merupakan gangguan neurobehavioral pada anak yang
terbanyak, meliputi kira-kira 50% yang dirujuk ke neurologis anak,
neuropsikologis, behavioral pediatrician, dan psikiatri anak.3 Prevalensi
gangguan ini sebesar 2,2% untuk tipe hiperaktif-impulsif, 5,3% untuk tipe
campuran hiperaktif-impulsif dan inatensi, serta 15,3% untuk ADHD tipe

2
inatensi.4 Terjadi pada 3-5% populasi anak dan didiagnosa 2-16% pada
anak usia sekolah.5

ETIOLOGI
Penyebab ADHD dipahami sebagai disregulasi neurotransmiter
tertentu di dalam otak yang membuat seseorang lebih sulit untuk memiliki
atau mengatur stimulus-stimulus internal dan eksternal. Beberapa
neurotransmiter, termasuk dopamine dan norepinephrine, mempengaruhi
produksi, pemakaian, pengaturan neurotransmiter lain juga beberapa
struktur otak. Adanya peningkatan ambilan kembali dopamin ke dalam sel
neuron daerah limbik dan lobus prefrontal dikatakan mengendalikan fungsi
eksekutif perilaku. Fungsi eksekutif bertanggung jawab pada ingatan,
pengorganisasian, menghambat perilaku, mempertahankan perhatian,
pengendalian diri dan membuat perencanaan masa depan. 2,6
Perubahan suasana hati yang cepat dan kepekaan berlebihan
merupakan akibat dari otak yang bermasalah dalam meredam bagian-
bagian otak yang mengatur gerakan-gerakan motorik dan respon-respon
emosional. Hal itulah yang membuat anak tidak dapat menunggu,
menunda pemuasan dan menghambat tindakan.
Penelitian neuropsikologis menunjukkan korteks frontal dan sirkuit
yang menghubungkan fungsi eksekutif adalah ganglia basalis.
Katekolamin adalah fungsi neurotransmiter utama yang berkaitan dengan
fungsi otak lobus frontalis. Pada penderita ADHD terdapat kelemahan
aktifitas otak bagian korteks prefrontal kanan bawah dan kaudatus kiri
yang berkaitan dengan pengaruh proses editing perilaku, menurunnya
kesadaran diri, dan dalam penghambatan respon otomatis terhadap
rangsangan pada otak.2,6
Perilaku ADHD adalah efek dari kecemasan yang tinggi yang
dialami oleh anak sewaktu kecil, karena anak cemas maka pikirannya
bekerja sangat aktif, memunculkan berbagai mental atau buah pikir,
dengan tujuan agar anak bisa sibuk memikirkan gambar mental atau buah
pikir itu sehingga dengan sendirinya kecemasan mereka akan berkurang.
Berdasarkan gambaran di atas, maka nampak bahwa penyebab ADHD
cukup kompleks, antara lain neurologis, herediter dan lingkungan. 2,6
KLASIFIKASI
3
ADHD mempunyai 3 subtipe: 6,11
Predominan hiperaktif-impulsif (ADHD/HI)
o Simptom terbanyak (enam atau lebih) adalah kategori hiperaktif-
impulsif
o Kurang dari enam simptom dari inatensi, walaupun inatensi
masih ada pada beberapa derajat.
Predominan inatensi
o Simptom terbanyak (enam atau lebih) adalah kategori inatensi
dan kurang dari enam simptom dari hiperaktif-impulsif, walaupun
hiperaktif-impulsif masih ada pada beberapa derajat.
o Anak dengan subtipe ini kurang berperan atau mempunyai
kesulitan bersama dengan anak lain. Mereka duduk tenang, tetapi
tidak memberikan perhatian kepada apa yang mereka lakukan.
Orang tua mungkin tidak memperhatikan simptom ADHD
Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatensi
o Enam atau lebih simptom inatensi dan enam atau lebih simptom
hiperaktif-impulsif .
o Kebanyakan anak dengan ADHD mempunyai tipe kombinasi.

DIAGNOSIS
Kriteria diagnostik ADHD berdasarkan DSM-V7
A. Salah satu dari 1 atau 2 :
1. Enam (atau lebih) dari simptom inatensi berikut ini yang
menetap selama minimal 6 bulan sampai ke tingkat yang tidak
sesuai dengan level perkembangan. Catatan: untuk remaja dan
dewasa (usia 17 tahun atau lebih) diperlukan paling tidak 5
gejala.
a. Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang
detil dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas sekolah,
pekerjaan atau aktivitas lainnya (misalnya mengabaikan
suatu pekerjaan yang detil, bekerja dengan tidak teliti).
b. Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan
perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain (misalnya
sulit untuk tetap fokus selama jam pelajaran, percakapan

4
dengan orang lain, atau membaca dalam jangka waktu yang
lama).
c. Sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara
langsung (misalnya pikiran seperti berada di tempat lain,
meskipun tidak menunjukkan gangguan yang nyata).
d. Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelessaikan
tugas sekolah, pekerjaan sehari-hari, atau tugas di tempat
kerja (bukan karena sikap menentang atau gagal memahami
perintah) (seperti dapat memulai suatu tugas atau pekerjaan
tetapi mudah hilang fokus dan teralihkan).
e. Sering mengalami kesulitan dalam menyusun tugas dan
aktivitas (misalnya sulit untuk mengerjakan pekerjaan yang
runut, sulit untuk menetap pada satu pekerjaan, pekerjaan
tidak terorganisir dengan baik, memiliki pengaturan waktu
yang buruk, gagal untuk menyelesaikan tugas/pekerjaan
dalam waktu yang ditentukan).
f. Sering menghindari, tidak suka atau enggan terlibat dalam
tugas yang memerlukan upaya mental yang lama (misal
pekerjaan rumah atau sekolah, untuk remaja dan dewasa,
mempersiapkan laporan, menyelesaikan suatu formulir,
meninjau ulang suatu dokumen panjang)
g. Sering kehilangan atau ketinggalan hal-hal yang diperlukan
untuk tugas atau aktivitas (misalnya mainan, tugas sekolah,
pensil, buku, atau alat-alat, dompet, kacamata, telepon
genggam).
h. Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar
(untuk remaja dan dewasa dapat termasuk pikiran yang tidak
berkaitan dengan pembicaraan).
i. Sering lupa dalam aktivitas sehari-hari (seperti mengerjakan
pekerjaan sehari-hari, ketika disuruh, untuk remaja dan
dewasa, menghubungi kembali, membayar tagihan,
menepati janji).
2. Enam (atau lebih) dari simptom hiperaktifitas-impulsivitas di
bawah ini menetap selama minimal 6 bulan sampai ke tingkat
yang maladaptif dan tidak sesuai dengan tingkat

5
perkembangan. Catatan untuk remaja dan dewasa (usia 17
tahun atau lebih) diperlukan paling tidak 5 gejala.
a. Sering gelisah dengan tangan atau kaki bergerak-gerak
terus atau menggeliat di kursi.
b. Sering meninggalkan kursi di ruangan kelas atau pada
situasi lain di mana diharapkan tetap duduk diam (misalnya
banyak meninggalkan tempat duduknya ketika berada di
kelas, di kantor atau ruangan kerja yang lain, atau pada
situasi lainnya yang memerlukan untuk tetap berada di
tempat duduk).
c. Sering berlari berkeliling atau memanjat dengan berlebihan
pada situasi yang tidak seharusnya (catatan: pada remaja
atau dewasa mungkin terbatas pada perasaan tidak kenal
lelah).
d. Sering mengalami kesulitan bermain atau terlibat dalam
aktivitas waktu luang dengan tenang.
e. Sering ‘bergerak’ atau beraksi seperti jika ‘digerakkan oleh
mesin’ (misalnya tidak mampu atau tidak nyaman untuk
menunggu, seperti saat di restoran, rapat, mungkin hal lain
yang dapat dialami adalah tidak kenal lelah atau sulit untuk
berhenti).
f. Sering berbicara berlebihan.
g. Sering berbicara tanpa berpikir, menjawab sebelum
pertanyaan lengkap.
h. Sering sulit menunggu.
i. Sering menyela atau mengganggu orang lain (misal
memotong percakapan atau permainan).
B. Beberapa simptom hiperaktif-impulsif atau inatensi menyebabkan
impairment sebelum usia 12 tahun.
C. Beberapa simptom hiperaktif-impulsif atau inatensi muncul pada 2
tempat atau lebih di rumah, di sekolah (tempat kerja), dengan
teman; atau di aktivitas lainnya)
D. Jelas terbukti signifikan secara klinis impairment pada fungsi sosial,
akademik atau pekerjaan, atau menurunkan kualitas hidup.
E. Simptom tidak terjadi semata-mata selama keadaan gangguan
perkembangan, skizofrenia, atau gangguan psikotik lain dan tidak
dapat diterangkan oleh gangguan mental lain (misal gangguan

6
mood, gangguan cemas, gangguan disosiasi atau gangguan
kepribadian).

DIAGNOSIS BANDING7,12
A. Disabilitas Intelektual
Disabilitas intelektual atau yang sering dikenal dengan retardasi
mental adalah disabilitas yang dicirikan dengan adanya keterbatasan
signifikan baik dalam fungsi intelektual ( kapasitas mental umum, seperti
belajar, menalar, berpakaian, makan, komunikasi, menyelesaikan masalah
) maupun tingkah laku adaptif yang meliputi banyak keterampilan sosial
dan praktis sehari-hari, dan terjadi pada usia sebelum 18 tahun. 3
B. Autism Spectrum Disorder (ASD)
Autisme adalah penyakit neuropsikiatrik yang ditandai oleh
gangguan sosial dan komunikasi, disertai dengan keterbatasan pola
tingkah laku atau pengulangan tingkah laku dan perhatian. Kelainan
perkembangan yang berhubungan dengan autisme ini akan muncul dalam
waktu 3 tahun pertama kehidupan anak dan akan menetap pada masa
dewasa.10

7
Tabel 3.1. Perbedaan antara ADHD dan ASD:10
ASD GPPH
Stimulasi Maju lambat Maju
dan sulit bertahap
Objek Ingin terus Berganti
bermain sama terus
Bila Sangat sulit Sulit
diarahkan
Reaksi Sering aneh Kadang
aneh
Emosi – Sangat sulit Sulit
marah diredakan diredakan
Sosialisasi Tidak mau Ingin
tetapi
ditolak
teman
Gangguan Sering Kadang-
perilaku menyimpang kadang
Persepsi Menolak Kadang
sensorik dibelai mau
dibelai

PENATALAKSANAAN
Terapi standar anak dengan ADHD terdiri dari medikasi (farmakologi)
dan konseling (non farmakologi). Terapi lainnya adalah untuk meringankan
efeksi gejala ADHD. Mengobati ADHD merupakan gabungan dari
kerjasama antara pemberi pelayanan kesahatan, orang tua atau
pengasuh dengan anak itu sendiri.2
1) Terapi farmakologis
Terdapat tiga obat untuk terapi ADHD yang biasa digunakan di Amerika
Serikat yaitu methylphenidate hydrochloride, dexamphetamine sulfat dan
atomoxetine. Obat – obatan di gunakan biasanya untuk anak usia 6 tahun
atau lebih sedangkan utuk dexamphetamine untuk usia 3 tahun atau lebih.
Medikasi tidak direkomendasikan pada anak untuk usia pre sekolah.
Terapi farmakologis untuk ADHD dibagi dua obat pskiostimulan dan non
psikostimulan.
a) Obat Psikostimulan

8
Obat psikostimulan merupakan obat yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD. Obat ini bekerja dengan meningkatkan dan
menyeimbangkan keadaan neurotransmitter otak, sehingga dapat
memperbaiki gejala-gejala inti. Obat ini hanya bekerja dengan
waktu terbatas, dapat bekerja dalam jangka waktu panjang dan
waktu pendek. Penggunaan obat psikostimulan jangka panjang
dapat berfungsi 6-12 jam sedangkan jangka pendek kurang lebih 4
jam. Selain itu untuk dosis sangat diberikan berbeda pada tiap
anak, sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk
mendapatkan dosis yang optimal. Adapun contoh obat
psikostimulan ini adalah Amfetamin-dekstroamfetamin,
Deksmetilfenidat, Dekstroamfetamin, Lisdeksamfetamin dan
Metilfenidat. Obat – obatan yang terdapat di Indonesia adalah
Metilfenidat dan Dekstroamfetamin.
b) Obat Non Psikostimulan
Obat ini diberikan pada anak- anak yang tidak memiliki respon
pada obat psikostimulan atau memiliki efek samping pada
penggunaan obat psikostimulan. Salah satu contoh golongan obat
non psikostimulan ada Atomoksetine dengan cara kerja sebagai
stimulant tetapi kemungkinan penyalahgunaannya rendah,
sayangnya obat ini tidak terdapat di Indonesia.
c) Antidepressan trisiklik
Penggunaan obat ini diberikan pada gejala behavioral ADHD dan
gangguan hiperkinetik, Pada penggunaan terapi ini tidak boleh
diberikan sebagai obat rutin untuk terapi ADHD karena obat ini
memiliki efek samping seperti anoreksia, letargi, insomnia. Adapun
obat – obat yang termasuk golongan ini yaitu imipramine,
desipramine, amitriptiline, noretriptiline dan clomipramine.

2) Terapi non farmakologis


a) Intervensi Psikososial
Intervensi psikososial berdasarkan klinis
b) Intervensi psikososial keluarga
Salah satu cara dengan menggunakan terapi keluarga yang dapat
membantu orang tua agar dapat mengembangkan cara untuk
mengarahkan dan memahani perilaku anaknya
c) Intervensi individual
9
- Intervensi psikososial berdasarkan sekolah
- Intervensi Diet
- Intervensi Komplementer dan Alternatif
- Intervensi Sosial dan Komunitas
- Intervensi Multimodal

Gambar 3.1 Algoritma dasar ADHD7

10
3.3 Prognosis13
Perjalanan ADHD bervariasi, ada yang mengalami remisi, ada yang
menetap.
1. Persisten atau menetap. Pada 40-50% kasus, gejala akan persisten
hingga masa remaja atau dewasa.7,8 Gejala akan lebih cenderung
menetap jika terdapat riwayat keluarga, peristiwa negatif dalam
hidupnya, komorbiditas dengan gejala-gejala perilaku, depresi dan
gangguan cemas. Dalam beberapa kasus, hiperaktivitasnya akan
menghilang, tetapi tetap mengalami inatensi dan kesulitan mengontrol
impuls (tidak hiperaktif, tetapi impulsif dan ceroboh). Anak ini rentan
dengan penyalahgunaan alkohol dan narkoba, kegagalan disekolah,
sulit mempertahankan pekerjaan, serta cenderung melakukan
pelanggaran hukum.
2. Remisi. Pada 50% kasus, gejalanya akan meringan atau menghilang
pada masa remaja atau dewasa muda. Biasanya remisi terjadi antara
usia 12 hingga 20 tahun. Gejala yang pertama kali memudar adalah
hiperaktivitas dan yang paling terakhir adalah distractibility.
a. Remisi total. Anak yang mengalami remisi total akan memiliki masa
remaja dan dewasa yang produktif, hubungan interpersonal yang
memuaskan, dan memiliki gejala sisa yang sedikit.
b. Remisi parsial. Pada masa dewasanya, anak dengan remisi parsial
mudah menjadi antisosial, mengalami gangguan mood, sulit
mempertahankan pekerjaan, mengalami kegagalan disekolah,
melanggar hukum, dan menyalahgunakan alkohol serta narkoba.

11
III. LAPORAN KASUS
A. ANAMNESIS PSIKIATRIK
1. Identitas pasien:
Nama NS, RM : 75.42.89, perempuan, usia 6 tahun 8 bulan, anak 2
dari 2 bersaudara, suku Jawa, agama Islam, BB:15 kg, TB: 100 cm,
BB/TB: 100% (kesan normoweight). Pasien masuk ke Poliklinik Rawat
Jalan Anak RS H. Adam Malik, dibawa oleh ibu os pada tanggal 28
Agustus 2018 dengan tujuan berobat ke Poliklinik Tumbuh Kembang
anak. Alloanamnese diperoleh dari ibu penderita(ny. L), usia 39 tahun,
pekerjaan ibu rumah tangga. Pendidikan SD, akrab dengan penderita,
kesan dapat dipercaya.
2. Sebab utama:
Hiperaktif
3. Keluhan utama:
Keadaan tersebut berlangsung sejak usia anak 3 tahun.
4. Riwayat perjalanan penyakit sekarang:
Os datang ke RS. HAM dengan keluhan hiperaktif. Menurut ibu os,
anaknya jarang bersikap tenang. Os sering berlari kesana-kemari dan
melompat. Os sering berganti-ganti permainan. Os sulit disuruh duduk
diam walaupun sebentar. Os juga sering tidak fokus saat menjalankan
tugas. Perhatian os sering teralihkan saat melakukan kegiatannya
sehingga os tidak tuntas dalam melaksanakan pekerjaannya. Keadaan
seperti ini mulai terlihat saat os berusia ± 3 tahun. Os terkadang
kesulitan dalam menerima perintah, misalnya mengambilkan barang.
Terkadang os masih patuh terhadap instruksi sederhana, seperti
mengambil barang. Os dapat disuruh duduk beberapa menit namun
setelah itu pasien berjalan kesana-kemari. Os juga suka menganggu
teman- temannya.
Saat ini os masih belum bisa berbicara. Os hanya bisa
mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, terkadang terdengar hanya
seperti bergumam.
Selain itu ibu os juga mengatakan anaknya sering mengamuk jika
keinginannya tidak dituruti, terkadang Os mengamuk tanpa alasan yang

12
jelas. Saat mengamuk os terkadang bisa membentur-benturkan
kepalanya sendiri ke dinding, berguling-guling di lantai, berteriak,
melempar barang, bahkan memukul.
5. Riwayat penyakit terdahulu:
Riwayat gangguan mental emosional sebelumnya: ada
Riwayat gangguan psikosomatik: tidak ada
Riwayat gangguan neurologik: tidak ada
Riwayat gangguan medik lainnya: tidak ada
Riwayat penggunaan zat terlarang: tidak ada
6. Riwayat kehidupan pribadi:
Riwayat prenatal:
 Selama dalam kandungan kesehatan fisik dan mental ibu
penderita baik. Kebiasaan merokok, minum alkohol, narkoba dan
minum jamu tidak ada.
 Penderita lahir di rumah sakit, ditolong dokter spesialis, cukup
bulan, lahir secara operasi SC, tidak segera menangis, biru (+),
dengan berat badan lahir: 2500 gram dan panjang badan: (?),
dan usia ibu saat melahirkan os adalah 33 tahun
Riwayat masa bayi, balita dan kanak-kanak
 Penderita minum ASI saja sampai usia 6 bulan dan diteruskan
dengan bubur pada usia 6-10 bulan, nasi tim pada usia 10-14 bulan
dan sejak usia 15 bulan os makan nasi.
 Riwayat imunisasi : kesan lengkap
 Pertumbuhan dan perkembangan os sampai usia 6 tahun,
perkembangan os lebih lambat dengan usianya. Os baru dapat
pertama kali duduk usia 2 tahun dan berjalan pada usia 3 tahun.
 Os merupakan anak kedua dari 2 bersaudara, dimana abang os
berumur 9 tahun dan tinggal bersama os

13
7. Riwayat keluarga
a. Identitas orang tua
Ayah : Jawa, agama Islam, SD, bekerja sebagai TKI di Malaysia,
banyak teman, bergaul, merokok, dan dekat serta sayang
dengan penderita
Ibu : Jawa, agama Islam, Ibu rumah tangga, SD, suka bergaul,
dekat dan sayang pada penderita.
b. Saudara penderita
Penderita anak kedua dari 2 bersaudara, anak pertama laki-
laki, 9 tahun dan tinggal bersama dengan os, hubungan dengan os
akrab.
c. Riwayat gangguan mental dalam keluarga: tidak ada
d. Kondisi sosial ekonomi: Cukup
8. Stressor psikososial: tidak ada
9. Riwayat bunuh diri: tidak ada

B. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
1. Penampilan:
Berat dan tinggi badan pasien tidak sesuai dengan usianya, berpakaian
rapi, wajah bersih, tidak tampak adanya kelainan atau cacat fisik, selama
dalam wawancara pasien tidak kooperatif.
2. Mood
Tidak dijumpai kelainan
3. Orientasi dan persepsi
Normal
4. Mekanisme coping
Tidak dapat dinilai
5. Integrasi neuromuskuler
Tidak dijumpai kelainan
6. Proses berfikir dan verbalisasi
Proses pikir tidak dapat dinilai dan produktivitas bicara sedikit
7. Fantasi
Tidak dapat dinilai
14
8. Super ego
Tidak dapat dinilai
9. Konsep diri
Tidak dapat dinilai
10. Kewaspadaan terhadap masalah
Tidak dapat dinilai
11. Perkiraan IQ : dapat dinilai
12. Rangkuman pemeriksaan status mental

PEMERIKSAAN FISIK
Status generalisata : sensorium kompos mentis, temperatur : 36,8 0C,
BB: 15 kg, TB: 100 cm.
Anemis (-), sesak (-), biru (-), edema (-), kuning (-)
Status lokalisata:
Kepala : Lingkar kepala: 50cm (normosefali)
Mata RC +/+, pupil isokor, konjungtiva palpebra inferior pucat (-),
Telinga/Hidung/Mulut : dalam batas normal
Leher : pembesaran kelenjar getah bening (-), kaku kuduk (-)
Torak : simetris fusiform, retraksi (-)
HR : 96 x/menit, reguler, desah (-)
RR : 26 x/menit, reguler, ronki (-)
Abdomen : soepel, hepar dan lien tidak teraba,
Ekstremitas : pols 96 x/menit, reguler, t/v cukup. TD 110/80 mmHg

PEMERIKSAAN NEUROLOGI
1. Sensorium : kompos mentis
2. Tanda rangsang meningeal : tidak ada
3. Tanda peninggian tekanan intra kranial : tidak ada
4. Nervus I-XI :
NI : Normal
N II, III : Normal
N III, IV, VI : Normal
NV : Tidak ada gangguan dalam membuka dan menutup
mulut
15
N VII : sudut mulut simetris
N VIII : pendengaran normal
N IX : sulit dinilai
NX : sulit dinilai
N XI : Normal
N XII : normal, fasikulasi (-)
5. Sistem motorik
Kekuatan otot : Kekuatan motorik: 44444 44444
44444 44444
Reflek Fisiologis : (+)N / (+)N
Reflek Patologis : (-)
6. Refleks fisiologis : positif (normal)
7. Refleks patologis : negatif (normal)

PEMERIKSAAN PENUNJANG:
Laboratorium (28/8/18) : Normal.
Test IQ : Kemampuan Anak Usia 3 tahun
Test Kuesioner Abreviated Conner Rating Scale : Pada pemeriksaan
dengan instrumen Kuesioner Deteksi Gangguan Pemusatan Perhatian
dan Hiperaktifitas didapatkan nilai total 27. Nilai ini menunjukkan kesan
bahwa os mengalami GPPH/ADHD.

RESUME
Telah diperiksa seorang anak perempuan, Nama NS, 6 tahun 8
bulan, anak ke 2 dari 2 bersaudara, Suku Jawa, Agama Islam, alamat
Medan, dibawa ibu kandung OS ke Poliklinik Tumbuh Kembang anak
RS.HAM tanggal 28 Agustus 2018 dengan keluhan utama hiperaktif.
Dari aloanamnese, menurut ibu os, anaknya jarang bersikap
tenang. Os sering berlari kesana-kemari dan melompat. Os sering
berganti-ganti permainan. Os sulit disuruh duduk diam walaupun sebentar.
Os juga sering tidak fokus saat menjalankan tugas. Perhatian os sering
teralihkan saat melakukan kegiatannya sehingga os tidak tuntas dalam
melaksanakan pekerjaannya. Keadaan seperti ini mulai terlihat saat os
berusia ± 3 tahun. Os terkadang kesulitan dalam menerima perintah,
16
misalnya mengambilkan barang. Terkadang os masih patuh terhadap
instruksi sederhana, seperti mengambil barang. Os dapat disuruh duduk
beberapa menit namun setelah itu pasien berjalan kesana-kemari. Os juga
suka menganggu teman- temannya.
Saat ini os masih belum bisa berbicara. Os hanya bisa
mengucapkan kata-kata yang tidak jelas, terkadang terdengar hanya
seperti bergumam.
Selain itu ibu os juga mengatakan anaknya sering mengamuk jika
keinginannya tidak dituruti, terkadang Os mengamuk tanpa alasan yang
jelas. Saat mengamuk os terkadang bisa membentur-benturkan kepalanya
sendiri ke dinding, berguling-guling di lantai, berteriak, melempar barang,
bahkan memukul.
Pada pemeriksaan psikiatrik dijumpai penampilan seorang anak
perempuan yang cukup rapi dan bersih tumbuh sesuai dengan usianya,
ukuran kepala normal, tidak dijumpai adanya kelainan fisik atau memar,
status nutrisional tampak biasa, penderita tidak dapat berbicara. Sikap
terhadap pemeriksa tidak kooperatif. Orientasi dan persepsi normal,
mekanisme coping, integrasi neuromuskuler, proses fikir tidak dapat
dinilai. Verbalisasi penderita tidak dapat dinilai. Fantasi, keinginan tidak
dapat dinilai.
Pada pemeriksaan fisik dijumpai ukuran kepala normal. Pada
pemeriksaan motorik dijumpai tidak ada kelainan. Refleks fisiologis dijumpai
normal dan refleks patologis tidak muncul. Pada pemeriksaan Laboratorium
(28/8/18) : Normal. Test IQ : Kemampuan Anak Usia 3 tahun.Test Kuesioner
Abreviated Conner Rating Scale : didapatkan nilai total 27. Nilai ini
menunjukkan kesan bahwa os mengalami GPPH/ADHD.

DIAGNOSIS BANDING

ADHD
Kontak mata (+)
Hiperaktivitas Disabilitas Intelektual

Kontak mata (-) Autisme

Disabilitas intelektual adalah suatu keadaan


perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang terutama

17
ditandai oleh adanya keterbatasan (impairment) keterampilan
(kecakapan, skills) selama masa perkembangan, sehingga berpengaruh
pada semua tingkat inteligensia yaitu kemampuan kognitif, bahasa,
motorik dan sosial. Disabilitas intelektual dapat terjadi dengan atau tanpa
gangguan jiwa atau gangguan fisik lainnya.
Autisme adalah penyakit neuropsikiatrik yang ditandai oleh
gangguan sosial dan komunikasi, disertai dengan keterbatasan pola
tingkah laku atau pengulangan tingkah laku dan perhatian. Kelainan
perkembangan yang berhubungan dengan autisme ini akan muncul
dalam waktu 3 tahun pertama kehidupan anak dan akan menetap pada
masa dewasa.10
Pada diagnosis ini dijumpai adanya gangguan pola perilaku anak
yang berlangsung dalam jangka waktu lebih 6 bulan, dimulai sebelum
usia 7 tahun, yang menunjukkan sejumlah gejala ketidakmampuan untuk
memusatkan perhatian atau sejumlah gejala perilaku hiperaktif-impulsif,
atau kedua-duanya.

DIAGNOSIS MULTI AKSIAL


Aksis I : F90.X – Gangguan Aktivitas dan Perhatian
Axis II : Tidak Ada Diagnosis
Axis III : G00-G99 – Penyakit Susunan Saraf
Axis IV : Masalah pendidikan
Aksis V :GAF Scale Scale 60-51(gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang)

PENATALAKSANAAN
- Abilify syr 1 x 2 cc

IV. DISKUSI
Telah dilaporkan kasus Attention Deficit Hyperactivity Disorder
(ADHD) pada seorang anak perempuan 6 tahun 8 bulan. Pada diagnosis
aksis I ditegakkan adanya gangguan aktivitas dan perhatian dimana
gejala-gejala tersebut mulai terjadi sejak usia 3 tahun 6 bulan. gangguan

18
aktivitas dan perhatian didiagnosis banding dengan disabilitas intelektual
dan autisme.
Aksis I : F90.X – Gangguan Aktivitas dan Perhatian
Axis II : Tidak Ada Diagnosis
Axis III : G00-G99 – Penyakit Susunan Saraf
Axis IV : Masalah pendidikan
Aksis V :GAF Scale Scale 60-51(gejala sedang (moderate), disabilitas
sedang)
Berdasarkan prinsip pendekatan yang multidisiplin dan multimodal
ini maka terapi yang diberikan dapat berupa obat,4,12 diet,12 latihan,12 terapi
perilaku, terapi kognitif dan latihan keterampilan sosial, juga psikoedukasi
kepada orang tua, pengasuh serta guru yang sehari-hari berhadapan
dengan anak tersebut.4
Prognosa anak dengan ADHD tergantung dari derajat gangguan
perilaku, disabilitas sosial, serta faktor-faktor keluarga. Prognosa yang
optimal dapat didukung dengan cara memperbaiki fungsi sosial anak,
mengurangi agresivitas anak, dan memperbaiki keadaan keluarganya
secepat mungkin.1

DAFTAR PUSTAKA
19
1. Wiguna T. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas
(GPPH), dalam: Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010: 441-
454.
2. Shaywitz B, Fletcher J, Shaywitz S. Attention deficit hyperactivity
disorder. In : Swiman K, Ashwal S, ed. Pediatric neurology
principles and practice. 3 rd ed. St Louis : Mosby; 1999. p.585-94.
3. Bahtera T. Manajemen penderita gangguan perhatian dan
hiperaktivitas. Dalam : Purwanti A, Mexitalia, Wistiani, Mellyana O,
penyunting. Symposium dan workshop early detection on
neurodevelopmental disorders. Semarang : Badan Penerbit UNDIP;
2007. p. 29-35.
4. Pediatric Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/912633-overview.
5. Wiguna T. Gejala, Latar belakang Permasalahan dan Kebutuhan
Anak dengan GPPH dan Spektrum Autistik. Dalam : Buku Prosiding
Simposium Sehari Kesehatan Jiwa. Jakarta. IDI. 2007; h 68-71.
6. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC; 1995.
7. Hill P., Taylor E. An auditable protocol for treating attention
deficit/hyperactivity disorder.London : Arch Dis Child, 2001
8. Faradz SMH. The Genetic of Mental Retardation. Proceeding of the
17th ACMR Conference; Yogyakarta; November 18-23, 2005.
9. Rudolph AM, Hoffman JIE, Rudolph CD. Buku Ajar Pediatri
Rudolph. Jakarta: EGC; 2006
10. Flanagen, R. ADHD Kids. Attention Deficit Hyperaction Disorder.
Jakarta : Prestasi Pustaka Pelajar; 2005.
11. Faradz S. Konferensi Nasional Autisme – I. Jakarta: IDAI; Juli 2-4,
2003.
12. Wilens, T.; Understanding Attention-Deficit/Hyperactivity Disorder
From Childhood to Adulthood. Postgrad Med. 2010 September ;
122(5): 97–109. doi:10.3810/pgm.2010.09.2206

20

Anda mungkin juga menyukai