Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

&

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

ATTENTION DEFICYT HYPERACTIVITY DISORDER (ADHD)

Oleh :

Fransiska N. Ausa (1814201181)

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

MANADO

2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Definisi

Attention Deficit Hyperactivity Disorder ( ADHD ) adalah kelainan


hiperaktivitas kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun
dan dikarakkteristikan oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian,
impulsive, dan hiperaktif (Townsend,1998).

ADHD adalah singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,


suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Hyperactivity
Disorder, suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit
Hyperactivity Disorder ( sulit memusatkan perhatian ), Minimal Brain
Disorder (Ketidak beresan kecil di otak), Minimal Brain Damage (Kerusakan
kecil pada otak), Hyperkinesis (Terlalu banyak bergerak / aktif), dan
Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita
ADHD (Permadi, 2009).
ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak
ADHD mulai menunjukkan banyak masalah ketika SD karena dituntut untuk
memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar berbagai ketrampilan
akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar, 2009).

ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas


motorik anak-anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim
dan cenderung berlebihan. Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan
gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu
meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri.
Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup-letup,
aktifitas berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokter, 2008).
B. Etiologi
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui. Namun papar
Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetik berperan dalam
ADHD. Faktor biologis berpengaruh pada dua neurotransmitter di otak, yaitu
dopamine dan norepinefrin. Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab
pada tingkah laku dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik.
Norepinefrin berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan
perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan.  Karakter
dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala ADHD. Bahkan dari
penelitian di beberapa rumah tahanan, sebagian besar penghuninya ternyata
pernah ADHD pada masa kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna
narkoba. Belum diketahui apa penyebab pasti anak-anak menjadi hiperaktif.
Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan faktor biologis dan
genetik, serta lingkungan.
1. Faktor genetic
Ada beberapa gen ( diduga transporter gen dopamine lokus DAT 1 atau
DR 4 ) yang berhubungan dengan reseptor dopamine, transport dopamine,
enzim dopamine betahidroksilase, dankateko-o-metiltransferase ( enzim
yang memetabolisme dopamine ), yang mengalami perbedaan varian dari
kondisi normal. Varian val/val (varian lain val/met dan met/met) akan
menyebabkan metabolisme dopamine menjadi cepat sehingga menurunkan
aktivitas dopamine prefrontal sehingga proses informasidari prefrontal
akan terganggu.
2. Faktor neurokimia
Berupa gangguan neurotransmitter ( adrenergic/ nonadrenergik ).
3. Faktor neurofisiologis
Berupa pertumbuhan pesat otak pada beberapa periode usia. Beberapa
anak mengalami keterlambatan pematangan pada usia tersebut sehingga
muncul gejala-gejala GPPH sementara.
4. Faktor lateralisasi
Dihibungkan dengan disfungsi padahemisfer kanan yang mengatur
pemusatan perhatian, konsentrasi dan fungsi emosi.
5. Faktor lingkungan
Berbagai toksin endogen pernah dianggap sebagai penyebab ADHD,
seperti : keracunan timbal, aditif makanan, reaksi alergi ( Feingold, 1973,
1976 ; David, 1974 ; Taylor, 1986 ; Wender, 1986 : Hazel & Schumaker,
1988 ). Tetapi berbagai penelitian terhadap factor tersebut tidak ada yang
memberikan bukti adanaya hubungan yang bermakna antara factor
tersebut dan terjadinya ADHD ( Zametkin & Rapoport, 1986 ; Matson,
1993 ).
6. Masalah saat kehamilan ( ibu merokok, depresi, minum alcohol,
kekurangan oksigen, keracunan plumbum ) dan kelahiran ( trauma lahir,
infeksi ), penggunaan mariyuana pada awal masa remaja, konsumsi
makanan dengan bahan pengawet dan zat pewarna, penggunaan obat-
obatan seperti fenobarbita l jangka panjang. Lingkungan social yang buruk
seperti disfungsi perkawinan dan keluarga, social ekonomi rendah
dikatakan berhubungan dengan terjadinya GPPH. Suatu penelitian
menunjukkan bahwa hubungan antara pengaruh televise dengan kejadian
GPPH secara signifikan tidak bermakna.

C. Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat
dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
a. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat. 
b. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
c. Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
d. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan
atau keadaan di dalam suatu kelompok
e. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang belum selesai disampaikan
f. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain
g. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas
atau aktivitas-aktivitas bermain
h. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke
kegiatan lainnya
i. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
j. Sering berbicara secara berlebihan. 
k. Sering menyela atau mengganggu orang lain
l. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang
dikatakan kepadanya
m. Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).

D. Tipe-Tipe Gangguan ADHD


1) Tipe ADHD Gabungan
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi oleh
adanya paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah
paling sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk hiperaktivitas impulsifitas.
Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang
signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :
a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.
b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting yang
berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam
kemampuan akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi
psikologi atau psikiatri lainnya.
2) Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif impulsive
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 gejala untuk perhatian dan mengakui bahwa individu-
individu tertentu mengalami sikap kurang memerhatikan yang mendalam
tanpa hiperaktivitas atau impulsifitas. Hal ini merupakan salah satu alas
an mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan ADHD ditulis
dengan garis –AD/HD. Hal ini membedakan bahwa ADHD kurang
memerhatikan dari jenis ketiga yang dikenal dengan tipe hiperaktif
impulsive.
3) Tipe ADHD hiperaktif impulsive
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar
pada bagian hiperaktif impulsifitas. Tipe ADHD kurang memerhatikan
ini mengacu pada anak-anak yang mengalami kesulitan lebih besar
dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor perceptual
(persepsi gerak), cenderung untuk melamun dan kerap kali menyendiri
secara social.

E. Patofisiologi
Skema ADHD ( Dr. Dwidjo Saputro, 2009 )

DISFUNGSI OTAK GENETIK

HIPOKSIA OTAK HIPOFUNGSI SISTEM


DOPAMIN DAN NOREPRIN

DISFUNGSI KORTIKO STRIATAL

DISFUNGSI KORTEKS PREFONTAL

DEFEK FUNGSI KOGNITIF


 KEGAGALAN INHIBISI PERILAKU
 TERTUNDANYA RESPONS
PERILAKU

GEJALA UTAMA ADHD YAITU


INATTENTIVENESS dan IMPULSIVITAS

Deteksi Dini Adhd (Guru, Orang


DIAGNOSIS ADHD
Tua) Dan Diagnosis Adhd  Akurasi
(DOKTER UMUM) Meningkat (Dokter Umum)
F. Komplikasi ADHD

G. Penatalaksanaan Medis dan Perawatan


1. Perawatan
Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006) perawatan yang dapat
dilakukan orang tua terhadap anak yang menderita ADHD antara lain :
a) Terapi medis : Mengendalikan simptom-simptom ADHD di sekolah
dan rumah.
b) Pelatihan manajemen orang tua : Mengendalikan perilaku anak yang
merusak di rumah, mengurangi konflik antara orangtua dan anak
serta meningkatkan pro-sosial dan perilaku regulasi diri.
c) Intervensi pendidikan : Mengendalikan perilaku yang merusak di
kelas, meningkatkan kemampuan akademik serta mengajarkan
perilaku pro sosial dan regulasi diri.
d) Merencanakan program-program bulanan : Melakukan penyesuaian
di rumah dan keberhasilan ke depan di sekolah dengan
mengombinasikan perlakukan tambahan dan pokok dalam program
terapi.
e) Melakukan konseling keluarga : Coping terhadap stres keluarga dan
individu yang berkaitan dengan ADHD, termasuk kekacauan hati
dan permasalahan suami istri.
f) Mencari kelompok pendukung : Menghubungkan anak dewasa
dengan orang tua anak ADHD lainnya, berbagi informasi dan
pengalaman mengenai permasalahan umum dan memberi dukungan
moral.
g) Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana anak
dapat membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya.
Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang dapat
dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt Hyperactivity
Disorder (ADHD) antara lain :
1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :
a. Hentikan perilaku yang tidak aman.
b. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima.
c. Berikan pengawasan yang ketat.
2. Meningkatkan performa peran dengan cara :
a. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan.
b. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan bebas
dari distraksi untuk menyelesaikan tugas).
3. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
a. Dapatkan perhatian penuh anak.
b. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas-tugas kecil.
c. Izinkan beristirahat.
4. Mengatur rutinitas sehari-hari
a. Tetapkan jadual sehari-hari.
b. Minimalkan perubahan.
5. Penyuluhan dan dukungan kepada klien atau keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua.
6. Berikan nutrisi yang adekuat pada anak yang mengalami ADHD.
a. Rendah Karbohidrat dan Tinggi Protein
b. Menghindari bahan – bahan yang membuat alergi pada anak
ADHD karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah
terjadi alergi. Bahan – bahan yang harus dihindari seperti MSG,
pengawet, susu, tepung, kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
c. Rendah Gula, Hindari makanan – makanan yanng banyak
mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim dan
cokelat.
d. Makan banyak sayuran dan tubuh.
e. Minum banyak air.
f. Menghindari makanan yang mengandung salisilat karena salisilat
dapat menghambat kerja enzim dalam otak yang berfungsi untuk
mengurangi kesensitifan otak terhadap reaksi alergi.
g. Mengkonsumsi suplemen.
h. Menghindari paparan logam berat dan kafein.
2. Pengobatan
Pengobatan terhadap anak dengan ADHD umumnya dilakukan dengan
berbagai pendekatan termasuk program pendidikan khusus, modifikasi
perilaku, pengobatan melalui obat-obatan dan konseling. Disamping
pendekatan yang kontroversial antara lain melakukan diet khusus dan
penggunaan obat-obatan serta vitamin-vitamin tertentu (Delphie, 2006).
Menurut Videbeck (2008) obat stimulan yang sering digunakan untuk
mengobati ADHD antara lain :
1) Metilfenidat (Ritalin)
Dosis 10-60 dalam 2 – 4 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan pantau supresi nafsu makan yang turun, atau
kelambatan pertumbuhan, berikan setelah makan, efek obat lengkap
dalam 2 hari.
2) Dekstroamfetamin (Dexedrine) amfetamin (Adderall)
Dosis 3-40 dalam 2 atau 3 dosis yang terbagi. Intervensi
keperawatan, pantau adanya insomnia, berikan setelah makan untuk
mengurangi efek supresi nafsu makan, efek obat lengkap dalam 2
hari.
3) Pemolin (Cylert)
Dosis 37,5-112,5 dalam satu dosis harian. Intervensi
keperawatan pantay peningkatan tes fungsi hati dan supresi nafsu
makan, dapat berlangsung 2 minggu untuk mencapai efek obat yang
lengkap.
Jenis – Jenis Pengobatan :
1. Stimulan merupakan obat yang paling
banyak dipergunakan untuk ADHD. Dalam kelompok stimulan
terdapat Adderall (gabungan garam dari amphtamine), DextroStat
(dextroamphetamine sulfate), dan Ritalin (methylphenidate HCL).
2. TCA ( Tri-Cyclic Antidepressants )
merupakan jenis anti depresi.
3. Wellbutrin ( buproprion ) merupakan jenis
antidepresan namun berbeda dengan obat TCA hanya mempunyai
kegunaan dan efek samping yang sama.
4. Catapres ( cloinidine ) obat ini
dipergunakan untuk pengobatan ADHD terutama bagi penderita
gejala hiperaktif dan impulsif. Obat ini berbentuk kecil atau pil dan
anak – anak yang diberi Catapres akan menjadi ngantuk.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas Klien :
ADHD terjadi pada anak usia 3 th, laki – laki cenderung memiliki
kemungkinan 4x lebih besar dari perempuan untuk menderita ADHD.
2. Keluhan utama :
Keluarga mengatakan anaknya tidak bisa diam, kaki atau tangannya
bergerak terus.
3. Riwayat penyakit sekarang :
Orang tua atau pengasuh melihat tanda – tanda awal dari ADHD :
a. Anak tidak bisa duduk tenang.
b. Anak selalu bergerak tanpa tujuan dan tidak mengenal lelah.
c. Perubahan suasan hati yang yang mendadak/impulsive.
4. Riwayat penyakit sebelumnya :
Tanyakan kepada keluarga apakah anak dulu pernah mengalami cedera
otak.
5. Riwayat penyakit keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada faktor genetic yang diduga sebagai
penyebab dari gangguan hiperaktivitas pada anak.
6. Riwayat psiko,sosio, dan spiritual :
Anak mengalami hambatan dalam bermain dengan teman dan membina
hubungan dengan teman sebaya nya karena hiperaktivitas dan
impulsivitas.
7. Riwayat tumbuh kembang :
a. Prenatal : Ditanyakan apakah ibu ada masalah asupan alcohol
atau obat-obatan selama kehamilan.
b. Natal : Ditanyakan kepada ibu apakah ada penyulit selama
persalinan. lahir premature, berat badan lahir rendah
(BBLR).
c. Postnatal : Ditanyakan apakah setelah lahir langsung diberikan
imunisasi apa tidak.
8. Riwayat imunisasi
Tanyakan pada keluarga apakah anak mendapat imunisasi lengkap.
Usia <7 hari anak mendapat imunisasi hepatitis B.
Usia 1 bulan anak mendapat imunisasi BCG dan Polio I.
Usia 2 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB I dan Polio 2.
Usia 3 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB II dan Polio 3.
Usia 4 bulan anak mendapat imunisasi DPT/HB III dan Polio 4.
Usia 9 bulan anak mendapat imunisasi campak.
9. Activity daily living ( ADL ) :
a. Nutrisi
Anak nafsu makan nya berkurang (anaroxia).
b. Aktivitas
Anak sulit untuk diam dan terus bergerak tanpa tujuan.
c. Eliminasi
Anak tidak mengalami ganguan dalam eliminasi.
d. Istirahat tidur
Anak mengalami gangguan tidur.
e. Personal Hygiene
Anak kurang memperhatikan kebersihan dirinya sendiri dan sulit di
atur.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Koping defensive b/d kurangnya dukungan system pendukung
2. koping tidak efektif b/d ketidakadekuatan strategi koping
3. gangguan interaksi social b/d hambatan perkembangan/maturasi

C. Intervensi
1. Koping defensive b/d kurangnya dukungan system pendukung
Intervensi : promosi kesadaran diri
Observasi
 identifikasi keadaan emosional saat ini
 Identifikasi respon yang ditunjukan berbagai situasi
Terapeutik
 Diskusikan nilai-nilai yang berkontribusi terhadap konsep diri
 Diskusikan tentang pikiran, perilaku atau respon terhadap kondisi
 Diskusikan dampak penyakit pada konsep diri
 Ungkapkan pengangkalan tentang kenyataan
 Motivasi dalam meningkatkan kemampuan belajar
Edukasi
 Anjurkan mengenali pikiran dan perasaan tentang diri
 Anjurkan menyadari bahwa setiap orang baik
 Anjurkan mengungkapkan perasaan
 Anjurkan meminta bantuan orang lain
 Ajarkan cara membuat prioritas hidup
 Latih kemampuan positif diri yang dimiliki
2. koping tidak efektif b/d ketidakadekuatan strategi koping
Intervensi : dukungan pengambilan keputusan
Observasi
 identifikasi persepsi mengenai masalah dan informasi yang
memicu konflik
Terapeutik
 fasilitasi melihat situasi secara realistis
 diskusikan kelebihan dan kekurangan dari setiap solusi
 motivasi mengungkapkan tujuan perawatan yang diharapkan
 fasilitasi menjelaskan keputusan kepada orang lain
 fasilitasi hubungan antara pasien, keluarga dan tenaga Kesehatan
lainnya
Edukasi
 informasikan alternatif solusi secara jelas
 berikan informasi yang diminta pasien
Kolaborasi
 kolaborasi dengan tenaga Kesehatan lain dalam mennfasilitasi
pengambilan keputusan
3. gangguan interaksi social b/d hambatan perkembangan/maturase
Intervensi : modifikasi perilaku ketrampilan social
Observasi
 Identifikasi penyebab kurangnya ketrampilan social
 Identifikasi focus pelatihan ketrampilan social
Terapeutik
 Motivasi untuk berlatih ketrampilan social
 Beri umpan balik positif (mis. Pujian atau penghargaan) terhadap
kemampuan sosialisasi
 Libatkan keluarga selama Latihan ketrampilan social
Edukasi
 Jelaskan tujuan melatih ketrampilan social
 Jelaskan respon dan konsekuensi ketrampilan social
 Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah yang dialami
 Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
 Edukasi keluarga untuk dukungan ketrampilan social
 Latih ketrampilan social secara bertahap
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.academia.edu/31614252/ASKEP_ANAK_DENGAN_ATTENTION
_DEFICYT_HYPERACTIVITY_DISORSER_ADHD
2. PPNI (2018). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator
Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
3. PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan
Kepeawatan Indonesia. Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai