Anda di halaman 1dari 22

Keperawatan Anak II

Attention Deficit Hyperactive Disoreder (ADHD)

Disusun Oleh :

Kelompok 5

Diana Arika

Fakhri Hisbullah

Harles Trio Saputra

Rohadhatul Atika

Dosen Pembimbing :

Yendrizal Jafri, S. Kp , M. Biomed

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Attention Deficit Hyperactive Disoreder
(ADHD) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas  Keperawatan anak II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ADHD bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada bapak Yendrizal Jafri, S. Kp , M. Biomed


selaku dosen keperawatan anak  yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari, makalah
yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan neurobiologis yang


ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil. Anak ADHD mulai menunjukkan banyak
masalah ketika SD karena dituntut untuk memperhatikan pelajaran dengan tenang, belajar
berbagai ketrampilan akademik, dan bergaul dengan teman sebaya sesuai aturan (Ginanjar,
2009). ADHD adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktifitas motorik anak-
anak hingga menyebabkan aktifitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan.
Ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan
tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang
berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah, suka meletup- letup, aktifitas
berlebihan, dan suka membuat keributan (Klikdokter, 2008).

ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) atau dikenal juga dengan hiperaktif
merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurang perhatian, aktivitas
berlebihan yang tidak sesuai dengan perilakunya. ADHD ini sering ditemui pada anak dan
berlanjut sampai remaja, hinggga dewasa. Pada saat anak usia sekolah ADHD dapat
mengalami gangguan interaksi social dengan teman. Sementara pada masa remaja hingga
dewasa bisa menimbulkan masalah serius (Mulyono, 2003). Banyak factor yang
mempengaruhi ADHD ini seperti factor genetic, gangguan perkembangan janin, penggunaan
alcohol, keracunan, alergi makanan,pola asuh orangtua.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ADHD ?
2. Apa Tipe-Tipe Gangguan ADHD ?
3. Apa penyebab dari ADHD ?
4. Bagaimana tanda-tanda dari ADHD ?
5. Bagaimana klasifikasi ADHD ?
6. Apa saja ciri-ciri dari ADHD ?
7. Apa komplikasi dari ADHD ?
8. Bagaimana manifestasi klinik ADHD ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ADHD ?
C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi ADHD
2. Mengetahui penyebab dari ADHD
3. Mengetahui tanda-tanda dari ADHD
4. Mengetahui klasifikasi ADHD
5. Mengetahui ciri-ciri dari ADHD
6. Bagaimana manifestasi klinis dari ADHD ?

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Attention Deficit Hyperactive Disorder

Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) merupakan suatu kondisi yang pernah
dikeanl sebagai attention deficit disorder (sulit memusatkan perhatian). Diperkirakan jenis
gangguan ini sudah ada sejak lama. Istilah attention deficit disorder (ADD) pertama kali
diperkenalkan tahun 1980-an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoreder.
Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti menjadi ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Disorder) yaitu gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan
remaja.

ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) merupakan gangguan perilaku yang


ditandai dengan adanya gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas control, dan
perilaku yang hiperaktif. Menurut Ikatan Psikiatri Amerika, ADHD adalah sebuah pola tetap
tentang kesulitan memusatkan perhatian atau perilaku hiperaktif dan impulsive yang terlihat
lebih sering dan lebih parah daripada yang biasa terlihat pada individu (Brikerhoff, 2009).
Dengan kata, anak ADHD mudah teralihkan dan tidak bisa diam. Keadaan tersebut
mengakibatkan kesulitan belajar, kesulitan berperilaku dan kesulitan bersosialisai dan
diarahkan perilakunya (Brikerhoff, 2009).
B. Tipe-Tipe Gangguan ADHD
 Tipe ADHD Gabungan

Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria
untuk hiperaktivitas impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan
tingkat yang signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :

a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.


b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua seting yang berbeda.
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam kemampuan
akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi psikologi atau
psikiatri lainnya.

 Tipe ADHD kurang memerhatikan dan Tipe ADHD hiperaktif impulsive

Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling sedikit 6
diantara 9 gejala untuk perhatian dan mengakui bahwa individu-individu tertentu mengalami
sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas atau impulsifitas. Hal ini
merupakan salah satu alas an mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan ADHD
ditulis dengan garis –AD/HD. Hal ini membedakan bahwa ADHD kurang memerhatikan dari
jenis ketiga yang dikenal dengan tipe hiperaktif impulsive.

 Tipe ADHD hiperaktif impulsive

Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada bagian
hiperaktif impulsifitas. Tipe ADHD kurang memerhatikan ini mengacu pada anak-anak yang
mengalami kesulitan lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor
perceptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun dan kerap kali menyendiri secara
social.

C. Penyebab ADHD

Penyebab ADHD terdiri dari factor-faktor sebagai berikut :


1) Faktor genetik. Karena dapat diturunkan, risiko menderita ADHD meningkat jika
memiliki anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama atau penyakit mental
lainnya.
2) Faktor lingkungan. Diduga berkaitan dengan paparan timah yang banyak ditemukan
dalam cat.
3) Kelahiran prematur, yaitu kelahiran sebelum usia kehamilan 37 minggu, atau bayi
dengan berat badan lahir rendah.
4) Ibu yang menggunakan obat-obatan terlarang, mengonsumsi alkohol, atau merokok
selama masa kehamilan.
5) Kerusakan atau cedera otak yang dapat terjadi selama masa kehamilan atau pada usia
dini.
6) Ketidakseimbangan senyawa otak (neurotransmitter) dalam otak atau gangguan dalam
kinerja otak

D. Tanda-tanda ADHD

Gangguan yang seringkali menyertai ADHD meliputi :

a. Kesulitan belajar.

Sekitar 10 – 90% anak yang menderita ADHD juga mengalami kesulitan belajar spesifik.
Pada usia pra sekolah hal ini meliputi kesulitan dalam mengerti bunyi atau kata-kata tertentu
dan/atau kesulitan dalam mengekspresikan diri sendiri dalam bentuk kata-kata. Pada usia
sekolah, anak-anak tersebut mungkin mengalami kesulitan membaca atau mengeja,
mengalami gangguan menulis dan gangguan berhitung. Pada anak ADHD pencapaian
prestasi akademik tidak sesuai dengan potensi kecerdasannya (underachievement) Kesulitan
belajar yang ditemukan pada anak dengan ADHD, lebih banyak berkaitan dengan kesulitan
berkonsentrasi, daya ingat dan fungsi eksekutif daripada berkaitan dengan dyslexia,
dysgraphia atau dyscalculia yang juga menimbulkan kesulitan belajar spesifik.

b. Sindroma Tourette.

Sejumlah kecil anak dengan ADHD juga mengalami gangguan neurologis yang disebut
sindroma Tourette. Orang dengan Tourette, juga mengalami gerakan-gerakan aneh yang
berulang, misalnya mengedipngedipkan mata atau menggerak-gerakkan otot muka seperti
menyeringai. Yang lainnya mungkin mendehem berulang kali seperti membersihkan
tenggorokan dari lendir, mendengus, mendengkur, atau mengeluarkan suara seperti
menggonggong. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan obat atau medikasi. Walaupun
hanya sedikit anak dengan ADHD yang mengalami sindroma ini, namun banyak kasus
sindroma Tourette berkaitan erat dengan ADHD. Pada kasus demikian, kedua gangguan
tersebut seringkali membutuhkan pengobatan.

c. Gangguan perilaku menentang (oppositional defiant disorders).

Bagi sebagian anak yang menderita ADHD akan mengalami gangguan perilaku
menentang, yaitu pola perilaku negatif, menentang dan bermusuhan (hostile). Gejalanya
meliputi kehilangan kendali diri, bertengkar (khususnya dengan orang dewasa), tidak
mematuhi peraturan, sangat mengganggu dan menyalahkan orang lain. Individu ini juga
pemarah, mudah tersinggung, mungkin juga pendendam. Dengan penanganan yang
komprehensif, gejala tersebut banyak berkurang dan bahkan menghilang.

d. Gangguan tingkah laku (conduct disorders).

Sekitar 20 – 40% dari anak dengan ADHD juga mengalami gangguan tingkah laku yang
lebih serius dari pada perilaku anti sosial. Anak ini sering berbohong atau mencuri, berkelahi
atau memperdaya orang lain. Anak sering menimbulkan kesulitan di sekolah atau berurusan
dengan polisi. Dia sering melanggar hak asasi orang lain, agresif terhadap orang atau
binatang, merusak milik orang lain, membawa atau menggunakan senjata tajam atau terlibat
perilaku merusak lingkungan (vandalisme). Anak usia remaja berisiko untuk terlibat dengan
NAPZA, yang dapat berlanjut dengan penyalahgunaan dan ketergantungan. Mereka ini
membutuhkan pertolongan segera.

e. Ansietas dan depresi.

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif sering kali juga terjadi bersamaan dengan
ansietas dan depresi. Jika ansietas atau depresi dapat dikenali dan diterapi, anak akan lebih
mampu mengatasi masalah yang menyertai ADHD. Sebaliknya terapi yang efektif terhadap
ADHD dapat memberikan dampak yang positif terhadap ansietas dan depresi, sehingga
mereka lebih mampu berinteraksi dengan sesama dan dapat menyelesaikan tugas
akademiknya dengan lebih baik. Ansietas adalah kecemasan yang berlebihan yang sulit
dikendalikan. Gejalanya meliputi: perasaan gelisah, mudah lelah, susah berkonsentrasi,
mudah tersinggung, gangguan tidur, serta keluhan somatik seperti otot tegang, berdebardebar,
berkeringat, gemetar. Depresi adalah perasaan sedih, merasa bersalah dan gangguan tidur.
Terdapat beberapa jenis depresi, dan yang sering menyertai ADHD adalah jenis Distimia
dengan gejala depresi yang berkepanjangan (lebih dari satu tahun) seperti: gangguan makan
(susah makan atau terlalu banyak makan), susah tidur atau terlalu banyak tidur, tidak
bertenaga, harga diri (self esteem) rendah, sulit berkonsentrasi dan merasa putus asa.

f. Autisme.

Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang dikenal juga dengan Gangguan
Spectrum Autisme (ASD). Autisme ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan
dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Keadaan ini sudah
dapat terlihat sejak sebelum anak berusia 3 tahun. ASD seringkali terdapat bertumpang tindih
dengan ADHD. Anak yang menderita ASD seringkali menunjukkan gejala hiperaktif, sulit
berkonsentrasi dan impulsif, sebaliknya anak yang menderita ADHD juga sering mengalami
gangguan interaksi sosial.

E. Klasifikasi ADHD

ADHD dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis yaitu

a. Hiperaktif

Anak dengan jenis kelainan hiperaktif cenderung memiliki aktifitas yang sulit
dikontrol, selalu aktif bergerak seakan tidak merasakan lelah dan tidak bisa diam. Gejala
yang biasa terlihat adalah selalu gelisah saat bermain, susah untuk diam, selalu aktif bergerak
seperti berlari atau memanjat pada sesuatu dan tidak bias duduk dengan tenang.

b. Inatentif

Anak yang menderita gangguan inatentif cenderung lebih kesulitan untuk memperhatikan
sesuatu, gejala yang sering terlihat adalah penderita akan kesulitan untuk memusatkan
perhatian, terlihat acuh dan tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara, mudah beralih
perhatian, sering melakukan kesalahan dikarenakan ceroboh, sulit diatur dan mengerjakan
tugas yang diterima, tidak bisa menyimpan barang yang diberikan kepadanya dan memiliki
kecenderungan mengigau saat tidur.

c. Impulsif
Impulsif merupakan gangguan yang aktifitasnya sering dilakukan dengan ceroboh. Gejala
yang biasanya terlihat adalah sangat sulit untuk menunggu giliran, menjawab pertanyaan
tanpa dasar dan memaksa menjawab walaupun belum diberi kesempatan sering
menginterupsi orang lain dan bertindak impulse tanpa memikirkan konsekuensinya seperti
berlari ditengah acara formal, mengejar sesuatu yang berbahaya.

F. Ciri-ciri Anak dengan ADHD

Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity Disorder
mempunyai ciri-ciri anrtara lain:

1. Sulit memberikan perhatian pada hal-hal kecil


2. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah
3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas
4. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat
5. Berlari-lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk duduk atau diam
6. Terus gelisah atau menggeliat
7. Sulit menunggu giliran
8. Mudah terdistraksi oleh hal-hal yang terjadi di sekelilingnya
9. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab pertanyaan
10. Sering salah menempatkan tugas-tugas sekolah, buku atau mainan
11. Tampak tidak mendengar, sekalipun diajak berbicara secara langsung

G. Manifestasi Klinik

Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
 Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat.
 Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
 Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
 Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
 Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
 Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
 Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
 Sering berbicara secara berlebihan.
 Sering menyela atau mengganggu orang lain
 Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
 Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).

H. Komplikasi ADHD
 Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas
 Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi ).
 Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan ).
 IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar ).
 Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas ).
 Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat anak-
anak lainnya marah ).

I. Pemeriksaan Penunjang ADHD

Menurut Doenges, 2007 pemeriksaan diagnostic yang dilakukan pada anak


dengan ADHD antara lain :
a. Pemeriksaan Tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah.
b. Tes neurologist (misalnya EEG, CT scan) menentukan adanya gangguan otak
organic.
c. Tes psikologis sesuai indikasi : menyingkirkan adanya gangguan ansietas,
mengidentifikasi bawaan, retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan
mengkaji responsivitas social dan perkembangan bahasa.

d. Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik


(misalnya ruam, penyakit saluran pernapasan atas, atau gejala alergi
lain, infeksi SSP).
e. Pemeriksaan darah : Ditemukan toksin dalam darah penderita ADHD.

Asuhan Keperawatan ADHD

A. Pengkajian

Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain

1. Kaji Riwayat Neonatus-Remaja

a. Neonatus (0-28 hari)

 Kaji apakah ketika dilahirkan neonatus menangis


 Kaji bagaimana kemampuan memutar-mutar kepala
 Kaji bagaimana kemampuan menghisap
 Kaji kapan mulai mengangkat kepala
 Kaji bagaimana kemampuan motorik halus anak (misalnya kemampuan untuk
mengikuti garis tengah bila kita memberikan respons terhadap jari atau tangan)
 Kaji bagaimana kemampuan berbahasa anak (menangis, bereaksi terhadap suara atau
bel)
 Kaji bagaimana kemampuan anak dalam beradaptasi (misalnya tersenyum dan mulai
menatap muka untuk mengenali seseorang

b. Masa bayi /Infant (28 hari – 1 tahun)

1- 4 Bulan 4-8 Bulan 8-12 Bulan


 Kaji kemampuan motorik  Kaji perkembangan  Kaji kemampuan motorik
kasar anak (misalnya motorik kasar anak kasar anak (misalnya
mengangkat kepala saat (misalnya dapat duduk tanpa pegangan,
tengkurap, mencoba telungkup pada alas dan berdiri dengan pegangan,
duduk sebentar dengan sudah mulai mengangkat bangkit terus berdiri,
ditopang, dapat duduk kepala dengan melakukan berdiri 2 detik dan berdiri
dengan kepala tegak, jatuh gerakan menekan kedua sendiri)
terduduk dipangkuan tangannya dan pada  Kaji kemampuan motorik
ketika disokong pada bulan keempat sudah halus anak (misalnya
posisi berdiri) mulai mampu mencari dan meraih
 Kaji kemampuan motorik memalingkan ke kanan benda kecil, bila diberi
halus anak (misalnya dan ke kiri ) kubus mampu
memegang suatu objek,  Kaji perkembangan memindahkannya,
mengikuti objek dari satu motorik halus anak mampu mengambilnya
sisi ke sisi lain, mencoba (misalnya : sudah mulai dan mampu memegang
memegang benda, mengamati benda, mulai dengan jari dan ibu jari,
memperhatikan tangan menggunakan ibu jari membenturkannya dan
dan kaki, memegang dan jari telunjuk untuk mampy menaruh benda
benda dengan kedua memegang) atau kubus ketempatnya)
tangan, menagan benda di  Kaji kemampuan  Kaji perkembangan
tangan walaupun hanya berbahasan anak berbahasa anak
sebentar) (misalnya : menirukan (misalnya : mulai
 Kaji kemampuan bunyi atau kata-kata, mengatakan papa mama
berbahasa anak menolek ke arah suara yang belum spesifik,
(kemampuan bersuara dan dan menoleh ke arah mengoceh hingga
tersenyum, dapat berbunyi sumber bunyi, tertawa, mengatakan dengan
huruf hidup, berceloteh, menjerit, menggunakan spesifik, dapat
mulai mampu vokalisasi semakin mengucapkan 1-2 kata)
mengucapkan kata banyak)  Kaji perkembangan
ooh/ahh, tertawa dan  Kaji kemampuan kemampuan adaptasi
berteriak, mengoceh beradaptasi sosial anak sosial anak (misalnya
spontan atau berekasi (misalnya merasa kemampuan bertepuk
dengan mengoceh) terpaksa jika ada orang tangan, menyatakan
 Kaji perkembangan asing, mulai bermain keinginan, sudah mulai
adaptasi sosial anak dengan mainan, takut minum dengan cangkir,
(misalnya : mengamati akan kehadiran orang menirukan kegiatan
tangannya, tersenyum asing, mudah frustasi dan orang lain, main-main
spontan dan membalas memukul-mukul dengan bola atau lainnya dengan
senyum bila diajak lengan dan kaki jika orang)
tersenyum, mengenal sedang kesal)?
ibunya dengan
penglihatan, penciuman,
pendengaran dan kontak,
tersenyum pada wajah
manusia)

c. Masa Toddler – Masa Prasekolah


 Kaji perkembangan motorik kasar anak
 Kaji perkembangan motorik halus anak
 Kaji kemampuan berbahasa anak
 Kaji kemampuan anak dalam beradaptasi sosial

d. Masa school age


 Kaji kemampuan kemandirian anak dilingkungan luar rumah
 Kaji kemampuan anak mengatasi masalah yang dialami disekolah
 Kaji kemampuan beradaptasi sosial anak (menyesuaikan dengan lingkungan
sekolah)
 Kaji kepercayaan diri anak saat berada di sekolah
 Kaji rasa tanggung jawab anak dalam mengerjakan tugas di sekolah
 Kaji kemampuan anak dalam berinteraksi sosial dengan teman sekolah
 Kaji ketrampilan membaca dan menulis anak
 Kaji kemampuan anak dalam belajar di sekolah

e. Masa Remaja
 Kaji kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri
 Kaji kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami
 Kaji kematangan identitas seksual
 Kaji remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja
 Kaji kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah,memasak)

2. Riwayat penyakit
- Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat
bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau
masuk sekolah atau day care.
- Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
perilaku yang membahayakan di rumah.
- Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
- Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak
atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.

3. Penampilan Umum Dan Perilaku Motorik


- Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat serta bergoyang-goyang saat
mencoba melakukannya.
- Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
- Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
- Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik yang
lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat tahap perkembangannya

4. Mood dan Afek


- Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau temper tantrum.
- Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.
- Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak memiliki
sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
- Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan
5.   Proses dan isi pikir

Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan

6. Sensorium dan proses intelektual

- Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.
- Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan
secara nyata.
- Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit
pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
- Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
berhenti memikirkan sesuati.
- Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas

7.   Penilaian dan daya tarik diri


- Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk dan
sering kali tidak berpikir sebelum bertindak
- Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif, seperti
berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.
- Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
- Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika
dibandingkan dengan anak seusianya.
- Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama sekali
bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
- Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan perilaku
mereka sendiri
8. Konsep diri
- Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis ecara umum harga
diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
- Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai banyak teman, dan
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya merasa
terkucil sana merasa diri mereka buruk.
- Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai orang
yang buruk dan bodoh

9. Peran dan hubungan


- Anak biasanya tidak berhasil di sekolah, baik secara akademik maupun sosial.
- Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan
perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.
- Orang tua sering menyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
- Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan yang
terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik, bahkan
memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.
- Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
- Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh atau
babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami ADHD yang
meningkatkan penolakan anak.

10. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu
untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan
untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan
perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.

11. Pemeriksaan Penunjang


- Pemeriksaan tiroid : dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang
memperberat masalah
- Pemeriksaan CT scan
- Tes psikologis : adanya gangguan ansietas, mengidentifikasi bawaan, retardasi
borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas social dan
perkembangan bahasa
- Pemeriksaan diagnostic individual bergantung pada adanya gejala fisik

B. Diagnosa Keperawatan
- Koping defensive
- Koping individu tidak efektif
- Ansietas

C. Intervensi Keperawatan

Diagnose Keperawatan Intervensi Keperawatan


Koping defensive Observasi
- Identifikasi harapan pasien dan keluaega dalam
pencapaian hidup
Terpaeutik
- Sadarkan bahwa kondisi yang dialami memiliki nilai
penting
- Pandu mengingat kembali kenangan yang
menyenangkan
- Libatkan pasien secara aktif dalam perawatan
- Kembangkan rencana keperawatan yang melibatkan
tingkat pencapaian tujua sederhana sampai dengan
kompleks
- Berikan kesempatan kepada pasien dan keluarga terlibat
dengan dukungan kelompok
- Ciptakan lingkungan yang memudahkan mempraktikan
kebutuhan spiritual
Edukasi
- Anjurkan mengungkapkan perasan terhadap kondisi
dengan reaslistis
- Anjurkan mempertahankan hubungan
- Anjurkan mempertahankan hubungan terapeutik dengan
orang lain
- Latih menyusun tujuan yang sama sesuai harapan
- Latih cara mengembangkan spiritual diri
- Latih cara mengenang dan menikmati masa lalu
Koping individu tidak - Pastikan bahwa sasaran-sasarannya adalah realistis
efektif b.d kelainan fungsi - Sampaikan perhatian tanpa syarat pada anak
dari system keluarga dan - Sediakan waktu bersama anak, keduanya pada saty ke
perkembangan ego yang satu basis dan pada aktivitas-aktivitas kelompok
terlambat, serta - Menemani anak dalam mengidentifikasi aspek-aspek
penganiayaan dan positif dari dan dalam mengembangkan rencana-rencana
pengabaian anak untuk merubah karakteristik yang lihatnya sebagai
negatif
- Bantu anak mengurangi penggunaan penyangkalan
sebagai suatu mekanisme sikap defensif. Memberikan
bantuan yang positif bagi identifikasi masalah dan
pengembangan dari perilaku-perilaku koping yang lebih
adaptif
- Memberi dorongan dan dukungan kepada anak dalam
menghadapi rasa takut terhadap kegagalan dengan
mengikuti aktivitas-aktivitas terapi dan melaksanakan
tugas-tugas baru. Beri pangakuan tentang kerja keras
yang berhasil dan penguatan positif bagi usaha-usaha
yang dilakukan

Ansietas b.d ancaman - Bentuk hubungan kepercayaan dengan anak. Bersikap


konsep diri, rasa takut jujur, konsisten di dalam berespons dan bersedia.
terhadap kegagalan, Tunjukkan rasa hormat yang positif dan tulus
disfungsi system keluarga - Sediakan aktivitas-aktivitas yang diarahkan pada
dan hubungan antara orang penurunan tegangan dan pengurangan ansietas
tua dan anak yang tidak
memuaskan - Anjurkan anak untuk mengidentifikasi perasaan-
perasaan yang sebenarnya dan untuk mengenali sensiri
perasaan-perasaan tersebut padanya
- Perawat harus mempertahankan suasana tentang
- Tawarkan bantuan pada wajtu-waktu terjadi
peningkatan ansietas. Pastikan kembali akan
keselamatan fisik dan fisiologis
- Penggunaan sentuhan menyenangkan bagi beberaoa
anak. Bagaimanapun juga anak harus berhati-hati
terhadap penggunaannya
- Dengan berkurangnta ansietas, temani anak untuk
mengetahui peristiwa-peristiwa tertentu yang
mendahului serangannya. Berhasil pada respons-respons
alternatif pada kejadian selanjutnyta
- Berikan obat-obatan dengan obat penenang sesuai
dengan yang diperintahkan. Kaji untuk
keefektifitasannya, dan beri petunjukkepada anak
mengenai kemungkinan efek-efek samping yang
memberi penharuh berlawanan

D. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klie
mencapai tujuan yang diharapkan.

E. Evaluasi Keperawatan

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang


menandakan keberhasilan dari diagnose keperawatan, intervensi dan implementasi.
Tujuannya adalah melihat kemampuan klien dalam mencapai tujuan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) merupakan gangguan perilaku yang


ditandai dengan adanya gangguan pemusatan perhatian, pembicaraan yang lepas control, dan
perilaku yang hiperaktif. Menurut Ikatan Psikiatri Amerika, ADHD adalah sebuah pola tetap
tentang kesulitan memusatkan perhatian atau perilaku hiperaktif dan impulsive yang terlihat
lebih sering dan lebih parah daripada yang biasa terlihat pada individu (Brikerhoff, 2009).
Dengan kata, anak ADHD mudah teralihkan dan tidak bisa diam. Keadaan tersebut
mengakibatkan kesulitan belajar, kesulitan berperilaku dan kesulitan bersosialisai dan
diarahkan perilakunya (Brikerhoff, 2009).

B. Saran

Sebaiknya bagi tim medis dan pembaca diharapkan mampu memahami tentang anak
berkebutuhan khusus mengenai ADHD ini
DAFTAR PUSATAKA

Anonim, (2009). Pendidikan sekolah Anak ADHD. http://www.adhd.or.id/school.html.


Diakses tanggal 18 April 2009

Baihaqi, MIF, Sugiarmin, M. (2006). Memahami Anak ADHD. Cetakan I. Bandung :


Penerbit PT Refika Aditama

Delphie, B. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus Dalam Setting Pendidikan


Inklusi. Cetakan I. Bandung : penerbit PT Refika Aditama

Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan keperawatan

Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 6, No. 2, April 2019, hlm. 135-
140

Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus Kesehatan Mental dan Budaya 2, 20-27

Anda mungkin juga menyukai