Disusun Oleh :
Kelompok 5
Diana Arika
Fakhri Hisbullah
Rohadhatul Atika
Dosen Pembimbing :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas yang berjudul Attention Deficit Hyperactive Disoreder
(ADHD) ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas Keperawatan anak II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang ADHD bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder) atau dikenal juga dengan hiperaktif
merupakan suatu gangguan perilaku yang ditandai dengan kurang perhatian, aktivitas
berlebihan yang tidak sesuai dengan perilakunya. ADHD ini sering ditemui pada anak dan
berlanjut sampai remaja, hinggga dewasa. Pada saat anak usia sekolah ADHD dapat
mengalami gangguan interaksi social dengan teman. Sementara pada masa remaja hingga
dewasa bisa menimbulkan masalah serius (Mulyono, 2003). Banyak factor yang
mempengaruhi ADHD ini seperti factor genetic, gangguan perkembangan janin, penggunaan
alcohol, keracunan, alergi makanan,pola asuh orangtua.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu ADHD ?
2. Apa Tipe-Tipe Gangguan ADHD ?
3. Apa penyebab dari ADHD ?
4. Bagaimana tanda-tanda dari ADHD ?
5. Bagaimana klasifikasi ADHD ?
6. Apa saja ciri-ciri dari ADHD ?
7. Apa komplikasi dari ADHD ?
8. Bagaimana manifestasi klinik ADHD ?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang dari ADHD ?
C. Tujuan
1. Mengetahui defenisi ADHD
2. Mengetahui penyebab dari ADHD
3. Mengetahui tanda-tanda dari ADHD
4. Mengetahui klasifikasi ADHD
5. Mengetahui ciri-ciri dari ADHD
6. Bagaimana manifestasi klinis dari ADHD ?
BAB II
PEMBAHASAN
Attention Deficit Hyperactive Disorder (ADHD) merupakan suatu kondisi yang pernah
dikeanl sebagai attention deficit disorder (sulit memusatkan perhatian). Diperkirakan jenis
gangguan ini sudah ada sejak lama. Istilah attention deficit disorder (ADD) pertama kali
diperkenalkan tahun 1980-an dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoreder.
Pada tahun 1994 istilah tersebut diganti menjadi ADHD (Attention Deficit Hyperactive
Disorder) yaitu gangguan perilaku yang paling banyak didiagnosis pada anak-anak dan
remaja.
Untuk mengetahui ADHD tipe ini dapat didiagnosis atau dideteksi oleh adanya paling
sedikit 6 diantara 9 kriteria untuk perhatian, ditambah paling sedikit 6 diantara 9 kriteria
untuk hiperaktivitas impulsifitas. Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan
tingkat yang signifikan disertai adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut :
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis oleh adanya paling sedikit 6
diantara 9 gejala untuk perhatian dan mengakui bahwa individu-individu tertentu mengalami
sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas atau impulsifitas. Hal ini
merupakan salah satu alas an mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan ADHD
ditulis dengan garis –AD/HD. Hal ini membedakan bahwa ADHD kurang memerhatikan dari
jenis ketiga yang dikenal dengan tipe hiperaktif impulsive.
Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 diantara 9 gejala yang terdaftar pada bagian
hiperaktif impulsifitas. Tipe ADHD kurang memerhatikan ini mengacu pada anak-anak yang
mengalami kesulitan lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor
perceptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun dan kerap kali menyendiri secara
social.
C. Penyebab ADHD
D. Tanda-tanda ADHD
a. Kesulitan belajar.
Sekitar 10 – 90% anak yang menderita ADHD juga mengalami kesulitan belajar spesifik.
Pada usia pra sekolah hal ini meliputi kesulitan dalam mengerti bunyi atau kata-kata tertentu
dan/atau kesulitan dalam mengekspresikan diri sendiri dalam bentuk kata-kata. Pada usia
sekolah, anak-anak tersebut mungkin mengalami kesulitan membaca atau mengeja,
mengalami gangguan menulis dan gangguan berhitung. Pada anak ADHD pencapaian
prestasi akademik tidak sesuai dengan potensi kecerdasannya (underachievement) Kesulitan
belajar yang ditemukan pada anak dengan ADHD, lebih banyak berkaitan dengan kesulitan
berkonsentrasi, daya ingat dan fungsi eksekutif daripada berkaitan dengan dyslexia,
dysgraphia atau dyscalculia yang juga menimbulkan kesulitan belajar spesifik.
b. Sindroma Tourette.
Sejumlah kecil anak dengan ADHD juga mengalami gangguan neurologis yang disebut
sindroma Tourette. Orang dengan Tourette, juga mengalami gerakan-gerakan aneh yang
berulang, misalnya mengedipngedipkan mata atau menggerak-gerakkan otot muka seperti
menyeringai. Yang lainnya mungkin mendehem berulang kali seperti membersihkan
tenggorokan dari lendir, mendengus, mendengkur, atau mengeluarkan suara seperti
menggonggong. Keadaan ini dapat diatasi dengan memberikan obat atau medikasi. Walaupun
hanya sedikit anak dengan ADHD yang mengalami sindroma ini, namun banyak kasus
sindroma Tourette berkaitan erat dengan ADHD. Pada kasus demikian, kedua gangguan
tersebut seringkali membutuhkan pengobatan.
Bagi sebagian anak yang menderita ADHD akan mengalami gangguan perilaku
menentang, yaitu pola perilaku negatif, menentang dan bermusuhan (hostile). Gejalanya
meliputi kehilangan kendali diri, bertengkar (khususnya dengan orang dewasa), tidak
mematuhi peraturan, sangat mengganggu dan menyalahkan orang lain. Individu ini juga
pemarah, mudah tersinggung, mungkin juga pendendam. Dengan penanganan yang
komprehensif, gejala tersebut banyak berkurang dan bahkan menghilang.
Sekitar 20 – 40% dari anak dengan ADHD juga mengalami gangguan tingkah laku yang
lebih serius dari pada perilaku anti sosial. Anak ini sering berbohong atau mencuri, berkelahi
atau memperdaya orang lain. Anak sering menimbulkan kesulitan di sekolah atau berurusan
dengan polisi. Dia sering melanggar hak asasi orang lain, agresif terhadap orang atau
binatang, merusak milik orang lain, membawa atau menggunakan senjata tajam atau terlibat
perilaku merusak lingkungan (vandalisme). Anak usia remaja berisiko untuk terlibat dengan
NAPZA, yang dapat berlanjut dengan penyalahgunaan dan ketergantungan. Mereka ini
membutuhkan pertolongan segera.
Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif sering kali juga terjadi bersamaan dengan
ansietas dan depresi. Jika ansietas atau depresi dapat dikenali dan diterapi, anak akan lebih
mampu mengatasi masalah yang menyertai ADHD. Sebaliknya terapi yang efektif terhadap
ADHD dapat memberikan dampak yang positif terhadap ansietas dan depresi, sehingga
mereka lebih mampu berinteraksi dengan sesama dan dapat menyelesaikan tugas
akademiknya dengan lebih baik. Ansietas adalah kecemasan yang berlebihan yang sulit
dikendalikan. Gejalanya meliputi: perasaan gelisah, mudah lelah, susah berkonsentrasi,
mudah tersinggung, gangguan tidur, serta keluhan somatik seperti otot tegang, berdebardebar,
berkeringat, gemetar. Depresi adalah perasaan sedih, merasa bersalah dan gangguan tidur.
Terdapat beberapa jenis depresi, dan yang sering menyertai ADHD adalah jenis Distimia
dengan gejala depresi yang berkepanjangan (lebih dari satu tahun) seperti: gangguan makan
(susah makan atau terlalu banyak makan), susah tidur atau terlalu banyak tidur, tidak
bertenaga, harga diri (self esteem) rendah, sulit berkonsentrasi dan merasa putus asa.
f. Autisme.
Autisme merupakan gangguan perkembangan otak yang dikenal juga dengan Gangguan
Spectrum Autisme (ASD). Autisme ditandai dengan adanya gangguan dan keterlambatan
dalam bidang kognitif, bahasa, perilaku, komunikasi dan interaksi sosial. Keadaan ini sudah
dapat terlihat sejak sebelum anak berusia 3 tahun. ASD seringkali terdapat bertumpang tindih
dengan ADHD. Anak yang menderita ASD seringkali menunjukkan gejala hiperaktif, sulit
berkonsentrasi dan impulsif, sebaliknya anak yang menderita ADHD juga sering mengalami
gangguan interaksi sosial.
E. Klasifikasi ADHD
a. Hiperaktif
Anak dengan jenis kelainan hiperaktif cenderung memiliki aktifitas yang sulit
dikontrol, selalu aktif bergerak seakan tidak merasakan lelah dan tidak bisa diam. Gejala
yang biasa terlihat adalah selalu gelisah saat bermain, susah untuk diam, selalu aktif bergerak
seperti berlari atau memanjat pada sesuatu dan tidak bias duduk dengan tenang.
b. Inatentif
Anak yang menderita gangguan inatentif cenderung lebih kesulitan untuk memperhatikan
sesuatu, gejala yang sering terlihat adalah penderita akan kesulitan untuk memusatkan
perhatian, terlihat acuh dan tidak mendengarkan ketika orang lain berbicara, mudah beralih
perhatian, sering melakukan kesalahan dikarenakan ceroboh, sulit diatur dan mengerjakan
tugas yang diterima, tidak bisa menyimpan barang yang diberikan kepadanya dan memiliki
kecenderungan mengigau saat tidur.
c. Impulsif
Impulsif merupakan gangguan yang aktifitasnya sering dilakukan dengan ceroboh. Gejala
yang biasanya terlihat adalah sangat sulit untuk menunggu giliran, menjawab pertanyaan
tanpa dasar dan memaksa menjawab walaupun belum diberi kesempatan sering
menginterupsi orang lain dan bertindak impulse tanpa memikirkan konsekuensinya seperti
berlari ditengah acara formal, mengejar sesuatu yang berbahaya.
Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit Hyperactivity Disorder
mempunyai ciri-ciri anrtara lain:
G. Manifestasi Klinik
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat dapat
ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya mengeliat-
geliat.
Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan
Mudah bingung oleh dorongan-dorongan asing
Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau permainan atau
keadaan di dalam suatu kelompok
Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan tugas-tugas atau
aktivitas-aktivitas bermain
Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan
lainnya
Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang
Sering berbicara secara berlebihan.
Sering menyela atau mengganggu orang lain
Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang dikatakan
kepadanya
Sering kehilangan barang-barang yang diperlukan untuk tugas-tugas atau
kegiatan-kegiatan yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan-kemungkinan akibatnya (misalnya berlari-lari di jalan raya
tanpa melihat-lihat).
H. Komplikasi ADHD
Diagnosis sekunder-gangguan konduksi, depresi, dan penyakit ansietas
Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengerjakan
aritmatika ( sering kali akibat abnormalitas konsentrasi ).
Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali perilaku agresif dan kata-kata
yang diungkapkan ).
IQ rendah / kesulitan belajar ( anak tidak duduk tenang dan belajar ).
Resiko kecelakaan ( karena impulsivitas ).
Percaya diri rendah dan penolakan teman-teman sebaya ( perilakunya membuat anak-
anak lainnya marah ).
A. Pengkajian
Menurut Hidayat (2005) pengkajian perkembangan anak berdasarkan umur atau usia anak
antara lain
e. Masa Remaja
Kaji kemampuan remaja dalam mengatasi masalah yang dialami secara mandiri
Kaji kemampuan remaja dalam melakukan adaptasi terhadap perubahan bentuk dan
fungsi tubuh yang dialami
Kaji kematangan identitas seksual
Kaji remaja dapat menjalankan tugas perkembangannya sebagai remaja
Kaji kemampuan remaja dalam membantu pekerjaan orang tua di rumah (misalnya
membersihkan rumah,memasak)
2. Riwayat penyakit
- Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami masalah saat
bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak berusia todler atau
masuk sekolah atau day care.
- Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang utama,
seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau bahkan
perilaku yang membahayakan di rumah.
- Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi
perilaku anak.
- Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan anak
atau mengubah perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak berhasil.
Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk mengkaji anak
berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap perkembangan
- Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi seperti
halusinasi.
- Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi tergangguan
secara nyata.
- Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3 menit
pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
- Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya tidak
tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak dapat
berhenti memikirkan sesuati.
- Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang mampu
menyelesaikan tugas
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan waktu
untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan. Masalah penenangan
untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang terjadi. Jika anak melakukan
perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada riwayat cedera fisik.
B. Diagnosa Keperawatan
- Koping defensive
- Koping individu tidak efektif
- Ansietas
C. Intervensi Keperawatan
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pelaksanaan dari intervensi untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap implementasi dimulai setelah intervensi disusun dan ditujukan untuk membantu klie
mencapai tujuan yang diharapkan.
E. Evaluasi Keperawatan
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
Sebaiknya bagi tim medis dan pembaca diharapkan mampu memahami tentang anak
berkebutuhan khusus mengenai ADHD ini
DAFTAR PUSATAKA
Doengoes, M.E. Townsend, M.C. Moorhouse, M.F. (2007). Rencana asuhan keperawatan
Jurnal Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer (JTIIK) Vol. 6, No. 2, April 2019, hlm. 135-
140
Jurnal Psikologi Udayana Edisi Khusus Kesehatan Mental dan Budaya 2, 20-27