Anda di halaman 1dari 41

A.

PENGERTIAN

ADHD adalah istilah popular, kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
(Attention Hiperactivity perhatian, Deficit berkurang hiperaktif dan Disorder = gangguan).
Diartikan dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai
hiperaktif.

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Hiperaktif adalah gangguan


perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas
anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. ADHD sekitar tiga kali lebih sering
terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

ADHD, juga dikenal sebagai gangguan perhatian defisit (ADD) atau gangguan
hyperkinetic, telah ada lebih lama daripada kebanyakan orang sadari. Bahkan, kondisi yang
muncul untuk menjadi serupa dengan ADHD digambarkan oleh Hippocrates, yang tinggal 460-
370 SM. Nama Perhatian Defisit Disorder pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 di DSM-
III, edisi ketiga dari "Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders". digunakan dalam
psikiatri. Pada tahun 1994 definisi telah diubah untuk memasukkan tiga kelompok dalam
ADHD: jenis dominan hiperaktif- impulsif, tipe didominasi inatentif, dan jenis gabungan. ADHD
biasanya muncul pada masa kanak-kanak tetapi dapat didiagnosis pada orang dewasa.

Hyperactive adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak
mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau
mainan yang disukai oleh anak-anak lain sesuai mereka, dikarenakan perhatian mereka sudah
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Hyperactive adalah gangguan perilaku yang timbul
pada anak dengan pola gejala restless atau tidak bisa diam, inattentive atau tidak dapat
memusatkan perhatian dan perilaku impulsif. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM) definisi gangguan telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai
dengan perubahan konsep tentang penyakit tersebut, dan sampai saat ini konsep yang tepat untuk
kondisi ini masih tetap menjadi perdebatan.

B. KARAKTERISTIK ADHD
Anak dengan ADGD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:

1. Tipe ADHD gabungan

Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak-
anak termasuk tipe ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu
memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.

Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis/dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 di
antara 9 kriteria untuk 'perhatian', ditambah paling sedikit 6 di antara 9 kriteria untuk
hiperaktivitas impulsivitas.

Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang signifikan disertai
adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut:

a. Gejala-gejala tersebut tampak sebelum anak mencapai usia 7 tahun.

b. Gejala-gejala diwujudkan pada paling sedikit dua tempat yang berbeda.

c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam kemampuan akademik.

d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi psikologi atau psikiatri.

2. Tipe ADHD kurang memerhatikan

Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis/dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 di
antara 9 kriteria untuk perhatian' dan mengakui bahwa individu-individu tertentu mengalami
sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas/impulsivitas. Hal ini merupakan
salah satu alasan mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan ADHD ditulis dengan
garis ADHD. Dalam tipe ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau impuisif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada "di
awang-awang. Tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus
berpindah-pindah, pelupa dan kacau.

3. Tipe ADHD hiperaktif dan impulsif


Tipe ketiga ini menuntut paling sedikit 6 di antara 9 gejala yang terdaftar pada bagian
hiperaktif impulsivitas. Tipe ADHD kurang memerhatikan' ini mengacu pada anak-anak yang
mengalami kesulitan lebih besar dengan memori (ingatan) mereka dan kecepatan motor
perceptual (persepsi gerak), cenderung untuk melamun, dan kerap kali menyendiri secara sosial.
Anak-anak pada tipe ini menunjukkan gejala yang sangat hiperaktif dan impulsif, tetapi bisa
memusatkan perhatian. Tipe ini seringkali ditemukan pada anak-anak kecil. Anak dalam tipe ini
memiliki ciri-ciri berikut ini: terlalu energik, lari ke sana kemari, melompat seenaknya,
memanjat-manjat, banyak bicara, berisik.

C. Kriteria ADHD dari DSM IV ( 1994)

Berikut ini kriteria ADHD berdasarkan Diagnostic Statistical Manual.

1. Kurang Perhatian

a. Seringkali gagal memerhatikan baik-baik terhadap sesuatu yang detail

b. Seringkali mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian terhadap tugas-tugas atau


kegiatan bermain.

e. Seringkali tidak mendengarkan jika diajak bicara langsung

d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
sekolah, pekerjaan atau tugas di tempat kerja.

e. Seringkali mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas dan kegiatan.

f. Sering kali kehilangan barang/benda yang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan.

g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
membutuhkan usaha mental yang didukung.

h. Seringkali bingung/terganggu oleh rangsangan dari luar.

i. Seringkali lekas lupa dalam menyelesaikan kegiatan sehari-hari.

2. Hiperaktivitas Impulsivitas.
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsivitas berikutnya
bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak
dengan tingkat perkembangan.

Hiperaktivitas.

a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering menggeliat di kursi.

b. Sering meninggalkan tempat duduk di dalam kelas

e. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.

d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara
tenang.

e. Sering 'bergerak’ atau bertindak seolah-olah dikendalikan oleh motor.

f. Sering berbicara berlebihan.

Impulsivitas

a. Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai.

b. Mereka sering mengalami kesulitan menanti giliran.

c. Mereka sering menginterupsi orang lain.

3. Beberapa gejala hiperaktivitas impulsivitas atau kurang perhatian yang menyebabkan


gangguan muncul sebelum anak berusia 7 tahun.

4. Ada sesuatu di dua atau lebih setting/situasi.

5. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan.

6. Gejala-gejala tidak terjadi selamanya berlaku PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik
lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.
C. ETIOLOGI

Pandangan-pandangan serta pendapat-pendapat mengenai asal-usul, gambaran-gambaran,


bahkan mengenai realitas daripada gangguan ini. masih berbeda-beda serta dipertentangkan satu
sama lainnya. Beberapa orang berkeyakinan bahwa gangguan tersebut mungkin timbul akibat
dari:

1. Gangguan neurofisiologi susunan saraf pusat

Insiden hiperaktif yang tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah
prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan persalinan normal.

2. Faktor genetik

Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan
ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan
kembar 2 telur.

3. Racun/toksik

Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah dalam serum darah anak
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga
dapat melahirkan calon anak hiperaktif.

4. Faktor kultural dan psikososial

• Pemanjaan

Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk
makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya
sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.

• Kurang disiplin dalam pengawasan


Anak kurang disiplin atau pengawasan akan berbuat sesuka hatinya, sebab perilakunya kurang
dibatasi kurang dibatasi.

• Kesenangan

Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri
hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

5. Faktor neurotransmitter

Sampai saat ini dari beberapa hasil penelitian belum dapat dipastikan bahwa ADHD
secara primer disebabkan oleh gangguan pada neurokimiawi dalam otak, perubahan
neurotransmitter dan interaksinya timbul sebagai akibat perubahan tingkah laku. Namun, dari
hasil beberapa penelitian genetika molekuler terakhir didapatkan gen untuk reseptor dopamine
D4 (DRD 4) pada reseptor di celah pascasinaptik yang menimbulkan aktivasi dopamine.

D.MANIFESTASI KLINIS

Menurut Towsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada anak
dengan ADHD antara lain:

1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya menggeliat-geliat

2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan 3. Mudah bingung oleh dorongan-
dorongan tunggal

4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau keadaan di dalam
suatu kelompok

5. Seringkali menjawab dengan kata-kata yang tidak dipikirkan

terhadap pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan

6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi-instruksi dari orang lain.

7. Mengalami kesulitan untuk memperhatikan tugas-tuga atau aktivitas-aktivitas bermain


8. Sering berpindah-pindah dari satu kegiatan yang belum selesai ke kegiatan lainnya

9. Sering berbicara secara berlebihan

10. Sering menyela atau mengganggu orang lain

11. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang sedang

dikatakan padanya

12. Aktivitas fisik yang berlebihan

13. Aktivitas yang kurang bertujuan

14. Perhatian terhadap sesuatu yang pendek

15. Toleransi rendah

16. Labil dan mudah terangsang

E. PATOFISIOLOGI

Kurang konsentrasi/gangguan hiperaktivitas ditandai dengan gangguan konsentrasi, sifat


impulsif, dan hiperaktivitas. Tidak dapat bukti yang meyakinkan karena sesuatu mekanisme
patofisiologi ataupun gangguan biokimiawi. Anak peria yang hiperaktif, yang berusia antara 6-9
tahun serta yang mempunyai IQ yang sedang, yang telah memberikan tanggapan yang baik
terhadap pengobatan-pengobatan stimulan, memperlihatkan derajat perangsangan yang rendah di
dalam susunan saraf pusat mereka, sebelum pengobatan dilaksanakan, elektrosefalografi,
potensial-potensial yang diakibatkan secara auditorik serta sifat penghantaran kulit. Anak pria ini
mempunyai skor untuk kegelisahan, mudahnya perhatian mereka dialihkan, lingkup perhatian
mereka yang buruk serta impulsivitas. Dengan 3 minggu pengobatan serta perawatan, Maka
angka-angka laboratorik menjadi lebih mendekati normal serta penilaian yang diberikan oleh
para guru mereka memperlihatkan tingkah laku yang baik.

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Pada kasus hiperaktif ini tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan
diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang memiliki hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang- gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektroensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologis
atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG
yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak tersebut.

Selain itu ada instrumen Skala Penilaian Anak Hiperaktif (SPPAHI) untuk deteksi
ADHD pada anak berusia 6-13 tahun, yang dapat dipakai oleh orang tua, guru, dan dokter. Jika
fasilitas tersedia, sebelum dan sesudah pemberian terapi dilakukan pemeriksaan Cognitive
Related Potensial (ERP), Matching Familiar Test, dan Continuous Performance Test untuk
menilai kemampuan memusatkan perhatian dan tingkat kewaspadaan.

Menurut Doengoes et al. (2007) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak
dengan ADHD antara lain:

1. pemeriksaan tiroid dapat menunjukkan gangguan hipertiroid atau hipotiroid yang


memperberat masalah.

2. Tes neurologis (misalnya EEG, CT Sean) menentukan adanya gangguan otak organis.

3. Tes psikologis

Sesuai indikasi menyingkirkan adanya gangguan asietas, mengidentifikasi bawaan,


retardasi borderline atau anak tidak mampu belajar dan mengkaji reponsivitas social.

H. Penatalaksanaan Medis

Rencana pengobatan pada anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan
psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang tua
mungkin mengutarakan kekhawatiran tentang penggunaan obat. Risiko dan keuntungan obat
harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan skolastik, dan gangguan sosial yang terus
menerus karena penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating Scale Conners dapat digunakan
sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektivitas dari pengobatan.
Psikostimulan metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan
Dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine) dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak
dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang
menderita gangguan ini.

Pada penatalaksanaan medis lebih difokuskan untuk penenang system neurologinya agar
bisa mengendalikan keaktifan dari anak tersebut. Pada penatalaksanaan medis diberikan berbagai
macam obat seperti :

1. Metilfedinat

Dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing- masing anak akan tetapi
berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis. Pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat
makan pagi serta makan siang. Jika tidak ada respons yang diberikan maka dosis dinaikkan
dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak dengan usia 8-9 tahun dosis yang
efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lanjut akan memerlukan dosis
sampai 40 mg/jam.

2. Magnesium pemolin

Dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikkan
dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan
keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi
hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.

3. Fenotiazin

Dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping:
perasaan mengantuk, iritabilitas serta dystonia.

4. Concerta

Indikasi

ADHD yang bekerja selama 12 jam dengan dosis 1 x I di pagi hari Kandungan:
metilfedinat HCL 18 mg, 36 mg, dosis max 1 hari 1 x 45 mg.
5. Prohiper 10

Kandungan: metilfedinat HCL 10 mg, 30 mg, 40 mg.

Dosis: tab dewasa sehari 2-3 tab

Anak-anak <6 thn: 2 x 5 mg

Dewasa 20-30 mg

Persediaan tablet

6. Ritalin/Ritalin SR/Ritalin LA

Kandungan metifenidat HCL 10 mg, 30 mg, 40 mg Dosis: tab dewasa sehari 2-3 tab

Anak-anak <6 thn, Awal 2x 1/2 tab dengan peningkatan ½-1 tab per minggu max
sehari 6 tab. Efek samping, secara umum efek samping dari pemakaian obat- obatan
tersebut di atas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta
sukar tidur, anak akan mudah menangis serta pela terhadap celaan ataupun hukuman,
detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian
maka pengurangan dosis atau penghentian penggunaan obat-obatan perlu dihentikan.

I. Penanganan

 Terapi Perilaku (Behavioral Therapy)

Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap situasi


tertentu. Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif dibandingkan
dengan teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu anak untuk lebih
bisa mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka. Dan perilaku
menyasar perubahan cara berpikir serta perilaku anak.

 Terapi Kognitif (Cognitive Therapy)


Terapi perilaku kognitif ditujukan untuk membantu seseorang mengendalikan
pikiran dan emosi yang akan mewujud pada perilaku yang lebih positif. Terapi ini
akan melatih anak dengan ADHD untuk berpikir terlebih dahulu sebelum
bertindak. Terapi kognitif sering digunakan bersama dengan terapi perilaku.

 Terapi membaca (Literary Therapy)

Terapi membaca juga merupakan salah satu pilihan pengobatan untuk ADHD.
Terapi ini menggunakan buku, artikel dan bahan bacaan lain untuk membantu pasien
mengatasi gejala ADHD. Terapi membaca ditujukan membuat seseorang memahami
masalah yang dihadapinya secara mendalam dengan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya perihal masalah tersebut. Membaca juga membantu pasien
untuk memfokuskan seluruh energi pada kegiatan tertentu dalam waktu lama yang
bermanfaat untuk menyalurkan energi secara konstruktif.

 Terapi Bicara

Melalui terapi bicara, orang tua didorong untuk selalu berkomunikasi dengan
anak serta membicarakan apa yang dirasakan anak. Terapi bicara didasarkan pada
prinsip bahwa ADHD dapat disembuhkan, jika anggota keluarga menunjukkan
dukungan, cinta dan perhatian dengan memberikan waktu untuk mendengarkan anak

J. Terapi bermain untuk ADHD

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan terapi bermain bagi
anak ADHD adalah:

1. Salah satu yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalahsensitivitas mereka
terhadap perubahan sehingga kita harusmembantu menciptakan sesuatu yang rutin
untuk mereka.

2. Permainan yang digunakan harus dipecah pecah menjadi komponen- komponen


kecil yang diajarkan satu persatu dengan tahap dan cara yang sama.

3. Terapi diberikan dalam beberapa tahap pertama, dengan satu anak satu terapis
dalam tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam
permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah
memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar.

4. Terapi bagi anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi
tunggal. Mengingat bahwa gangguannya bergantian dengan sirkuit di dalam otak,
maka terapi bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain,
yaitu terapi farmakologi.

5. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk
berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan
untuk memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku.

6. Terapi bermain bagi penyandang ADHD dapat ditunjukkan untuk


meminimalkan/menghilangkan perilaku agresif, perilaku menyakiti diri sendiri, dan
menghilangkan perilaku berlebihan yang tidak bermanfaat.

Contoh terapi bermain

1. Pelampung, anak ADHD memiliki banyak energi yang perlu di salurkan lewat
aktivitas fisik. Olahraga seperti berenang bisa jadi salah satu cara.

2. Mencocokkan balon yang bisa diselesaikan dalam waktu singkat sehingga


membangkitkan kepercayaan diri anak ADHD yang bermasalah dalam menyelesaikan
tugas yang perlu waktu lama.

3. Krayon besar, memberi kesempatan anak ADHD melakukan sesuatu tanpa ada
yang mengatakan benar-salah.

K. KOMPLIKASI

1) Diagnosis sekunder sampai gangguan konduksi, depresi dan penyakit ansietas.

2) Pencapaian akademik kurang, gagal disekolah, sulit membaca dan mengejakan


aritmatika (sering kali akibat abnormalitas konsentrasi)

3) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)

L. ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami Attention

Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain:

1) Pengkajian riwayat penyakit

a) Apakah anak mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), anoksia, asphyxia,
dan lain- lain.

b) Adakah faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan ini.

c) Orang tua mungkin melaporkan bahwa anaknya rewel dan mengalami


masalah saat bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa disadari sampai anak
berusia todler atau masuk sekolah atau daycare.

d) Anak mungkin mengalami kesulitan dalam semua bidang kehidupan yang


utama, seperti sekolah atau bermain dan menunjukkan perilaku overaktif atau
bahkan perilaku yang membahayakan di rumah. Berada diluar kendali dan
mereka merasa tidak mungkin mampu menghadapi perilaku anak.

e) Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha mereka untuk mendisplinkan


anak atau mengubah perilaku anak dansemua itu sebagian besar tidak berhasil.

2) Penampilan Umum Dan Perilku Motorik

a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang
saat mencoba melakukannya.

b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan
berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.

d) Percakapan anak melompat-lompat secara tiba-tiba dari satu topik ke topik


yang lain. Anak dapat tampak imatur atau terlambat Tingkat
perkembangannya

3) Mood dan Afek

a) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai marah-marah atau tempertantrum.

b) Ansietas, frustasi dan agitasi adalah hal biasa.

c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.

d) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak dapat menimbulkan perlawanan


dan kemarahan.

4) Proses dan isi pikir Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan

5) Sensorium dan Proses Intelektual

a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.

b) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi


tergangguan secara nyata.

c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuati.

e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.

6) Penilaian dan Daya Tilik Diri

a) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan penilaian yang buruk


dan sering kali tidak berpikir sebelum bertindak.

b) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan melakukan tindakan impulsif,


seperti berlari ke jalan atau melompat dari tempat yang tinggi.

c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.

d) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang mampu menilai jika


dibandingkan dengan anak seusianya.

e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.

f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.

7) Konsep Diri

a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.

b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh

8) Peran dan Hubungan

a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.

b) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di rumah, yang menyebabkan


perselisihan dengan saudara kandung dan orang tua.

c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.

d) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak memiliki keberhasilan


yang terbatas pada beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol secara fisik,
bahkan memukul orang tua atau merusak barang-barang miliki keluarga.

e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.

f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.

9) Pertimbangan Fisiologi dan Perawatan Diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang
terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik

10) Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik yang biasanya ditemukan pada anak dengan gangguan


hiperaktif mencakup :
a) Rambut yang halus

b) Telinga yang salah bentuk

c) Lipatan-lipatan epikantus

d) Langit-langit yang melengkung tinggi serta

e) Kerutan-kerutan telapak tangan yang hanya tunggal saja

f) Terdapatgangguankeseimbangan,astereognosis, disdiadokhokinesis serta

permasalahan-permasalahan di dalam koordinasi motorik yang halus.

11) Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan dapat menegakan diagnosis


gangguan hiperaktif. Anak yang mengalami hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektroensefalogram (EEG). Suatu EEG yang dianalisis oleh komputer akan dapat
membantu di dalam melakukan penilaian tentang ketidakmampuan belajar pada
anak.

Alat-alat berikut ini dapat mengidentifikasi anak-anak dengan gangguan ini.

a) Bebas dari distraksibilitas (aritmatika, rentang anka, dan pengkodean)

b) Daftar periksa gangguan (misal: Copeland symptom checklist for attention.


Defisit Disorders, attention Deficit Disorders Evaluation Scale)

c) Wechsler Intelligence Scale for Children, edisi 3 (WISC_III) juga sering


digunakan, sering terlihat kesulitan meniru rancangan.
DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan Hambatan perkembangan (D.0118)

2. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian
hiperaktivitas (D.0122)

3. Risiko cedera berhubungan dengan perubahan fungsi kognitif (D.0136)

4. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan ketidakmampuan belajar/Kelainan genetik kongenital


(D.0107)

INTERVENSI KEPERAWATAN

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi

(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1. Gangguan interaksi sosial Interaksi Sosial (L.13155) Promosi sosialisasi (I.13498)


berhubungan dengan Hambatan
Setelah dilakukan asuhan Observasi
perkembangan (D.0118)
keperawatan selama 2x24 jam di
 Identifikasi kemampuan
harapkan interaksi sosial
melakukan interaksi dengan
membaik dengan Kriteria hasil :
orang lain
1. Perasaan nyaman dengan
 Identifikasi hambatan
situasi sosial meningkat
melakukan interaksi dengan
2. Perasaan mudah orang lain
menerima/komunikasikan
Terapeutik
perasaan meningkat
 Motivasi meningkatkan
3. Responsi pada orang lain
keterlibatan dalam suatu
meningkat
hubungan
4. Perasaan tertarik pada
 Motivasi berpartisipasi dalam
orang lain meningkat
aktivitas baru dan kegiatan
5. Minat melakukan kontak kelompok
emosi meningkat
 Motivasi berinteraksi diluar
lingkungan (mis.jalan jaln)

 Berikan umpan balik positif


dalam perawatan diri

Edukasi

 Anjurkan berinteraksi dengan


orang lain secara bertahap

 Anjurkan ikut serta kegiatan


sosial dan kemasyarakatan
 Latih bermain peran untuk
meningkatan keterampilan
komunikasi

2. Kesiapan peningkatan menjadi Peran menjadi orang tua Promosi antisipasi keluarga
orang tua berhubungan dengan (L.13120) (I.1246)
anak dengan gangguan
Setelah dilakukan asuhan Observasi
pemusatan perhatian
keperawaatan selama 2x24 jam
hiperaktivitas (D.0122)  Identifikasi kemampuan
diharapkan meningkat dengan
krisis situasi atau masalah
Kriteria Hasil :
perkembangan serta
1. Perilaku positif menjadi dampaknya pada kehidupan
orang tua (meningkat) pasien dan keluarga.

2. Memberi pengertian pada  Identifikasi metode


anak/ anggota keluarga pemecahan masalah yang
(meningkat) sering digunakan keluarga

3. Kebutuhan emosi Terapeutik


anak/anggota keluarga
 Fasilitasi dalam memutuskan
terpenuhi (meningkat)
strategi pemecahan masalah
4. Keinginan meningkatkan yang dihadapi keluarga
peran menjadi orang tua
 Libatkan seluruh anggota
keluarga dalam upaya
antisipasi masalah kesehatan

 Buat jadwal aktivitas bersama


keluarga terkait masalah
kesehatan yang dihadapi

Edukasi

 Jelaskan perkembangan dan


perilaku yang normal kepada
keluarga

Kolaborasi

 Kerjasama dengan tenaga


kesehatan terkain lainnya.

3. Risiko cedera berhubungan Tingkat Cedera (L.09094) Manajemen keselataman


dengan perubahan fungsi lingkungan (I.08237)
Setelah dilakukan asuhan
kognitif (D.0136)
keperawatan selama 2x24 jam Observasi
diharapkan tingkat cedera
 Identifikasi kebutuhan
menurun denggan Kriteria hasil :
keselamatan (mis. Kondisi
1. Toleransi aktivitas fisik)
meningkat  Monitor perubahan status
keselamatan lingkungan
2. Toleransi makanan
meningkat Terapeutik

3. Kejadian cedera menurun  Hilangkan bahaya


keselamatan lingkungan (mis.
4. Luka/lecet menurun
Fisik, biologis, dan kimia)
5. Ketegangan otot menurun
 Modifikasi lingkungan untuk
6. Fraktur menurun meminimalkan bahaya dan
risiko
7. Perdarahan menurun

8. Gangguan mobilitas  Sediakan alat bantu

menurun keamanan

Edukasi

 Ajarkan individu, keluarga


dan kelompok risiko bahaya
lingkungan

4. Risiko gangguan perkembangan Status Perkembangan Promosi perkembangan anak


berhubungan dengan (L.10101) (I.10340)
ketidakmampuan
Setelah dilakukan asuhan Observasi
belajar/Kelainan genetik
kongenital (D.0107) keperawatan selama 2x24 jam  Identifikasi kebutuhan khusus
diharapkan status perkembangan anak dan kemampuan
meningkat dengan kriteria Hasil : adaptasi anak

1. Keterampilan/perilaku Terapeutik
sesuai usia (meningkat)
 Fasilitasi hubungan anak
2. Kemampuan melakukan dengan teman sebaya
perawatan diri
 Dukung anak berinteraksi
(meningkat)
dengan anak lain
3. Respon sosial
 Dukung anak
(meningkat)
mengekspresikan perasaanya
secara positif

 Sediakan mainan mainan


berupa puzzle, maze

Edukasi

 Jelaskan nama-nama benda


objek yang ada dilingkungan
sekitar. Ajarkan sikap
kooperatif, bukan kompetisi
diantara anak

 Ajarkan anak cara meminta


bantuan dari anak lain.

Kolaborasi

 Rujuk untuk konseling, jika


perlu
IMPLEMENTASI KEPERWATAN

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Effendi, 1995).
Jenis tindakan pada implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling
ketergantungan/kolaborasi,dan tindakan rujukan/ketergantungan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan

EVALUASI KEPERAWATAN

1. Kemampuan interaksi sosial

2. Proses pikir

3. Fokus terhadap sesuatu

4. Respon terhadap stimulus

5. Harapan peran orang tua

6. Mengungkapkan dengan kata sifat positif

7. Gaya hidup untuk mengurangi resiko


a) Pengkajian

 Identitas Pasien

Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur,jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, jam masuk RS, diagnostik pasien, dan identitas
penanggung jawab.

1) Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama

Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien mencari


pertolongan atau berobat ke rumah sakit.

 Riwayat Kesehatan Saat Ini

Perlu ditanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut. Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan
berbahasa keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan Bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dengan
waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati
menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu seprti kertas, gambar, kartu
atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu
mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak yang senang kerapihan harus
menempatkan barang tertentunpada tempatnya. Menggigit, menjilat, atau
mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras,menutup
telinga. Didaptakna IQ dibawa 70 dari 70 % penderita, dan dibawah 50 dari
50 %. Namun sekitar 5 % anak autism mempunyai IQ diatas 100.
 Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Prenatal

 Ibu merokok : (Ya/Tidak)

 Ibu minum-minuman keras : (Ya/Tidak)

2) Intra Natal

 Lama Persalinan

 Saat Persalinan

 Komplikasi Persalinan

 Terapi yang diberikan

 Cara melahirkan

 Tempat Melahirkan

3) Post Natal

 Kebutuhan resusitasi

 Apgar skor

2) Penyakit Yang Pernah Diderita

Tanyakan apakah sebelumnya pasien pernah mengalami


penyakit yang diderita oleh klien

3) Imunisasi

Tanyakan pada keluarga pasien apakah pasien sudah


mendapatkan imunisasi wajib
4) Riwayat Pertumbuhan

Tanyakan pada keluarga pasien bagimana pertumbuhan dari


pasien apakah ada gangguan atau tidak

5) Tingkat Perkembangan

Tanyakan pada keluarga apakah ada tidaknya gangguan


perkembangan pada pasien sebelum di rawat inap

6) Riwayat Sosial

Bagaimana riwayat sosial pasien kepada keluarga maupun


orang-orang yang berada di lingkungan sekitarny

7) Riwayat Keluarga

Tanyakan kepada keluarga pasien bagimana lingkungan rumah serta


apakah ada keluarga yang memiliki penyakit yang sama dengan
atau memiliki penyakit keturunan dari keluarga pasien

8) Pola Kesehatan

a. Pemeliharaan dan Persepsi Kesehatan

Kaji pasien mengenai status kesehatan anak sejak lahir,


pemeriksaan kesehatan secara rutin, imunisasi, penyakit yang
menyebabkan anak absent dari sekolah, kebiasaan merokok
orang tua,praktek pencegahan kecelakaan (pakaian, menukar
popok),praktek keamanan orang tua (produk rumah tangga,
menyimpan obat-obatan.

b. Nutrisi (Makanan dan Cairan)

Kaji pasien dan ibu pasien mengenai kebiasaan pemberian


ASI/PASI, jumlah minum, kekuatan menghisap, jumlah
makanan dan kudapan, jenis dan jumlah (makanan dan
minuman) adakah tambahan vitamin, pola makan 3 hari terakhir
atau 24 jam terakhir,porsi yang dihabiskan, nafsu makan, BB
lahir dan BB saat ini serta status nutrisi orang tua, apakah ada
masalah atau tidak

c. Aktivitas

Kelemahan dan cenderung mengantuk, ketidakmampuan


atau kurang keinginan untuk beraktifitas.

d. Tidur dan Istirahat

Kaji pasien mengenai kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah


waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang
tidur,lingkungan tidur,tingkat kesegaran). Data pemeriksaan
fisik (lesu, kantung mata,keadaan umum, mengantuk).

e. Eliminasi

Kaji kebiasaan pola defekasi (kesulitan,kebiasaan,ada darah


atau tidak), mengganti pakaian dalam/diapers pada bayi, pola
eliminasi urine (frekuensi ganti popok basah perhari, kekuatan
keluarnya urine,bau,warna)

f. Pola Hubungan

Kaji struktur keluarga,masalah/stressor keluarga, interaksi


antara anggota keluarga,respon anak/ bayi terhadap perpisahan,,
pola bermain anak apakah ketergantungan, dan penyusuaian
ketika berada

g. Koping
Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat
stress dan toleransinya, serta kaji cara penanganan masalah

h. Kognitif dan Persepsi

Kaji pasien mengenai gambaran tentang indra khusus


(penglihatan, penciuman, pendengaran, perasa, peraba),
penggunaan alat bantu indra, persepsi ketidaknyamanan nyeri
(pengkajian nyeri secara komprehensif), keyakinan budaya
terhadap nyeri, tingkat pengetahuan terhadap nyeri dan
pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri, data
pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis,
ketidaknyamanan)

i. Konsep Diri

Kaji pasien mengenai keadaan sosisal: pekerjaan, situasi


keluarga, kelompok sosial, identitas personal: penjelasan
tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki,
keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaitan dengan tubuh (yang
disukai dan tidak), harga diri: perasaan mengenai diri sendiri,
ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran), riwayat
berhubungan dengan masalah fisik dan ataupun psikologi, data
pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung,
tidak mau berinteraksi)

j. Seksual

Kaji pasien mengenai gambaran perilaku seksual (perilaku


seksualitas yang aman,pelukan,sentuhan, dll),pengetahuan yang
berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi, efek terhadap
kesehatan, riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik
dana tau psikologi, data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU,
genetalia, payudara, rectum)

k. Nilai

Kaji pasien mengenai perkembangan moral anak, pemilihan


prilaku, komitmen, keyakinan akan kesehatan serta keyakinan
agam

9) Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum : Kesadaran, postur tubuh gemuk

b. Tanda-Tanda Vital: TD, N, RR, S

c. Ukuran Anthropometri : TB,BB mengalami peningkatan,


LK, LiLa

d. Kulit : Kaji kebersihan, turgor, lesi,kelainan

e. Kepala : Kaji bentuk,lesi,kebersihan,edema

f. Mata :Kaji konjungtiva, sclera,kelainan mata

g. Telinga : Kaji fungsi pendengaran,kelainan,kebersihan

h. Hidung : Kaji kebersihan,kelainan

i. Mulut : Kaji kebersihan, bau, mukosa mulut, stomatitis

j. Leher : Kaji apakah ada pembesaran kelenjar

k. Dada : Kaji paru dan jantung dengan inspeksi, palpasi,


perkusi dan auskultasi

l. Abdomen : Kaji abdomen dengan inspeksi,palpasi, perkusi


dan auskultasi
m. Genetalia : Kaji kebersihan,kateter, kelainan

n. Ekstremitas: Kaji adanya edema, infuse/transfuse,


kontraktor, kelinan

b) Diagnosa Keperawatan

1) Gangguam komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan


neuromuskuler (D.0119)

2) Gangguan interaksi social berhubungan dengan hambatan


perkembangan (D.0118)

3) Gangguan persepsi dan sensori berhubungan dengan gangguan


pengelihatan dan pendengaran (D.0085)

4) Gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan pertumbuhan fisik


terganggu (D.0106)
c) Intervensi

No Diagnosa Kriteria Hasil Intervensi


Keperawatan
(SLKI) (SIKI)
(SDKI)

1. Gangguam komunikasi ( L.13118) Komunikasi Verbal (I.13492) Promosi Komunikasi : Defisit


verbal berhubungan Bicara
Setelah dilakukan Tindakan 2X24
dengan gangguan
jam Diharapkan komunikasi verbal Obervasi
neuromuskuler
dengan kriteria hasil:
(D.0119)  Monitor kecepatan, tekanan, kuantitas,
1. Kemampuan berbicara cukup volume, dan diksi bicara
meningkat
 Monitor proses kognitif, anatomis, dan
2. Kemampuan mendengar fisologis yang berkaitan dengan bicara
cukup meningkat (mis. memori, pendengaran, dan
bahasa)
3. Kesesuaian ekspresi wajah
/tubuh cukup meningkat  Identifikasi perilaku emosional dan
4. Kontak mata cukup fisik sebagai bentuk komunikasi
meningkat
Terapeutik
5. Respon perilaku cukup
 Gunakan metode komunikasi
membaik
alternative (mis. Menulis, mata
6. Pemahaman komunikasi berkedip, papan komunikasi dengan
cukup membaik gambar huruf iisyarat tangan dan
komputer)

 Modifikasi lingkungan untuk


meminimalkan bantuan

 Ulangi apa yang disampaikan pasien

 Berikan dukungan psikologis

Edukasi

 Anjurkan pasien berbicara perlahan

 Ajarkan pasien dan keluarga proses


kognitif,anatomis,dan fisilogis yang
berhubungan dengan kemampuan
berbicara

Kolaborasi

 Rujuk ke ahli patologi bicara atau


terapis

2. Gangguan interaksi (L.13115) Interaksi Sosial (L.113484) Modifikasi Perilaku


social berhubungan Keterampilan Social
Setelah dilakukan tindakan 2X24jam
dengan hambatan
diharapkan interaksi sosial Obervasi
perkembangan
meningkat dengan kriteria hasil:
(D.0118)  identifikasi penyebab kurangnya
1. perasaan nyaman dengan keterampilan Social
situasi social cukup
 identifikasi focus pelatihan
meningkat
keterampilan social
2. Perasaan mudah menerima
Terapeutik
atau mengkomunikasikan
perasaan cukup meningkat  motivasi untuk berlatih keterampilan
social
3. responsif pada orang lain
cukup meningkat  beri umpan balik positif (mis.pujian
4. perasaan tertarik pada orang atau penghargaan) terhadap
lain meningkat kemampuan sosialisasi

5. minat melakukan kontak  libatkan keluarga selama latihan


emosi cukup meningkat keterampilan social

6. kooperatif dalam bermain Edukasi


dengan teman sebaya cukup
 jelaskan respons dan konsekuensi
meningkat
keterampilan social

 anjurkan mengevaluasi pencapaian


setiap interaksi

 edukasi keluarga untuk dukungan


ketrampilan social

 latih ketrampilan social secara bertahap

3. Gangguan persepsi dan (L.09083) Presepsi Sensori (I.09288) Manajemen halusinasi


sensori berhubungan
Setelah dilakukan tindakan 2X24jam Obervasi
dengan gangguan
diharapkan presepsi sensori dengan
pengelihatan dan  Monitor perilaku yang mengindikasi
kriteria hasil:
pendengaran (D.0085) 1. Verbalisasi mendengarkan halusinasi
bisikan cukup meningkat
 Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas
2. Veralisasi melihat bayangan dalam stimulasi lingkungan
cukup meningkat
 Monitor isi halusinasi (mis.kekerasan
3. Distorsi sensori cukup atau membahayakan diri)
eningkat
Terapeutik
4. Perilaku halusinasi sedang
 Pertahankan lingkungan yang aman
5. Respon sesuai stimulus cukup
 Lakukan tindakan keselamatan ketika
membaik
dapat mengontrol perilaku (mis.limit
setting, pembatasan wilayah,
pengekangan fisik)

 Hindari perdebatan tentang validitas


halusinasi

Edukasi

 Anjurkan memonitor halusinasi


 Anjurkan bicara pada orang yang
percaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap
halusinasi)

 Ajarkan pasien dan keluarga cara


mengontrol halusinasi

Kolaborasi

 Kolaborasi pemberian obat antipsikotik


dan ansietas.

4. Gangguan tumbuh ( L.10101) Status Perkembangan (I.10339) Perawatan Perkembangan


kembang berhubungan
Setelah dilakukan Tindakan 2X24 Observasi
dengan pertumbuhan
jam Diharapkan status
fisik terganggu  identifikasi pencapian tugas
perkembangan membaik dengan
(D.0106) perkembangan anak
kriteria hasil:
 identifikasi isyarat perilaku dan
1. ketrampilan/prilaku sesuai
fisiologis yang ditunjukan bayi (mis.
usia cukup meningkat
2. kemampuan melakukan Lapar, tidak nyaman)
perawatan diri cukup
Terapeutik
meningkat
 pertahankan lingkungan yang
3. respon social cukup
mendukung perkembangan optimal
meningkat
 pertahankan sentuhan seminimal
4. kemarahan menurun
mungkin pada bayi premature
5. regresi menurun afek
 fasilitasi anak melatih keterampilan
membaik
pemenuhan kebutuhan secara mandiri
6. pola tidur membaik (mis. Makan, sikat gigi,cuci tangan,
memakai baju)

 motivasi anak berinteraksi dengan


orang lain

Edukasi

 jelaskan orang tua/pengasuh tentang


meilestone perkembangan anak dan
perilaku anak

 anjurkan orang tua berinteraksi dengan


anaknya

 ajarkan keterampilan berinteraksi

 ajarkan anak asertif

Kolaborasi

 rujukan untuk konseling


d) Implementasi

Implementasi ini disusun menurut Patricia A. Potter implementasi


merupakan pelaksanaan dari rencana tindakan keperawatan yang telah
disusun/ditemukan, yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan pasien secara
optimal dapat terlaksana dengan baik dilakukan oleh pasien itu sendiri
ataupun perawat secara mandiri dan juga dapat bekerjasama dengan anggota
tim kesehatan lainnya seperti ahli gizi dan fisioterapis.

Mengkonsulkan dan memberi penyuluhan pada klien dan keluarganya.


Implementasi membutuhkan perawat untuk mengkaji kembali keadaan klien,
menelaah, dan memodifikasi rencana keperawatn yang sudah ada,
mengidentifikasi area dimana bantuan dibutuhkan untuk
mengimplementasikan, mengkomunikasikan intervensi keperawatan

e) Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir yang bertujuan untuk menilai apakah


tindakan keperawatan yang telah dilakukan tercapai atau tidak, untuk
mengatasi suatu masalah yang diharapi klien.

1) Gangguan tumbuh kembang (D.0106)

2) Gangguan interaksi social (D.0118)

3) Risiko cedera (D.0136)

4) Gangguan mobilitas fisik (D.0054)

5) Gangguan komuikasi verbal (D.0119)

6) Gangguan proses keluarga (D.0120)

Anda mungkin juga menyukai