PENGERTIAN
ADHD adalah istilah popular, kependekan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder,
(Attention Hiperactivity perhatian, Deficit berkurang hiperaktif dan Disorder = gangguan).
Diartikan dalam bahasa Indonesia, ADHD berarti gangguan pemusatan perhatian disertai
hiperaktif.
ADHD, juga dikenal sebagai gangguan perhatian defisit (ADD) atau gangguan
hyperkinetic, telah ada lebih lama daripada kebanyakan orang sadari. Bahkan, kondisi yang
muncul untuk menjadi serupa dengan ADHD digambarkan oleh Hippocrates, yang tinggal 460-
370 SM. Nama Perhatian Defisit Disorder pertama kali diperkenalkan pada tahun 1980 di DSM-
III, edisi ketiga dari "Diagnostic and Statistic Manual of Mental Disorders". digunakan dalam
psikiatri. Pada tahun 1994 definisi telah diubah untuk memasukkan tiga kelompok dalam
ADHD: jenis dominan hiperaktif- impulsif, tipe didominasi inatentif, dan jenis gabungan. ADHD
biasanya muncul pada masa kanak-kanak tetapi dapat didiagnosis pada orang dewasa.
Hyperactive adalah suatu pola perilaku pada seseorang yang menunjukkan sikap tidak
mau diam, tidak terkendali, tidak menaruh perhatian dan impulsif (bertindak sekehendak
hatinya). Anak hiperaktif selalu bergerak dan tidak pernah merasakan asyiknya permainan atau
mainan yang disukai oleh anak-anak lain sesuai mereka, dikarenakan perhatian mereka sudah
beralih dari satu fokus ke fokus yang lain. Hyperactive adalah gangguan perilaku yang timbul
pada anak dengan pola gejala restless atau tidak bisa diam, inattentive atau tidak dapat
memusatkan perhatian dan perilaku impulsif. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of
Mental Disorder (DSM) definisi gangguan telah mengalami beberapa kali perubahan sesuai
dengan perubahan konsep tentang penyakit tersebut, dan sampai saat ini konsep yang tepat untuk
kondisi ini masih tetap menjadi perdebatan.
B. KARAKTERISTIK ADHD
Anak dengan ADGD dibedakan menjadi 3 tipe, yaitu:
Mereka sangat mudah terganggu perhatiannya, hiperaktif dan impulsif. Kebanyakan anak-
anak termasuk tipe ini. Anak dalam tipe ini mempunyai ciri-ciri berikut: kurang mampu
memperhatikan aktivitas dan mengikuti permainan atau menjalankan tugas, perhatiannya mudah
terpecah, mudah berubah pendirian, selalu aktif secara berlebihan dan impulsif.
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis/dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 di
antara 9 kriteria untuk 'perhatian', ditambah paling sedikit 6 di antara 9 kriteria untuk
hiperaktivitas impulsivitas.
Munculnya enam gejala tersebut berkali-kali sampai dengan tingkat yang signifikan disertai
adanya beberapa bukti, antara lain sebagai berikut:
c. Gejala yang muncul menyebabkan hambatan yang signifikan dalam kemampuan akademik.
d. Gangguan ini tidak dapat dijelaskan dengan lebih baik oleh kondisi psikologi atau psikiatri.
Untuk mengetahui ADHD tipe ini, dapat didiagnosis/dideteksi oleh adanya paling sedikit 6 di
antara 9 kriteria untuk perhatian' dan mengakui bahwa individu-individu tertentu mengalami
sikap kurang memerhatikan yang mendalam tanpa hiperaktivitas/impulsivitas. Hal ini merupakan
salah satu alasan mengapa dalam beberapa buku teks, kita menemukan ADHD ditulis dengan
garis ADHD. Dalam tipe ini, anak sangat mudah terganggu perhatiannya, tetapi tidak hiperaktif
atau impuisif. Mereka tidak menunjukkan gejala hiperaktif. Tipe ini kebanyakan pada anak
perempuan. Mereka seringkali melamun dan dapat digambarkan seperti sedang berada "di
awang-awang. Tidak bisa diajak bicara atau menerima instruksi karena perhatiannya terus
berpindah-pindah, pelupa dan kacau.
1. Kurang Perhatian
d. Seringkali tidak mengikuti baik-baik instruksi dan gagal dalam menyelesaikan pekerjaan
sekolah, pekerjaan atau tugas di tempat kerja.
f. Sering kali kehilangan barang/benda yang penting untuk tugas-tugas dan kegiatan.
g. Seringkali menghindari, tidak menyukai atau enggan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
membutuhkan usaha mental yang didukung.
2. Hiperaktivitas Impulsivitas.
Paling sedikit enam atau lebih dari gejala-gejala hiperaktivitas impulsivitas berikutnya
bertahan selama paling sedikit 6 bulan sampai dengan tingkatan yang maladaptif dan tidak
dengan tingkat perkembangan.
Hiperaktivitas.
a. Seringkali gelisah dengan tangan atau kaki mereka dan sering menggeliat di kursi.
e. Sering berlarian atau naik-naik secara berlebihan dalam situasi di mana hal ini tidak tepat.
d. Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan senggang secara
tenang.
Impulsivitas
5. Harus ada gangguan yang secara klinis, signifikan di dalam fungsi sosial, akademik, atau
pekerjaan.
6. Gejala-gejala tidak terjadi selamanya berlaku PDD, skizofrenia, atau gangguan psikotik
lainnya dan tidak dijelaskan dengan lebih baik oleh gangguan mental lainnya.
C. ETIOLOGI
Insiden hiperaktif yang tinggi didapatkan pada bayi yang lahir dengan masalah-masalah
prenatal seperti lamanya proses persalinan, distres fetal, persalinan dengan cara ekstraksi forcep,
toksimia gravidarum atau eklamsia dibandingkan dengan persalinan normal.
2. Faktor genetik
Didapatkan korelasi yang tinggi dari hiperaktif yang terjadi pada keluarga dengan anak
hiperaktif. Kurang lebih sekitar 25-35% dari orang tua dan saudara yang masa kecilnya
hiperaktif akan menurun pada anak. Hal ini terlihat pada anak kembar. Anak laki-laki dengan
ekstra kromosom Y yaitu XYY, kembar satu telur lebih memungkinkan hiperaktif dibandingkan
kembar 2 telur.
3. Racun/toksik
Beberapa zat makanan seperti salisilat dan bahan-bahan pengawet memiliki potensi untuk
membentuk perilaku hiperaktif pada anak. Di samping itu, kadar timah dalam serum darah anak
meningkat, ibu yang merokok dan mengkonsumsi alkohol, terkena sinar X pada saat hamil juga
dapat melahirkan calon anak hiperaktif.
• Pemanjaan
Pemanjaan dapat juga disamakan dengan memperlakukan anak terlalu manis, membujuk-bujuk
makan, membiarkan saja, dan sebagainya. Anak yang terlalu dimanja itu sering memilih caranya
sendiri agar terpenuhi kebutuhannya.
• Kesenangan
Anak yang memiliki kepribadian yang berorientasi kesenangan umumnya akan memiliki ciri-ciri
hiperaktif secara sosio-psikologis dan harus dididik agak berbeda agar mau mendengarkan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
5. Faktor neurotransmitter
Sampai saat ini dari beberapa hasil penelitian belum dapat dipastikan bahwa ADHD
secara primer disebabkan oleh gangguan pada neurokimiawi dalam otak, perubahan
neurotransmitter dan interaksinya timbul sebagai akibat perubahan tingkah laku. Namun, dari
hasil beberapa penelitian genetika molekuler terakhir didapatkan gen untuk reseptor dopamine
D4 (DRD 4) pada reseptor di celah pascasinaptik yang menimbulkan aktivasi dopamine.
D.MANIFESTASI KLINIS
Menurut Towsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada anak
dengan ADHD antara lain:
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya menggeliat-geliat
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan 3. Mudah bingung oleh dorongan-
dorongan tunggal
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatu permainan atau keadaan di dalam
suatu kelompok
dikatakan padanya
E. PATOFISIOLOGI
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada kasus hiperaktif ini tidak ada pemeriksaan laboratorium yang akan menegakkan
diagnosis gangguan kekurangan perhatian. Anak yang memiliki hiperaktivitas dilaporkan
memperlihatkan jumlah gelombang- gelombang lambat yang bertambah banyak pada
elektroensefalogram mereka, tanpa disertai dengan adanya bukti tentang penyakit neurologis
atau epilepsi yang progresif, tetapi penemuan ini mempunyai makna yang tidak pasti. Suatu EEG
yang dianalisis oleh komputer akan dapat membantu di dalam melakukan penilaian tentang
ketidakmampuan belajar pada anak tersebut.
Selain itu ada instrumen Skala Penilaian Anak Hiperaktif (SPPAHI) untuk deteksi
ADHD pada anak berusia 6-13 tahun, yang dapat dipakai oleh orang tua, guru, dan dokter. Jika
fasilitas tersedia, sebelum dan sesudah pemberian terapi dilakukan pemeriksaan Cognitive
Related Potensial (ERP), Matching Familiar Test, dan Continuous Performance Test untuk
menilai kemampuan memusatkan perhatian dan tingkat kewaspadaan.
Menurut Doengoes et al. (2007) pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada anak
dengan ADHD antara lain:
2. Tes neurologis (misalnya EEG, CT Sean) menentukan adanya gangguan otak organis.
3. Tes psikologis
H. Penatalaksanaan Medis
Rencana pengobatan pada anak dengan gangguan ini terdiri atas penggunaan
psikostimulan, modifikasi perilaku, pendidikan orang tua, dan konseling keluarga. Orang tua
mungkin mengutarakan kekhawatiran tentang penggunaan obat. Risiko dan keuntungan obat
harus dijelaskan pada orang tua, termasuk pencegahan skolastik, dan gangguan sosial yang terus
menerus karena penggunaan obat-obat psikostimulan. Rating Scale Conners dapat digunakan
sebagai dasar pengobatan dan untuk memantau efektivitas dari pengobatan.
Psikostimulan metilfenidat (Ritalin), amfetamin sulfat (Benzedrine), dan
Dekstroamfetamin sulfat (Dexedrine) dapat memperbaiki rentang perhatian dan konsentrasi anak
dengan meningkatkan efek paradoksikal pada kebanyakan anak dan sebagian orang dewasa yang
menderita gangguan ini.
Pada penatalaksanaan medis lebih difokuskan untuk penenang system neurologinya agar
bisa mengendalikan keaktifan dari anak tersebut. Pada penatalaksanaan medis diberikan berbagai
macam obat seperti :
1. Metilfedinat
Dosis yang diberikan berbeda-beda sesuai dengan usia masing- masing anak akan tetapi
berat badan tidak berpengaruh terhadap dosis. Pada awalnya mereka diberikan 5 mg pada saat
makan pagi serta makan siang. Jika tidak ada respons yang diberikan maka dosis dinaikkan
dengan 2,5 mg dengan selang waktu 3-5 hari. Bagi anak-anak dengan usia 8-9 tahun dosis yang
efektif adalah 15-20 mg/24 jam. Sementara itu anak yang berusia lanjut akan memerlukan dosis
sampai 40 mg/jam.
2. Magnesium pemolin
Dianjurkan untuk memberikan dosis awal sebesar 18,75 mg, untuk selanjutnya dinaikkan
dengan setengah tablet/minggu. Akan dibutuhkan waktu selama 3-4 minggu untuk menetapkan
keefektifan obat tersebut. Efek samping dari obat tersebut adalah berpengaruh terhadap fungsi
hati, kegugupan serta kejutan otot yang meningkat.
3. Fenotiazin
Dapat menurunkan tingkah laku motorik anak yang bersangkutan, efek samping:
perasaan mengantuk, iritabilitas serta dystonia.
4. Concerta
Indikasi
ADHD yang bekerja selama 12 jam dengan dosis 1 x I di pagi hari Kandungan:
metilfedinat HCL 18 mg, 36 mg, dosis max 1 hari 1 x 45 mg.
5. Prohiper 10
Dewasa 20-30 mg
Persediaan tablet
6. Ritalin/Ritalin SR/Ritalin LA
Kandungan metifenidat HCL 10 mg, 30 mg, 40 mg Dosis: tab dewasa sehari 2-3 tab
Anak-anak <6 thn, Awal 2x 1/2 tab dengan peningkatan ½-1 tab per minggu max
sehari 6 tab. Efek samping, secara umum efek samping dari pemakaian obat- obatan
tersebut di atas adalah anoreksia dan penurunan berat badan, nyeri perut bagian atas serta
sukar tidur, anak akan mudah menangis serta pela terhadap celaan ataupun hukuman,
detak jantung yang meningkat serta penekanan pertumbuhan. Jika terjadi hal demikian
maka pengurangan dosis atau penghentian penggunaan obat-obatan perlu dihentikan.
I. Penanganan
Terapi membaca juga merupakan salah satu pilihan pengobatan untuk ADHD.
Terapi ini menggunakan buku, artikel dan bahan bacaan lain untuk membantu pasien
mengatasi gejala ADHD. Terapi membaca ditujukan membuat seseorang memahami
masalah yang dihadapinya secara mendalam dengan mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya perihal masalah tersebut. Membaca juga membantu pasien
untuk memfokuskan seluruh energi pada kegiatan tertentu dalam waktu lama yang
bermanfaat untuk menyalurkan energi secara konstruktif.
Terapi Bicara
Melalui terapi bicara, orang tua didorong untuk selalu berkomunikasi dengan
anak serta membicarakan apa yang dirasakan anak. Terapi bicara didasarkan pada
prinsip bahwa ADHD dapat disembuhkan, jika anggota keluarga menunjukkan
dukungan, cinta dan perhatian dengan memberikan waktu untuk mendengarkan anak
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam memberikan terapi bermain bagi
anak ADHD adalah:
1. Salah satu yang perlu diperhatikan pada anak ADHD adalahsensitivitas mereka
terhadap perubahan sehingga kita harusmembantu menciptakan sesuatu yang rutin
untuk mereka.
3. Terapi diberikan dalam beberapa tahap pertama, dengan satu anak satu terapis
dalam tempat terapi khusus, kemudian perlahan-lahan anak akan dilibatkan dalam
permainan bersama anak lain (sebaiknya yang tidak ADHD), dan jika sudah
memungkinkan maka anak dilibatkan dalam kelompok yang lebih besar.
4. Terapi bagi anak penyandang ADHD tidak dapat dilakukan hanya dengan terapi
tunggal. Mengingat bahwa gangguannya bergantian dengan sirkuit di dalam otak,
maka terapi bermain sebaiknya dilakukan bersama-sama dengan terapi yang lain,
yaitu terapi farmakologi.
5. Jika secara umum terapi bermain memberikan kebebasan kepada anak untuk
berekspresi dan eksplorasi, maka pada anak ADHD hal ini justru akan digunakan
untuk memperkenalkan aturan-aturan dan mengendalikan perilaku.
1. Pelampung, anak ADHD memiliki banyak energi yang perlu di salurkan lewat
aktivitas fisik. Olahraga seperti berenang bisa jadi salah satu cara.
3. Krayon besar, memberi kesempatan anak ADHD melakukan sesuatu tanpa ada
yang mengatakan benar-salah.
K. KOMPLIKASI
3) Hubungan dengan teman sebaya buruk (sering kali akibat perilaku agresif
dan kata-kata yang diungkapkan)
L. ASUHAN KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
a) Apakah anak mengalami berat badan lahir rendah (BBLR), anoksia, asphyxia,
dan lain- lain.
b) Adakah faktor genetik yang diduga sebagai penyebab dari gangguan ini.
a) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan mengeliat dan bergoyang-goyang
saat mencoba melakukannya.
b) Anak mungkin lari mengelilingi ruang dari satu benda ke benda lain dengan
sedikit tujuan atau tanpa tujuan yang jelas.
c) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu, tetapi ia tidak dapat melakukan
suatu percakapan, ia menyela, menjawab pertanyaan sebelum pertanyaan
berakhir dan gagal memberikan perhatian pada apa yang telah dikatakan.
c) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak atau berbicara dan tampak
memiliki sedikit kontrol terhadap perilaku tersebut.
4) Proses dan isi pikir Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit
untuk mempelajari anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tingkat
perkembangan
a) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau persepsi
seperti halusinasi.
c) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat 2 atau 3
menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
d) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab, saya
tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan atau tidak
dapat berhenti memikirkan sesuati.
e) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang yang
mampu menyelesaikan tugas.
c) Meskipun sulit untuk mempelajari penilaian dan daya tilik pada anak kecil.
e) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD tidak menyadari sama
sekali bahwa perilaku mereka berbeda dari perilaku orang lain.
f) Anak yang lebih besar mungkin mengatakan, "tidak ada yang menyukaiku di
sekolah", tetapi mereka tidak dapat menghubungkan kurang teman dengan
perilaku mereka sendiri.
7) Konsep Diri
a) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapi secara umum
harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
b) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat memiliki banyak teman,
dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di rumah, mereka biasanya
merasa terkucil sana merasa diri mereka buruk.
c) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka sendiri sebagai
orang yang buruk dan bodoh
a) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik secara akademis maupun sosial.
c) Orang tua sering meyakini bahwa anaknya sengaja dan keras kepala dan
berperilaku buruk dengan maksud tertentu sampai anak yang didiagnosis dan
diterapi.
e) Orang tua merasa letih yang kronis baik secara mental maupun secara fisik.
f) Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan pengasuh
atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak yang mengalami
ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak meluangkan
waktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk selama makan.
Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga merupakan masalah yang
terjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau berisiko, mungkin juga ada
riwayat cedera fisik
c) Lipatan-lipatan epikantus
2. Kesiapan peningkatan menjadi orang tua berhubungan dengan anak dengan gangguan pemusatan perhatian
hiperaktivitas (D.0122)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Edukasi
2. Kesiapan peningkatan menjadi Peran menjadi orang tua Promosi antisipasi keluarga
orang tua berhubungan dengan (L.13120) (I.1246)
anak dengan gangguan
Setelah dilakukan asuhan Observasi
pemusatan perhatian
keperawaatan selama 2x24 jam
hiperaktivitas (D.0122) Identifikasi kemampuan
diharapkan meningkat dengan
krisis situasi atau masalah
Kriteria Hasil :
perkembangan serta
1. Perilaku positif menjadi dampaknya pada kehidupan
orang tua (meningkat) pasien dan keluarga.
Edukasi
Kolaborasi
menurun keamanan
Edukasi
1. Keterampilan/perilaku Terapeutik
sesuai usia (meningkat)
Fasilitasi hubungan anak
2. Kemampuan melakukan dengan teman sebaya
perawatan diri
Dukung anak berinteraksi
(meningkat)
dengan anak lain
3. Respon sosial
Dukung anak
(meningkat)
mengekspresikan perasaanya
secara positif
Edukasi
Kolaborasi
EVALUASI KEPERAWATAN
2. Proses pikir
Identitas Pasien
Pada tahap ini perlu mengetahui tentang nama, umur,jenis kelamin, alamat
rumah, agama, suku bangsa, status perkawinan, pendidikan terakhir, nomor
registrasi, pekerjaan pasien, jam masuk RS, diagnostik pasien, dan identitas
penanggung jawab.
1) Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Perlu ditanyakan pada keluarga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa
tindakan yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut. Biasanya anak autis dikenal dengan kemampuan
berbahasa keterlambatan atau sama sekali tidak dapat bicara. Berkomunikasi
dengan menggunakan Bahasa tubuh dan hanya dapat berkomunikasi dengan
waktu singkat, tidak senang atau menolak dipeluk. Saat bermain bila didekati
menjauh. Ada kedekatan dengan benda tertentu seprti kertas, gambar, kartu
atau guling, terus dipegang dibawa kemana saja dia pergi. Bila senang satu
mainan tidak mau mainan lainnya. Sebagai anak yang senang kerapihan harus
menempatkan barang tertentunpada tempatnya. Menggigit, menjilat, atau
mencium mainan atau benda apa saja. Bila mendengar suara keras,menutup
telinga. Didaptakna IQ dibawa 70 dari 70 % penderita, dan dibawah 50 dari
50 %. Namun sekitar 5 % anak autism mempunyai IQ diatas 100.
Riwayat Kesehatan Masa Lalu
1) Prenatal
2) Intra Natal
Lama Persalinan
Saat Persalinan
Komplikasi Persalinan
Cara melahirkan
Tempat Melahirkan
3) Post Natal
Kebutuhan resusitasi
Apgar skor
3) Imunisasi
5) Tingkat Perkembangan
6) Riwayat Sosial
7) Riwayat Keluarga
8) Pola Kesehatan
c. Aktivitas
e. Eliminasi
f. Pola Hubungan
g. Koping
Kaji apa yang menyebabkan stress pada anak, tingkat
stress dan toleransinya, serta kaji cara penanganan masalah
i. Konsep Diri
j. Seksual
k. Nilai
9) Pemeriksaan Fisik
b) Diagnosa Keperawatan
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
Edukasi
Kolaborasi
e) Evaluasi