Anda di halaman 1dari 33

Attention Deficit Hyperactivity

Disorder (ADHD)
Member us
• Mutiara pebriantih
• Ayu anggraini
• Sofie yudliandini
• Syahroni
• Rayu geulis srikandi
• Syifa nurul hanifah
• Lintang dyah hapsari
• Rahmat hidayat
• Balqis firdausya
• Annisyifa nur hikmah sari
• Ika nurlaella s)
• Sulistia agustin
• Afifah nurhasanah
• Siti nuraida
• Siti mutiara
Apa itu ADHD ?
DEFINISI ADHD

Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kelainan hiperaktivitas,


kurang perhatian yang sering ditampakan sebelum usia 4 tahun dan dikarakteristikkkan
oleh ketidaktepatan perkembangan tidak perhatian, impulsive dan hiperaktif.

ADHD adalah suatu kondisi yang pernah dikenal sebagai Attention Deficit Disorder
(sulit memusatkan perhatian), Minimal Brain Disorder (kerusakan kecil di otak), Minimal
Brain Damage (kerusakan kecil pada otak), Hyperkinesis (terlalu banyak bergerak / aktif),
dan Hyperactive (Hiperaktif). Ada kira-kira 3 - 5% anak usia sekolah menderita ADHD
(Permadi, 2009). ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan
neurobiologis yang ciri-cirinya sudah tampak pada anak sejak kecil.

(ownsend, 1998)
Penyebab ADHD

1. Perspektif biologis

Faktor-faktor risiko pada saat kelahiran yang diduga terkait dengan ADHD adalah kelahiran
yang prematur, berat lahir yang sangat rendah, dan luka/trauma saat kelahiran. Luka pada otak
setelah kelahiran juga ditemukan berkaitan dengan ADHD. Kemudian beberapa ahli menemukan
bahwa area-area tertentu dari otak anak ADHD, ukurannya lebih kecil dan aktivitasnya lebih sedikit
sebanyak 5-10% dibandingkan area normal. Ditemukan pula kaitan antara ADHD dengan zat-zat
kimia yang terdapat dalam sel otak (Tynan, 2005). Selain itu, penderita ADHD diketahui mempunyai
kerusakan pada frontal-limbic system (National Institute of Mental Health, 2000).
lanjutan

Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh para ilmuwan di


National Institute of Mental Health, (2000) mengungkapkan bahwa
wanita yang mengkosumsi rokok, alkohol, atau obat-obatan lain
selama masa kehamilan dapat memberi efek negative pada
perkembangan janin. Ditemukan bahwa alkohol dan nikotin pada
rokok dapat menghambat perkembangan sel otak janin. Konsumsi
alcohol selama hamil dapat menyebabkan Fetal Alcohol Syndrome,
yaitu suatu kondisi dimana bayi lahir dengan berat badan kurang,
kemunduran intelektual.
Diteliti oleh Goodman dan Stevenson pada 238 pasang
anak kembar, ditemukan bahwa hiperaktif diderita pada 51%
2. Perspektif anak yang kembar identik dan 33% pada anak yang kembar
genetis fraternal. Anak-anak dengan ADHD biasanya mempunyai
setidak-tidaknya satu orang keluarga dengan ADHD. Setidaknya
sepertiga dari para ayah dengan ADHD pada masa kecilnya
mempunyai anak dengan ADHD pula.
3. Perspektif perilaku

Hiperaktif mungkin merupakan proses belajar, dimana terjadi modeling tingkah laku
terhadap orangtua atau teman. Orangtua pada anak yang hiperaktif akan sering memberi
perintah serta mempunyai hubungan interaksi yang negative. Ketika dilakukan pengobatan
secara simultan, perintah dan tingkah laku yang ditampilkan orangtua menurun. Jadi dengan
demikian perilaku anak hiperaktif juga menurun karena interaksi negative dengan orangtua
menurun (Rose & Rose, 1982 dalam Kurtz, 2005).
Jangan jauhi aku,
Aku sama seperti kalian.
Subkategori ADHD

1. Attention-Deficit/Hyperactivity, Predominantly Inattentive Type : Subkategori ini di gunakan jika enam


(atau lebih) gejala kurang perhatian (tetapi kurang dari enam gejala hiperaktif-impulsif) yang telah
berlangsung selama minimal enam bulan. Tipe ini individu masalah utamanya adalah rendahnya
konsentrasi.

2. Attention-Deficit/Hyperactivity, Predominantly Hyperactivity-Impulsivity Type : Subkategori ini


digunakan jika enam (atau lebih) gejala hiperaktif-impulsif (tetapi kurang dari enam gejala kurang
perhatian yang telah berlangsung minimal selama enam bulan). Tipe ini individu masalahnya
terutama diakibatkan oleh perilaku hiperaktif-impulsif.

3. Attention-Deficit/Hyperactivity, Combined Type : Subkategori ini digunakan jika enam (atau lebih)
gejala kurangnya perhatian (inattention) dan enam (atau lebih) gejala hiperaktif-impulsif telah dialami
selama minimal enam bulan.
Pedoman Identifikasi ADHD
Identifikasi ADHD dapat digunakan pedoman yang di keluarkan oleh American Psychiatric
Association, menerapkan kriteria untuk menentukan gangguan pemusatan perhatian dengan
mengacu kepada DSM IV (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, 4th edition tahun
2005) sebagai berikut:

● Kurang perhatian : anak ADHD paling sedikit mengalami 6 atau lebih dari gejala-gejala
berikutnya, dan berlangsung selama paling sedikit 6 bulan sampai suatu tingkatan yang
maladaptif dan tidak konsisten dengan tingkat perkembangan.

● Hiperaktivitas Impulsifitas
1. Hiperaktivitas : Sering mengalami kesulitan dalam bermain atau terlibat dalam kegiatan
senggang secara tenang, Sering gelisah dengan tangan atau kaki mereka, dan sering
menggeliat di kursi, Sering berbicara berlebihan.

2. Impulsivitas : Mereka sering memberi jawaban sebelum pertanyaan selesai, Mereka sering
mengalami kesulitan menanti giliran, Mereka sering menginterupsi atau mengganggu orang lain.
Kriteria ADHD dalam DSM-IV-TR

1. Berbagai kesalahan yang sembrono, tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi,
mudah teralihkan, mudah lupa dengan aktivitas sehari-hari.
2. Bergerak terus dalam posisi duduk, berlari kesana kemari tanpa tujuan (pada orang dewasa, selalu
bergerak gelisah), bertingkah laku seolah “di gerakkan oleh sebuah motor”, berbicara tanpa henti.
3. Terjadi di dua lingkungan atau lebih, di rumah dan di sekolah atau di tempat kerja.
4. Disabilitas yang parah dalam fungsisosial, akademik, atau pekerjaan.
5. Tidak terdapat karakteristik gangguan lain seperti skizofrenia, gangguan anxietas, gangguan mood
Treatment ADHD

1. Treatment Medis
Obat-obatan yang biasa digunakan untuk ADHD, di kenal sebagai stimulants, adalah
methylphenidate (ritalin), dextroamphetamine (dexedrineataudextrostat), dan pemoline (cylert).
Pada kebanyakan anak, obat-obatan membantu mengurangi hiperaktivitas dan meningkatkan
kemampuan untuk memfokuskan pikiran pada suatu tugas atau aktivitas, serta meningkatkan
koordinasi fisik, seperti menulis dan olahraga (Wenar&Kerig, 2000).

2. Treatment Non medis


• Psychotherapy: membantu anak ADHD untuk dapat menerima dan menyukai diri mereka apa
adanya. Dalam psychotherapy, pasien berbicara kepada terapis tentang pikiran dan perasaan-
perasaan yang tidak menyenangkan dan mempelajari alternative-alternatif untuk mengontrol emosi
mereka.
Lanjutan....
• Cognitive Behavioral Therapy: membantu anak ADHD untuk mengubah perilaku mereka. Terapis memberikan
reward dan reinforcement untuk membentuk perilaku yang diinginkan, sedangkan reinforcement negative dan
hukuman dihindari.

• Social Skill Training: membantu anak ADHD mempelajari perilaku yang baru. Terapis mendiskusikan dan
memberi contoh perilaku yang diharapkan, seperti menunggu giliran, berbagi mainan dengan teman, meminta
bantuan, kemudian memberi kesempatan pada anak untuk melakukan hal-hal tersebut. Dalam penelitian ini
anak diajarkan teknik-teknik berinteraksi secara positif dengan orang lain.

• Support Group: anggota dari support group berbagi kesulitan dan kesuksesan. Berbagi kisah dengan orang
lain yang mempunyai masalah serupa membuat anak dan orangtua tidak merasa sendirian.

• Parenting Skill Training: memberikan pengarahan kepada orang tua untuk mengatasi perilaku anak ADHD
mereka. Bila orangtua menemui tanda-tanda penderita gangguan pemusatan perhatian pada anak mereka,
pertama kali yang harus dilakukan adalah mengkonsultasikan persoalan yang dialami anaknya kepada ahli
terapi atau psikologanak.
Kasus Dan Asuhan Keperawatan
Kasus

Anak M usia 7 tahun siswa kelas 1 sekolah dasar datang ke rumah sakit bersama ibunya dengan
keluhan tak bisa duduk tenang. Energi anak saya seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit
berkonsentrasi, agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana - kemari dan sering
mengganggu teman-teman nya. Ibu mengatakan anak nya sering terjatuh karena sering berlarian
tanpa tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada pekerjaan sekolah nya, ibunya
mengikuti bahwa anak M berganti - ganti aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya,
bermain bermain bongkar pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada
permainan yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya disekolah. An. M juga
mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia bilang tidak pernah
mendapatkan nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah. Anak M seringkali sulit di kontrol. Dia
sering mengabaikan apa yang ibunya perintahkan. Dari pemeriksaan ditemukan banyak luka atau
parut bekas terjatuh, konsentrasi buruk.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas Anak Identitas Penanggung Jawab

Nama : An. M Nama : Ibu W


Umur : 7 tahun Umur : 40 Thn
Jenis kelamin : Laki – Laki Jenis . K : Perempuan
BB : 18 kg Pendidikan : SMA
TB : 110 cm Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Sekolah dasar Agama : Islam
Agama : Islam Alamat : Jl. Pel. Ratu 03
Suku / Bangsa : Jakarta / Indonesia Hubungan dg Klien : Ibu Klien
Alamat : Jl. Pelabuhan Ratu 03
Tanggal MRS : 19 juli 2021
Tanggal pengkajian : 19 juli 2021
Diagnosa medis : ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)
 
Riwayat Kesehatan Klien
1. Keluhan utama , Tidak bisa duduk tenang. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi,
agresif, suka mendominasi pergaulan, berlarian ke sana -kemari dan sering
mengganggu teman-temannya
2. Riwayat kesehatan sekarang, Ibu mengatakan anak nya sering terjatuh karena
sering berlarian tanpa tujuan. Anak M lebih banyak berdiri dan tidak fokus
pada pekerjaan sekolahan nya. Ibu nya mengakui bahwa anak M berganti ganti
aktivitas dan tidak pernah sampai selesai Misalnya, bermain bermain bongkar
pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan
yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya disekolah. An. M
juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia
bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus Anak M seringkali sulit di kontrol.
Dia sering mengabaikan apa yang ibunya perintahkan.
3. Riwayat kesehatan dahulu, Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit
sama
4. Riwayat kesehatan keluarga, Dalam keluarga klien tidak ada yang mengalami
penyakit keturunan.
RIWAYAT ANAK
1. Masa pre - natal , Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke
puskesmas dan dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2x. selama kehamilan ibu
tidak pernah mengalami penyakit yang menular atau penyakit lainnya. Ibu juga
berkata saat kehamilannya suka makan makanan laut seperti udang dan kerrang.
2. Masa intra - natal , Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan
bidan, dengan umur kehamilan 37 minggu.
3. Masa post - natal , Klien lahir dalam keadaan normal, dengan BB + 3200 gram dalam
keadaan sehat, waktu lahir klien langsung menangis.

PENGETAHUAN ORANG TUA


4. Tentang makanan sehat, Orang tua klien belum cukup mengetahui tentang makanan
sehat dan gizi klien baik dan berat badannya 18 kg, klien diberikan ASI sampai umur
2 bulan saja dan dilanjutkan dengan PASI.
5. Tentang personal hygiene, Orang tua klien belum cukup mengetahui tentang
kebersihan, dilihat dari kebersihan klien dan orang tua nya sendiri. Badan klien
terlihat kusam, rambut klien hitam, kuku klien bersih, mulut klien tampak bersih.
3. . Imunisasi
Klien mendapatkan imunisasi, yaitu :
• BCG : 1 kali
• DPT : 3 kali
• Campak : 1 kali
• Polio : 3 kali
• Hepatitis B : 2 kali

Pertumbuhan dan perkembangan

Usia Pertumbuhan Perkembangan

7 tahun BB : 18 kg Sudah bisa belajar berenang,


berayun, tubuhnya telah
PB : 110 cm mampu melakukan aktivitas
fisik yang lebih kompleks.
Sudah bisa diajari membaca
kalimat dan mengerjakan
Pemeriksaan fisik
2. Kebersihan anak
1. Keadaan umum
Klien kelihatan kusam karena sering
Penampilan : Klien tampak agak bermain kesana kemari
kusam
Kesadaran : Composmentis 3. Suara anak waktu menangis
Vital sign : Ketika klien menangis terdengar
TD : - suara yang kuat
Suhu : 37,4 oC
RR : 25 x /mnt 4. Keadaan gizi anak
Keadaan gizi anak cukup baik
Nadi : 100 x/mnt
ditandai dengan BB : 18 kg (BB normal :
TB : 110cm 22 kg)
BB : 18kg
5. Mata (penglihatan)
Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik karena klien
tidak menggunakan alat bantu, tidak ada peradangan dan pendarahan

6. Hidung (penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik tidak terdapat kotoran hidung, tidak terdapat polip

7. Mulut
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi pengecapan baik, mukosa bibir kering

8. Dada
Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada bunyi tambahan dalam bernafas,
dengan frekuensi nafas 25 x/mnt

9. Kulit
Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit baik (dapat kembali dalam 2
detik) ,kulit klien teraba panas dengan suhu 37,4 oC

10. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka peradangan, tidak ada kotoran yang melekat pada kulit

11. Ekstremitas atas dan bawah


Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan bawah, terdapat keterbatasan
gerak pada ekstremitas atas bagian dextra karena terpasang infus RL 20 tpm
Pola makan dan minum

• Dirumah : klien makan 3x sehari dengan menu sayur sop dan klien suka
minum air putih dan susu.

• Di-RS: klien mendapatkan bubur ayam 3x sehari dan tidak bisa


menghabiskan nya, klien minum hanya setengah gelas dari 1 gelas.

Pola eliminasi

• Dirumah : Klien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat dan bau khas feses,
BAK klien 4-5 x/hari berwarna kuning jernih dan berbau amoniak

• Dirs : Klien BAB 1x dalam 2 hari dengan konsistensi padat dan berbau khas
feses, dan klien BAK 2-3 x /hari berwarna kuning jernih dan berbau amoniak
Data fokus
Data subjektif Data objektif

1. Merasa sulit menerima atau 1. Ekspresi wajah tidak responsive


mengkomunikasikan perasaan
2. Tidak mampu melakukan perawatan
2. Kurang responsif atau tertarik pada diri sesuai usia
orang lain
3. Kontak mata terbatas
3. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya sering terjatuh karena berlarian 4. Regresi
tanpa tujuan
5. Klien tampak sering berlarian kesana
4. Ibu pasien mengeluh bahwa anaknya kemari dan sering menganggu teman-
tidak bisa duduk tenang temannya
Analisa data
Data Etiologi Masalah
Ds : 1. Ketidakteraturan atau Gangguan interaksi sosial (D.
1.Merasa sulit menerima atau kekacauan lingkungan 0118)
mengkomunikasikan perasaan
2. Kurang responsif atau tertarik 2. Perilaku agresif
pada orang lain

Do :
1. Ekspresi wajah tidak
responsiv

Ds : - 1. Keterbatasan lingkungan Gangguan tumbuh kembang (D.


0106)
Do :
1. Tidak mampu melakukan
perawatan diri sesuai usia
2. Kontak mata terbatas
3. Regres
Data Etiologi Masalah
Ds : Perubahan fungsi psikomotor Risiko Cedera (D.0136
1. Ibu pasien mengatakan bahwa
anaknya sering terjatuh karena
berlarian tanpa tujuan

2. Ibu pasien mengeluh bahwa


anaknya tidak bisa duduk tenang

Do :

Klien tampak sering berlarian


kesana kemari dan sering
menganggu teman-temannya

Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan interaksi sosial b.d Ketidakteraturan atau kekacauan


lingkungan dan Perilaku agresi
2. Gangguan tumbuh kembang b.d Keterbatasan lingkungan
3. Risiko Cedera b.d Perubahan fungsi psikomotor
Luaran dan Intervensi
Diagnosa /SDKI Luaran /SLKI Intervensi /SIKI

Gangguan Setelah dilakukan Gangguan interaksi sosial


interaksi sosial b.d intervensi keperawatan 1. lakukan modifikasi perilaku keterampilan sosial
Ketidakteraturan selama 1x24jam maka (I.13484)
atau kekacauan interaksi sosial meningkat Observasi :
lingkungan dengan kriteria hasil : • Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan sosial
Perilaku agresif •Perasaan nyaman dengan • Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
d.d situasi sosial meningkat Terapeutik :
Ds : •Responsif pada orang lain • Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
1.Merasa sulit meningkat • Beri umpan balik positif (misalnya ujian atau
menerima atau •Ekpresi wajah responsif penghargaan) terhadap kemampuan sosialisasi
mengkomunikasika meningkat • Libatkan keluarga selama latihan keterampilan sosial
n perasaan Edukasi :
2. Kurang • Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
responsif atau • Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat masalah
tertarik pada orang yang dialami
lain • Anjurkan mengevaluasi pencapaian setiap interaksi
Do : • Edukasi keluarga untuk dukungan keterampilan sosial
1. Ekspresi wajah
tidak responsif
Luaran dan Intervensi
Diagnosa /SDKI Luaran /SLKI Intervensi /SIKI

Gangguan selama 1x24jam maka Gangguan tumbuh kembang


tumbuh kembang status perkembangan 1. lakukan perawatan perkembangan (I.10339)
b.d Keterbatasan membaik dengan kriteria
lingkungan d.d hasil : Observasi :
Ds : - •Keterempilan / perilaku • identifikasi pencapaian tugas perkembangan anak
Do : sesuai usia meningkat Terapeutik :
1. Tidak mampu •Kemampuan perawatan • Motivasi anak berinteraksi dengan orang lain
melakukan diri meningkat • Fasilitasi anak melatiih keteramapilan pemenuhan
perawatan diri •Respon sosial kebutuhan secara mandiri ( mis. makan, sikat gigi, cuci
sesuai usia meningkat tangan , memakai baju)
2. Kontak mata •Kontak mata meningkat • Dukungan partisipasi anak di sekolah
terbatas Edukasi :
3. Regresi • Anjurkan orang tua berinteraksi dengan anaknya
• Ajarkan anak keterampilan berinteraksi
Luaran dan Intervensi
Diagnosa /SDKI Luaran /SLKI Intervensi /SIKI

Risiko Cedera b.d selama 1x24jam maka tingkat Risiko Cedera


Perubahan fungsi cedera menurun dengan kriteria 1. Lakukan Pencegahan Cedera (I.14537)
psikomotor d.d hasil :
Ds : •Kejadian cedera menurun Observasi :
1. Ibu pasien •Luka/lecet menurun • Identifikasi area lingkungan yang berpotensi
mengatakan bahwa •Ketengangan otot menurun menyebabkan cedera
anaknya sering •Ekpresi wajah kesakitan • Identifikasi obat yang berpotensi
terjatuh karena menurun menyebabkan cedera
berlarian tanpa tujuan •Agitasi menurun Terapeutik :
2. Ibu pasien •Gangguan mobilitas menurun • Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami
mengeluh bahwa cedera serius
anaknya tidak bisa • Pertahankan posisi tempat tidur di posisi
duduk tenang terendah saat digunakan
Do : • Gunakan pengaman tempat tidur sesuai
1. Klien tampak sering dengan kebijakan fasilitas pelayanan
berlarian kesana Kesehatan
kemari dan sering Edukasi :
menganggu teman- • Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh
temannya ke pasien dan keluarga
 
Implementasi dan Evaluasi
Hari /Tanggal /Jam Implementasi Evaluasi

Kamis, 22, juli, 2021 •Mengindentifikasi penyebab kurangnya S:


Pukul 08.00WIB keterampilan sosial •Ibu klien mengatakan anaknya
•Identifikasi fokus pelatihan mampu mengkomunikasikan
ketetrampilan sosial perasaan
•Memberikan umpan balik positif : •Ibu klien mengatakan anaknya
memberi penghargaan terhadap tertarik pada orang lain
kemampuan sosialisasi
•Melibatkan keluarga selama latihan O:
ketrampilan sosial •Ekpresi wajah responsif
•Menjelaskan tujuan melatih ketrampilan
sosial A :Masalah belum teratasi
•Menganjurkan mengevaluasi
pencapaian setiap interaksi P :Lanjutkan intervensi
•Mengedukasi keluarga untuk dukungan
ketrampilan sosial
Kamis, 22 juli, 2021 •Mengidentifikasi pencapaian S:-
Pukul 13.00WIB tugas perkembangan anak
•Memotivasi anak berinteraksi O:
dengan orang lain •Klien mampu melakukan
•Memfasilitasi anak melatih perawatan diri sesuai usia
ketrampilan pemenuhan •Kontak Mata fokus
kebutuhan secara mandiri :
memakai baju, sikat gigi, cuci A :Masalah belum teratasi
tangan
•Menganjurkan orang tua P : Lanjutkan intervensi
berinteraksi dengan anaknya
•Mengajarkan anak ketrampilan
berinteraksi
Kamis, 22 juli, 2021 •Mengindentifikasi area S:
Pukul 16.00WIB lingkungan yang •Ibu klien mengatakan bahwa
menyebabkan cedera klien sekarang jika terjatuh
•Mengunakan alas lantai untuk tidak akan sakit lagi karna
menghindari resiko cedera sudah ada alas lantai
serius
•Mempertahankan posisi O:
tempat tidur di posisi terendah •Klien lebih banyak
•Menggunakan pengaman beraktivitas di tempat tidur
tempat tidur sesuai dengan (menonton video dan bermain
kebijaka fasilitas pelayanan game)
kesehatan
•Menjelaskan alasan intervensi A : Masalah sudah teratasi
pencegahan resiko jatuh atau
cedera ke pasien dan keluarga P :Hentikan intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Narapatih. (2011). jurnal Konsep dasar ADHD .

PPNI. (2016). Standar diagnosis keperawatan indonesia: definisi dan indikator


diagnostik edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar intervensi keperawatan indonesia: definisi dan tindakan


keperawatan edisi 1. jakarta: DPP PPNI.

PPNI. (2016). Standar luaran keperawatan indonesia: definisi dan kriteria hasil
keperawatan edisi 1. jakarta: DPP PPNI.
Ummah, R. (2015). ASKEP ADHD.
Thank you

Anda mungkin juga menyukai