Anda di halaman 1dari 4

Nama : zianatussa'adah

Nim : 858304538

Prodi : PGPAUD

Soal :

1. Apa yang terlintas pada pikiran Anda saat pertama kali mendengar kata “Autism” dan apa
yang harus kalian lakukan sebagai seorang guru untuk menangani anak dengan gangguan
tersebut?

2. Mengapa Autism digolongkan pada PDD dan apa pula makna dari ASD?

3. Sebutkan penyebab dan karakteristik anak dengan gangguan autism!

4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ADD/ADHD!

5. Sebutkan karakteristik anak yang mengalami gangguan ADD/ADHD!

Jawaban :

1. Saat pertama mendengar kata autisme menurut saya itu adalah gangguan mental yang
menyebabkan seseorang sulit beradaptasi karena adanya kelainan dalam dirinya.

Yang dapat dilakukan sebagai seorang guru untuk menangani anak dengan gangguan autisme
yaitu:

 Belajar menyelami emosi anak autisme

Anak autisme memiliki cara tersendiri untuk mengekspresikan emosinya. Sering kali
orang tidak mengerti apakah mereka sedang marah, kesal, sedih, atau lainnya. Untuk
mengenali emosi anak optisme yang menjadi persyaratan utama adalah kualitas
hubungan antara guru dan anak. Bila karet semuanya baik guru akan mudah mengenali
apa yang dirasakan anak, apa saja kesukaannya, dan situasi Apa yang membuatnya
tidak bisa berkonsentrasi, atau malah meledak marah. Artinya guru harus benar-benar
menyelaminya agar dengan mudah mengantisipasi kondisi atau kejadian yang
memancing anaknya menjadi sensitif.

 Harus terus memberi simulasi

Berapa hal yang harus diperhatikan dalam pemberian stimulasi :

a. Jangan biarkan anak tenggelam dalam dunianya sendiri

b. Macam-macam pemberian simulasi

 Melatih insting sosial


Anak dengan gangguan autisme tidak memiliki insting sosial, jadi kita tidak bisa
menuntut kemampuannya untuk memahami orang lain atau membaca situasi sosial.
Apabila anak berbuat baik, segera beri pujian sehingga ia tahu bahwa berhubungan
dengan orang lain ternyata adalah suatu hal yang menyenangkan, dan ia menjadi tertarik
untuk ikut bermain. Dengan mengajaknya bermain, diharapkan anak dapat lebih
responsif dan terbuka pada dunia di luar dirinya.

 Mengembangkan potensi anak

Tidak semua anak autisme memiliki IQ rendah. Walaupun beberapa anak menunjukkan
tingkat intelegensi di bawah rata-rata, namun beberapa yang lain memiliki intelijensi rata-
rata, di atas rata-rata, bahkan ada juga yang jenius. Melihat kenyataan tersebut,kita
harus tetap melakukan usaha untuk mengembangkan potensi anak. Hal yang pertama
kali harus dilakukan adalah mengatasi terlebih dahulu hambatan komunikasinya. Apabila
anak masih belum dapat memberikan kontak mata, maka akan sulit bagi kita untuk
dapat membuatnya tertarik memperhatikan Apa yang sedang diajarkan. Meskipun anak
autisme tampak tidak peduli tidak berarti ia tidak belajar. Kesempatan belajar bagi anak-
anak dengan gangguan autisme harus tetap dibuka seluas-luasnya.

Sumber : PAUD4208 Modul 4 KB.3

2. Autisme dimasukkan ke dalam golongan PDD(pervasive development disorder) karena


merupakan suatu gangguan perkembangan yang berat. Autisme ditandai dengan adanya
kelainan pada fungsi sosial, bahasa, komunikasi, dan adanya perilaku serta minat yang tidak
biasa. Autisme juga biasa disebut sebagai ASD(autistic spectrum disorder), yaitu suatu
gangguan yang memiliki variasi pada bentuk dan tingkat keparahan dalam suatu spektrum,
mulai dari ringan sampai berat. Gejala autisme dapat tampil ringan (mild), sedang (moderate),
hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya.
Parah atau ringannya gangguan autisme sering dihubungkan dengan keberfungsian atau
perilaku adaptifnya di lingkungan. Anak autisme dengan tingkat intelegensi yang rendah tidak
berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat
terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan akan digolongkan sebagai (low functional
autisme). Cara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu
menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif, serta menunjukkan kemampuan mengikuti
rutinitas yang umum digolongkan sebagai (high functional autisme).

Sumber : PAUD4208 Modul 4 KB.1

3. Penyebab anak dengan gangguan autisme

Sampai saat ini penyebab pasti dari gangguan autisme masih diteliti. Kanner mengatakan
bahwa penyebab utama dari gangguan autisme adalah pola asuh orang tua. Ia menyebutkan
istilah refrigerator parenting. Istilah ini merujuk pada orang tua yang cerdas dan obsessive
dengan gaya pengasuhan yang dingin, kaku, dan bersifat mekanis. Dengan cara ini tidak akan
bisa mengembangkan emosi dan sosial nya. Keadaan ini akan memicu timbulnya gejala
autisme pada anak. Walaupun demikian, pandangan awal tentang penyebab autisme ini tidak
memperoleh dukungan ilmiah.

Sedangkan rutter mengatakan bahwa gangguan autisme bukan merupakan gangguan mental
akibat penolakan terhadap kenyataan yang dihadapi, akan tetapi merupakan suatu gangguan
perkembangan yang serius yang muncul di awal kehidupan seorang anak yang terjadi akibat
permasalahan biologis. Selain faktor genetik, para ahli juga percaya bahwa gangguan autisme
berhubungan erat dengan adanya kerusakan pada otak.

Karakteristik utama anak dengan gangguan autisme :

 Kesulitan dalam interaksi sosial

 Kesulitan dalam komunikasi

 Adanya perilaku, minat, dan kegiatan yang bersifat stereotip (kaku) dan repetitive
(berulang)

Karakteristik tambahan anak dengan gangguan autisme :

 Perkembangan terlambat

 Lebih tertarik pada benda dibandingkan manusia

 Menyukai rutinitas

 Permasalahan sensoris

 Minat spesifik

 Permasalahan belajar

Sumber : PAUD4208 Modul 4 KB.1-2

4. ADD/ADHD merupakan akronim dari attention deficit disorder/attention deficit hiperaktivity


disorder. Istilah add/adhd ini dipakai secara internasional untuk menyebut gangguan
pemusatan perhatian dan perilaku motorik yang berlebihan. Di Indonesia sendiri istilah add
diterjemahkan sebagai gangguan pemusatan perhatian (GPP). Sementara istilah adhd
diterjemahkan sebagai gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Berdasarkan
istilah ini maka APA (American psychiatric association) mendefinisikan anak penyandang Adhd
sebagai anak yang secara persisten dan menampilkan simptom perilaku tidak bisa
memusatkan perhatian (inattention), hiperaktivitas dan impulsifitas yang tidak sesuai dengan
usianya serta menimbulkan Handaya dalam kehidupannya. Seperti juga gangguan yang lain,
penegakan diagnosis apakah seorang anak menyandang add/adhd perlu melewati pemeriksaan
yang mendetail. Para profesional seperti psikolog anak atau dokter biasanya menggunakan
metode pemeriksaan seperti riwayat medis, wawancara klinis, penggunaan kuesioner dan juga
observasi terhadap perilaku anak untuk beberapa setting.

Sumber : PAUD4208 Modul 5 KB.1

5. Karakteristik anak dengan ADD/ADHD :

 Inattention (gangguan pemusatan perhatian)

Inna tension atau gangguan pemusatan perhatian adalah salah satu simptom utama
yang biasanya dimiliki oleh anak ADD/ADHD. Gangguan pemusatan perhatian ini bukan
berarti anak dengan gangguan add atau adhd tidak bisa memasarkan perhatian
sebaliknya mereka sangat memperhatikan semua yang ada di sekitarnya. Semua
rangsang stimulus yang ada di lingkungan akan diterima namun mereka tidak mampu
mengendalikan stimulus mana yang harus diabaikan dan mana yang harus direspon.
Dengan kata lain anak-anak dengan add atau adhd tidak dapat memilah manasti mulus
yang penting dan tidak untuk ditindaklanjuti sehingga mereka mudah sekali berhenti
mengerjakan satu kegiatan dan beralih ke kegiatan lain.

 Hiperaktivitas

Hiperaktivitas adalah salah satu simptom ADD/ADHD yang lebih terkenal di masyarakat.
Hiperaktivitas adalah kondisi fisik seseorang yang ditandai dengan aktivitas motorik
yang berlebihan.

 Impulsif

Impulsivitas bisa diartikan sebagai perilaku di mana seseorang berperilaku tanpa


berpikir panjang. Menurut DSM IV TR(APA,2000) ciri perilaku impulsif dari gangguan
ADD/ADHD adalah sebagai berikut :

a) Sering menjawab pertanyaan yang belum selesai

b) Sulit menunggu giliran

c) Sering menginterupsi pembicaraan atau percakapan orang lain.

Sumber : PAUD4208 Modul 5 KB.1

Anda mungkin juga menyukai