Anda di halaman 1dari 43

Konsep Patofisiologi Dan Asuhan Keperawatan Pada

Anak Dengan Gangguan Kongenital: ADHD (Atention


Defisit Hiperactivity Disorder) Dan Penyalahgunaan Zat
Narkoba

Kelompok 11
ADHD
(Atention defisit Hiperactivity
Disorder)
Definisi
Anak dengan gangguan pemusatan perhatian secara umum disebut
sebagai anak hiperaktif. Secara medis, gangguan ini dinamakan
attention deficit hyperactivity disorder (ADHD). Anak-anak yang
memiliki gangguan ini sulit untuk berkonsentrasi pada satu hal dan
cenderung tidak bisa duduk diam. Mereka bertindak secara impulsif,
yakni melakukan hal sesuai dengan keinginannya tanpa memikirkan
akibat yang ditimbulkan. Hal tersebut bisa menjadi masalah serius,
apabila anak-anak melakukan hal yang berbahaya dan melukai diri
mereka sendiri. ADHD merupakan sindrom bawaan lahir. Anak yang
lahir dari keluarga pemilik riwayat ADHD memiliki risiko tinggi
menderita gangguan ini.
Faktor Penyebab ADHD

1. Faktor Genetik 2. Faktor Neurologik 3. Faktor


Neurotransmiter

4. Faktor Psikososial 5.Faktor Lingkungan 6. Trauma Otak

7. Gula dan Zat Tambahan


Pada Makanan
Patofisiologi ADHD

Penyebab pasti dari ADHD belum diketahui. Namun dikatakan


bahwa area kortek frontal, seperti frontrosubcortical pathways dan
bagian frontal kortek itu sendiri, merupakan area utama yang secara
teori bertanggung jawab terhadap patofisiologi ADHD. Mekanisme
inhibitor di kortek, sistem limbik, serta sistem aktivasi retikular juga
dipengaruhi. ADHD dapat mempengaruhi satu atau lebih seluruh
area ini sehingga muncul tipe dan profil yang berbeda dari ADHD
(Tanoyo D.P, 2015).
Patofisiologi ADHD

Sebagaimana yang diketahui bahwa lobus frontal berfungsi untuk mengatur agar
pusat perhatian pada perintah, konsentrasi yang terfokus, membuat keputusan yang
baik, membuat suatu rencana, belajar dan mengingat apa yang telah kita pelajari,
serta dapat menyesuaikan diri dengan situasi yang tepat. Mekanisme inhibisi di
kortek berfungsi untuk mencegah agar kita tidak hiperaktif, berbicara sesuatu yang
tidak terkontrol, serta marah pada keadaan yang tidak tepat. Dapat dikatakan
bahwa 70 % dari otak kita berfungsi untuk menghambat 30 % yang lain (Tanoyo
DP, 2015).
WOC ADHD
Tipe dan Gejala ADHD

1. Tipe Hiperaktivitas- 2.Kurang Memperhatikan,


impulsif Mudah Mengalami Gangguan
3. Kombinasi
Anak dengan tipe ini
menunjukkan kelakuan Anak dengan tipe ini
digambarkan seorang yang Anak pada tipe ini memiliki
yang agresif, perilaku yang sebagian besar manifestasi
pemalas dan sering tenggelam
aneh, tanpa rasa bersalah perilaku tidak acuh, seperti
dalam pikirannya sendiri,
atau tidak disukai, dan kegagalan untuk fokus dalam
apatis dan lesu. Ia kurang
berprestasi buruk di agresif, impulsif dan hal-hal detail, kesalahan-
sekolah. Mereka akan kesalahan yang ceroboh, dan
hiperaktif di rumah maupun di
menunjukkan pengendalian mudah terganggu oleh
sekolah dan lebih sedikit
diri yang lemah dan memiliki masalah dalam stimulus-stimulus luar.
impulsifvitas yang lebih pergaulan.
besar.
Teori-teori Penyebab ADHD

1. Faktor Keturunan
2. Cedera Otak
3. Kematangan Otak
dan Neurologis yang Tertunda

4. Penyakit Medis 5. Obat-obatan 6. Merokok

7. Bahan Tambahan
Pada makanan
Penatalaksanaan ADHD
a. Farmakologi
Obat-obat yang paling umum digunakan untuk terapi ADHD di
Indonesia yaitu Methilphenidate dan Dekstroamfetamin. Obat ini
bersifat psikostimulan yang dapat memperbaiki gejalagejala inti.
Namun obat ini hanya bekerja dengan waktu terbatas. Jika
penggunaan jangka panjang dapat berfungsi 6-12 jam dan jangka
pendek hanya 4 jam. Karena fungsi obat bertahan dalam jangka
pendek, maka obat ini bersifat ketergantungan dalam
penggunaannya (Tanoyo D.P, 2015)
Non Farmakologi

1. Terapi Konseling 3. Stimulasi Senam


2. Terapi Perilaku
Otak /Brain Gym
Terapi perilaku bertujuan
Terapi konseling atau yang Penanganan terpenting untuk
untuk mengurangi konflik
biasa disebut psikoterapi
orang tua dan anak serta ADHD adalah edukasi dan
adalah terapi yang dilakukan
mengurangi ketidakpatuhan
oleh seorang dokter spesialis, pelatihan (edu feed back). Hal
anak. Terapi ini dilakukan
psikiater maupun tenaga ahli
oleh orang tua dan dapat tersebut dibutuhkan bertujuan
di bidangnya. Terapi ini
melibatkan psikolog atau
sangat bermanfaat karena agar keluarga memahami
dokter spesialis tumbuh
dapat mengurangi perilaku
kembang anak, dan pekerja dengan benar penyebab,
negatif pada anak tersebut.
sosial.
gejala dan penanganannya.
ASUHAN KEPERAWATAN
ADHD
Pengkajian
Menurut Videbeck (2008) pengkajian anak yang mengalami
Attention Deficyt Hiperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

a. Pengkajian Riwayat Penyakit


1. Orang tua mungkin melaporkan bahwa 3. Berada diluar kendali dan mereka merasa tidak
anaknya rewel dan mengalami masalah saat mungkin mampu menghadapi perilaku anak.
bayi atau perilaku hiperaktif hilang tanpa
4. Orang tua mungkin melaporkan berbagai usaha
disadari.
mereka untuk mendisplinkananak atau mengubah
2. Anak mungkin mengalami kesulitan dalam
perilaku anak dans emua itu sebagian besar tidak
semua bidang kehidupan yang utama, seperti
berhasil.
sekolah atau bermain dan menunjukkan
perilaku overaktif atau bahkan perilaku yang
membahayakan di rumah.
b. Penampilan umum dan perilaku motoric

1) Anak tidak dapat duduk tenang di kursi dan 3) Kemampuan anak untuk berbicara terganggu,
mengeliat serta bergoyang-goyangsaat tetapi ia tidak dapat melakukan suatu
mencoba melakukannya. percakapan, ia menyela, menjawab
pertanyaan sebelum pertanyaan berakhir dan
2) Anak mungkin lari mengelilingi ruangan dari gagal memberikan perhatian pada apa yang
satu benda ke benda lain dengansedikit tujuan telah dikatakan.
atau tanpa tujuan yang jelas. 4) Percakapan anak melompat-lompat secara
tiba-tiba dari satu topik ke topik yang lain.
c. Mood dan afek d. Proses dan isi piker
1) Mood anak mungkin labil, bahkan sampai
marah-marah atau temper tantrum. Secara umum tidak ada gangguan pada area ini
2) Ansietas, frustasi dan agitasi meskipun sulit untuk mengkajianak berdasarkan
3) Anak tampak terdorng untuk terus bergerak tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap
atau berbicara dan tampak memilikisedikit perkembangan
kontrol terhadap perilaku tersebut.
4) Usaha untuk memfokuskan perhatian anak
dapat menimbulkan perlawanan dan
kemarahan
d. Sensorium dan proses intelektual f. Penilaian dan daya tilik diri
1) Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada 1) Anak yang mengalami ADHD biasanya menunjukkan
perubahan sensori atau persepsiseperti halusinasi. penilaian yang buruk dan sering kali tidak berpikir
2) Kemampuan anak untuk memberikan perhatian sebelum bertindak.
atau berkonsentrasi tergangguan secara nyata. 2) Mereka mungkin gagal merasakan bahaya dan
3) Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada melakukan tindakan impulsif, seperti berlari ke jalan
ADHD yang berat 2 atau 3 menit pada bentuk atau melompat dari tempat yang tinggi.
gangguan yang lebih ringan. 3) Meskipun sulit untuk mengkaji penilaian dan daya
4) Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia tilik pada anak kecil.
sering kali menjawab, saya tidak tahu, karena ia 4) Anak yang mengalami ADHD menunjukkan kurang
tidak dapat memberi perhatian pada pertanyaan mampu menilai jika dibandingkan dengan anak
atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati. seusianya.

5) Anak yang mengalami ADHD sangat mudah 5) Sebagian besar anak kecil yang mengalami ADHD

terdistraksi dan jarang yang mampu tidak menyadari sama sekali bahwa perilaku mereka

menyelesaikan tugas. berbeda dari perilaku orang lain.


g. Konsep diri h. Peran dan hubungan
1) Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang 1) Anak biasanya tidak berhasil disekolah, baik
masih kecil, tetapis ecara umum harga diri secara akademik maupun sosial.
anak yang mengalami ADHD adalah rendah. 2) Anak sering kali mengganggu dan mengacau di
2) Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak rumah.
dapat mempunyai banyak teman, dan 3) Orang tua sering menyakini bahwa anaknya
mengalami masalah dalam mengerjakan tugas sengaja dan keras kepala dan berperilaku buruk
di rumah, mereka biasanya merasa terkucil dengan maksud tertentu sampai anak yang
sana merasa diri mereka buruk. didiagnosis dan diterapi.
3) Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena 4) Secara umum tindakan untuk mendisiplinkan anak
perilaku mereka sendiri sebagaiorang yang memiliki keberhasilan yang terbatas pada
buruk dan bodoh beberapa kasus, anak menjadi tidak terkontrol
secara fisik, bahkan memukul orang tua atau
merusak barang-barang miliki keluarga.
i. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri

Anak yang mengalami ADHD mungkin kurus jika mereka tidak


meluangkanwaktu untuk makan secara tepat atau mereka tidak dapat duduk
selama makan. Masalah penenangan untuk tidur dan kesulitan tidur juga
merupakan masalah yangterjadi. Jika anak melakukan perilaku ceroboh atau
berisiko, mungkin juga adariwayat cedera fisik.
Diagnosa Dan Intervensi
Dx 1: Hambatan interaksi sosial berhubungan dengan
perubahan proses berpikir

Tujuan

 Keterampilan interaksi sosial


 Keterlibatan sosial
 Tingkat hiperaktivitas
 Penampilan peran
 Pergerakan
 Control diri terhadap distorsi pemikiran
 Dukungan keluarga selama perawatan
Intervensi

 Ajarkan teknik manajemen


 Dukung harapan yang realistis  Gunakan pendekatan yang
perilaku kepada orang terdekat
 Tingkatkan hubungan saling tenang dan sesuai
 Bantu klien mengedentifikasi
percaya dengan keluarga  Kurangi petunjuk secara fisik
masalah dari kurangnya
dilakukan dan verbal
keterampilan sosial
 Beritahukan rencana  Ajarkan keterampilan sosial
 Bantu klien Identifikasi
keperawatan dan medis yang yang tepat
langkah dalam berperilaku
akan fakta  Pertimbangkan perilaku dan

 Gunakan pendekatan yang konsekuensi yang diharapkan  Bantu klien menjalankan peran

tenang dan sesuai akan mampu mengontrol diri dalam lingkungan sosial
Dx 2: Resiko cedera berhubungan dengan impulsivitas, ketidakmampuan
mendeteksi bahaya

Tujuan

 Untuk mencegah kejadian jatuh


 Koordinasi pergerakan
 Pengetahuan : keamanan pribadi
 Pengetahuan : pencegahan jatuh
 Control resiko jatuh
 Deteksi resiko jatuh
Intervensi

 Pertimbangkan perilaku dan


 Sediakan lingkungan yang  Sediakan bantuan yang
konsekuensi yang diharapkan
tidak mengencam. diperlukan dalam
akan mampu mengontrol diri.
 Berikan lingkungan yang meningkatkan struktur
 Monitor dan atur level aktivitas
aman secara fisik dan lingkungan dan konsentrasi
serta stimulus terhadap
terstruktur jika diperlukan. dan perhatian.
lingkungan.
Dx 3: Harga diri rendah berhubungan dengan disfungsi sistem keluarga
dalam menghadapi anak

Tujuan
 Harga diri
 Keterlibatan sosial
 Normalisasi keluarga
 Keterampilan interaksi sosial
 Motivasi
 Kontro diri terhadap distorso pemikiran
 Ketahanan keluarga
Intervensi

 Instruksikan orang tua dan

 Bantu klien untuk mengatasi keluarga untuk mengetahui


 Pertimbangkan perilaku dan
bullying atau ejekan pencapaian anak
konsekuensi yang diharapkan
 Dukung klien untuk  Monitor tingkat harga diri
akan mampu mengontrol diri
mengevaluasi perilakunya keluarga darai waktu ke
 Ajarkan teknik manajemen
 Fasilitasi lingkungan dan waktu
perilaku kepada orang terdekat
aktivitas-aktivitas yang akan  Pertimbangkan perilaku dan
klien
meningkatakan harga diri konsekuensi yang diharapkan
akan mampu mengontrol diri
Dx 4: Ketidakefektifan koping keluarga berhubungan dengan penganiayaan
dan penelantaran anak

Tujuan
 Koping keluarga
 Normalisasi keluarga
 Dukungan keluarga selama perawatan
 Menghentikan terhadap pengabaian/
penelantaran
 Pemulihan terhadap pengabaian
 Ketahanan keluarga
 Penghentian terhadap kekesaran
Intervensi

 Sediakan informasi untuk


 Hargai dan dukung
keluarga terkait dengan kondisi
mekanisme koping adaptif  Monitor adanya kondisi
klien
yang keluarga gunakan memburuk yang progresif
 Sediakan perawatan bagi klien
 Dengarkan kekhawatiran dalam status fisik dan emosi
yang dapat dilakukan oleh
perasaan keluarga anak
keluarga
 Identifikasi mekanisme  Rujuk keluarga pada pelayanan
 Fasilitasi koping keluarga
koping keluarga kemanusian dan konseling
melalui dukungan kelompok
 Bantu keluarga untuk yang profesional sesuai dengan
 Identifikasi anak yang memiliki
mengatasi konflik kebutuhan
kebutuhan perawatan khusus

 Fasilitasi kunjungan keluarga yang tinggi


Konsep Penyalahgunaan Zat Narkoba
Pada Anak/Remaja
Definisi
Penyalahgunaan narkoba adalah salah satu prilaku
menyimpang yang banyak terjadi dalam masyarakat saat ini.
Bentuk-bentuk penyalahgunaan narkoba, seperti
mengkonsumsi dengan dosis yang berlebihan, memperjual-
belikan tanpa izin serta melanggar aturan yang ditetapkan
dalam Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009, tentang
Narkotika. Penyalahgunaan narkoba dapat dikategorikan
sebagai kejahatan tanpa korban (crime without victim).
Teori-teori Penyakahgunaan Narkoba

1. Teori
2. Teori sosial
psikodinamika

4. Teori genetik 3. Teori perilaku


Dampak Dari Penyalahgunaan Zat Narkoba

1. Bagi diri sendiri/ yang 2. Bagi Keluarga


4. Bagi Masyarakat, Bangsa, dan
bersifat pribadi. Kenyamanan dan ketenteraman
Negara
Terganggunya fungsi otak dan keluarga terganggu, orang tua
Rusaknya pewaris bangsa yang
perkembangan normal remaja merasa malu, sedih, marah dan
sepatutnya menerima estafet
(mudah lupa, sulit konsentrasi, dan juga merasa bersalah.
kepemimpinan bangsa, hilangnya
lain-lainnya), intoksikasi, 3. Bagi Sekolah
rasa patriotisme atau rasa cinta
overdosis, gangguan perilaku, Narkoba merusak disiplin dan
tanah air, Negara menderita
gangguan kesehatan, dan motivasi yang sangat dibutuhkan
kerugian, karena masyarakatnya
kendornya nila-nilai agama-sosial dalam proses belajar, prestasi
tidak produktif dan tingkat
dan budaya (seperti melakukan belajar turun drastic.
kejahatan meningkat.
seks bebas).
Ciri-ciri Pengguna Narkoba

1. Pecandu daun ganja 3. Pecandu inex atau ekstasi 4. Pecandu Sabu


cenderung lesu, mata merah, suka keluar rumah, selalu riang gampang gelisah dan serba salah
kelopak mata mengantuk terus, jika mendengar musik house, melakukan apa saja, jarang mau
doyan makan karena perut terasa wajah terlihat lelah, bibir suka menatap mata jika diajak bicara,
lapar terus . pecah-pecah dan badan suka mata sering jelalatan, karaktrernya
2. Pecandu Putauw keringatan, sering mindersetelah dominan curiga, apalagi pada orang
sering menyendiri ditempat gelap pengaruh inex hilang. yang baru dikenal, badan
sambil mendengarkan musik, berkeringat meski berada diruang
malas mandi karena kondisi badan ber-AC, suka marah dan sensitif.
kedinginan, badan kurus serta layu.
Terapi

Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan detoktifikasi.


Detoktifikasi adalah upaya untuk mengurangi atau menghentikan gejala putus zat,
dengan dua cara yaitu :
1) Detoktifikasi Tanpa Substitusi
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti menggunakan zat yang
mengalami gejala putus zat tidak diberiobat untuk menghilangkan gejala putus
zat tesebut.
2) Detoksifikasi dengan Substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusikan dengan memberikan jenis opiat misalnya
kodein, bufremorfin, dan metadon. Substansi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan
alkohol dapat dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam.
Rehabilitasi

Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika adalah suatu proses


pengobatan untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan, dan
masa menjalani rehabilitasi tersebut diperhitungkan sebagai masa
menjalani hukuman. Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga
merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan
pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi
melakukan penyalagunaan narkotika.
Asuhan Keperawatan
Penyalahgunaan Zat Narkoba
Pada Anak/Remaja
Pengkajian

1. Identitas Klien 6. Faktor Predisposisi 11. Hubungan Sosial

2. Data Demografi 7. Faktor Presipitasi 12. Spiritual

3. Keluhan Utama 8. Pemeriksaan Fisik 13. Status Mental

4. Riwayat Penggunaan 9. Psikososial


Zat 14. Persepsi

5. Riwayat Pengobatan 10. Konsep Diri 15. Proses piker


Pengkajian

16. Isi Piker 21. Daya Tilik Diri

19. Tingkat Konsentrasi dan


17. Tingkat Kesadaran Berhitung

18. Memori 20. Kemampuan Penilaian


Diagnosa

1. Koping individu tidak efektif b.d tidak mampu mengatasi keinginan


menggunakan zat
2. Risiko Bunuh Diri berhubungan dengan perilaku kekerasan.
3. Perilaku kekerasan berhubungan dengan halusinasi sensori persepsi.
4. Halusinasi persepsi sensori berhubungan dengan intoksikasi akibat
penyalahgunaan zat.
5. Isolasi sosial.
6. Harga diri rendah.
Intervensi
NO Diagnosa NOC NIC
1. Ketidakefektifan Koping Individu 1. Koping 1. Bantuan kontrol marah
Definisi: Ketidakmampuan untuk 2. Tingkat stress 2. Dukungan emosional
membentuk penilaian valid tentang stresor, 3. Penegakangan diri 3. Manajemen perilaku:
ketidakadekuatan pilihan respon yang terhadap perilaku menyakiti diri
dilakukan, atau ketidakmampuan untuk kekerasan 4. Peningkatan peran
menggunakan sumber daya yang tersedia. 4. Menahan diri dari 5. Peningkatan tidur
Batasan karakteristik : agresifitas 6. Pencegahan pengunaan zat
1. Akses dukungan social tidak adekuat 5. Kontrol resiko: terlarang
2. Ketidakmampuan mengatasi masalah penggunaan obat 7. Pemberian obat
3. Ketidakmampuan menghadapi situasi terlarang 8. Peningkatan harga diri
4. Penyalahgunaan zat 6. Pengaturan psikososial: 9. Relaksasi otot progresif
5. Perilaku mengambil resiko perubahan kehidupan 10. Fasilitasi meditasi
6. Kurang perilaku yang berfokus pada 7. Perilaku penghentian
pencapaian tujuan penyalahgunaan obat
7. Dukungan sosial yan tidak adekuat yang terlarang
diciptakan oleh karakteristik huungan 8. Menahan diri dari
kemarahan
9. Dukungan sosial
NO Diagnosa NOC NIC
Faktor yang berhubungan :
1. Ketidakadekuatan mengubah energi
yang adaptif
2. Ketidakadekuatan kesempatan untuk
bersiap terhadap stressor
2. Kurang percaya diri dalam kemampuan
mengatasi masalah
3. Tingkat persepsi kontrol yang tidak
adekuat
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai