Anda di halaman 1dari 22

BAB I

IDENTIFIKASI

A. Pengertian ADD/ADHD

ADHD adalah istilah populer, kependekan dari Attention Deficit


Hyperactivity Disorder. Secara terjemahan dapat diartikan bahwa
Attention=perhatian,Deficit=berkurang,Hyperactivity=hiperaktif,Disorder=gangg
uan. Dengan demikian, berarti ADHD ( Attention Deficit Hyperactivity Disorder )
adalah gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif. Hyperactivity berasal dari
dua kata yaitu hyper dan activity. Hyper berarti banyak, diatas, tinggi. Activity
berarti keadaan yang selalu bergerak, eksplorasi serta respon terhadap rangsangan
dari luar. Dengan demikian berdasarkan pengertian tersebut hyperactivity
(hiperaktif) adalah gerakan atau aktifitas yang berlebih.
(Konfrensi Nasional Neurodevelopmental II, 2006) mengemukakan bahwa
ADHD adalah adanya ketidakmampuan anak untuk memusatkan perhatian.
Perhatiannya sangat singkat dibandingkan anak lain yang seusia dengannya, juga
disertai hiperaktif dan tingkah laku yang impulsif.
Menurut Supraktekyo (1995:6) hiperaktif adalah suatu gejala kelambatan
sebagai anak yang sulit berkonsentrasi, perhatiannya sangat mudah
beralih,motorik berlebihan dan sulit mengikuti perinta.
Istilah ADHD ini merupakan istilah yang sering muncul pada dunia medis.
Belakangan ini gencar pula diperbincangkan dalam dunia pendidikan dan
psikologi. Istilah ini memberikan gambaran tentang suatu kondisi medis yang
disahkan secara internasional mencakup disfungsi otak, dimana individu
mengalami kesulitan dalam mengendalikan impuls, menghambat perilaku,dan
tidak mendukung rentang perhatian mereka. Jika hal ini terjadi pada seorang anak
dapat menyebabkan berbagai kesulitan belajar, kesulitan berperilaku, kesulitan
sosial, dan kesulitan-kesulitan lain yang saling berkaitan. Jadi, jika didefinisikan
secara umum ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang memperlihatkan
simtom-simtom (ciri atau gejala) kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif
yang dapat menyebabkan ketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup
mereka.

1
Beberapa bentuk perilaku yang muncul pada penyandang ADHD, mungkin
pernah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh bentuk perilaku
anak penyandang ADHD di kelas :

1. Anak tidak pernah bisa duduk di dalam kelas.


2. Anak selalu bergerak.
3. Anak melamun saja di kelas.
4. Anak tidak dapat memusatkan perhatian pada proses belajar dan
cenderung tidak bertahan lama untuk menyelesaikan tugas.
5. Anak yang selalu bosan dengan tugas yang dihadapi dan selalu
bergerak ke hal lain.

B. Jenis-Jenis Anak ADD/ADHD


Ada klasik tiga jenis ADHD. Klasifikasi ini didasarkan pada gejala terkuat
yang ditunjukan anak sebagai berikut :
1. Sebagian besar Inattentive ini termasuk gejala utama seperti
kurangnya perhatian, purposefulness untuk menyelesaikan suatu
tugas, ikuti instruksi dan percakapan dan membayar perhatian pada
detail kecil. Gangguan ini umum dalam orang-orang ini.
2. Sebagian besar Hyperactive, orang dengan jenis ADHD sering gelisah
dan berbicara lebih dari yang diperlukan. Mereka sulit untuk duduk
diam untuk kerja, makanan atau sekolah. Balita ini dapat mewujudkan
sebagai konstan berjalan, melompat dan fisik gerakan. Kondisi ini
juga mewujudkan sebagai impulsif. Orang mungkin berbicara keluar
dari gilirannya atau mengambil hal-hal dari orang lain. Impulsif ini
juga membuat individu rentan terhadap kecelakaan dan cedera.
3. Kombinasi dari kedua jenis, orang-orang ini menunjukkan campuran
gejala dari kedua tipe.

C. Karakteristik Anak ADD/ADHD

Menurut DSMIV T-R, terdapat 3 karakteristik utama gangguan ini, yakni:

1. Inattention (kesulitan memusatkan perhatian)


a. Gagal memusatkan perhatian pada hal-hal yang kecil
b. Sering melakukan kekeliruan pada pekerjaan sekolah
c. Pekerjaan di sekolah kotor, tidak rapi dan sembarangan
d. Tidak berpikir panjang (tidak banyak pertimbangan)
2. Impulsivitas (kesulitan menahan keinginan)

2
a. Tidak sabar
b. Kesulitan saat harus menunggu
c. Kesulitan pada saat harus menunda respon
d. Seringkali menyela atau menginterupsi
3. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan gerakan)
a. Kegelisahan
b. Gerakan-gerakan saat duduk
c. Tidak duduk kembali saat mengerjakan sesuatu
d. Berlari,naik-naik dalam situasi yang tidak tepat
e. Suka berpindah-pindah tempat

D. Ciri-ciri anak ADD/ADHD

Berikut adalah ciri-ciri dari anak yang megalami gangguan ADD/ADHD


menurut buku Penanganan Anak Berkelainan (2007).

1. Sulit untuk memusatkan perhatian.


2. Perilaku individu yang kurang mampu mengendalikan diri.
3. Berperilaku sangat aktif atau hyperaktif.
4. Disorganisasi, ketidakmampuan dalam mengatur berbagai hal seperti
tugas-tugas sekolah serta barang-barang yang dimilikinya (buku,
mainan, dll)
5. Seringkali salah dalam membaca tanda-tanda social dan secara
implusif menampilkan perilaku social yang tidak sesuai.
6. Berperilaku agresif, terkadang menyerang orang lain jika tidak sesuai
dengan keinginanya. Perilaku ini dapat berupa tindakan fisik atau
tindakan verbal.
7. Anak ADD/ADHD sangat sensitif secara emosional dan neorologis
terhadap kegagalan dan kesulitan yang dialaminya. Meraka akan
merasakan frustasi yang tinggi dalam menghadapi kegagalan.
8. Perilaku sering mencari sensasi.
9. Ketika situasi dikelas mulai membosankan anak ADD/ADHD
seringkali melamun sebagai refleksi dari aktivitas otaknya.
10. Memiliki koordinasi motorik yang tidak seimbang, sulit untuk
melibatkan motorik halus.
11. Kesulitan pada fungsi daya ingat jangka pendek. Penelitian Douglas
(1983) menemukan bahwa :
Menunjukkan bahwa ADD kurang melakukan dengan baik tugas
yang diberikan

3
Kegagalan untuk memusatkan untuk mengingat stimulus yang
masuk dan untuk konsentrasi pada tugas yang berkaitan dengan
gerak motorik.
Kegagalan dalam mengontrol tugas-tugas untuk memanggil data
yang telah disimpan

12. Memiliki pola pikir yang obsesif. Berdasarkan penelitian diketahui


sangat sedikit anak hyperaktif ber IQ tinggi, penelitian Steward (1972)
menyatakan IQ mereka biasanya lebih rendah IQ performance
dibandingkan IQ verbalnya.

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anak ADD/ADHD

Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti
memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu,
terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:

Faktor genetik/keturunan

Sebagian besar penderita ADHD mendapatkan kondisi ini dari orang


tuanya. ADHD memiliki kecenderungan besar terjadi pada keluarga/keturunan.

Ketidakseimbangan kimia

Para ahli meyakini bahwa ketidakseimbangan kimiawi pada otak


(neurotransmitter) merupakan faktor yang mempengaruhi perkembangan gejala
ADHD.

Kinerja otak

Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang
mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak
lainnya yang tidak menderita ADHD.

Perilaku anak ADHD sangat membingungkan dan sangat kontradiktif.


Perilaku yang gegabah (kurang terkontrol) dan tidak terorganisir adalah sumber
utama bagi stress anak, orang tua, saudara, guru dan teman di kelas. Biasanya,

4
usaha keras dan aturan yang lebih ketat tidak membantu karena sebagian besar
anak ADHD sudah berusaha berbuat secara keras. Mereka ingin melakukannya
dengan baik, tapi mereka selalu terhambat oleh kontrol diri yang lemah. Hasilnya,
mereka merasa sakit, bingung, dan sedih karena tidak dapat berkonsentrasi.
Mereka menjadi sering mengompol, membuang barang-barang, atau bahkan
memukul karena gagal menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan
rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 3)

F. Jumlah data ADD/ADHD di Indonesia

Kasus ADHD seolah terus meningkat jumlahnya. Sebenarnya secara


jumlah tidak meningkat, hanya karena pengetahuan seputar ADHD semakin
tinggi, semakin banyak pula kasus ADHD yang ditemukan.

Data menyebutkan bahwa 4%- 12% di antara anak usia sekolah


mengalami ADHD dengan tingkat gender laki-laki: perempuan = 4:1 sampai 9:1.
Dari jumlah tersebut, 30%- 80% menetap sampai remaja dan 65% menetap
sampai dewasa. Di Indonesia, ADHD belum banyak diketahui, padahal kasus ini
terhitung kasus yang tidak sedikit.

Sedangkan, laporan dari WHO menyebutkan, satu di antara lima anak dan
remaja usia di bawah 18 tahun memiliki masalah kesehatan jiwa. Sedangkan 3%-
4% dari kelompok umur tersebut memiliki gangguan kesehatan jiwa yang serius
dan memerlukan penanganan yang memadai. Anak Indonesia yang berumur 5-9
tahun berjumlah 20 juta, sedangkan10-14 tahun berjumlah 20 juta. Adapun 5%
dari 2 juta anak harus mendapat terapi dan perhatian khusus baik di rumah, dalam
pergaulan atau disekolah.

G. Fakta tentang ADD/ADHD

1. Tidak semua anak dengan ADHD selalu bergerak.

Kita cenderung berpikir mereka hiperaktif dan impulsive, mereka yang


tidak bisa diam di tempat duduknya, mengetuk-ngetukkan pensil, mengambil

5
barang yang bukan milik mereka, dan membuat masalah. Mereka juga sepertinya
hanya tahu satu tingkat kecepatan terlalu cepat. Walaupun perilaku ini adalah
pertanda klasik dari ADHD, beberapa anak dengan ADHD justru relatif tenang.
Terutama pada anak perempuan. Mereka cenderung memiliki tipe ADHD yang
seringkali membuat mereka sulit memperhatikan. Mereka sering melamun, sulit
mengikuti petunjuk, dan sulit fokus pada tugas sekolah. Namun karena anak-anak
jenis ini tidak mengganggu, ADHD mereka seringkali tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani, jelas Dr. Fassler.

2. ADHD dapat diagnosis sedini mungkin sejak usia 3 tahun.

Anak-anak prasekolah secara alami memiliki rentang perhatian yang


pendek, jadi dokter mungkin ragu-ragu untuk menyatakan mereka menderita
ADHD. Anak-anak biasanya didiagnosis sekitar usia 6 tahun saat mereka
diharapkan sudah bisa duduk tenang di sekolah, mengikuti petunjuk, dan tidak
mengganggu tapi kelainan ini tidak tiba-tiba langsung muncul. ADHD adalah
kondisi kronis yang bisa dimulai sejak dini, ujar penasihat Parents Harold
Koplewicz, MD, direktur New York University Child Study Center di New York.
Tanda-tanda yang muncul adalah agresivitas (yang sering membuat anak
dikeluarkan dari tempat penitipan anak atau preschool), bermasalah untuk fokus
pada aktivitas seperti saat dongeng sebelum tidur, dan perilaku yang tidak
terkontrol seperti menghambur ke tempat parkir yang ramai. Jadi, ketika mereka
sudah [terlambat] didiagnosis ADHD, kebanyakan anak ini telah punya sejarah
panjang dalam masalah perilaku yang dapat mempengaruhi rasa percaya diri
mereka, kata Dr. Koplewicz. Faktanya, studi besar yang dilakukan National
Institute of Mental Health (NIMH) menunjukkan bahwa anak-anak berusia 3-5
tahun mengalami kemajuan setelah ditangani. Para peneliti menemukan bahwa
dosis pengobatan yang rendah akan aman dan efektif tapi beberapa anak
prasekolah lebih sensitif terhadap efek sampingnya, dibandingkan pada anak
yang lebih besar. Mereka perlu diawasi lebih dekat.

3. Hal lain dapat menimbulkan gejala pada anak.

6
Kondisi lain seperti sleep apnea (berhenti bernapas sejenak ketika tidur),
masalah penglihatan dan masalah pendengaran, membuat anak sulit fokus, atau
membuat dirinya jadi mengganggu. Hal-hal yang meninggalkan trauma, seperti
kematian kakeknya atau perceraian, dapat memicu perilaku ADHD. Jika dokter
Anda mencurigai si kecil menderita ADHD, ia mungkin akan mereferensikan
Anda pada spesialis kesehatan mental, seperti psikiater anak, psikolog, atau
behavioral neurologist. Mereka akan mengumpulkan informasi tentang perilaku
anak dari Anda, guru, dan pengasuh anak, seperti melakukan pemeriksaan fisik
dan mengulas sejarah medis anak Anda. Dokter juga akan menanyai dan
mengobservasi si kecil, serta mengesampingkan ketidakmampuan belajar
potensial sebelum akhirnya membuat diagnosis.

4. Banyak anak yang seharusnya bisa mendapatkan manfaat dengan


pengobatan tapi tidak menjalaninya.

Studi besar NIMH lainya telah membuktikan bahwa pengobatan stimulan


adalah penanganan paling efektif bagi anak usia sekolah dengan ADHD, dan tidak
sampai separo jumlah anak yang didiagnosis menderita ADHD mencoba
penanganan ini. Walaupun tidak masuk akal untuk memberikan stimulan pada
anak yang sudah terstimulasi secara berlebihan, pengobatan ini justru populer
karena dapat mengaktifkan neurotransmitter di dalam otak yang berfungsi
mengontrol perhatian dan impulsivitas. Beberapa orang tua khawatir anak mereka
akan terkena efek samping seperti penurunan berat badan, sakit kepala, mudah
marah, atau masalah tidur. Namun dokter biasanya dapat mengurangi hal tersebut
dengan menyesuaikan dosis, menggantinya dengan pengobatan lain (ada lebih
dari 20 jenis berbeda), atau mengubah waktu konsumsinya. Berlawanan dengan
laporan yang Anda mungkin dengar, American Academy of Pediactrics
menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara stimulan dengan serangan jantung
pada anak dan kebanyakan anak tidak membutuhkan electrocardiogram (ECG)
sebelum memulai pengobatan. Dokter akan memesan ECG jika memiliki sejarah
masalah jantung atau jika sesuatu yang mengkhawatirkan muncul saat
pemeriksaan fisik.

5. Namun pengobatan bukanlah satu-satunya jawaban.

7
Menambahkan strategi perilaku pada terapi obat dapat membantu anak di
segala usia. Orang tua dapat belajar langkah spesifik untuk memuji dan
menghargai anak yang bertingkah laku baik, seperti menyelesaikan tugas atau
mengerjakan PR-nya, dan mencabut hak istimewanya saat dia melompat-lompat
di atas perabot rumah tangga atau tidak mau duduk tenang di bangkunya. Bahkan
jika mereka menjalani pengobatan, anak-anak dengan ADHD masih
membutuhkan bantuan dengan kemampuan dasar, seperti organisasi dan
manajemen waktu, jelas Ann Abramowitz, PhD, ketua dewan penasihat
profesional yayasan non-profit Children and Adults With Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder. Kenyataannya, beberapa anak mengalami
kemajuan pesat dengan penanganan kombinasi, yang membuat mereka juga bisa
mengurangi dosis pengobatannya. Banyak anak dengan ADHD telah mencoba
bentuk penanganan alternatif lainnya, seperti vitamin, perubahan diet, dan
biofeedback, tapi belum ada riset yang cukup untuk membuktikan bahwa hal
tersebut punya manfaat. Studi terbaru dalam Journal of the American Medical
Association misalnya, menemukan bahwa tanaman rempah-rempah St. Johns
tidak lagi efektif dibandingkan placebo bagi anak dengan ADHD.

6. ADHD biasanya bukan satu-satunya diagnosis pada anak.

Banyak anak dengan diagnosis ADHD juga menderita masalah belajar


atau bahasa, dan lebih dari setengahnya memiliki kelainan kesehatan mental lain
yang membuat pengobatannya menjadi lebih kompleks. Anak dengan ADHD
biasanya cenderung menjadi oppositional defiant disorder. Mereka dapat menjadi
sangat memusuhi orang dewasa dan mengganggu orang lain dengan sengaja.
Walaupun anak-anak yang didiagnosis menderita ADHD dan bipolar disorder
meningkat yang punya gejala yang sama para pakar meyakini bahwa kebanyakan
anak hanya memiliki salah satu gejala saja. Kunci pembedanya: anak yang
menderita bipolar disorder biasanya mengalami penyimpangan tentang realitas.
Anak dengan ADHD mungkin suka berlarian di dalam rumah dengan kostum
Superman, tapi anak yang bipolar mungkin percaya bahwa dirinya memiliki
kekuatan super yang bisa membuatnya terbang, jelas Dr. Koplewicz.

8
Bagaimanapun, masih banyak penelitian yang perlu dituntaskan untuk membantu
dokter membuat diagnosis yang paling akurat.

7. Anak penderita ADHD rentan mengalami celaka.

Mereka mengalami cedera lebih dari anak lainnnya karena mereka tidak
berpikir dua kali sebelum mencoba aksi jagoan seperti akibat dengan papan
luncurnya, dan mereka cenderung berlari menghambur ke jalan raya tanpa
mengecek keadaan dulu. Mereka juga lebih sering masuk rumah sakit karena
keracunan. Hasilnya, menurut CDC, biaya medis untuk anak ADHD dua kali lebih
tinggi dibandingkan anak biasa. Jika anak Anda menderita ADHD, pastikan dia
selalu menggunakan helm dan pelindung tubuh saat sedang bersepeda atau
bermain papan luncur, serta jauhkan alat rumah tangga yang berbahaya dari
jangkauan mereka.

8. Semakin besar anak, perilakunya akan membaik.

Penelitian baru menyatakan bahwa ADHD mungkin berhubungan dengan


penundaan perkembangan dalam frontal cortex area, bagian otak yang merupakan
pusat dari perhatian, perencanaan, dan berpikir. Pada anak dengan ADHD, daerah
ini tidak benar-benar matang sampai 3 tahun kemudian dibandingkan anak yang
tidak menderita ADHD. Lebih dari setengah anak dengan ADHD akan terus
bergulat dengan masalah seperti berusaha untuk fokus dan membuat rencana
ketika dia dewasa. Penundaan perkembangan ini mungkin menjelaskan mengapa
beberapa anak bisa mengatasi tendensi hiperaktif dan impulsifnya saat mereka
remaja, ujar Dr. Fassler.

H. Penanganan Anak ADD/ADHD Dengan Teori Behavior

Pada anak dengan ADHD, system kerja otaknya berbeda. ADHD bukan
disebabkan karena kesulitan pada saat kehamilan atau melaihrkan. Pada dasarnya,
otak penderita ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk

9
mengatur dan mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan.
Pengobatan akan menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan energi
pada otak untuk mengendalikan pikiran dan tingkah laku. Pada otak penderita
ADHD kegiatan / aktivitas otaknya lebih sedikit (warna merah/oranye/putih)
dibandingkan dengan otak anak yang tidak menderita ADHD.
Selain terapi medis untuk mengontrol kondisi ADHD anak, ada juga
pendekatan terapi non medis yang dinamakan terapi perilaku (behavioral therapy)
yang bertujuan untuk mengubah pola-pola perilaku negatif menjadi perilaku
positif. Prinsipnya adalah menyusun ekspektasi yang jelas pada perilaku anak.
Memuji dan memberikan penghargaan untuk perilaku positif dan menghalangi
perilaku negatif. Semua program terapi perilaku perlu menyertakan 4 prinsip ini:
1. Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan / reward.
2. Acuhkan perilaku kurang baik yang ringan.
3. Cabut hak istimewa jika perilaku negatif menjadi terlalu serius untuk
diacuhkan.
4. Hilangkan pemicu dari perilaku buruk.
Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap
situasi tertentu. Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif
dibandingkan dengan teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu
anak untuk lebih bisa mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka.
Diharapkan anak mampu mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan, serta
menjadikannya lebih tenang. Terapi perilaku menyasar perubahan cara berpikir
serta perilaku anak.
Prinsip dasar dalam menangani anak yang mengalami gangguan
ADD/ADHD dalam proses belajar-mengajar. Pfiffner dan Brakley (1998) :
1. Aturan dan instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan
disajikan dalam bebagai bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga
visual (tulisan/gambar).
2. Konsekuensi perilaku (positif/negatif) langsung diberikan, tidak
ditunda-tunda.
3. Konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibandingkan dengan anak
lainnya.

10
4. Bentuk konsekuensi sebaiknya lebih tegasatau lebih luwes
penerapannya dibanding dengan anak lain.
5. Insentif yang sesuai dan beragam harus disiapkan.
6. Bentuk enguatan atau penghargaan harus diubah dan diberikan secara
bergiliran.
7. Kunci utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai
rencana, terutama selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan
jam pelajaran untuk menyakinkan bahwa anak memahami perubahan
aturan (dan konsekuensi) yang akan terjadi.

BAB II

IMPLIKASI

A. Akademik anak ADD/ADHD

1. Akademik anak ADHD dan anak Berbakat

ADHD adalah ganguan belajar yang sifatnya umum pada anak maupun
orang dewasa. Lebih banyak (2 atau 3 kali lipat) anak laki-laki daripada anak
perempuan yang memilki ADHD terutama dikalangan anak usia TK sampai SD
kelas permulaan,serta terus dimilkinya sampai usia remaja, bahkan terkadang juga
sampai usia dewasa. Untuk mendiagnosis anak yang memilki ADHD dengan
akurat belum dapat ditemukan alat pengukur yang jitu.
Taraf kecerdasan anak ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-
rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah

11
pada subtes. Dengan berbagai keterbatasan tersebut anak dengan ADHD
mengalami masalah perilaku sosial, kognitif, akademik, dan emosional, serta
mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan potensi kecerdasannya
(Ferdinand, 2007: 14)
Dalam hal pembelajaran anak-anak tersebut terdiri dari variasi yang lebih
luas dalam kemajuan belajar dan integlegensinya. Kinerja menyebar dan sering
sekali mereka tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang mudah, namun secara tepat
bisa menyelesaikan soal-soal yang sulit karena memorinya kuat. Maka mereka
sering menonjol dalam matematika dan kemampuan berpikir abstrak.
Keterampilan belajar mereka tinggi dan mereka menguasai strategi
metakognitif tinggi. Mereka sering menonjol dibandingkan teman sebayanya
dalam mengkelompokan kategori, dan mengingat sesuatu melaui asosiasi. Namun
sering sekali mereka menggunakan strategi efisien, sehingga kecenderungannya
adalah bahwa mereka lebih bermasalah dalam cara-cara belajar, seperti tidak
dapat menggambar garis besar dari suatu masalah, mengorganisasikan ide maupun
membuat catatan.
Dalam kaitan dengan aspek perkembangannya, anak ADHD mengalami
ragam perbedaan dalam tingkat kematangan dan perkembangan sosial serta
emosional. Dalam berbagai situasi mereka tampil matang, namun dalam situasi
lain tampak sebaliknya. Persahabatan mereka ditandai oleh yang mampu membagi
interes yang komplek yang dialami anak ADHD. Namun begitu, mereka tampak
kurang memiliki pemahaman terhadap dinamika sosial. Mereka tampak juga lebih
sensitif dari teman-teman sebayanya. Dibandingkan dengan teman sebayanya,
minat mereke lebih tertuju pada kegiatan yang kompleks, minat mereka umumnya
dirasakan mendalam dan lebih lama.
Kelompok anak berkebutuhan khusus yang kekhususannya memilki
karakteristik yang sering kali menyerupai anak-anak berbakat adalah mereka yang
mendapat diagnosis memilki kekhususan Attention Defisit Hyperactivity Disoder
(ADHD). ADHD adalah salah satu bentuk kelainan neuropsychiatric yang dapat
diketahui melalui karakteristik seperti ketidakmampuan memberikan perhatian,
hiperaktivitas dan impulsivitas. Sindrom ini biasanya mulai terlihat sebelum usia
7 tahun (Schlozman & Shlozman, 2000).

12
Baik anak berbakat maupun anak ADHD memilki tingkat energisitas yang
tinggi, namun anak-anak berbakat lebih terfokus, terarah, dan intens sedangkan
anak ADHD energisitas anak-anak lebih berhamburan, acak, dan tidak terarah.
Walaupun muncul energi pada anak berbakat dan anak ADHD karena adanya
tantangaan. Pada anak berbakat tantangan muncul karena rasa penasaran cara
pertanyaan-pertanyaan cerdas sesuai dengan kapasitasnya yang superior,
sedangkan tantangan yang muncul pada anak ADHD biasanaya dalam bentuk
perilaku yang kurang menyenangkan dan agresif. Anak berbakat dan anak ADHD
ini dapat merusak lingkungan sekolah dan proses pembelajaran, anak berbakat
disebabkan karena kebosanan kurikulum sekolah yang dianggap tidak menantang,
sedangkan pada anak ADHD disebabkan karena salah satu atau semua simtom
utama ADHD, yaitu seperti ketidakmampuan memberikan perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas. Ketika simtom-simtom ini berhadapan dengan
kondisi yang sama sekali tidak merangsang minat anak, maka perilaku yang
muncul biasanya sering kali merupakan kebalikan dari perilaku mereka sehari-
hari. Ketika anak berbakat dan ADHD terkombinasi dalam satu anak, seringkali
anak memilki perasaan tersaingi yang berlebihan, sensitif, dan menunjukan
perilaku yang berlebihan/overreaction (Mendagio,1995).
Beberapa hasil penelitian yang dilkaukan sebelumnya menunjukan bahwa
dalam banyak kasus anak-anak berbakat yang bertingkah membangkang dari
kurikulum pendidikan didiagnosis sebagai penderita ADHD (Webb & Latime,
1993). Kunci yang membedakan keduanya adalah tingkah laku berlebihan yang
mereka miliki. Bila tingkah laku berlebihan ini spesifik pada situasi-situasi
tertentu, tingkah laku ini berhubungan dengan keberbakatan, sebaliknya jika
tingkah laku berlebihan ini muncul secara konsisten pada semua situas, tingkah
laku ini berhubjungan dengan adanya ADHD. Tidak menutup kemungkinan juga
adanya keberbakatan dan ADHD. Anak berbakat akan tampak bosan pada mata
pelajaran ataupun kurikulum tertentu namun bila tantangan yang lebih besar,
mereka akan tertarik pada pekerjaan tersebut dan cepet menyelesaikannya.
Tidaklah demikian dengan anak penderita ADHD. Mereka pada umumnya akan
selalu memperoleh kesulitan dakam memfokuskan pada pekerjaannya, betapapun
pelejaran diupayakan menjadi menarik oleh gurunya.

13
Hiperaktivitas bagaimanapun juga adalah ciri yang dimilki kedua
kelompok, anak berbakat dan anak penderita ADHD. Bedanya adalah bahwa bagi
anak berbakat tantangan menjadikan dia dapat memfokuskan dirinya pada
pekerjaannya, sehingga menghasilkan karya yang produktif dan berhasil mencapai
kemajuan dalam tujuan khusus tertentu. Ciri hiperaktivitas penderita ADHD
melintas dalam semua situasi dan sering tak terfokus dan tidak produktif.
Menurut Sausa (2003) dan Kerr (2009) yang menurut kausa ADHD belum
diketahui secara pasti tapi meskipun demikian sudah terindikasi bahwa masalah
ketidakseimbangan neurologis medis, yaitu kekurangan dopamine dan serotonim
yang menjadikan ketidakseimbangan neurotransmitter terkait dengan perilaku
bermasalah seperti ketidakmampuan berfokus. Masalah kehamilan dan kelahiran
juga bisa menjadi penyebab terjadinya ADHD, yaitu karena ibu yang merokok
dan exposure pada taksin pada masa kehamilan merupakan resiko mengandung
nak ADHD. Kajian kain membuktikan bahwa otak ADHD mengkonsumsi slukosa
tak cukup dibandingkan dengan otak biasa. Juga diperkirakan bahwa ADHD
banyak dipengaruhi oleh genetis.
2. Proses pembelajaran untuk anak ADHD dan anak Berbakat

Proses pembelajaran anak ADHD sebaiknya dengan kelas Inklusif atau


khusus karena, bagi anak berbakat yang menderita ADHD yang perhatiannya
cepat teralihkan, maka bagi anak tersebut terutama pada permulaan belajar,
diperlukan kelas khusus. Guru harus yakin bahwa anak-anak tersebut
perhatiannya tertuju pada mata pelajarannya melalui kontak mata. Bagi anak-anak
ini diperlukan kurikulum yang terdefinisikan, bukan saja kelas yang khusus.
Mereka harus membangun kemampuannya berdasarkan ketidakmampuannya,
terutama terkait pelajaran akademis yang memrlukan tugas belajar yang tidak
menjadi persoalan bagi anak berbakat tanpa ADHD.
Belajar berdasarkan pendekatan tim akan sangat bermanfaat bagi mereka.
Lebih dari itu, suatu rencana yang melibatkan kebutuhan kognitif, sosial dan
emosional sangat perlu, apabila ingin meningkatkan kemampuan dan perhatian
mereka. Baru bila perhatian agak terlatih untuk terfokuskan, ia akan dapat
dipindahkan dalam kelas inklusif. Amatlah juga disarankan agar belajar dengan

14
teman berbakat sesama umur sebagai tutor, agar mereka menemukan
kemampuannya dan agar perhatian yang terputus dapat tersambung kembali.

B. Bina Diri anak ADD/ADHD

Bina diri adalah serangkaian kegiatan pembinaan dan latihan yang


dilakukan oleh guru yang profesional dalam pendidikan khusus, secara terencana
dan terprogram terhadap individu yang membutuhkan layanan khusus, yaitu
individu yang mengalami gangguan koordinasi gerak-motorik, sehingga mereka
dapat melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, dengan tujuan meminimalisasi
dan atau menghilangkan ketergantungan terhadap bantuan orang lain dalam
melakukan aktivitasnya.

1. Merawat diri

Mencuci tangan

Mencuci kaki

Membersihkan muka

Membersihkan hidung

Membersihkan kuku

Menggosok gigi

Cebok

Mandi sendiri

Mencuci rambut

Membersihkan diri pada waktu haid

Minum dengan sedotan

Minum dengan gelas

15
Makan dengan tangan

Makan dengan sendok

2. Mengurus diri

Mengenakan dan membuka celana

Mengenakan dan membuka baju

Memakai dan melepas kaos kaki

Memakai dan melepaskan sepatu

Memakai dan melepas ikat pinggang

Merias diri

Mencuci pakaian

Menyetrika pakaian

Mencuci peralatan makan

Membuat/menyediakan minuman dingin

Membuat/menyediakan minuman panas

Menyiapkan makan

Tata cara makan

Memasak makanan sederhana

Memelihara kebersihan rumah

Merapihkan tempat tidur

Memelihara kebersihan lingkungan

Mengatur taman/pot bunga

16
3. Menolong diri

Menghindari bahaya api

Menghindari bahaya air panas

Menghindari bahaya benda alam

Menghindari bahaya listrik

Menghindari bahaya binatang

Menghindari bahaya lingkungan

Menghindari bahaya lalu lintas

Menghindari bahaya mesin

4. Berkomunikasi

Berkomunikasi secara verbal

Berkomunikasi secara non verbal

Berkomunikasi melalui tulisan

Berkomunikasi menggunakan handphone/telephon

5. Beradaptasi di lingkungan

Bekerja sama di lingkungan keluarga

Bekerjasama di lingkungan sekolah

Bekerjasama di lingkungan masyarakat

6. Keterampilan hidup

Berbelanja ke warung

Berbelanja kepasar

17
Berbelanja ke took/swalayan

Menggunakan kendaraan umum

Melakukan perjalanan sendiri

Mengenal rambu-rambu lalu lintas

Mengenal dan menggunakan obat-obatan

Memanfaatkan fungsi tempat umum

BAB III

KONDISI DI SUKABUMI

Kondisi di Sukabumi mengenai kasus anak ADHD di daerah Sukabumi ini


sulit untuk diperkirakan, karna terlalu luas cakupannya untuk mendata mengenai
khusus anak ADHD yang ada di wilayah sukabumi secara keseluruhan.

Dalam hal ini kami hanya mendata anak ADHD yang ada di Sekolah Luar
Biasa C Budi Nurani (SLB C) yang ada di Jl. Balandongan No. 12 Kel. Sudajaya
Hilir Kec.Baros Telp. (0266)215341 Kota Sukabumi. Kami mendapatkan data

18
mengenai anak yang menderita ADHD sekitar 72 orang di SLB C Budi Nurani. 72
orang penderita ADHD itu berbeda tahap penyakitnya, yaitu penderita ADHD
ringan, sedang dan berat. Kurikulum yang digunakan di SLB C Budi Nurani ini
disesuaikan dengan kemampuan anak, karena jika disesuaikan dengan kurikulum
yang telah ada sulit menyesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan anak.
Bina diri yang dilakukan di sekolah ini sudah sangat baik.

Data penderita ADHD ini hanya yang ada di SLB C Budi Nurani saja,
mungkin masih banyak di wilayah sukabumi ini yang menderita anak ADHD,
namun tidak dapat menyekolahkan anak ADHD itu di Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang bisa melatih dan membantu meringankan penyakit yang dideritanya.

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Secara umum, ADHD menjelaskan kondisi anak-anak yang


memperlihatkan ciriatau gejala kurang konsentrasi, hiperaktif, dan impulsif yang
dapat menyebabkanketidakseimbangan sebagian besar aktivitas hidup mereka.

Gangguan konsentrasi merupakan salah satu faktor penghambat anak


ADHDdalam belajar. Konsentrasi termasuk hal yang sangat penting, dengan

19
konsentrasiyang tinggi, perhatian para siswa akan fokus pada kegiatan
pembelajaran sehingga berpengaruh positif pada proses dan hasil belajar siswa.

Pada umumnya rentang konsentrasi anak ADHD sangat rendah sehingga


anak ADHD mudah lupa, gagal dalam mengingat suatu informasi dan gagal
dalammengerjakan tugas yang diberikan.

Berdasarkan temuan-temuan data di lapangan dan penelaahan pustaka


terhadap permasalahan yang diungkap, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
dengan bermain alat musik djembe dapat membantu meningkatkan konsentrasi
anak ADHD, karena disamping menarik bagi anak penggunaan alat musik djembe
inisangat mudah. Dalam penggunaannya anak dituntut untuk
memfokuskankonsentrasinya dengan baik. Agar nada-nada yang dimainkan
terdengar ritmis danharmonis. Teknik tepukan tangan harus sesuai agar
menghasilkan bunyi yang diinginkan dan hitungan tepukannya pun harus
tepat.Selain itu ternyata alat musik djembe dapat berpengaruh baik pada aspek
yanglainnya. Diantaranya yaitu: (1) melatih motorik kasar, (2) melatih koordinasi
matadan tangan, (3) melatih fungsi otak kiri dan kanan, (4) melatih memori dan
persepsi, (5) juga berpengaruh baik pada perkembangan emosi, perilaku dansosial.

B. Opini

Salah satu pokok masalah dalam pembelajaran siswa ADHD yaitu bahwa
siswamengalami hambatan dalam berkonsentrasi sehingga sulit untuk fokus
terhadapsuatu materi pelajaran. Oleh karena itu, sebagai guru yang menanganai
siswaA DHD harus dapat mencari penyelesaian yang tepat berupaya
membantumeningkatkan konsentrasi anak. Sehingga proses pembelajaran yang
diberikan pada ADHD dapat tercapai secara optimal.

20
DAFTAR PUSTAKA

Semiawan, Conny R. 2010. Keluarbiasaan Ganda. Jakarta: Kencana Prenada


Media Group
Baihaqi, Mif & Sugiarmin. 2004. Memahami dan Membantu Anak ADHD. Bandung:
Refika Aditama.

Nuryanti, Lusi. 2008. Psikologi Anak. Jakarta : Indeks


http://www.tanyadok.com/anak/ayo-kenali-dan-pahami-adhd-anak

21
http://www.kesulitanbelajar.org/?p=24

22

Anda mungkin juga menyukai