IDENTIFIKASI
A. Pengertian ADD/ADHD
1
Beberapa bentuk perilaku yang muncul pada penyandang ADHD, mungkin
pernah kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Berikut contoh bentuk perilaku
anak penyandang ADHD di kelas :
2
a. Tidak sabar
b. Kesulitan saat harus menunggu
c. Kesulitan pada saat harus menunda respon
d. Seringkali menyela atau menginterupsi
3. Hiperaktivitas (kesulitan mengendalikan gerakan)
a. Kegelisahan
b. Gerakan-gerakan saat duduk
c. Tidak duduk kembali saat mengerjakan sesuatu
d. Berlari,naik-naik dalam situasi yang tidak tepat
e. Suka berpindah-pindah tempat
3
Kegagalan untuk memusatkan untuk mengingat stimulus yang
masuk dan untuk konsentrasi pada tugas yang berkaitan dengan
gerak motorik.
Kegagalan dalam mengontrol tugas-tugas untuk memanggil data
yang telah disimpan
Penyebab pasti ADHD belum diketahui secara pasti, namun para peneliti
memusatkan objek penelitiannya pada kinerja dan perkembangan otak. Selain itu,
terdapat tiga faktor yang dianggap mempengaruhi kondisi ADHD, yaitu:
Faktor genetik/keturunan
Ketidakseimbangan kimia
Kinerja otak
Pada anak yang menderita ADHD, didapati bahwa area otak yang
mengontrol perhatian tampak tidak terlalu aktif, dibandingkan dengan anak-anak
lainnya yang tidak menderita ADHD.
4
usaha keras dan aturan yang lebih ketat tidak membantu karena sebagian besar
anak ADHD sudah berusaha berbuat secara keras. Mereka ingin melakukannya
dengan baik, tapi mereka selalu terhambat oleh kontrol diri yang lemah. Hasilnya,
mereka merasa sakit, bingung, dan sedih karena tidak dapat berkonsentrasi.
Mereka menjadi sering mengompol, membuang barang-barang, atau bahkan
memukul karena gagal menyelesaikan pekerjaan dan aktifitas di sekolah dan
rumah. (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006: 3)
Sedangkan, laporan dari WHO menyebutkan, satu di antara lima anak dan
remaja usia di bawah 18 tahun memiliki masalah kesehatan jiwa. Sedangkan 3%-
4% dari kelompok umur tersebut memiliki gangguan kesehatan jiwa yang serius
dan memerlukan penanganan yang memadai. Anak Indonesia yang berumur 5-9
tahun berjumlah 20 juta, sedangkan10-14 tahun berjumlah 20 juta. Adapun 5%
dari 2 juta anak harus mendapat terapi dan perhatian khusus baik di rumah, dalam
pergaulan atau disekolah.
5
barang yang bukan milik mereka, dan membuat masalah. Mereka juga sepertinya
hanya tahu satu tingkat kecepatan terlalu cepat. Walaupun perilaku ini adalah
pertanda klasik dari ADHD, beberapa anak dengan ADHD justru relatif tenang.
Terutama pada anak perempuan. Mereka cenderung memiliki tipe ADHD yang
seringkali membuat mereka sulit memperhatikan. Mereka sering melamun, sulit
mengikuti petunjuk, dan sulit fokus pada tugas sekolah. Namun karena anak-anak
jenis ini tidak mengganggu, ADHD mereka seringkali tidak terdiagnosis dan tidak
tertangani, jelas Dr. Fassler.
6
Kondisi lain seperti sleep apnea (berhenti bernapas sejenak ketika tidur),
masalah penglihatan dan masalah pendengaran, membuat anak sulit fokus, atau
membuat dirinya jadi mengganggu. Hal-hal yang meninggalkan trauma, seperti
kematian kakeknya atau perceraian, dapat memicu perilaku ADHD. Jika dokter
Anda mencurigai si kecil menderita ADHD, ia mungkin akan mereferensikan
Anda pada spesialis kesehatan mental, seperti psikiater anak, psikolog, atau
behavioral neurologist. Mereka akan mengumpulkan informasi tentang perilaku
anak dari Anda, guru, dan pengasuh anak, seperti melakukan pemeriksaan fisik
dan mengulas sejarah medis anak Anda. Dokter juga akan menanyai dan
mengobservasi si kecil, serta mengesampingkan ketidakmampuan belajar
potensial sebelum akhirnya membuat diagnosis.
7
Menambahkan strategi perilaku pada terapi obat dapat membantu anak di
segala usia. Orang tua dapat belajar langkah spesifik untuk memuji dan
menghargai anak yang bertingkah laku baik, seperti menyelesaikan tugas atau
mengerjakan PR-nya, dan mencabut hak istimewanya saat dia melompat-lompat
di atas perabot rumah tangga atau tidak mau duduk tenang di bangkunya. Bahkan
jika mereka menjalani pengobatan, anak-anak dengan ADHD masih
membutuhkan bantuan dengan kemampuan dasar, seperti organisasi dan
manajemen waktu, jelas Ann Abramowitz, PhD, ketua dewan penasihat
profesional yayasan non-profit Children and Adults With Attention
Deficit/Hyperactivity Disorder. Kenyataannya, beberapa anak mengalami
kemajuan pesat dengan penanganan kombinasi, yang membuat mereka juga bisa
mengurangi dosis pengobatannya. Banyak anak dengan ADHD telah mencoba
bentuk penanganan alternatif lainnya, seperti vitamin, perubahan diet, dan
biofeedback, tapi belum ada riset yang cukup untuk membuktikan bahwa hal
tersebut punya manfaat. Studi terbaru dalam Journal of the American Medical
Association misalnya, menemukan bahwa tanaman rempah-rempah St. Johns
tidak lagi efektif dibandingkan placebo bagi anak dengan ADHD.
8
Bagaimanapun, masih banyak penelitian yang perlu dituntaskan untuk membantu
dokter membuat diagnosis yang paling akurat.
Mereka mengalami cedera lebih dari anak lainnnya karena mereka tidak
berpikir dua kali sebelum mencoba aksi jagoan seperti akibat dengan papan
luncurnya, dan mereka cenderung berlari menghambur ke jalan raya tanpa
mengecek keadaan dulu. Mereka juga lebih sering masuk rumah sakit karena
keracunan. Hasilnya, menurut CDC, biaya medis untuk anak ADHD dua kali lebih
tinggi dibandingkan anak biasa. Jika anak Anda menderita ADHD, pastikan dia
selalu menggunakan helm dan pelindung tubuh saat sedang bersepeda atau
bermain papan luncur, serta jauhkan alat rumah tangga yang berbahaya dari
jangkauan mereka.
Pada anak dengan ADHD, system kerja otaknya berbeda. ADHD bukan
disebabkan karena kesulitan pada saat kehamilan atau melaihrkan. Pada dasarnya,
otak penderita ADHD tidak mempunyai kegiatan kimiawi yang cukup untuk
9
mengatur dan mengendalikan apa yang si penderita lakukan atau pikirkan.
Pengobatan akan menaikkan aktivitas otak dan memberikan tambahan energi
pada otak untuk mengendalikan pikiran dan tingkah laku. Pada otak penderita
ADHD kegiatan / aktivitas otaknya lebih sedikit (warna merah/oranye/putih)
dibandingkan dengan otak anak yang tidak menderita ADHD.
Selain terapi medis untuk mengontrol kondisi ADHD anak, ada juga
pendekatan terapi non medis yang dinamakan terapi perilaku (behavioral therapy)
yang bertujuan untuk mengubah pola-pola perilaku negatif menjadi perilaku
positif. Prinsipnya adalah menyusun ekspektasi yang jelas pada perilaku anak.
Memuji dan memberikan penghargaan untuk perilaku positif dan menghalangi
perilaku negatif. Semua program terapi perilaku perlu menyertakan 4 prinsip ini:
1. Perkuat perilaku baik dengan sistem imbalan / reward.
2. Acuhkan perilaku kurang baik yang ringan.
3. Cabut hak istimewa jika perilaku negatif menjadi terlalu serius untuk
diacuhkan.
4. Hilangkan pemicu dari perilaku buruk.
Anak dengan ADHD mungkin menunjukkan reaksi berlebihan terhadap
situasi tertentu. Anak mungkin juga menunjukkan perilaku lebih agresif
dibandingkan dengan teman-temannya. Pada kasus ini, terapi perilaku membantu
anak untuk lebih bisa mengontrol perilaku dan mengendalikan tindakan mereka.
Diharapkan anak mampu mengendalikan reaksi berlebihan, kemarahan, serta
menjadikannya lebih tenang. Terapi perilaku menyasar perubahan cara berpikir
serta perilaku anak.
Prinsip dasar dalam menangani anak yang mengalami gangguan
ADD/ADHD dalam proses belajar-mengajar. Pfiffner dan Brakley (1998) :
1. Aturan dan instruksi hendaknya disampaikan secara jelas, tegas, dan
disajikan dalam bebagai bentuk, tidak hanya secara lisan tetapi juga
visual (tulisan/gambar).
2. Konsekuensi perilaku (positif/negatif) langsung diberikan, tidak
ditunda-tunda.
3. Konsekuensi harus dikenakan lebih sering, dibandingkan dengan anak
lainnya.
10
4. Bentuk konsekuensi sebaiknya lebih tegasatau lebih luwes
penerapannya dibanding dengan anak lain.
5. Insentif yang sesuai dan beragam harus disiapkan.
6. Bentuk enguatan atau penghargaan harus diubah dan diberikan secara
bergiliran.
7. Kunci utamanya adalah antisipasi. Guru harus siap dengan berbagai
rencana, terutama selama masa jeda di sela kegiatan atau perpindahan
jam pelajaran untuk menyakinkan bahwa anak memahami perubahan
aturan (dan konsekuensi) yang akan terjadi.
BAB II
IMPLIKASI
ADHD adalah ganguan belajar yang sifatnya umum pada anak maupun
orang dewasa. Lebih banyak (2 atau 3 kali lipat) anak laki-laki daripada anak
perempuan yang memilki ADHD terutama dikalangan anak usia TK sampai SD
kelas permulaan,serta terus dimilkinya sampai usia remaja, bahkan terkadang juga
sampai usia dewasa. Untuk mendiagnosis anak yang memilki ADHD dengan
akurat belum dapat ditemukan alat pengukur yang jitu.
Taraf kecerdasan anak ADHD pada umumnya bervariasi dari di bawah rata-
rata maupun lebih tinggi. Anak dengan ADHD cenderung memiliki skor rendah
11
pada subtes. Dengan berbagai keterbatasan tersebut anak dengan ADHD
mengalami masalah perilaku sosial, kognitif, akademik, dan emosional, serta
mengalami hambatan dalam mengaktualisasikan potensi kecerdasannya
(Ferdinand, 2007: 14)
Dalam hal pembelajaran anak-anak tersebut terdiri dari variasi yang lebih
luas dalam kemajuan belajar dan integlegensinya. Kinerja menyebar dan sering
sekali mereka tidak bisa menyelesaikan soal-soal yang mudah, namun secara tepat
bisa menyelesaikan soal-soal yang sulit karena memorinya kuat. Maka mereka
sering menonjol dalam matematika dan kemampuan berpikir abstrak.
Keterampilan belajar mereka tinggi dan mereka menguasai strategi
metakognitif tinggi. Mereka sering menonjol dibandingkan teman sebayanya
dalam mengkelompokan kategori, dan mengingat sesuatu melaui asosiasi. Namun
sering sekali mereka menggunakan strategi efisien, sehingga kecenderungannya
adalah bahwa mereka lebih bermasalah dalam cara-cara belajar, seperti tidak
dapat menggambar garis besar dari suatu masalah, mengorganisasikan ide maupun
membuat catatan.
Dalam kaitan dengan aspek perkembangannya, anak ADHD mengalami
ragam perbedaan dalam tingkat kematangan dan perkembangan sosial serta
emosional. Dalam berbagai situasi mereka tampil matang, namun dalam situasi
lain tampak sebaliknya. Persahabatan mereka ditandai oleh yang mampu membagi
interes yang komplek yang dialami anak ADHD. Namun begitu, mereka tampak
kurang memiliki pemahaman terhadap dinamika sosial. Mereka tampak juga lebih
sensitif dari teman-teman sebayanya. Dibandingkan dengan teman sebayanya,
minat mereke lebih tertuju pada kegiatan yang kompleks, minat mereka umumnya
dirasakan mendalam dan lebih lama.
Kelompok anak berkebutuhan khusus yang kekhususannya memilki
karakteristik yang sering kali menyerupai anak-anak berbakat adalah mereka yang
mendapat diagnosis memilki kekhususan Attention Defisit Hyperactivity Disoder
(ADHD). ADHD adalah salah satu bentuk kelainan neuropsychiatric yang dapat
diketahui melalui karakteristik seperti ketidakmampuan memberikan perhatian,
hiperaktivitas dan impulsivitas. Sindrom ini biasanya mulai terlihat sebelum usia
7 tahun (Schlozman & Shlozman, 2000).
12
Baik anak berbakat maupun anak ADHD memilki tingkat energisitas yang
tinggi, namun anak-anak berbakat lebih terfokus, terarah, dan intens sedangkan
anak ADHD energisitas anak-anak lebih berhamburan, acak, dan tidak terarah.
Walaupun muncul energi pada anak berbakat dan anak ADHD karena adanya
tantangaan. Pada anak berbakat tantangan muncul karena rasa penasaran cara
pertanyaan-pertanyaan cerdas sesuai dengan kapasitasnya yang superior,
sedangkan tantangan yang muncul pada anak ADHD biasanaya dalam bentuk
perilaku yang kurang menyenangkan dan agresif. Anak berbakat dan anak ADHD
ini dapat merusak lingkungan sekolah dan proses pembelajaran, anak berbakat
disebabkan karena kebosanan kurikulum sekolah yang dianggap tidak menantang,
sedangkan pada anak ADHD disebabkan karena salah satu atau semua simtom
utama ADHD, yaitu seperti ketidakmampuan memberikan perhatian,
hiperaktivitas, dan impulsivitas. Ketika simtom-simtom ini berhadapan dengan
kondisi yang sama sekali tidak merangsang minat anak, maka perilaku yang
muncul biasanya sering kali merupakan kebalikan dari perilaku mereka sehari-
hari. Ketika anak berbakat dan ADHD terkombinasi dalam satu anak, seringkali
anak memilki perasaan tersaingi yang berlebihan, sensitif, dan menunjukan
perilaku yang berlebihan/overreaction (Mendagio,1995).
Beberapa hasil penelitian yang dilkaukan sebelumnya menunjukan bahwa
dalam banyak kasus anak-anak berbakat yang bertingkah membangkang dari
kurikulum pendidikan didiagnosis sebagai penderita ADHD (Webb & Latime,
1993). Kunci yang membedakan keduanya adalah tingkah laku berlebihan yang
mereka miliki. Bila tingkah laku berlebihan ini spesifik pada situasi-situasi
tertentu, tingkah laku ini berhubungan dengan keberbakatan, sebaliknya jika
tingkah laku berlebihan ini muncul secara konsisten pada semua situas, tingkah
laku ini berhubjungan dengan adanya ADHD. Tidak menutup kemungkinan juga
adanya keberbakatan dan ADHD. Anak berbakat akan tampak bosan pada mata
pelajaran ataupun kurikulum tertentu namun bila tantangan yang lebih besar,
mereka akan tertarik pada pekerjaan tersebut dan cepet menyelesaikannya.
Tidaklah demikian dengan anak penderita ADHD. Mereka pada umumnya akan
selalu memperoleh kesulitan dakam memfokuskan pada pekerjaannya, betapapun
pelejaran diupayakan menjadi menarik oleh gurunya.
13
Hiperaktivitas bagaimanapun juga adalah ciri yang dimilki kedua
kelompok, anak berbakat dan anak penderita ADHD. Bedanya adalah bahwa bagi
anak berbakat tantangan menjadikan dia dapat memfokuskan dirinya pada
pekerjaannya, sehingga menghasilkan karya yang produktif dan berhasil mencapai
kemajuan dalam tujuan khusus tertentu. Ciri hiperaktivitas penderita ADHD
melintas dalam semua situasi dan sering tak terfokus dan tidak produktif.
Menurut Sausa (2003) dan Kerr (2009) yang menurut kausa ADHD belum
diketahui secara pasti tapi meskipun demikian sudah terindikasi bahwa masalah
ketidakseimbangan neurologis medis, yaitu kekurangan dopamine dan serotonim
yang menjadikan ketidakseimbangan neurotransmitter terkait dengan perilaku
bermasalah seperti ketidakmampuan berfokus. Masalah kehamilan dan kelahiran
juga bisa menjadi penyebab terjadinya ADHD, yaitu karena ibu yang merokok
dan exposure pada taksin pada masa kehamilan merupakan resiko mengandung
nak ADHD. Kajian kain membuktikan bahwa otak ADHD mengkonsumsi slukosa
tak cukup dibandingkan dengan otak biasa. Juga diperkirakan bahwa ADHD
banyak dipengaruhi oleh genetis.
2. Proses pembelajaran untuk anak ADHD dan anak Berbakat
14
teman berbakat sesama umur sebagai tutor, agar mereka menemukan
kemampuannya dan agar perhatian yang terputus dapat tersambung kembali.
1. Merawat diri
Mencuci tangan
Mencuci kaki
Membersihkan muka
Membersihkan hidung
Membersihkan kuku
Menggosok gigi
Cebok
Mandi sendiri
Mencuci rambut
15
Makan dengan tangan
2. Mengurus diri
Merias diri
Mencuci pakaian
Menyetrika pakaian
Menyiapkan makan
16
3. Menolong diri
4. Berkomunikasi
5. Beradaptasi di lingkungan
6. Keterampilan hidup
Berbelanja ke warung
Berbelanja kepasar
17
Berbelanja ke took/swalayan
BAB III
KONDISI DI SUKABUMI
Dalam hal ini kami hanya mendata anak ADHD yang ada di Sekolah Luar
Biasa C Budi Nurani (SLB C) yang ada di Jl. Balandongan No. 12 Kel. Sudajaya
Hilir Kec.Baros Telp. (0266)215341 Kota Sukabumi. Kami mendapatkan data
18
mengenai anak yang menderita ADHD sekitar 72 orang di SLB C Budi Nurani. 72
orang penderita ADHD itu berbeda tahap penyakitnya, yaitu penderita ADHD
ringan, sedang dan berat. Kurikulum yang digunakan di SLB C Budi Nurani ini
disesuaikan dengan kemampuan anak, karena jika disesuaikan dengan kurikulum
yang telah ada sulit menyesuaikan dengan perkembangan dan kemampuan anak.
Bina diri yang dilakukan di sekolah ini sudah sangat baik.
Data penderita ADHD ini hanya yang ada di SLB C Budi Nurani saja,
mungkin masih banyak di wilayah sukabumi ini yang menderita anak ADHD,
namun tidak dapat menyekolahkan anak ADHD itu di Sekolah Luar Biasa (SLB)
yang bisa melatih dan membantu meringankan penyakit yang dideritanya.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
19
konsentrasiyang tinggi, perhatian para siswa akan fokus pada kegiatan
pembelajaran sehingga berpengaruh positif pada proses dan hasil belajar siswa.
B. Opini
Salah satu pokok masalah dalam pembelajaran siswa ADHD yaitu bahwa
siswamengalami hambatan dalam berkonsentrasi sehingga sulit untuk fokus
terhadapsuatu materi pelajaran. Oleh karena itu, sebagai guru yang menanganai
siswaA DHD harus dapat mencari penyelesaian yang tepat berupaya
membantumeningkatkan konsentrasi anak. Sehingga proses pembelajaran yang
diberikan pada ADHD dapat tercapai secara optimal.
20
DAFTAR PUSTAKA
21
http://www.kesulitanbelajar.org/?p=24
22