Anda di halaman 1dari 8

Laporan Observasi Anak Autis

OBSERVASI PERILAKU PADA ANAK AUTIS


Oleh
Ayu Tifani
Fakultas Psikologi Universitas Islam Riau 2010

I. PERMASALAHAN
Kata-kata Autisme sudah tidak begitu asing lagi bila kita mendengarnya, di zaman
sekarang pun anak-anak autisme sudah begitu mudah untuk kita jumpai.
Yang memperkenalkan kata Autisme adalah Leo Kanner awal tahun 1943. Suatu
ketidakmampuan berhubungan dengan orang lain,keterlambatan dalam behasa dan
perilaku yang sering diulang ulang.
Kerena hal tersebut maka observer sangat tertarik untuk melakukan observasi
mengenai perilaku pada anak autis.

II. TUJUAN
Observasi ini bertujuan untuk mengetahui perilaku apa saja yang muncul pada anak
autis.

III. DASAR TEORI


A. Pengertian Autisme
Autisma atau Autisme berasal dari kata auto berarti sendiri. Penyandang
autisma/Autisme seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah Autisma/Autisme baru
diperkenalkan sejak tahun 1943 oleh Leo Kanner, sekalipun kelainan ini sudah ada sejak
berabad-abad lampau (Hanjodo,dalam Pengertian Autis, 2010).
Kartono (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah gejala menutup diri
sendiri secara total dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunialuar keasyikan ekstrim
dengan fikiran dan fantasi sendiri.
Kartono (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah cara berpikir yang
dikendalikan oleh kebutuhan personal atau diri sendiri, menanggapi dunia berdasarkan
penglihatan dan harapan sendiri dan menolak realitas, oleh karena itu menurut Faisal
Yatim (Pengertian Autis, 2010),penyandang akan berbuat semaunya sendiri, baik secara
berfikir maupun berperilaku.
Sarwindah (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah gangguan yang
parahpada kemampuan komunikasi yang berkepanjangan yang tampak pada usia tiga
tahun pertama, ketidakmampuan berkomunikasi ini diguga mengakibatkan anak
penyandang autis menyendiri dan tidak ada respon terhadap orang lain.
Yuniar (Pengertian Autis, 2010) Autisma/Autisme adalah gangguan perkembangan
yang kompleks, mempengaruhi perilaku dengan akibat kekurangan kemampuan
komunikas, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, sehingga sulit untuk
mempunyai ktrampilan dan pengetahuan yang diperlukan sebagai anggota masyarakat.
Gangguan austisme sudah ada sejak berabad-abad lampau, tetapi istilah ini baru
diperkenalkan oleh Leo Kanner pada 1943. Ia memberi nama autisme berasal dari kata
auto yang artinya 'sendiri' (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).
Baron-Cohen (1993) memberi definisi yang lebih akurat tentang autisme sebagai
“suatu kondisi” anak sejak lahir atau saat masa balita yang menyebabkan anak tersebut
tidak mampu membentuk hubungan sosial atau komunikasi normal, yang berakibat isolasi
dari manusia lain, dan masuk dalam dunia repetitif, aktivitas dan minat obsesif
(Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).
Sejauh ini, autisme tidak bisa didiagnosis langsung secara klinis sebab merujuk
pada definisi Baron-Cohen, penyebabnya adalah “suatu kondisi,” dan bukan pada
kelainan gen, campur tangan virus, maupun sejenisnya. Autisme hanya bisa dikenali
dengan cara mengamati perilaku anak secara saksama (Pengertian Autis dan Terapi
Penanganannya, 2010).

B. Aspek – Aspek Autisme


Sekilas, penyandang autis memiliki perilaku menyerupai penderita keterbelakangan
mental, gangguan pendengaran, atau berperilaku aneh. Namun, jika saksama
diperhatikan, ada perbedaan yang mencolok pada penyandang autisme (Pengertian Autis
dan Terapi Penanganannya, 2010).
Sebelum umur 24-30 bulan, umumnya, anak-anak autis berkembang sebagaimana
layaknya anak-anak normal. Baru setelah itu muncul gejala-gejala perubahan, seperti
berikut ini (Pengertian Autis dan Terapi Penanganannya, 2010).
a. Hambatan dalam Berkomunikasi

1. Anak mengalami keterlambatan bicara.


2. Sering menggunakan kata-kata tetapi tidak tepat secara konteks dan tidak ada
hubungannya dengan arti kata tersebut secara lazim.
3. Menolak berbicara, atau berbicara sangat sedikit, misalnya ya atau tidak.
4. Sering mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
5. Menggunakan bahasa tubuh.
6. Hanya mampu berkomunikasi dalam waktu singkat.
7. Tidak menyukai stimuli pendengaran.
8. Sering melakukan gerakan aneh untuk stimulasi diri sendiri, misalnya dengan
memukul-mukul kepala, dada, dan lain-lain.

b. Hambatan Sosial

1. Anak lebih suka menyendiri.


2. Bersikap dingin dan tidak memberi respon, misalnya tersenyum, tertawa, dan
sebagainya.
3. Tidak menaruh perhatian pada keadaan sekitar dan lingkungannya.
4. Tidak tertarik dalam pertemanan dan relasi.
5. Tidak menyukai bermain bersama anak lain.
6. Tidak bereaksi terhadap isyarat.
7. Menolak menatap mata lawan bicaranya.
8. Bersosialisasi (berteman).

c. Hambatan Penginderaan

1. Sensitif terhadap stimuli panca indera, misalnya cahaya, suara, bau, dan rasa.
2. Sulit memproses dan memberi reaksi pada indrawi.
3. Mudah terganggu dengan situasi umum yang seharusnya normal, misalnya tangis
bayi, mesin mobil, serangga, atau mesin printer.
d. Hambatan Motorik

1. Tidak bisa spontan dan refleks.


2. Tidak memiliki imajinasi dalam bermain.
3. Tidak bisa memerankan sesuatu atau terlibat dalam permainan yang bersifat pura-
pura.

e. Hambatan Perilaku

1. Bisa sangat aktif atau sebaliknya.


2. Sering marah dan kesal tanpa alasan yang jelas.
3. Menaruh minat yang sangat tinggi dan obsesif terhadap suatu benda atau orang.
4. Sulit mengubah rutinitas, dan menuntut “kesamaan” dalam kebiasaan mereka.
5. Melakukan sesuatu yang diulang-ulang tanpa alasan yang jelas.

C. Jenis-jenis Autisme
Ada beberapa tipe atau jenis autis seperti di bawah ini (Tipe – Tipe Autisme, 2010).
1. Gangguan Autistik
Gejala ini sering diartikan orang saat mendengar kata autisme.
Penderitanya :
a) masalah interaksi sosial
b) Berkomunikasi
c) Permainan imaginasi pada anak dibawah usia tiga tahun

2. Sindrom asperger
Anak yang menderita sindrom asperger memiliki problem bahasa.
Penderitanya :
a) Cenderung memiliki intelegensi rata-rata atau lebih tinggi.
b) Kesulitan berinteraksi dan komunikasi.

3. Gangguan Perkembangan Menurun (PDD)


Gejala ini disebut juga non tipikal autisme.
Penderitanya :
a) Memiliki gejala-gejala autisme,namun berbeda dengan jenis autistik lainnya
4. Sindrom Rett
Penderitanya :
a) Anak perempuan
b) Mulanya berkembang secara normal
c) Mulai kehilangan komunikasi dan keterampilan sosial
d) Dimulai pada usia 1 sampai 4 tahun
e) Pengulangan tangan dan pergantian gerakan tangan

5. Gangguan Disintegrasi Anak


Penderitanya :
a) Anak tumbuh normal hingga tahun kedua
b) Anak akan kehilangan sebagian atau semua kemampuan komunikasi dan
keterampilan sosialnya.

IV. SUBJEK
Nama : AC
Usia : 8 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan

V. SETTING
Lokasi : Area Bermain Kuantan Regensi
Hari, Tanggal : 3 Desember 2010
Waktu : Pukul 09.30 – 10.15
Suasana : Diarea bermain tedapat 7 anak autis, 5 pengasuh mereka,
4 orang tua dari anak autis. Disana terdapat kolam yang
sangat luas dan difasilitasi dengan permainan seperti,
perosotan.

VI. TERGET PERILAKU


Molar : Perilaku symptom autisme AC
Molekular : Pandangan mata,ekspresi wajah,cara bicara,semua
Aktivitas yang dilakukan.
VII. METODE OBSERVASI
Metode yang digunakan dalam proses pengamatan adalah metode observasi
partisipan. Dalam metode ini, observer ikut langsung terlibat dalam aktivitas yang
subjek diobservasinya.

VIII. METODE PENCATATAN


Metode yang digunakan dalam proses pencatatan adalah metode narasi deskriptif
(anecdotal record). Metode ini dipdlih karena observer dapat mencatat segala perilaku
subjek yang muncul secara lengkap. Pencatatan dilakukan selama 45 menit mulai dari
jam 09.30 sampai jam 10.15.

IX. HASIL PENGAMATAN


Saat datang ditempat berenang (Kuantan Regensi) subjek berdiri sambil
memegang tangannya dan menggerak-gerakkan bola matanya kekiri dan kekanan.
Langsung membuka pakaian yang dikenakannya. Setelah itu ibu subjek berteriak “
anakku.. aduh.. “ dan langsung cepat-cepat memakaikan baju renang subjek. Setelah
memakai baju renang subjek hanya berdiri, memegang tangannya, dan menggerak-
gerakkan bola matanya kekiri dan kekenan. Sebelum berenang subjek mengikuti senam
bersama teman-teman yang lain dengan arahan pengasuh. Saat pengasuh
memerintahkan tangan keatas, subjek mengangkat tangannya keatas. Lalu menekukkan
tangannya hingga telapak tangannya dibelakang kepala, memutar-mutarkan
pergelangan kakinya, mengangkat kakinya hingga lututnya setara dengab rata-rata air.
Saat berenang subjek dipegangi oleh pengasuh, subjek berenang memegangi
tangan pengasuh tapi pengasuh melepaskan tangan subjek. Subjek memakai pelampung
tangan saat berenag. Saat pengasuh ingin melepaskan tangan subjek, subjek merapatkan
giginya,kening berkerut sesekali berteriak. Saat pengasuh mengajak kearah permainan
prosotan yang rendah, subjek berteriak. Pengasuh kembali membawa berenang
bergabung dengan teman-teman subjek. Saat seorang pengasuh membawa subjek
kearah permainan prosotan yang agak tinggi subjek memegangi tangan pengasuh
tersebut dan meluncur bersama pengasuh. Subjek berada didepan pengasuh dengan
memegang tangan pengasuh dan mengangkat kakinya dan agak dibuka lebar.
Setelah itu subjek berenang sendirian dan pengasuh membawanya ke tepi kolam.
Setelah itu subjek melihat observer dengan bibirnya yang tersenyum. Subjek memegang
pelampung tangannya dengan menggerak-gerakkan bibirnya dan bersuara “ Bum.. bi..
ah.. “. Setelah itu subjek berdiri dekat tangga dengan merentangkan tangan setengah
ditekuk kedepan jari-jarinya digerakkan dan bersuara “ Huu… huu.. hii.. ahh“. Lalu
subjek berenang agak ketengah dan hanya diam disana dengan membuka mulut, melihat
keatas langit. Subjek menepuk-tepukan tangannya keair dan bersuara “ Uuhh…. Ahh..”.
dan setelah itu subjek memasukan air kemulutnya lalu mengeluarkan kembali. Saat
pengasuh membawa ketengah kolam subjek membuka mulut,mengerutkan dahi dan
berteriak “ Nyaa…”.
Setelah itu observer bertanya pada subjek siapa namanya, subjek merapatkan gigi
dan mengerutkan dahi dan bersuara “ Ahh.. nyaa.. AC”. Dan observer bertanya berapa
umur subjek, subjek menjawab dengan tetap merapatkan giginya dan mengerutkan
dahinya dengan menjawab “ Nyaaa… ahh..”. dan saat observer meminta untuk disalam,
subjek menyalam observer.

X. INTERPRETASI HASIL PENGAMATAN


Subjek sepertinya sering berekspresi dengan wajah yang datar dan sesekali subjek
mengerakkan tangannya seperti sedang geram. Subjek sepertinya sudah dapat
mengikuti perintah dari pengasuh dan orang tuanya. Tapi subjek sering juga
mengabaikan perintah-perintah yang diperintahkan kepada subjek. Apabila subjek tidak
suka dengan apa yang diperintahkan pengasuh subjek sering kali merapatkan giginya
dengan dahi berkerut seperti ingin menangis. Dan juga sering berteriak
“ahh..nyaa..huu”.
Subjek lebih sering main sendiri dengan berdiri, lalu menggerak-gerakkan
tangannya seperti orang geram, lalu melihat kesekelilingnya seperti sedang mencari
sesuatu. Sepertinya subjek sedikit risih dengan orang baru awalnya karena saat saya
bertanya subjek merapatkan giginya dengan mengerutkan dahinya seperti orang ingin
menangis dan dapat menjawab pertanyaan yang observer berikan walau diikuti dengan
kata-kata yang aneh, dan subjek dapat melakukan perintah yang disuruh observer
kepadanya. Observer beberapa kali memanggil nama subjek tapi subjek tidak seperti
mendengarnya. Sebjek sering kali bersuara “ aahhh… nyaaa.. huu…” dan mengerak
gerakkan tanganya.

XI. KESIMPULAN
Dari hasil observasi ini dapat disimpulkan bahwa perilaku subjek menunjukkan
cirri-ciri anak autis yaitu tidak ada interaksi sosial, komunikasi yang tidak begitu
bagus, sesekali tidak memberikan respons, mengatakan kata-kata yang aneh atau tidak
jelas artinya dan perilaku yang diulang-ulang.
Penyebab autisme belum dapat diketahui dengan pasti. Sebagai ilmuan
berpendapat autisme terjadi karena factor genetika. Tetapi, mengetahui penyebab pasti
dari autisme memang sulit karena otak manusia sangat rumit.
Otak berisi lebih dari 100 miliar sel saraf yang disebut neuron. Setiap neuron
dapat memiliki ratusan atau ribuan sambungan yang membawa pesan ke sel saraf lain di
otak dan tubuh.

Dengan adanya sambungan-sambungan dan zat-zat kimia pembawa pesan


(neurotransmitter) itulah kita dapat: melihat, bergerak, mengingat, dan bekerja sama
seperti seharusnya.
Kerena beberapa alasan, beberapa sel dan sambungan di otak anak dengen
autisme, terutama pada wilayah yang mengatur: komunikasi, emosi dan indrawi-tidak
berkembang dengan baik atau bahkan rusak.

DAFTAR PUSTAKA

Pengertian Autis. 2010. Diakses dari http://rennyapril.blogspot. com/2010/03/pengertian-


autis.html pada tanggal 6 Desember 2010.

Pengertian Autis dan Penanganannya. 2010. Diakses dari


http://www.anneahira.com/pengertian-autis.htm pada tanggal 6 Desember 2010.

Tipe – Tipe Autis. 2010. Diakses dari http://dhieotongcantona.blogspot. com/20/10/03/tipe-


tipe-autis.html pada tanggal 6 Desember 2010.

Anda mungkin juga menyukai