BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah Tunagrahita mungkin masih asing bagi pendengaran meskipun bukan tidak
mungkin setiap hari berhadapan dengan salah seorang siswa yang sebenarnya mengalami
ketunagrahitaan. Mengenal siswa tersebut sebagai anak bodoh karena hampir pada semua
mata pelajaran akademik ia mengalami ketinggalan dibanding dengan teman sekelasnya atau
sebayanya. Mungkin pula telah melakukan berbagai upaya pembelajaran untuk membantu
siswa tersebut, tetapi tetap saja hasilnya mengecewakan.
Banyak yang berasumsi bahwa anak tunagrahita sama dengan anak idiot. Asumsi
tersebut kurang tepat karena sesungguhnya anak tunagrahita terdiri atas beberapa klasifikasi.
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk anak yang memiliki perkembangan intelejensi
yang terlambat. Setiap klasifikasi selalu diukur dengan tingkat IQ mereka, yang terbagi
menjadi tiga kelas yakni tunagrahita ringan, tunagrahita sedang dan tunagrahita berat.
Banyak terminologi (istilah) yang digunakan untuk menyebut mereka yang kondisi
kecerdasannya di bawah rata-rata. Dalam bahasa Indonesia, istilah yang pernah di gunakan,
misalnya lemah otak, lemah ingatan, lemah pikiran, terbelakang mental, retardasi mental,
cacat grahita, dan tunagrahita. Dalam bahasa asing (Inggris) dikenal dengan beberapa istilah,
yaitu:
1) mental retardation, banyak digunakan di Amerika Serikat dan diterjemahkan dalam bahasa
Indonesia sebagai terbelakang mental.
2) mental deficiency, menunjukkan kapasitas kecerdasan yang menurun akibat penyakit yang
menyerang organ tubuh.
3) mentally handcapped, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah cacat mental.
4) feebleminded, atau disebut juga lemah pikiran digunakan di Inggris untuk melukiskan
kelompok tunagrahita ringan.
5) mental subnormality, digunakan di Inggris pengertiannya sama dengan mental retardation
yaitu keterbelakangan mental.
6) intellectually handicapped, merupakan istilah yang banyak digunakan di New Zealand.
7) intellectually disabled, istilah ini banyak digunakan oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa).
Kata “mental” dalam peristilahan di atas adalah fungsi kecerdasan intelektual, dan
bukan kondisi psikologi. Adapun peristilahan di Indonesia mengenai penyandang tunagrahita,
mengalami perkembangan, seperti berikut:
a. Lemah pikiran, lemah ingatan, digunakan sekitar tahun 1967
b. Terbelakang mental, digunakan sejak tahun 1967 hingga tahun 1983
c. Tunagrahita, digunakan sejak tahun 1983 hingga sekarang dan diperkuat dengan terbitnya
Peraturan Pemerintah No. 72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
Semua istilah yang digunakan disebabkan oleh perbedaan latar belakang keilmuan dan
kepentingan para ahli yang mengemukakannya. Namun, semua istilah tersebut tertuju pada
pengetian yang sama yaitu menggambarkan kondisi terlambat dan terbatasnya perkembangan
kecerdasan seseorang sedemikian rupa jika dibandingkan dengan rata-rata atau anak pada
umumnya disertai dengan keterbatasan dalam perilaku penyesuaian. Kondisi ini berlangsung
pada masa perkembangan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
Tunagrahita ialah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai
kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Istilah lain untuk tunagrahita ialah sebutan untuk
anak dengan hendaya atau penurunan kemampuan atau berkurangnya kemampuan dalam segi
kekuatan, nilai, kualitas, dan kuantitas.
Ada beberapa klasifikasi atau pengelompokan tunagrahita berdasarkan berbagai
tinjauan diantaranya :
1) Berdasarkan kapasitas intelektual (sekor IQ)
Tunagrahita ringan IQ 50-70 dengan tingkat kecerdasan
Tunagrahita sedang IQ 35-50
Tunagrahita berat IQ 20-35
Tunagrahita sangat berat memiliki IQ dibawah 20
2) Berdasarkan kemampuan akademik
Tunagrahita mampudidik
Tunagrahita mampulatih
Tunagrahita perlurawat
3) Berdasarkan tipe klini pada fisik
Down’s syndrone (mongolism)
Marco Cephalic (Hidro Cephalic)
Micro Cephalic
Faktor penyebab tuna grahita adalah faktor keturunan, gangguan metabolisme dan gizi,
infeksi dan keracunan, trauma dan zat radioaktif, masalah pada kelahiran, dan faktor
lingkungan.
Karakteristik anak tunagrahita secara umum menurut james D. Page (Amin, 1995:34-
37) dicirikan dalam hal : kecerdasan, sosial, fungsi mental, dorongan dan emosi, kepribadian
serta organisme.
Sedangkan karakteristik anak tunagrahita, yang lebih spesifik berdasarkan berat
ringannya kelainan ialah mampudidik, mampulatih, dan perlurawat.
Jenis dan layanan bagi anak tuna grahita adalah Sekolah Khusus, Sekolah Dasar Luar
Biasa, Kelas Jauh, Guru kunjung, dan Lembaga Perawatan (Institusi Khusus). Sedangkan
untuk di sekolah umum dengan sistem integrasi yaitu memberikan kesempatan kepada anak
tunagrahita belajar, bermain, atau bekerjasama dengan anak normal. Misalnya, di kelas biasa
tanpa kekhususan baik bahan pelajaran maupun guru, di kelas biasa dengan guru konsultan,
di kelas biasa dengan guru kunjung, di kelas biasa dengan ruang sumber, di kelas khusus
sebagian waktu, dan Kelas khusus.
DAFTAR PUSTAKA
G.A.K. Wardani, Tati Hernawati, Astati. Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Jakarta:
Universitas Terbuka. 2007.
BAB IBAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini masyarakat pada umumnya memiliki anggapan bahwa anak berkebutuhan
khusus merupakan anak-anak yang tidak memiliki kemampuan apapun. Salah satu anak
berkebutuhan khusus yang tidak dikenal oleh masyarakat umum adalah tunagrahita.
Tunagrahita merupakan sebuah istilah bagi mereka yang mengalami gangguan mental
ataupun keterbelakangan mental khususnya dalam hal kecerdasan dan kemampuan dalam
berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Tidak sedikit yang menganggap anak tunagrahita
adalah “anak buangan”, “cacat mental”, “mental subnormal”, “bodoh”, dan “idiot”. Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar istilah anak “keterbelakangan mental”. Pada
kenyataannya istilah itu adalah sebutan untuk anak tunagrahita.
Bagi masyarakat awam, anak cacat adalah anak yang terlahir karena kutukan bagi
orang tuanya sehingga setiap orang tua yang mempunyai anak cacat (tuna) merasa malu dan
menyembunyikan anak tersebut. Akan tetapi, ada pula yang berpendapat bahwa anak cacat
adalah anak yang membawa keberuntungan. Masyarakat perlu lebih peduli terhadap anak-
anak berkebutuhan khusus sehingga mereka akan mendapat layanan pendidikan khusus untuk
mengembangkan potensinya secara optimal.
Anak tunagrahita adalah mereka yang kecerdasannya jelas-jelas berada di bawah rata-
rata. Disamping itu mereka mengalami keterbelakangan dalam menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka memiliki hambatan pada dua sisi, yaitu pada sisi kemampuan
intelektualnya yang berada dibawah anak pada umumnya. Anak tunagrahita memiliki
kemampuan intelektual yang berada pada dua standar deviasi dibawah normal jika diukur
dengan tes intelegensi dibandingkan dengan anak normal lainnya. Hambatan yang kedua
anak tunagrahita dapat dilihat pada sisi prilaku adaptifnya atau kesulitan dirinya untuk
mampu bertingkah laku sesuai dengan situasi yang belum dikenal sebelumnya.
Oleh karena itu, di dalam makalah ini kelompok kami akan membahas mengenai
pengertian tunagrahita, karakteristik tunagrahita, tipe tunagrahita, faktor penyebab
tunagrahita, pendampingan yang dilakukan untuk tunagrahita dan menjelaskan hasil
observasi kelompok kami saat berada di SLB.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan tunagrahita ?
2. Bagaimanakah karakteristik anak tunagrahita ?
3. Apa saja tipe yang terdapat pada anak tunagrahita ?
4. Apa saja faktor penyebab tunagrahita ?
5. Bagaimana pendampingan yang dilakukan terhadap anak tunagrahita ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian mengenai tunagrahita.
2. Untuk mengetahui karakteristik pada anak tunagrahita.
3. Untuk mengetahui tipe - tipe anak tunagrahita.
4. Untuk mengetahui faktor penyebab anak tunagrahita.
5. Untuk mengetahui cara pendampingan yang dapat dilakukan terhadap anak tunagrahita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Tunagrahita
Tunagrahita merupakan salah satu bentuk gangguan pada anak dan remaja yang dapat
ditemui di berbagai tempat, yaitu suatu keadaan di mana anak mengalami keterbelakangan
dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya dan ditunjukkan oleh kurang cakupnya
mereka dalam memikirkan hal-hal yang bersifat akademik, abstrak, cenderung sulit dan
berbelit-belit hampir pada segala aspek kehidupan serta mereka juga kurang memiliki
kemampuan dalam menyesuaikan diri (Amin, M, 1955). Anak tunagrahita (retardasi mental)
sangat membutuhkan layanan pendidikan dan bimbingan secara khusus saat meniti tugas
perkembangan di dalam hidupnya.
B. Karakteristik Tunagrahita
1. Karakteristik tunagrahita ringan (Mumpuniarti, 2000)
a. Karakteristik kognitif
Mempunyai IQ berkisar 50-70.
Kapasitas belajarnya sangat terbatas terutama untuk hal-hal yang abstrak, maka lebih banyak
belajar dengan cara membeo (rote learning) bukan dengan pengertian.
Kemampuan berpikir rendah, lambat perhatian dan ingatannya rendah.
Masih mampu untuk menulis, membaca, menghitung.
Mengalami kesulitan dalam konsentrasi, sukar untuk diajak fokus.
Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun.
b. Karakteristik fisik
Anak tunagrahita ringan nampak seperti anak normal, hanya sedikit mengalami kelambatan
dalam kemampuan sensomotorik.
c. Karakteristik sosial/perilaku
Anak tunagrahita ringan mampu bergaul, menyesuaikan di lingkungan yang tidak terbatas
pada keluarga saja, namun ada yang mampu mandiri dalam masyarakat, mampu melakukan
pekerjaan yang sederhana dan melakukannya secara penuh sebagai orang dewasa.
d. Karakteristik emosi
Anak tunagrahita ringan sukar berpikir abstrak dan logis, kurang memiliki kemampuan
analisis, asosiasi lemah, fantasi lemah, kurang mampu mengendalikan perasaan, mudah
dipengaruhi, kepribadian kurang harmonis karena tidak mampu menilai baik buruk.
Tidak mampu mendeteksi kesalahan pada dirinya, sehingga acuh tak acuh.
e. Karakteristik motorik
Anak tunagrahita ringan mengalami kelambatan dalam kemampuan sensorimotorik.
Dalam berbicaranya banyak yang lancar, tetapi perbendaharan kata masih minim.
2. Karakteristik tunagrahita sedang (Mumpuniarti, 2000)
a. Karakteristik kognitif
Mempunyai IQ berkisar 30-50.
Anak tunagrahita sedang sangat sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti
belajar menulis, membaca dan berhitung tetapi dapat dilatih dalam hal yang sederhana
sekedar diperkenalkan membaca dan menulis namanya sendiri dan mengenal angka.
Rendahnya perhatian anak dalam belajar akan menghambat daya ingat. Mereka mengalami
kesukaran dalam memusatkan perhatian, cepat beralih.
Kurang tangguh dalam menghadapi tugas, pelupa dan sukar mengungkapkan ingatan dan
mudah bosan.
Mudah beralih perhatiannya ke hal yang dianggapnya lebih menarik dan keterbatasannya
dalam kemampuan intelektualnya sehingga kemampuan dalam bidang akademik sangat
bersifat sederhana.
Pada umur dewasa anak tunagrahita baru mencapai kecerdasan setaraf anak normal umur 7
tahun atau 8 tahun.
b. Karakteristik fisik
Penampilannya menunjukkan sebagai anak terbelakang, lebih menampakkan kecacatannya.
c. Karakteristik sosial/ perilaku
Banyak diantara anak tunagrahita sedang yang sikap sosialnya kurang baik, rasa etisnya
kurang dan nampak tidak mempunyai rasa terima kasih, rasa belas kasihan dan rasa keadilan.
Masih mampu untuk mengurus, memimpin, memelihara dirinya sendiri dan bersosialisasi
dengan lingkungannya, walaupun butuh proses yang lama. Contohnya mandi, makan, minum,
berpakaian.
Sangat tergantung pada orang lain.
Bersikap kekanak-kanakan, sering melamun atau hiperaktif
Mampu melindungi diri dari bahaya dan dapat bekerja ringan tetapi tetap dalam pengawasan
karena tanpa pengawasan akan bekerja secara asal.
d. Karakteristik emosi
Dorongan emosi anak tunagrahita berbeda-beda sesuai dengan tingkat ketunagrahitaannya.
Kehidupan emosinya sangat lemah, mereka jarang sekali menghayati perasaan tanggung jawab
dan hak sosialnya.
Memiliki imajinasi yang tinggi.
e. Karakteristik motorik
Kurang mampu untuk mengkoordinasikan gerak tubuhnya.
Tangan-tangannya kaku.
3. Karakteristik tunagrahita berat
Anak tunagrahita berat memiliki IQ di bawah 30. Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan
pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus
dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat
sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi anak normal yang berusia tiga tahun.
C. Tipe Tunagrahita
Tunagrahita dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok :
1. Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan (IQ 50-70)
Anak tunagrahita mampu didik/tunagrahita ringan merupakan anak tunagrahita yang tidak
mampu mengikuti pada program sekolah biasa, tetapi ia masih memiliki kemampuan yang
dapat dikembangkan melalui pendidikan walaupun hasilnya tidak maksimal.
Kemampuan yang dapat dikembangkan pada anak tunagrahita mampu didik adalah :
a. Membaca, menulis, mengeja dan berhitung
b. Menyesuaikan diri dan tidak menggantungkan diri pada orang lain
c. Keterampilan sederhana untuk kepentingan kerja dikemudian hari.
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu didik berarti anak tunagrahita yang dapat dididik
secara minimal dalam bidang-bidang akademis, sosial, dan pekerjaan.
2. Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang (imbecil, IQ 30-50)
Anak tunagrahita mampu latih/tunagrahita sedang merupakan anak tunagrahita yang
memiliki kecerdasan sedemikian rendahnya sehingga tidak mungkin untuk mengikuti
program yang diperuntukkan bagi anak tunagrahita mampu didik.
Kemampuan anak tunagrahita mampu latih yang perlu diberdayakan yaitu :
a. Belajar mengurus diri sendiri (makan, pakaian, tidur, mandi sendiri)
b. Belajar menyesuaikan dilingkungan rumah atau sekitarnya
c. Mempelajari kegunaan ekonomi dirumah, dibengkel kerja (sheltered workshop) dan
dilembaga khusus
Kesimpulan : anak tunagrahita mampu latih berarti anak tunagrahita hanya dapat dilatih
untuk mengurus diri sendiri melalui aktivitas kehidupan sehari-hari (activity daily living),
serta melakukan fungsi sosial kemasyarakatan menurut kemampuannya.
3. Anak tunagrahita mampu rawat (idiot, IQ <30)
Anak tunagrahita mampu rawat merupakan anak tunagrahitta yang memiliki kecerdasan
sangat rendah sehingga ia tidak mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Selain itu anak
tunagrahita mampu rawat adalah anak tunagrahita yang membutuhkan perawatan sepenuhnya
sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup tanpa bantuan orang lain.
Berdasarkan makalah yang sudah dibuat oleh kelompok kami, dapat disimpulkan
bahwa anak tuna grahita adalah anak yang mempunyai tingkat intelegensi rendah di bawah
rata-rata yaitu berkisar antara 30-70 dan terbagi menjadi 3 tipe yaitu tipe tuna grahita ringan
(50-70), tuna grahita sedang (30-50), dan tuna grahita berat (<30). Oleh sebab itu,
kemampuan berpikir mereka sangat lambat dan kurang dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan. Setiap tipe memiliki karakteristik masing-masing yang dapat dilihat dari aspek
kognitif, fisik, sosial/perilaku, emosi, dan motorik. Faktor penyebabnya dapat berasal dari
keturunan dan gangguan pada saat sebelum kelahiran, proses kelahiran, dan sesudah
kelahiran. Pendampingannya dapat dilakukan oleh pihak sekolah, guru, dan orangtua.
Pelatihan untuk anak tuna grahita dapat dilakukan dengan berbagai terapi.
DAFTAR REFERENSI
PENDAHULUAN
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih
progressif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka
dapat hidup dalam lingkungan disekitarnya. Melalui pendidikan anak bias berkembang lebih
baik dan optimal. Varietas progresivitas perkembangan anak sangat individual. Setiap
individu berkembang sesuai dengan irama perkembangannya. Pendidikan yang diberikan pun
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-anak pada
umumnya, memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Mereka memiliki hambatan intelektual tetapi mereka juga masih memiliki potensi
yang dapat dikembangkan seTUNAGRAHITA
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Anak Berbakat Dan Berkebutuhan Khusus
Dosen pengampu: M.A. Primaningrum Dian, S.Psi., M.Psi., Psi
Oleh kelompok 6:
Gampang Sumartin NPM 12110170
Indah Tri Utami NPM 12110178
Siti Masitoh NPM 12110181
Yulia Kurniawati NPM 12110182
Khasanatul Lidayati NPM 12110183
Liska Maya Rina NPM 121101185
Ismadi NPM 12110026
Topik Arifin NPM 10110329
Kelas: 6A
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI SEMARANG
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Tunagrahita”. Penulisan
makalah ini guna untuk memenuhi tugas mata kuliah Anak Berbakat Dan Berkebutuhan
Khusus.
Dalam penulisan makalah ini penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, khususnya kepada :
1. Ibu M.A. Primaningrum Dian, S.Psi., M.Psi., Psi selaku dosen pengampu mata kuliah Anak
Berbakat Dan Berkebutuhan Khusus.
2. Semua pihak yang terlibat dan yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Akhirnya penulis sadar bahwa dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih
banyak kekurangan-kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki penulis. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak terutama
kepada dosen pengampu sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah
ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Istilah tunagrahita (intellectual disability) atau dalam perkembangan sekarang lebih
dikenal dengan istilah developmental disability, sering keliru dipahami oleh masyarakat,
bahkan sering terjadi pada para professional dalam bidang pendidikan luar biasa didalam
memahami konsep tunagrahita. Perilaku tunagrahita yang kadang-kadang aneh, tidak lazim
dan tidak cocok dengan situasi lingkungan seringkali menjadi bahan tertawaan dan olok-olok
orang yang berada didekat mereka. Keanehan tingkah laku tunagrahita dianggap oleh
masyarakat sebagai orang sakit jiwa atau orang gila. Tunagrahita sesungguhnya bukan orang
gila, perilaku aneh dan tidak lazim itu sebetulnya merupakan manifestasi dari kesulitan
meraka didalam menilai situasi akibat dari rendahnya tingkat kecerdasan. Dalam pengertian
lain terdapat kesenjangan yang signifikan antara kemampuan berfikir dengan perkembangan
usia.
Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasa dihubungkan
dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tunagrahita memiliki arti menjelaskan kondisi anak
yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh keterbatasan intelegensi dan
ketidak cakapan dalam interaksi sosial. Kemampuan adaptif seseorang tidak selamanya
tercermin pada hasil tes IQ. Latihan, pengalaman, motivasi, dan lingkungan sosial sangat
besar pengaruhnya pada kemampuan adaptif seseorang.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian anak tunagrahita?
2. Bagaimanakah klasifikasi anak tunagrahita?
3. Bagaimanakah etiologi anak tunagrahita?
4. Bagaimanakah dampak ketunagrahitaan?
5. Bagaimanakah kemampuan bahasa dan bicara anak tunagrahita?
6. Bagaimanakah penyesuaiana sosial anak tunagrahita?
7. Bagaimanakah modifikasi tingkahlaku anak tunagrahita?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian anak tunagrahita.
2. Untuk mengetahui klasifikasi anak tunagrahita.
3. Untuk mengetahui bagaimana etiologi anak tunagrahita.
4. Untuk mengetahui bagaimana dampak ketunagrahitaan.
5. Untuk mengetahui bagaimana kemampuan bahasa dan bicara anak tunagrahita.
6. Untuk mengetahui bagaimana penyesuaiana sosial anak tunagrahita.
7. Untuk mengetahui bagaimana modifikasi tingkahlaku anak tunagrahita.
BAB II
PEMBAHASAN
D. Dampak Ketunagrahitaan
Kecerdasan yang dimiliki seseoranag disamping menggambarkan kesanggupan secara
mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap situasi dan kondisi yang baru, atau
kesanggupan untuk bertindak secara terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi
lingkungan secara efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berfikir secara
abstrak.
Teori kecerdasan berasumsi bahwa kecerdasan bukanlah suatu unsur yang beraspek
tunggal, melainkan terdiri dari beberapa unsur atau kemampuan, yaitu kemampuan yang
bersifat umum dan kemampuan yang bersifat khusus. Kemampuan umum yang dimaksud
adalah rangkuman dari berbagai kemampuan pada bidang tertentu, sedangkan kemampuan
khusus adalah kemampuan yang dimiliki pada bidang-bidang tertentu.
Pada dasarnya, anak yang memiliki kemampuan kecerdasan dibawah rata-rata normal atau
tunagrahita menunjukkan kecenderungan rendah pada fungsi umum kecerdasannya, sehingga
banyak hal menurut persepsi orang normal dianggap wajar terjadi akibat dari suatu proses
tertentu, namun tidak demikian halnya menurut pers yang mempunyai pepsi anak yang
mempunyai kecerdasan sangat rendah. Hal-hal yang dianggap wajar oleh anak normal
barangkali dianggap sesuatu yang sangat mengherankan oleh anak tunagrahita. Semua itu
terjadi karena keterbatasan fungsi kognitif anak tunagrahita.
Fungsi kognitif adalah kemampuan seseorang untuk mengenal atau memperoleh
pengetahuan. Pada anak tunagrahita, gangguan fungsi kognitifnya terjadi pada kelemahan
salah satu atau lebih dalam proses (diantara proses persepsi, ingatan, pengembangan ide,
penilaian dan penalaran). Oleh sebab itu, meskipun usia kalender anak tunagrahita sama
dengan anak normal namun prestasi yang diraih berbeda dengan anak normal.
Dalam berbagai studi diketahui bahwa ketidakmampuan anak tunagrahita meraih prestasi
yang lebih baik dan sejajar dengan anak normal, karena kesetiaan ingatan anak tunagrahita
sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak heran, jika instruksi yang diberikan
kepada anak tunagrahita cenderung tidak melalui proses analisis kognitif. Akibatnya anak
tunagrahita jika dihadapkan pada persoalan yang membutuhkan proses pemanggilan kembali
pengalaman atau peristiwa yang lalu sering kali mengalami kesulitan.
Inhelder (1968) dalam penelitiannya menemukan: (1) penyandang tunagrahita berat
perkembangan kognitifnya terhambat pada tingkat perkembangan sensomotorik, (2) pada
penyandang tunagrahita ringan perkembangan kognitifnya terhenti pada perkembangan
operasional konkret (Kirk, 1970).
Perangkat yang digunakan untuk mengukur derajat ketunagrahitaan seseorang dapat
dilakukan dengan memberikan berbagai macam tes kecerdasan, dalam hal ini yang umun
digunakan ialah Stanford-Binet dan Revise Weschler Scale for Children (WISC-R).
materinya meliputi performance test (menyusun balok, mengatur warna, menggambar dengan
kertas dan pensil, dan tes verbal/ tes perbendaharaan kata).
Kesimpulannya, keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas pekembangannya. Beberapa
hambatan yang tampak pada anak tunagrahita dari segi kognitif dan sekaligus menjadi
karakteristiknya yaitu sebagai berikut:
1. Cenderung memiliki kemampuan berpikir konkret dan sukar berfikir.
2. Mengalami kesulitan dalam konsentrasi.
3. Kemampuan sosialisasinya terbatas.
4. Tidak mampu menyimpan instruksi yang sulit.
5. Kurang mampu menganalisis dan menilai kejadian yang dihadapi.
6. Pada tunagrahita mampu didik, prestasi tinggi bidang baca, tulis, hitung tidak lebih dari anak
normal setingkat kelas III-IV sekolah dasar.
Dalam buku Delphie, Bandi : 2006 hambatan-hambatan yang dihadapi anak dengan
hendaya perkembangan adalah sebagai berikut:
a. Pada umumnya anak dengan hendaya perkembanagan mempunyai pola perkembangan
perilaku yang tidak sesuai dengan kemapuan potensialnya.
b. Anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelainan perilaku mal adaftif dengan sifat
agresif secara verbal atau fisik, perilaku yang suka menyakiti diri sendiri, perilaku suka
menghindarkan diri dari orang lain, suka menyendiri, suka mengucapkan kata atau kalimat
yang tidak masuk akal atau sulit dimengerti maknanya, rasa takut yang tidak menentu sebab
akibatnya, selalu ketakutan dan sikap suka bermusuhan.
c. Pribadi anak dengan hendaya perkembagan mempunyai kecenderungan yang sangat tinggi
untuk melakukan tindakan yang salah.
d. Masalah yang berkaitan dengan kesehatan khusus seperti terhambatnya perkembangan gerak,
tingkat pertumbuhan yang tidak normal, kecacatan sensori, khususnya pada persepsi
penglihatan dan pendengaran sering tampak pada anak dengan hendaya perkembangan.
e. Sebagian dari anak dengan hendaya perkembangan memiliki kelainan penyerta cerebal
palsy, kelainan saraf otot yang disebabkan oleh kerusakan bagioan tertentu pada otak saat ia
dilahirkan ataupun saat awal kehidupan.
f. Secara keseluruhan anak dengan hendaya perkembangan mempunyai kelemahan pada segi:
1) Keterampilan gerak
2) Fisik yang kurang sehat
3) Koordinasi gerak
4) Kurangnya perasaan percaya diri terhadap situasi dan keadaan sekelilingnya
5) Keterampilan gross dan fine motor yang kurang
g. Dalam aspek keterampilan social, anak dengan hendaya perkembangan umumnya tidak
mempunyai keterampilan social, antara lain suka menghindar dari keramaian, ketergantungan
hidup pada keluarga, kurangnya kemampuan mengatasi marah, rasa takut yang berlebihan,
kelainan peran seksual, kurang mampu berkaiatan dengan kegiatan yang melibatkan
kemampuan intelektual, dan mempunyai pola perilaku seksual secara khusus.
h. Anak dengan hendaya perkembangan mempunyai keterlambatan pada berbagai tingkat dalam
pemahaman dan penggunaan bahasa, masalah bahsa dapat mempengaruhi perkembanagn
kemandirian dan dapat menetap hingga usia dewasa.
i. Pada beberapa anak dengan hendaya perkembanagan mempunyai keadaan lain yang
menyertai, seperti autism, cerebral palsy, gangguan perkembangan lain (nutrisi, sakit dan
penyakit, kecelakaan dan luka), epilepsy, dan disabilities fisik dalam berbagai porsi.
A. Simpulan
Anak tunagrahita yaitu anak yang memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian
rendahnya sehingga untuk meniti tugas perkembangannya. Indikasinya dapat dilihat pada
angka tes kecerdasan, seperti IQ 0-25 dikategorikan idiot, IQ 25-50 dikategorikan imbecil,
dan IQ 50-75 kategori debil atau moron. Ketunagrahitaan disebabkan karena faktor endogen
dan faktor eksogen. Keterlambatan perkembangan kognitif pada anak tunagrahita menjadi
masalah besar bagi anak tunagrahita ketika meniti tugas perkembangannya. Maka butuh
pengembangan kemampuan bahasa dan bicara dan membantu penyesuaian sosial anak
tunagarahita serta modifikasi tingkalaku agar mampu mengembangkan intelektualnya.
B. Saran
Anak tunagrahita memang memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan dengan anak
normal lainnya, maka perlu adanya perhatian khusus terhadap mereka untuk dilatih,
dibimbing, dan diberi kesempatan serta dukungan agar mereka mampu mengembangkan
seluruh potensinya agar dapat mandiri dan memiliki harga diri dihadapan orang lain
disekitarnya.
DAFTAR PUSTAKA
suai dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai dengan kebutuhan mereka.
Olehh karena itu, maka layanan pendidikan yang diberikan dengankebutuhan mereka.
Pemahaman terhadap mereka baik secara teori maupun praktis sangat diperlukan supaya
para professional dapat memberikan layanan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Dalam kegiatan pendidikan bagi anak tunagrahita bertujuan mengembangkan potensi
yang masih dimiliki secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian tunagrahita?
Bagaimana klasifikasi tunagrahita?
Bagaimana karakteristik anak tunagrahita?
Apa faktor penyebab tuna grahita?
Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mencegah ketunagrahitaan?
Masalah apa saja yang dihadapi anak tunagrahita?
Apa dampak ketunagrahitaan?
Kebutuhan khusus apa yang dibutuhkan anak tunagrahita?
Bagaimana penanganan anak tunagrahita?
Berapa jumlah penyandang tunagrahita saat ini?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk memahami pengertian tunagrahita
Untuk memahami klasifikasi tunagrahita
Untuk memahami karakteristik tunagrahita
Untuk memahami faktor penyebab tuna grahita
Untuk memahami usaha untuk mencegah ketunagrahitaan
Untuk memahami masalah yang dihadapi anak tunagrahita
Untuk memahami dampak ketunagrahitaan
Untuk memahami kebutuhan khusus anak tunagrahita
Untuk memahami penanganan anak tunagrahita
Untuk mengetahui jumlah penyandang tunagrahita
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih
progressif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka
dapat hidup dalam lingkungan disekitarnya. Melalui pendidikan anak bias berkembang lebih
baik dan optimal. Varietas progresivitas perkembangan anak sangat individual. Setiap
individu berkembang sesuai dengan irama perkembangannya. Pendidikan yang diberikan pun
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-anak pada
umumnya, memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Mereka memiliki hambatan intelektual tetapi mereka juga masih memiliki potensi
yang dapat dikembangkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai
dengan kebutuhan mereka. Olehh karena itu, maka layanan pendidikan yang diberikan
kepada mereka, diupayakan dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal sesuai
dengankebutuhan mereka.
Pemahaman terhadap mereka baik secara teori maupun praktis sangat diperlukan supaya
para professional dapat memberikan layanan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Dalam kegiatan pendidikan bagi anak tunagrahita bertujuan mengembangkan potensi
yang masih dimiliki secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian tunagrahita?
Bagaimana klasifikasi tunagrahita?
Bagaimana karakteristik anak tunagrahita?
Apa faktor penyebab tuna grahita?
Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mencegah ketunagrahitaan?
Masalah apa saja yang dihadapi anak tunagrahita?
Apa dampak ketunagrahitaan?
Kebutuhan khusus apa yang dibutuhkan anak tunagrahita?
Bagaimana penanganan anak tunagrahita?
Berapa jumlah penyandang tunagrahita saat ini?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk memahami pengertian tunagrahita
Untuk memahami klasifikasi tunagrahita
Untuk memahami karakteristik tunagrahita
Untuk memahami faktor penyebab tuna grahita
Untuk memahami usaha untuk mencegah ketunagrahitaan
Untuk memahami masalah yang dihadapi anak tunagrahita
Untuk memahami dampak ketunagrahitaan
Untuk memahami kebutuhan khusus anak tunagrahita
Untuk memahami penanganan anak tunagrahita
Untuk mengetahui jumlah penyandang tunagrahita
A. LATAR BELAKANG
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk membantu perkembangan anak supaya lebih
progressif baik dalam perkembangan akademik maupun emosi sosialnya sehingga mereka
dapat hidup dalam lingkungan disekitarnya. Melalui pendidikan anak bias berkembang lebih
baik dan optimal. Varietas progresivitas perkembangan anak sangat individual. Setiap
individu berkembang sesuai dengan irama perkembangannya. Pendidikan yang diberikan pun
sesuai dengan kebutuhan perkembangan anak.
Anak tunagrahita merupakan individu yang utuh dan unik. Mereka seperti anak-anak pada
umumnya, memiliki hak untuk mendapatkan layanan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
mereka. Mereka memiliki hambatan intelektual tetapi mereka juga masih memiliki potensi
yang dapat dikembangkan sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh mereka dan sesuai
dengan kebutuhan mereka. Olehh karena itu, maka layanan pendidikan yang diberikan
kepada mereka, diupayakan dapat mengembangkan potensi mereka secara optimal sesuai
dengankebutuhan mereka.
Pemahaman terhadap mereka baik secara teori maupun praktis sangat diperlukan supaya
para professional dapat memberikan layanan pendidikan yang dapat memenuhi kebutuhan
mereka. Dalam kegiatan pendidikan bagi anak tunagrahita bertujuan mengembangkan potensi
yang masih dimiliki secara optimal, agar mereka dapat hidup mandiri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana mereka berada.
B. RUMUSAN MASALAH
Apakah pengertian tunagrahita?
Bagaimana klasifikasi tunagrahita?
Bagaimana karakteristik anak tunagrahita?
Apa faktor penyebab tuna grahita?
Usaha apa yang dapat dilakukan untuk mencegah ketunagrahitaan?
Masalah apa saja yang dihadapi anak tunagrahita?
Apa dampak ketunagrahitaan?
Kebutuhan khusus apa yang dibutuhkan anak tunagrahita?
Bagaimana penanganan anak tunagrahita?
Berapa jumlah penyandang tunagrahita saat ini?
C. TUJUAN PENULISAN
Untuk memahami pengertian tunagrahita
Untuk memahami klasifikasi tunagrahita
Untuk memahami karakteristik tunagrahita
Untuk memahami faktor penyebab tuna grahita
Untuk memahami usaha untuk mencegah ketunagrahitaan
Untuk memahami masalah yang dihadapi anak tunagrahita
Untuk memahami dampak ketunagrahitaan
Untuk memahami kebutuhan khusus anak tunagrahita
Untuk memahami penanganan anak tunagrahita
Untuk mengetahui jumlah penyandang tunagrahita